Hari mulai gelap, langit tampak mendung tapi tidak membuat seorang gadis yang masih memakai seragam beranjak dari tempat itu, angin yang bertiup membuat rambut panjang gadis itu bergoyang.
Udara mulai dingin menunjukkan sebentar lagi akan turun hujan tapi gadis itu tetap duduk diatas jembatan sambil menunduk entah apa yang di pikirkannya. hingga setetes air hujan mengenai kepalanya tapi bukan berlari untuk berlindung gadis itu malah mengangkat kepalanya dan melihat ke langit membuat matanya menutup saat hujan mulai deras dan mengenai wajahnya.
gadis itu kembali menunduk membaca kertas yang ada ditangannya, kertas yang mulai basah terkena air hujan dan tulisan yang sudah memudar, hanya satu kalimat yang terus berputar dikepalanya.
"maafkan ibu, ibu harus pergi. Ibu hanya berharap padamu jangan pernah keluar dari rumah ini hanya itu yang ibu punya untukmu. sekali lagi maafkan ibu, anna"
Anna Wilson , gadis yang selalu menyendiri, gadis yang selalu meratapi nasibnya karna ibunya harus meninggalkan dia sendiri dan ayahnya yang menikah lagi tepat seminggu setelah ibunya pergi 3 tahun yang lalu entah kemana.
************
"Ibu.. aku mohon bu.. jangan pergi." gadis yang tetap memeluk kaki ibunya agar ibunya tidak pergi.
"Aku mohon." ucap gadis itu lirih. ibunya menunduk melihat anaknya, wajah anaknya yang cantik selalu dihiasi senyum hari ini kembali lagi di hiasi dengan luka disudut bibirnya, pipinya yang ada tanda kemerahan bahkan mungkin memar, darah yang masih mengalir dari tangan gadis itu dan masih banyak lagi luka lain, bahkan hatinya juga mungkin luka.
wanita itu mengangkat kepalanya lagi melihat kearah 2 orang yang hanya berdiri melihat mereka berdua, dia hanya tersenyum melihat kearahnya sedangkan pria itu masih tetap dengan wajah masamnya.
"Ibu harus pergi maafkan ibu." wanita yang menyebut dirinya ibu melepas tangan anaknya yang setia memegang kakinya, setelah tangan itu terlepas dengan langkah lebar wanita itu meninggalkan halaman rumah yang penuh dengan kenangan.
***********
Anna mengangkat tasnya yang terletak diatas pahanya, memasang kembali tas itu dipunggungnya dan mulai berjalan, sepenggal kenangan tentang kejadian hari itu membuatnya menangis, air matanya mengalir bercampur dengan air hujan, sehingga tidak ada orang yang tau kalau gadis ini sedang menangis.
Dengan langkah pelan dia terus berjalan hingga tiba didepan gerbang rumah yang bagai neraka menurutnya. dia membuka gerbang yang menjulang tinggi dan mulai masuk, dengan wajah datar dia terus berjalan kearah rumahnya.
"Anna?!" panggil satpam yang sudah hampir 20 tahun bekerja dirumah itu. Pak Martin berlari menuju anna dengan membawa payung.
"apa kau baru pulang? lewat lah pintu belakang, ayahmu sudah pulang sejak tadi." anna melihat kearah bagasi dan benar saja mobil ayahnya sudah ada disana.
"saya akan memberitahu istri saya didalam untuk membawa pakaian ganti, gantilah pakaian dibelakang setelah itu buat seperti tidak terjadi apa-apa." ucap pak martin khawatir, apalagi sekarang sudah jam makan malam, dia tau betul bagaimana kelakuan tuan besarnya itu.
"aku baik-baik saja pak." ucap anna sambil tersenyum tulus. terdengar helaan napas pasrah dari pak martin, gadis yang didepannya ini persis seperti ibunya keras kepala.
"Cepatlah masuk, hujan semakin deras, kamu akan masuk angin nanti." pak martin kembali lagi berlari ketempatnya berjaga meninggalkan payung yang tadi dibawa untuk dipakai anna. Setelah dia pergi anna pun kembali berjalan.
Anna membuka pintu rumahnya, terdengar suara tertawa dari arah meja makan, membuat dia merasa seperti dirinya tidak pernah diharapkan didalam rumah ini, apalagi setelah wanita itu masuk dan menjadi bagian dari keluarganya.
"oh, kau baru pulang anna?" ucap Elrora wilson saudara tirinya, yang baru turun dari tangga. tapi anna tidak memperdulikannya dan terus berjalan menaiki tangga , yang dipikirannya hanya berjalan menuju kamarnya dan setelah itu berendam untuk menghilangkan semua pikirannya.
