"Luna, kamu belum membayar uang sekolahmu bulan ini. Tolong segera dilunasi, kalau tidak ujian akhir kamu akan terganggu," tegas Bu Septi sembari melihat ke arah Luna.
"Baik Bu, minggu depan akan Luna lunasi," jawab Luna dengan sangat sopan akan pernyataan gurunya itu.
"Baiklah, kamu boleh kembali ke kelasmu. Nanti jika kamu sudah membayar uang sekolahmu, baru akan Ibu berikan kartu ujian kamu," ucap Bu Septi pada Luna yang sedang tertunduk hormat di hadapannya itu.
"Baik Bu, permisi," balas Luna menunduk dan segera Luna meninggalkan ruangan itu, karena memang Luna sedang dipanggil ke kantor guru untuk membahas perihal uang sekolah yang belum ia lunasi.
"Wah lihat, cantik sekali Luna,"
"Iya ya, dia begitu cantik tapi dia selalu terlihat sendiri," itulah omongan para pria yang Luna lewati sesaat setelah dirinya keluar dari kantor guru.
Sesampainya di kelas, Luna langsung pergi duduk ke kursinya di paling pojok. Dia benar-benar tidak memiliki teman, dia memang sengaja tidak ingin berteman dengan siapa pun. Karena, Luna tidak ingin merepotkan orang lain, apalagi dengan hidupnya yang rumit. Dia tidak ingin orang tahu tentang itu.
Di kelas, Luna dikenal sebagai anak yang cukup pintar, ramah tapi pendiam.
***
Selama sesi belajar, tiba-tiba ada yang mengoper kertas ke arah bangku Luna, lalu dibaca nya isi kertas itu.
"Luna, jumpai aku sepulang sekolah nanti, ada yang ingin aku bicarakan." Begitulah isi pesan yang tertulis di kertas itu.
Luna sudah terbiasa dengan pesan seperti itu, dan sama seperti sebelumnya, Luna tidak akan menjumpainya.
Untuk apa melakukan hal yang tidak penting, mending Luna pergi bekerja paruh waktu. Apalagi jam masuk kerjanya berketepatan dengan jam pulang sekolah Luna.
Saat pulang sekolah, Luna langsung beranjak pergi dengan sangat cepat. Takut terlambat sampai ke tempat kerjanya.
Luna bekerja paruh waktu di sebuah mini market dekat sekolahnya, makanya Luna kesana hanya berjalan kaki. Tapi tetap saja melewati jalan raya dan menyebrang melalui zebra cross.
Hari ini sama seperti hari biasanya, jalanan sedikit macet karena memang jam pulang sekolah. Tapi, karena memang buru-buru membuat Luna hampir saja tertabrak sebuah mobil yang kelihatan sangat mahal.
Untuk menghindari tabrakan, mobil itu sampai sedikit menabrak pembatas jalan yang mengakibatkan mobilnya sedikit tergores.
Beberapa menit kemudian, ada seorang pria yang menghampiri Luna. Dia mengenakan jas berwarna abu dan rambutnya terlihat rapih.
"Halo Nona, perkenalkan nama saya Rean. Bos saya mengatakan, Nona telah membuatnya terlambat ke tempat meetingnya yang sangat penting. Dia sangat kesal sekarang, jadi mohon dimaklumi jika nanti ada polisi yang memanggil Nona. Saya mohon ketik nomor telepon Nona disini, agar nanti bisa saya serahkan kepada pihak kepolisian," ucap pria itu dengan bahasa formal sembari menyodorkan ponselnya pada Luna.
Mendengar itu, Luna tidak tahu harus merespon seperti apa. Memang ini adalah salahnya karena dia tidak hati-hati.
"Baik Pak, maafkan ketidak hati-hatian saya, saya akan memenuhi permintaan Bapak," ucap Luna sambil menundukkan kepala dan mengetikkan nomornya ke ponsel pria itu.
"Baik Nona, untuk biaya penggantian kerusakan mobilnya nanti akan disebutkan di kantor polisi. Kalau begitu saya permisi," ucapnya sambil berlalu.
