NovelToon NovelToon

Paman Mu Suamiku

Batalnya pernikahan

"Jennifer William Henry Raider!"

"Aku sudah tahu."

Sosok wanita cantik berambut hitam panjang bergelombang duduk termenung di atas ranjangnya, keadaan kamarnya benar-benar berantakan dan tak terbentuk. Tapi bukan hal itu yang menarik perhatian, melainkan sebuah gaun pernikahan yang sudah tercabik-cabik dan terpotong tak berbentuk.

Sosoknya yang berusia 24 tahun dan sudah sepantasnya menikah kini memilih untuk merenungi nasibnya, besok adalah hari pernikahannya dengan laki-laki yang dia cintai, tapi sosoknya justru memilih untuk pergi dengan wanita lain, ahh bukan wanita lain melainkan sahabatnya sendiri, Elizza.

Jennifer tidak menyangka jika kekasihnya, Andrew Karl Neville mengkhianatinya sejak lama. Kenapa harus seperti itu? Jennifer akui bahwa sahabatnya memang cantik, tapi dirinya juga tidak bisa di katakan jelek, justru orang-orang mengatakan bahwa dirinya sangat cantik.

Sayangnya, dia terlalu tertutup terhadap pakaian, tidak seperti Elizza yang begitu menarik dan seksi.

"Jennifer....!!"

"Mami, aku mohon. Jangan banyak tanya, aku lelah...." Ucap Jennifer dengan masuk kedalam selimut nya.

Wanita setengah baya itu menghela nafas panjang, dia menghampiri putri satu-satunya yang terlihat menyedihkan sekarang. Dielus nya rambut Jennifer sebelum akhirnya pergi dari sana.

Setelah kepergian sang ibu, Jennifer kembali terisak. Dia benar-benar merasa sakit di dadanya, semuanya terlalu mendadak bahkan Jennifer berharap ini hanyalah candaan mereka untuk kejutan esok hari.

Tapi, setelah besok pun tidak ada tanda-tanda mengenai pernikahannya yang akan berlangsung, justru berita mengenai batalnya pernikahan dia sudah menjadi trending topik di sekitarnya.

"Aku benci kalian!" Gumam Jennifer dengan membakar foto dirinya dan Elizza, Elizza adalah sahabatnya sejak kecil karena mereka tetangga.

Namun, setelah orang tuanya Elizza bercerai mereka akhirnya pindah dari sana karena sang ibu hidup pas pasan.

"Jennifer, bersiaplah. Ada tamu yang datang...."

"Siapa?" Heran Jennifer, dia membuka pintunya dan melihat sosok wanita setengah baya yang tersenyum padanya.

"Bersiap dan lihat saja." Ucapnya sebelum akhirnya pergi.

Jennifer menghela nafas panjang, dia mulai mencuci wajahnya dan bersiap-siap untuk turun. Jennifer melangkahkan kakinya untuk menuruni tangga, hentakan kakinya terdengar menggema di sana, Jennifer melihat ada beberapa orang yang sangat dia kenali tengah duduk di sofa.

"Jennifer...." Sapa mereka dan Jennifer hanya tersenyum tipis sebelum akhirnya duduk di samping papa nya.

"Jennie, sungguh kami tidak tahu akan jadi seperti ini pada akhirnya. Andrew benar-benar melakukan kesalahan besar, apa kau bisa memaafkan kami nak?" Tanya wanita paruh baya dengan penuh permohonan.

"Aku mengerti, dan lagi ini semua juga salahku." Tunduk Jennifer yang memainkan jari tangannya.

"Apa maksudmu nak?" Tanya mereka heran, Jennifer menatap mereka dan sedikit terkejut, dia melihat sosok laki-laki yang sangat jarang ia temui, selama dia berpacaran dengan Andrew selama 4 tahun, baru dua kali dia bertemu dengannya.