"dari mana saja kamu!?" tanya Ronan wilson ayah dari anna dengan suara keras seperti membentak dan datar.
"bukan urusan anda." jawab anna tidak kalah datar dan dia tidak sedikitpun melihat ayahnya.
"Pasti dia habis berkeliaran sana sini dengan pria makannya pulang terlambat." ucap Katrine ibu tiri anna memanasi ronan.
"betul itu ayah, apalagi hampir semua temannya itu pria." tambah Aurora wilson saudara tirinya. Anna melihat tajam kearah aurora yang sedang tersenyum sinis.
"Aku bukan sepertimu br.ngs.k!" mendengar perkataan anna, ronan langsung berdiri dari duduknya dan berjalan menuju anna, wajahnya langsung berubah berwarna merah padam.
"ANNA WILSON!!!!" teriak ronan yang berjalan kearah anna dan menarik tas yang berada dipunggungnya, sehingga dia terjatuh kelantai, tapi tidak sampai situ setelah anna jatuh ayahnya langsung memegang kerah bajunya dan menamparnya dengan keras.
Satu tamparan mendarat di pipi mulus anna, bahkan bukan hanya satu tapi tiga kali tamparan mendarat ditempat yang sama sehingga sudut bibirnya langsung mengeluarkan darah.
Karena anna yang tidak bereaksi dengan tamparan ronan, ronan yang frustasi akan tingkah anna langsung berteriak dan melepaskan kerah baju anna.
"sudah puas?" tanya anna sambil melihat ayahnya datar
"apa sekarang aku sudah bisa kekamar?" tanya anna lagi dengan santai sambil berdiri merapikan kerah bajunya dan mengambil tasnya.
"anak dan ibu sama saja, sama pembangkang." anna yang berniat ke kamarnya pun berhenti saat mendengar perkataan dari ibu tirinya.
"ingat anak-anak jangan seperti dia, ibunya saja sudah seperti jal.ng sudah pasti anaknya akan mengikuti apa yang di lakukan ibunya."
cukup sudah. batin anna.
dengan langkah lebar anna berjalan kearah katrine ibu tirinya yang sedang melihat kearahnya sambil melipat tangan.
Saat anna tiba di depan katrine dengan emosi yang meledak ledak anna langsung menampar dia yang membuat semua yang berada disitu langsung membelalakkan mata mereka, melihat anna yang begitu berani menampar keras pipi ibu tirinya.
Persetan menjadi anak durhaka. Batin anna.
"DASAR KURANG AJAR!!!" teriak ronan dan menarik rambut panjang anna sampai dia terjatuh , setelah itu membuka ikat pinggangnya.
Dengan marah ronan mulai memukul anna menggunakan bagian besi ikat pinggangnya
"aku sudah bilang padamu jangan kurang ajar pada ibumu!"
"jangan pulang terlambat!"
"Kamu hanya harus terus belajar supaya jangan seperti ibumu."
Ronan terus memukul anna tanpa ampun, sampai tubuh anna yang terkena pukulan mengeluarkan darah, seperti bagian lengannya karena anna menutup wajahnya agar tak terkena ikat pinggang itu dan juga bagian kakinya.
Bagaimana dengan anna? Anna tak merasa sakit sedikit pun, bahkan dia sangat ingin merasa bagaimana sakitnya ketika dipukul ayahnya sendiri.
"tuan, sudah tuan." teriak bibi sarah, istri dari pak martin yang berlari kearah anna dan menghentikan pukulan dari ronan, dia juga menangis dan memeluk anna dengan erat.
dengan amarah yang masih memuncak ronan berhenti memukuli anna dan berjalan meninggalkan anna yang terus menatap ayahnya dengan tatapan kosong sedangkan bibi sarah terus memeluknya dan menangis.
"kau! Aku akan membuat kau keluar dari rumah ini!" kata ibu tiri anna sambil menunjuk tepat diwajahnya.
Dengan hati hati sarah membawa anna kekamarnya, setelah sampai sarah langsung mencari kotak obat P3K.
"maaf anna, maaf." dengan gemetaran sarah meminta maaf sambil mencari kotak obat yang entah mengapa tiba tiba hilang.
"sudahlah bibi, aku tidak apa-apa." anna memeluk bibi sarah sambil tersenyum hangat agar sarah berhenti menangis, mungkin air mata anna sudah abis, bahkan dia tidak menangis sedikitpun saat dia dipukul. Yah, mau bagaimana lagi dia tidak merasakan sakit.
Saat dirasa bibi sarah sudah tenang, anna pun melepas pelukan dan menuju kamar mandi dia tak memperdulikan ucapan sarah yang menyuruh dia untuk jangan bergerak sedikitpun.