"Biaya perbaikan ya? hidup ini sungguh dipenuhi dengan lelucon, aku bahkan tidak bisa menangis disituasi seperti ini. Lucu bukan?" perkataan Luna begitu lirih. Dia seperti seseorang yang hilang dan tidak ada yang mencari.
Beberapa menit kemudian, Luna di telepon pihak kepolisian untuk meminta Luna datang ke kantor polisi.
"Halo Ibu Luna, kita mendapat laporan bahwa Ibu Luna telah melanggar rambu lalu lintas dan menyebabkan kerugian. Mohon untuk datang ke kantor dialamat berikut ...."
"Halo Pak, baik Pak, saya akan segera ke sana," Luna menjawab dengan sangat sopan.
Sebelum Luna pergi ke kantor polisi, Luna terlebih dahulu mampir ke tempat kerja paruh waktunya. Dia ingin meminta ijin agar hari ini tidak hadir dulu bekerja disitu. Karena memang Luna adalah anak yang sangat sopan dan baik, pihak pemilik toko tidak mempermasalah kan hal itu.
.
.
***
"Pak, boleh kah hari ini saya meminta ijin? hari ini Luna ada urusan penting. Luna berjanji akan mengganti hari ini dengan lembur dihari weekend nanti," ucap Luna pada seorang pria yang umurnya sudah lumayan tua, yang sedang berdiri di depan kasir tokonya. Pria itu merupakan pemilik toko tempat Luna bekerja paruh waktu.
"Yaampun Luna, tidak apa-apa, pergilah, jika memang urusannya sangat penting," jawab pemilik toko tersebut pada Luna, karena memang Luna sangatlah sopan saat berbicara.
Setelah mendapatkan ijin dari tempat ia bekerja, Luna segera pergi ke kantor polisi, dia tidak ingin masalah ini berlarut.
Setelah beberapa menit, Luna sampai di kantor polisi yang memang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat kerja paruh waktu Luna.
***
"Halo Pak, saya Luna. Saya memenuhi panggilan atas pelanggaran lalu lintas Pak," ucap Luna pada petugas yang ia jumpai di dalam kantor polisi itu.
"Halo Dik Luna, silahkan duduk. Saya akan cek terlebih dahulu ya mengenai kasus yang anda sebutkan," petugas itu merespon Luna dengan sangat baik dan juga ramah. Dia juga menyodorkan air minum pada Luna.
(Dipanggil Dik karena Luna masih memakai seragam sekolah)
Setelah beberapa saat,
"Baiklah, kita sudah menerima laporan dan telah cek kamera pengawas di tempat kejadian. Jadi, memang kecelakaan ini terjadi karena kamu kurang hati-hati. Karena kamu masih seorang pelajar, sebagai sanksi atas tindakan mu, kamu hanya akan diberikan hukuman bekerja di panti sosial dihari weekend selama satu bulan," petugas itu menjelaskan dengan sangat baik dan tegas, sesaat setelah dirinya menemukan berkas kasus milik Luna.
"Baik Pak, saya akan melakukannya dengan sungguh-sungguh," respon Luna dengan sangat sopan, Luna juga sudah merasa lega sekarang. Luna tadi berpikir jika sanksinya akan jauh lebih berat dari ini.
"Tetapi, dari pihak korban menyatakan kamu harus mengganti perbaikan mobilnya, nanti pengacara korban akan datang sebentar lagi," ucap petugas itu lagi.
***
Beberapa menit kemudian,
"Mari silahkan masuk ke ruangan berikut, pengacara korban sudah sampai," petugas itu menuntun Luna masuk kesebuah ruangan di dalam kantor polisi.
"Baik Pak, terimakasih ya," sahut Luna berterimakasih pada petugas yang ramah itu.
"Halo Luna Maria, Perkenalkan, saya pengacara bapak Grozav Winston Leeac, ingin memberikan berkas berikut," ucap seseorang yang Luna jumpai di ruangan itu.
Luna menerima berkas tersebut dan membacanya dengan teliti, dilihatnya jenis mobil yang tergores tadi dengan merek Bugatti La Voiture Noire.