Dia paman Andrew yang tak lain adik dari papa nya, Asher. Lebih tepatnya, Asher William Karl Neville. Sosok laki-laki berusia 31 tahun, dia sangat tampan dengan sorot matanya yang dalam namun tenang, bentuk tubuhnya pun terlihat sangat seksi karena berotot, begitu pun dengan ukiran wajahnya yang sempurna.

Laki-laki itu tengah menatapnya dalam, hal itu membuat Jennifer sedikit gugup. Andrew memang tampan, tapi dia hanya bisa di kategorikan tampan dalam artian tampan saja, tidak seperti Asher yang memiliki kharisma dan ketampanan yang sempurna.

"Itu, ahh mungkin karena aku terlalu sibuk di perusahaan papi selama masa kuliah, sehingga tidak ada waktu untuk nya. Dan lagi, itu... Aku, maksudku, aku juga, itu... aku tidak mengizinkan Andrew untuk menyentuh ku, karena itulah dia dan Elizza....." Gugup Jennifer tanpa sadar mengatakan hal tersebut.

Mereka benar-benar shock mendengar kenyataan ini, hubungan intim selama pacaran memang sudah biasa dan bukanlah hal yang aneh, tapi mereka tidak menyangka jika Jennifer tidak melakukannya selama masa pacaran, bahkan sudah 4 tahun lamanya.

Jennifer juga bisa melihat ekspresi terkejut dari Asher, laki-laki itu terlihat tidak percaya namun melihat Jennifer yang bersungguh-sungguh akhirnya dia paham, laki-laki memang akan mencari kepuasan di wanita lain, meskipun kekasihnya begitu cantik dan sempurna.

"Maafkan kami nak, kami benar-benar tidak tahu bahwa mereka seperti itu. Meskipun kau tidak jadi menantu kami, tapi sering-seringlah berkunjung ke rumah." Senyum wanita paruh baya dengan menyentuh tangan Jennifer.

"Baik Tante." Senyum Jennifer.

Mereka kembali berbincang mengenai hubungan Jennifer dan Andrew, kedua orang tua Jennifer juga sudah memaafkan kesalahan Andrew yang pergi sebelum pernikahannya tiba, mereka justru bersyukur karena putri satu-satunya mereka belum resmi menikah.

Jennifer pergi ke dapur untuk membuat beberapa potong buah, Jennifer tidak tahu jika Asher mengikutinya dari belakang dan kini berdiri disampingnya.

"Kau ternyata memiliki hati yang luas ya." Celetuk Asher yang membuat Jennifer terkejut, dia melirik Asher sekilas sebelum akhirnya fokus pada potongan buahnya.

"Apa maksud paman?" Tanya Jennifer heran.

"Apa hubungan mu dan Andrew baik-baik saja sebelumnya?" Tanya nya, kini dia menatap Jennifer dari samping dengan bersandar pada kulkas.

"Ya, semuanya baik-baik saja." Balas Jennifer dengan menundukkan kepalanya.

"Kau merasa lega karena laki-laki sialan sepertinya tidak jadi suami mu atau kau merasa sesak karena pengkhianatan yang dilakukan oleh kekasih dan sahabat mu?"

"Aku merasa dua-duanya." Jujur Jennifer dengan menatapnya sehingga mereka saling pandang.

"Kalau begitu, apa yang akan kau lakukan? kau akan mencari dan membalas dendam atau duduk manis dan menerima semua pengkhianatan ini?" Penasaran Asher.

"Entahlah, mereka sudah hidup bahagia dan akan menjadi keluarga kecil yang bahagia. Aku tidak mau mengganggu kisah cinta mereka...." Ucap Jennifer santai, meskipun begitu hatinya merasa sakit dan sesak.

"Kau terlalu naif." Ucap Asher dengan memegang rambut Jennifer lembut.

"Ya, aku tahu. Jika pun aku membalas mereka, aku harus apa dan bagaimana?" Heran Jennifer, dia tidak ingin melakukan kekerasan.

"Balas mereka dengan perselingkuhan juga, ahh maksudku dengan pernikahan juga." Bisik Asher yang membuat Jennifer terkejut.