Sarah yang melihat keadaan anna pun merasa gagal dengan tidak menepati janjinya pada ibu anna kalau dia akan menjaga anak satu satunya dan tak terluka sedikit pun.
Pintu kamar mandi terbuka dan sarah sangat kaget karna anna yang sudah menganti pakaian lain dan tampak akan keluar.
"kau mau kemana anna?" tanya bibi sarah.
"Aku akan keluar sebentar." anna berjalan menuju lemarinya, lemari yang hanya bisa dibuka olehnya, sarah terus melihat apa saja yang diambil oleh anna sampai saat dia mengambil pistol dan simpan di balik jaketnya dibagian belakang.
"anna! apa yang akan kau lakukan." tanya sarah panik.
"tenanglah bibi, aku tidak akan membunuh wanita ular itu." anna tampak berpikir. "mungkin belum saat ini, mungkin besok atau lusa, entahlah." ucap anna sambil terkekeh pelan tapi tidak dengan sarah dia malah menatap anna dengan wajah panik.
ANNA POV
Aku sedang bersandar di salah satu pohon melihat kearah orang-orang yang saat ini sudah tergeletak ditanah yang dibasahi oleh darah, aku tidak ingin melakukan ini hanya saja ini caraku melampiaskan apa yang aku rasakan. awalnya aku tidak tertarik dengan cara ini hanya saja ini terasa menyenangkan.
Aku lelah selalu mengikuti kemauan pria tua itu tapi dia tidak pernah mendengarkanku, aku selalu menuruti perintahnya untuk belajar,untuk menghormati wanita ular itu, bahkan aku tidak pernah meminta apapun darinya karna dia hanya memberikan semua yang diminta oleh saudari tiriku dan aku benci mengingat hal itu, bahkan aku masih mengingat dengan jelas saat dia menyiksa ibuku dan aku hanya diam tanpa melakukan apapun tapi cukup sudah untuk sekarang.
"Pulanglah, obati lukamu, aku sudah transfer ke rekeningmu." aku melihat kearah jackson dia adalah temanku sejak aku bergabung dengan mereka dua tahun yang lalu bahkan aku sudah menganggapnya seperti kakaku.
Kadang aku sendiri binggung mengapa dia harus membunuh orang sebanyak ini, organisasi apa yang dia jalankan , geng apa, entahlah aku tidak ingin terlalu memikirkannya, Intinya aku hanya jadikan ini sebagai tempat pelampiasan emosiku. Menembak, membunuh, memukul orang, itu bisa membuatku tenang. bahkan aku berharap ayahku bisa melihat ini.
"baiklah." aku melangkah meninggalkan dia.
awalnya aku tidak sengaja bertemu dengan dia, saat itu aku hanya sedang menangis sambil mencari ibuku yang pergi tapi aku langsung bertemu dengan dia, dia begitu terkejut melihatku yang sudah berlumuran darah tapi aku tidak merasa sakit sedikit pun.
"Obati lukamu, aku takut akan infeksi." aku hanya menganggukan kepalaku. omong-omong tentang luka, aku meringis saat aku mengingat kalau luka yang aku bawa dari rumah saja belum aku obati.
"Ibu, aku rindu." aku sangat merindukan ibuku. Aku bahkan pernah membuat onar sampai masuk berita untuk dilihat ibuku, supaya dia tau bagaimana puterinya ini saat dia pergi jauh tapi karna kuasa ayah aku bebas dari segalanya.
___________
Bunyi alarm yang panjang membuat gadis berambut panjang mengeliat dibalik selimutnya, menendang selimut dengan kasar sampai selimut itu terjatuh dari kasur.
Anna yang terus menutup matanya memaksa untuk turun dari kasurnya dan berjalan kearah kamar mandi.
Tidak butuh waktu lama anna sudah keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk dan rambut yang basah.
Suara ketukan pintu membuat anna yang sedang memakai seragamnya melihat kearah pintu menunggu siapa yang akan masuk.
Salah satu fakta anna jarang mengunci pintu kamarnya.
"selamat pagi nona, ini sarapannya." ucap bibi sarah sopan dan hanya dibalas senyuman oleh anna.
bibi sarah masuk dengan membawa nampan yang berisi sarapan, karna dia sangat amat yakin anna tidak akan pernah mau sarapan dengan keluarganya.
"dimakan yah anna." anna hanya mengangguk sebagai jawaban setelah itu sarah langsung keluar dari kamarnya.
Anna berjalan kearah meja yang diatasnya tersimpan sarapan dia, dengan malas gadis itu mulai memakan sarapannya, setidaknya dia menghargai bibi sarah yang sudah membuatkannya sarapan.