Betapa tercengangnya Luna saat melihat harga perbaikan mobil itu sangat lah mahal, bahkan angkanya diluar diguaan Luna.
"Pak, apakah memang harga perbaikannya semahal ini?" tanya Luna hati-hati.
"Iya Dik Luna, harga perbaikannya bisa semahal itu karena memang mobilnya hanya ada 5 di dunia dan salah satunya yang memiliki mobil itu adalah klien saya. Jadi, untuk memperbaiki goresannya saja membutuhkan perawatan yang sangat khusus,"
"Klien saya ingin uangnya di transferkan ke rekening yang sudah tertera di bawah," jawab pria itu sembari menunjuk berkas yang sedang Luna genggam.
Luna sudah tidak dapat merespon lagi, entah sudah berapa lama pengacara yang berada dihadapannya itu berbicara. Tidak satupun pembicaraannya masuk ke dalam otak Luna, bahkan sampai pengacara itu pulang pun, Luna tidak menyadarinya.
Diperjalanan pulang, Luna berjalan begitu putus asa. Jangankan uang perbaikan mobil, uang sekolahnya saja susah dibayar, apalagi uang sebesar itu.
Saat Luna melewati sebuah jembatan terbersit di kepala Luna ingin melompat.
Tapi niatnya di urungkannya lagi, "Haha, kau pasti senang kan? aku bahkan hampir saja bunuh diri," lirih Luna sambil memandang ke langit.
Luna sudah kehabisan air mata. Semenjak kehilangan kedua orangtuanya, Luna sudah tidak pernah menangis, Luna sudah lama mengeraskan hati nya.
***
Di rumah paman Luna,
"Heh, kau sudah pulang rupanya. Mumpung kau sudah pulang, cepat persiapkan dulu kue dan makanan yang lainnya, malam ini Hani ulang tahun. Dia mengundang teman-teman sekolahnya, Bibi mau mendekor ruangan," ucapnya sesaat setelah Luna sampai di rumah.
"Baik Bi, akan Luna kerjakan," respon Luna menunduk dan dengan nada yang sangat sopan.
"Baiklah, mari kita menyibukkan diri. Aku ingin melupakan masalah ini walaupun hanya sesaat," benak Luna ingin menyibukkan dirinya. Setidaknya untuk melupakan masalahnya untuk sementara.
Segera Luna mengerjakan semua masakan yang memang sudah diuraikan. Luna memang terbiasa bekerja dengan sangat cepat dan tepat, jadi semua masakan yang bibinya suruh sudah selesai Luna kerjakan.
"Bibi, Luna sudah selesai mengerjakan semuanya, apakah Luna sudah bisa ke kamar dan membersihkan diri?" tanya Luna pelan saat dirinya sudah menyelesaikan tugasnya.
Mendengar itu, Bibinya hanya mengangguk. "Tapi nanti saat acara, turun kebawah dan bantu Bibi melayani di dapur," balas nya menuntut.
"Baik Bi," jawab Luna sembari berlalu ke lantai dua tempat kamarnya berada.
Sesampainya di kamar, Luna segera membuka bajunya dan pergi ke kamar mandi untuk berendam sebentar di bathtub.
"Aduh perih." Keluh Luna saat air menyentuh lututnya, lalu Luna melihat ada luka yang sudah mengering di sana.
Melihat itu, Luna menangis sejadi-jadinya, "Inikah jawaban Mu Tuhan? bahkan luka ku sendiri pun aku tidak tahu, apakah aku sebegitu tidak berharga nya bagi Mu?" ucap Luna lirih.
Luna sengaja mengeraskan air keran agar tangisannya tak terdengar.
"Setelah sekian lama akhirnya aku menangis juga." Tidak ingin berlarut dalam tangisan, Luna segera mengobati lukanya dan segera mandi.
Dia ingin tidur sebentar, sebelum nanti sibuk melayani teman-teman Hani di ulangtahun sepupunya itu.
Entah sudah berapa lama Luna terlelap, sampai terdengar suara ribut yang menggedor-gedor pintu kamarnya.
"Luna, cepat buka!"
"Astaga, aku hampir lupa ulang tahun Hani." Ucap Luna buru-buru membuka pintu.