Setelah semuanya selesai anna segera mengambil tasnya tak lupa dia juga mengambil maskernya untuk menutupi wajahnya yang luka dan dia pun keluar dari kamarnya, dengan helaan napas dia berjalan turun.
Saat akan turun dari tangga anna sempat mendengar percakapan keluarga dari meja makan.
"Ayah, aku ingin mobil." ucap elrora.
"Aku juga ayah." sambung aurora
"Iya iya sebentar kita beli sama-sama yah." kata ayahnya sambil tertawa.
Anna hanya memutar bola matanya malas, selama ini dia tidak pernah meminta apapun dari ayahnya, tapi wanita ular itu dan anak-anaknya hampir setiap saat. Ditambah lagi permintaan mereka langsung dipenuhi berbeda saat dia yang meminta.
Anna terus berjalan menuju pintu utama dan tidak memerdulikan mereka, bahkan ayahnya yang terus memanggilnya tidak dia pedulikan.
"Selamat pagi nona anna" ucap martin sambil tersenyum tulus dan anna membalas pak martin dengan senyuman tapi sebelum itu dia menurunkan maskernya.
bahagia selalu dan sehat selalu nona. Batin pak martin
Martin dan sarah sudah menganggap anna seperti anak mereka sendiri apalagi mereka yang selalu melihat bagaimana anna tumbuh menjadi gadis yang cantik seperti sekarang.
Tapi, ada saatnya mereka merindukan anna mereka yang dulu selalu tersenyum bahkan sangat cerewet tapi sekarang mereka hanya dapat melihat anna yang selalu berwajah datar, mendengar suara anna berbicara saja sangat jarang.
******
Anna melihat benda yang melingkar cantik dipergelangan tangannya dia yakin kalau sekarang bel masuk sudah berbunyi. dia berdiri dari bangku yang didudukinya dan bersiap untuk kesekolah.
"aku berangkat dulu bi." ucap anna sambil meletakkan beberapa lembar uang diatas meja. sebenarnya dia sudah sampai sejak tadi, hanya saja dia memilih masuk kedalam warung kecil yang berada dibelakang sekolah.
dia berjalan kearah pagar melihat kesamping kiri dan kanan setelah itu dia mulai mengambil tangga yang selalu disimpan di dekat pagar.
dia selalu datang pagi, tapi selalu saja dia lebih memilih ke warung itu daripada harus kesekolah. Sebenarnya alasan dia ke sekolah pagi hanya ingin menghindari drama keluarga yang biasanya terjadi pagi pagi.
Saat akan menaiki tangga,tiba-tiba ada suara yang menghentikan anna.
"Hei! Anna wilson tunggu aku." anna menghela napasnya kasar.
"jangan berteriak Ernest!"
"Kau menyuruhku untuk jangan berteriak tapi kau juga berteriak." anna mengelus dadanya, dia harus banyak bersabar dengan pria tampan satu ini, ernest sahabatnya.
"Aku heran,bukannya tadi kau sudah berangkat tapi mengapa kau harus melewati pagar." tadi ernest sempat menjemput anna tapi kata pak martin dia sudah berangkat, jadi sudah sepantasnya lelaki itu merasa binggung.
Tapi apa anna akan menjawab? tidak akan, karena anna sedang malas berbicara sekarang.
"tundukkan kepalamu br.ngs.k!" teriak anna lagi karna dia sedang menaiki tangga, karena saat ernest berbicara kepalanya mengikuti gerakan anna yang sedang menaiki tangga.
"Maaf." ucap ernest sambil menundukkan kepalanya dengan cepat.
Anna sudah melompat turun dari pagar, dia sedikit memperbaiki seragamnya dan mulai berjalan. sedangkan ernest , dia terus berbicara dan tidak menyadari kalau anna sudah meninggalkannya. saat ernest sampai di atas pagar wajahnya langsung berubah datar.
"untung aku menyukainya." lelaki itu melompat dan mulai berjalan menuju kelas.
Anna wilson dan Ernest sudah bersahabat sejak lama, apalagi rumah mereka yang bersebelah yang membuat mereka selalu bersama dan berakhir bersahabat jadi tidak heran lagi kalau mereka selalu berdua.
Awalnya orang orang sempat heran bagaimana bisa 2 orang yang sangat berbeda itu bisa bersahabat, anna yang sangat dingin, jarang berbicara, selalu menampilkan wajah datarnya bisa bersahabat dengan ernest yang friendly, banyak bicara, tampan, selalu tersenyum intinya sangat berbanding terbalik dengan sifat anna.
*****
Anna berjalan santai kearah kelasnya, dia heran sudah jam pelajaran pertama tapi setiap ruang kelas masih berisik.
"Mengapa kau suka sekali meninggalkanku hah?" ucap ernest sambil merangkul anna.
"kau sangat lambat."
Anna membuka pintu kelasnya dan kelasnya yang awalnya berisik seketika langsung diam.
Sedangkan anna hanya memandang dengan wajah heran pada teman kelasnya, saat mereka melihat yang membuka pintu adalah anna mereka langsung bernapas lega karena bukan guru yang membuka pintu.
Ernest masih tetap merangkul anna bahkan berjalan ke tempat duduk mereka saja ernest tidak melepaskannya, sedangkan dilain sisi mereka tidak menyadari kalau ada satu orang yang sedang mengepalkan tangannya karna melihat mereka berdua, dia adalah aurora saudara tiri anna.
jadi tahun ini adalah tahun terakhir anna dan aurora di sekolah tingkat akhir, sedangkan elrora dua tingkat di bawah mereka.
banyak yang tau kalau aurora adalah saudara tiri anna tapi mereka juga tau kalau hubungan kedua gadis itu kurang baik, bahkan anna tidak akan pernah mengakui aurora sebagai saudaranya.
"mengapa belum ada guru yang masuk?" tanya ernest pada Andrew yang berada didepannya, anna dan ernest duduk dipojok dan mereka juga menjadi teman sebangku.
"lagi rapat, soalnya pemilik sekolah datang secara mendadak hari ini."
"Benarkah? baguslah kebetulan aku sangat mengantuk." ernest melipat tangannya dimeja dan mulai menelungkupkan wajahnya, sedangkan anna mengambil ponsel dan headsetnya, dia mulai mencari aplikasi musik dan mendengarkan lagu kesukaannya yang bisa membuatnya nyaman.
Ponsel anna bergetar menandakan bahwa ada pesan masuk.
"Malam ini jam 8, di gedung xxxxx."
Setelah membaca pesan, anna mengunci ponselnya dan melihat keluar jendela.
*******
"Seluruh murid diharapkan segera menuju ruang aula, SEKARANG!."
Setelah mendengar pengumuman semua murid langsung menuju aula , ernest yang tadi sedang bermain game bersama teman-temannya langsung berhenti dan bangkit dari kursinya, tapi dia melihat anna yang tidak bergerak sedikitpun dan masih tetap melihat keluar jendela.
"Apa kau akan tetap duduk disitu, kau mau dihukum? ayo bangunlah." ernest menarik tangan anna, sehingga dia bangun dari kursinya dan mereka mulai berjalan menuju aula.
Setelah semuanya berkumpul acara pun dimulai, bahkan semua murid terkejut karna hari ini ada acara dadakan disekolah. ada kursi berjejer diatas panggung yang pasti kursi itu untuk para guru yang sudah duduk disana dan pasti kursi yang masih kosong untuk pemilik sekolah.
Anna sangat malas mengikuti acara seperti ini jadi dia hanya memainkan ponselnya, bahkan bukan hanya dia tapi ada beberapa murid yang sama sepertinya.
Beberapa saat kemudian pembawa acara yang mana adalah guru muda disekolah ini mempersilahkan pemilik sekolah naik keatas panggung, semua siswi langsung terpana dengan pemilik sekolah itu, pemilik sekolah itu terlihat sudah berumur bahkan sudah memiliki istri tapi dia masih sangat tampan, bahkan ada beberapa siswi yang mengagumi ketampanan pemilik sekolah.
Sedangkan anna, jangan ditanya dia sangat sangat tidak tertarik dengan hal-hal seperti itu, bahkan mengangkat kepalanya saja dia sangat malas.
tapi tiba-tiba ernest mengenggam tanganya erat, anna yang heran pun mengangkat kepalanya dan melihat sahabatnya yang sedang menatapnya dalam, tapi dia tidak memperdulikan itu dan menundukan kepalanya lagi.
Acara terus berlanjut sampai pemilik sekolah dipersilahkan untuk melakukan pidato.
"Selamat pagi semuanya, terimakasih untuk acara penyambutan ini, mungkin sebagian dari kalian sudah mengenal saya, tapi saya akan memperkenalkan diri saya lagi. Nama saya Mathew Lewis dan hari ini saya datang bersama istri saya Melisandra." Kata pemilik sekolah itu dan diakhiri dengan tawa.
Saat pemilik sekolah itu menyebut nama isterinya, anna yang awalnya memainkan ponselnya langsung mengangkat kepalanya dan melihat kearah panggung.
Matanya langsung berair melihat sosok wanita yang sedang tersenyum tulus pada pria itu, wanita yang selalu dia rindukan, wanita yang ingin dia peluk.