***
"Luna, tadi Bibi sudah mengingatkanmu, tapi beraninya kamu enak-enakan tidur disini?" teriak Bibi nya itu.
"Maafkan Luna Bi." Jawab Luna sopan.
Kalau bukan karena Luna menumpang di rumah itu, Luna pasti sudah melawan dan membela dirinya. Tapi apalah daya, Luna hanya seorang diri di dunia ini.
"Sudahlah Mah, tidak perlu dimarahi seperti itu. Luna kamu ganti bajumu sebentar dan turun, bantu Bibi mu nanti melayani tamu." Ucap Paman yang tidak sengaja lewat di tangga.
"Baik paman, Luna akan segera turun."
"Pah, jangan kau manjakan dia, mentang-mentang dia keluargamu." Ketus Nonik, Nonik adalah nama Bibi Luna.
"Sudahlah, jangan diributkan. Hari ini ulang tahun putrimu, jangan membuat dia malu." Respon Beni seraya pergi ke ruang tamu menyambut teman-teman Hani yang sudah ramai datang.
***
5 menit kemudian.
"Hei, lihat itu Luna ... cantik sekali dia, baru kali ini aku melihat nya memakai dress, tapi dia kelihatan seperti putri raja, dia bahkan tidak mengenakan makeup sedikitpun, gila!" decak kagum para undangan pria yang melihat Luna turun dari tangga.
Melihat itu, tentu saja Hani tidak senang. Ini kan ulang tahunnya, berani-beraninya Luna merebut spot utama hari ini. Hina benar-benar dibuat kesal.
"Hei Luna, kesini sebentar." Teriak Hani.
"Ada apa Hani?" jawab Luna sembari menghampiri Hina.
"Kenalin guys, dia pembantu di rumah ini, ibuku tidak tega melihat dia dulu di jalanan, makanya dipungut untuk tinggal di rumah ini. Benarkan Luna?" ucap Hani sembari menggandeng tangan Luna.
Luna tidak merespon. Tapi melihat para mata undangan yang serasa mengasihaninya membuat Luna kesal, Luna tidak suka jika dia dikasihani.
"Hani, aku kesana dulu bantu bibi."
"Silahkan Luna, eh jangan lupa bawakan minuman kesini ya." Respon Hani sambil tertawa bersama teman-temannya.
"Lama sekali kau! kau sudah merasa besar kepala ya? saat pamanmu membelamu!" ucap Nonik dengan nada pelan tapi mengancam.
"Sudah, cepat kau antar minuman ini ke sana." Tegas Nonik.
Tanpa merespon dan menunjukkan perlawanan sedikit pun, Luna langsung bergegas mengantar minuman itu.
"Eh Luna, tidak perlu repot mengantar minumannya, kita bisa kesana kok ambil sendiri." Ucap Seorang pria yang sudah berdiri didepan Luna.
"Tidak apa-apa, ini sudah menjadi pekerjaan saya." Balas Luna sambil berlalu, tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan pria tadi.
"Eh Luna sudah datang, sini duduk di samping aku." ucap Hani sambil menggandeng Luna duduk disampingnya.
"Yaampun, kamu baik sekali. Pembantu saja diperlakukan seperti saudara, kamu memang baik hati." Respon salah satu teman Hani yang duduk tidak jauh dari mereka.
"Iya dong." Balas Hani sambil memeluk Luna.
Melihat itu, Luna benar benar merasa muak. Jangankan memeluk, di keseharian mereka untuk sekedar berbicara saja dengan Luna, Hani tidak mau.
"Eh Hani, kita mau tahu dong, kok bisa Luna sendiri? orang tuanya kemana?"
"Hahaha, orang tua Luna sudah lama meninggal. Katanya sih di hukum mati, karena melakukan kejahatan tingkat atas. Aku merasa sedih sekali saat mengetahui hal itu. Luna yang baik, jadi korban orang tuanya yang tidak bertanggung jawab."
"Iyakan Luna?" tanya Hani ke Luna.
Mendengar itu semua, Luna merasa langit runtuh, rahasia yang dipendamnya selama belasan tahun terbongkar sudah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!