Tapi apa ini, wanita itu hari ini bisa tersenyum sangat lebar bahkan sangat cantik didepan sana sedangkan anna sampai hari ini tidak pernah tersenyum selebar itu.
Sekarang dia mengerti mengapa ernest mengenggam tanganya dan menatapnya seperti itu.
Kenyataan apa ini, anna sangat ingin bertemu wanita itu, tapi setelah melihat kejadian yang mana wanita itu sangat bahagia anna yakin kalau wanita itu memang sengaja tidak ingin bertemu dengan dia. tapi anna menggelengkan kepalanya supaya setiap hal negatif yang dia pikirkan langsung menghilang.
"Ibu." ucap dia dengan lirih, hatinya seperti tertusuk ribuan jarum, dia memang tidak merasakan sakit tapi kalau berhubungan dengan hatinya jangan ditanya.
Anna bahkan tidak pernah mengingat cara tersenyum bahkan tidak bahagia, tapi ibunya saat ini terlihat sangat bahagia.
Dengan kasar anna bangkit membuat kursi yang didudukinya berbunyi, semua mata yang disana langsung melihat ke arahnya bahkan wanita yang dia sebut ibu pun juga melihat kearahnya, bagai disambar petir siang bolong wanita itu juga sangat amat terkejut melihat anna, apalagi ditambah wajah gadis itu yang babak belur karna sebelum dia bangkit dia membuka masker yang dipakainya.
Anna sedang berlari mengelilingi lapangan padahal sekarang sudah pukul 11 malam, pikirannya kacau, dia hanya berharap kejadian yang terjadi tadi siang bisa menghilang dari ingatannya.
...----------------...
FLASHBACK ON
"Ibu?" anna terus menatap wanita itu, tapi karna ernest meremas tangannya, dia langsung menyadari kalau sekarang dia sedang menjadi pusat perhatian semua orang yang berada di aula.
Anna menghela napasnya kasar, membalikkan badannya dan mulai berjalan keluar.
Dia terus menundukkan kepalanya, air matanya pasti akan keluar kalau dia masih terus bertahan ditempat ini, jadi akan lebih baik jika dia keluar dan memilih rooftop untuk menjadi tempat menenangkan dirinya.
Setelah 1 jam dirooftop anna yakin kalau sekarang pasti acaranya sudah hampir berakhir jadi dia memilih untuk turun.
saat sampai dilantai bawah secara tidak sengaja dia melihat wanita yang sangat dikenalinya dan entah keberanian darimana dia mengikuti wanita itu yang menuju kearah toilet guru.
anna melihat sekelilingnya merasa tidak ada yang memperhatikannya dia pun mulai ikut masuk kedalam toilet.
saat masuk dia langsung melihat wanita itu yang juga tengah melihatnya dari cermin. wanita itu cukup terkejut dengan kehadiran anna.
"Ibu?" ucapnya lirih tapi wanita yang di panggil hanya melihat dia dengan wajah datar.
"Ibu, ini aku bu." ucap anna lagi dan mulai maju memeluk ibunya dari belakang tapi lagi dan lagi wanita itu hanya melihat dia datar dan tidak membalas pelukan dia.
Melisandra melepaskan pelukan anna dan membalikan badannya menghadap anna.
Anna yang merasa heran menjauhkan dirinya dari melisandra ibunya.
"Apa ibu tidak rindu padaku? aku sangat merindukan ibu, bahkan hampir setiap hari aku selalu ingin bertemu dengan ibu."
"Pergilah dari hadapanku." ucap wanita itu dengan dingin. sedangkan anna hanya diam dan binggung dengan perkataan ibunya.
"Apa maksud ibu, aku sangat menderita bu, bawalah aku pergi bersamamu ibu." Anna mulai menangis.
"Aku tidak mau bertemu lagi denganmu, kamu hanya anak..." melisandra sempat memejamkan matanya. "anak pembawa sial bagiku, kamu adalah anak yang tidak pernah diharapkan."
wajah anna langsung berubah datar, air mata yang semula jatuh langsung terhenti.
"Maksud ibu apa?" tanya nya datar bahkan ibunya saja mulai merasa aura yang berbeda dari dia.
"Kamu hanya sebuah kesalahan antara aku dan ... Ayahmu. Kami berdua menikah pun karena dijodohkan, aku bahkan ayahmu tidak pernah mengharapkanmu, jadi aku lebih baik memilih pergi dan lihat setelah aku pergi dari tempat itu dan menjauh darimu hidupku langsung berubah kan, aku tampak bahagia dan... Tubuhku tidak perlu di penuhi dengan luka lagi." melisandra tersenyum sinis.
Anna mengepalkan tangannya,memejamkan matanya berusaha mengatur emosinya yang mulai naik. "Ibu?"
"Jangan panggil aku ibu, karna sekarang aku sudah memiliki keluarga baru bahkan aku hanya memiliki 1 orang anak dan itu bukan kau."
Cukup sudah, aku tidak tahan. Batin anna.
"Begitukah?" dia maju satu langkah tepat didepan melisandra. Anna paling tidak bisa kalau emosinya dipancing.
"Nyonya Lewis , terimakasih atas penjelasannya." ucapnya dengan penuh penekanan setelah itu dia berbalik dan berniat berjalan keluar dengan kedua tangannya yang mengepal kuat bahkan tangannya sudah berwarna putih.
Tapi saat dia akan mencapai pintu, dia langsung berbalik berjalan dengan langkah lebar kearah melisandra dan anna memukul cermin yang ada dibelakang wanita itu. melisandra yang terkejut langsung menutup kedua telinganya.
Darah mengalir dengan derasnya dari tangan anna yang terkepal, tapi gadis itu tidak peduli dengan keadaan jari jari dan berteriak dengan keras.
"Apa kau tau, aku sekarang seperti orang gila. aku bahkan tidak pernah tau bahagia itu seperti apa, tersenyum itu seperti apa, aku bahkan sekarang menjadi anak pemberontak, aku bahkan bisa membunuh lebih dari 10 orang hanya untuk melampiaskan emosiku, aku tidak pernah mau dilahirkan dikeluarga ini!! bukan aku yang minta untuk berada dirahimmu!!" anna mengeluarkan semua perkataan yang selama ini dia pendam, dia mengacak rambutnya frustasi
"Aku bisa saja membunuh semua orang yang berada dirumah itu hanya untukmu, tapi apa ini? Apa yang aku dapat sekarang, persetan dengan menjadi anak durhaka." dengan emosi yang meledak ledak anna keluar dari toilet itu dengan bantingan pintu yang keras dan membuat melisandra terperanjat kaget.
Flashback off
Setelah kejadian dimana dia bertengkar dengan ibunya, anna langsung bolos dan pergi ke warung yang berada dibelakang sekolah, hanya tempat itu yang bisa dituju olehnya, karna dia tidak mungkin pergi ketempat lain, bagaimanapun dia tau kalau ayahnya masih terus mengirim orang untuk membuntutinya walaupun dia juga tau cara mengelabui mereka tapi sekarang bukan hanya orang ayahnya yang membuntuti dia tapi ada juga orang lain yang tengah mengincarnya.
Saat sedang menunggu untuk waktu pulang anna membersihkan luka pada tangannya yang mana dia memukul cermin, dia juga memaki dirinya sendiri karena kebodohannya dia malah terluka.
Saat dia menyadari sudah waktu pulang sekolah dia langsung pergi ke toilet untuk menukar pakaiannya.
Dipakainya pakaian santai ditambah lagi dengan topi dan masker, barulah dia keluar dari tempat itu saat keadaan sedang ramai dan pergi ketempat yang telah dia sewa untuk sekedar menyendiri sampai jam yang telah disepakatinya dengan jackson.
Saat dilihat anna pukul 7:35 pm dia mulai keluar dari tempat sewaannya dengan pakaian yang berbeda.
dia tau gedung itu tidak jauh dari tempat sewaannya jadi dia hanya perlu berjalan kaki ketempat itu.
saat sampai anna langsung disambut dengan 5 orang yang sudah diikat dikursi, dia sempat mengerutkan keningnya karna hal ini sangat aneh.
Karena, pertama dia tidak pernah mendapat jatah membunuh didalam gedung, kedua saat dia mendapat jatah membunuh orang-orang itu tidak akan pernah diikat tapi dia sendiri yang akan bersusah payah menangkap dan membunuh orang-orang itu.
Anna masih terus berfikir sampai getar ponsel menyadarkannya.
"cepat selesaikan tugasmu, aku tidak ingin kau kelelahan."
Anna hanya tersenyum membaca pesan itu, selanjutnya dia mulai mengeluarkan benda kesayangannya dan mulai menarik pelatuk pistol itu.
Dan berakhirlah dengan anna di lapangan ini berlari tanpa henti berharap semua yang terjadi dihidupnya akan menghilang bahkan berharap tidak pernah terjadi.
Hingga seorang pria menghalangi dia, anna yang tidak mendapat keseimbangan langsung menabrak pria itu dan mereka berdua sama-sama terjatuh.
"Apa kau gila, hah!" teriak anna.
"Maaf, aku hanya tidak tega kau seperti ini."
"hei! Ernest, tau apa kau bang.sat!" pria itu adalah ernest, pria yang selalu ada walaupun dia tau anna tidak akan menganggap serius kehadirannya.
"Sudahlah, ayo pulang ini sudah hampir tengah malam." ernest bangkit dari duduknya, dia memegang tangan anna sehingga gadis itu juga terbangun dari duduknya dan mulai berjalan pulang.
******
"Dari mana saja kau?" suara bass seorang pria menyambut anna yang baru saja membuka pintu utama. Anna hanya terkekeh pelan dan terus berjalan tidak peduli dengan pria dewasa yang sedang menatapnya dingin.
"anna wilson!!! Aku sedang bertanya padamu." teriak ronan yang membuat semua orang dirumah itu terbangun dan langsung menuju ruang depan.
"Bukan urusanmu." anna berbalik dan mulai menatap ayahnya datar.
"Sudah mulai berani kau sekarang!" anna yang mendengar itu hanya tertawa tapi cara tertawanya membuat orang yang disana merasa aneh.
"Hari ini aku bertemu dengan mantan istrimu." semua yang berada disana merasa terkejut bahkan ayahnya sampai melototkan matanya.
"melisandra, ah.. Bukan nyonya lewis." ucap anna sambil tersenyum miris.
"Jadi mengapa kau tidak pergi bersama ibumu itu, dan malah balik kerumah ini." ucap ronan tapi dengan wajah masam.
"bisa saja tapi sayangnya kau masih terus saja mengikatku dengan para penguntit yang kau kirim itu dan lebih disayangkan lagi wanita itu tidak menginginkanku." ronan tertawa mendengar perkataan anna.
Ronan pun berjalan kearah sofa dan duduk disana sambil memangku kaki kanannya.
"benarkah? Jadi sekarang apa yang akan kau lakukan? Ibumu saja tidak menginginkanmu lagi."
Anna terdiam mendengar ucapan ayahnya, aura dari seorang anna pun berubah drastis.
"sama sepertimu kan? Kau mendapat keluarga baru dan setelah itu kau malah menghancurkan aku. Aku juga mau hidup seperti anak seusiaku, aku juga mau hidup normal."
Lagi lagi ronan tertawa dan menatap anna lama.
"Jadi apa maumu?" akhirnya pertanyaan yang selama ini ditunggu anna keluar juga, anna tersenyum sinis dan menjawab ayahnya dengan nada yang tenang.
"Bebaskan aku, bebaskan aku dari kehidupan ini, biarkan aku pergi dan hidup dengan normal." mendengar perkataan anna, martin dan sarah langsung terkejut dan mulai menangis dalam diam sedangkan ibu dan saudara tirinya tersenyum penuh kemenangan.
Ronan diam memikirkan perkataan anna. "Pergilah, sebelum aku berubah pikiran tapi kau harus pergi jauh dari hadapanku dan jangan pernah muncul dihadapanku lagi, berani kau muncul atau hanya sehelai rambutmu yang aku lihat saat itu juga aku akan menyuruh orangku untuk membunuhmu."
"Baiklah." jawab anna tegas. saat dia akan berbalik menaiki tangga suara ayahnya langsung menghentikannya.
" tapi dengan syarat. syaratnya jangan membawa apapun dari dalam rumah ini."
"Aku hanya pergi melihat kamarku karna ada barang yang lebih penting daripada barang barang dirumah ini." ucap anna dan mulai melangkah kearah tangga menuju kamarnya, sedangkan martin dan sarah mengikutinya dari belakang.
"anna, aku mohon jangan pergi." ucap sarah sambil menangis.
"anna, ibumu menitipkan kau pada kami, bagaimana kalau dia tau kau pergi dari rumah ini." perkataan martin membuat anna berhenti sejenak dari aktivitasnya tapi dia melanjutkan kegiatannya dan tidak memperdulikan perkataan martin lagi.
Anna terus mengecek kamarnya dan benar saja dia menemukan beberapa penyadap ditempat ini. Bahkan didalam rumahnya saja mereka tidak mempercayainya atau mungkin menganggap dia penjahat.
"Pergilah ketempat ini, dan jangan membawa apapun dari rumah ini, tinggalkan ponsel, pokoknya semuanya yang berasal dari rumah ini." anna menyerahkan sebuah kertas yang menuliskan alamat.
"Ambillah uang dari rekening ini." anna menyerahkan sebuah buku rekening.
"Hubungi nomor ini kalau kalian sudah melakukan apa yang aku suruh."
Awalnya martin dan sarah binggung dengan maksudnya, tapi setelah itu mereka hanya menganggukan kepala.
Hari ini adalah awal dimana anna berjalan mengikuti kemauannya bukan kemauan orang lain, bukan juga mengikuti kata ayahnya tapi kata hatinya, berjalan mengikuti langkah kakinya.
_________
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!