"Mereka pasti belum menikah, kenapa tidak kau duluan yang menikah? dengan begitu, mereka tidak akan menyangka bahwa kau akan secepat ini menikah." Jelasnya dengan santai.

"Paman, pernikahan bukanlah hal yang bisa di mainkan! paman benar-benar ya!!" Kesal Jennifer yang hendak pergi, namun segera di tahan oleh Asher.

"Apa aku mengatakan bahwa pernikahan itu hanya mainan?" Tanya Asher dan Jennifer terdiam.

"Aku serius, Jennie. Menikahlah denganku, katakan pada mereka bahwa kau juga sudah bersama ku sejak lama. Dengan begitu, mereka juga bisa merasakan rasa sakit seperti yang kau rasakan." Jelas Asher dengan memegang pipi Jennifer.

Ekspresi wajah Jennifer benar-benar buruk, dia benar-benar shock mendengar perkataan Asher. Laki-laki dewasa didepannya terlihat begitu serius dan tidak main-main, hal itu membuatnya tidak bisa berkutik. Bahkan, untuk sekedar mengangguk dan menggeleng pun dia tidak sanggup untuk melakukannya.

Bertemu

Orang gila mana yang percaya dengan perkataan Asher tadi sore, yang jelas hal itu sangat mengganggu pikiran Jennifer yang saat ini sedang duduk melamun di balkon kamarnya.

Jennifer menatap langit malam yang gelap tanpa adanya bintang satupun, langitnya benar-benar gelap. Mungkin, akan turun hujan malam ini, cuacanya juga terasa begitu dingin namun tidak membuat Jennifer pergi meninggalkan balkon.

Justru, cuaca seperti inilah yang diinginkannya untuk duduk melamun seorang diri.

"Jika semuanya berjalan seperti biasa, mungkin malam ini adalah malam pernikahan kita...." Ucap Jennifer, dia menatap layar laptop yang memperlihatkan foto prewedding mereka berdua yang terlihat begitu romantis dan penuh kebahagiaan.

"Hatiku masih sakit, Andrew. Jika bertemu lagi, aku harap kau meminta maaf yang sepantasnya padaku." Ucap Jennifer, tangannya sibuk menghapus semua foto tentang dirinya dan Andrew, bahkan dengan Elizza juga.

Semuanya di hapus bahkan di sosmed nya juga, sehingga tidak ada foto mereka yang tertinggal sedikit pun. Hal itu benar-benar membuat Jennifer lega, dia menyandarkan punggungnya di kursi.

Tiba-tiba saja, ponselnya berbunyi. Dan itu adalah nomor baru, Jennifer mengabaikannya seperti biasa. Ada begitu banyak nomor baru yang selalu menelponnya dan mereka semua orang-orang yang menyukai nya, benar-benar merepotkan. Namun.....

"Angkat, ini aku.. Asher."

Mata Jennifer melotot, dia nampak terkejut. Dengan cepat dia mengangkat nya, bagaimana pun juga Asher adalah laki-laki dewasa, dia tidak ingin dikatakan sebagai wanita tidak sopan.

"H-halo?" Sapa Jennifer dengan sedikit gugup.

"Kau sedang apa?"

"Apa? ahh ini, aku sedang duduk di balkon. Kenapa?"

"Lihatlah ke bawah."

Jennifer menaikkan sebelah alisnya, dia beranjak dari tempat duduknya dan melihat ke bawah. Untuk kesekian kalinya Jennifer terkejut dengan sosok Asher, dia melihat sosoknya yang berdiri di bawah.

"Apa yang paman lakukan?" Kaget Jennifer.

"Turunlah."

"Tunggu sebentar."

Jennifer segera beranjak, dia mengambil kain tipis untuk menutupi tubuhnya karena sekarang dia hanya memakai gaun tidur tipis selutut dengan pundak yang terlihat. Rambut panjangnya dia biarkan terurai begitu saja, sehingga membuat sosoknya terlihat sangat cantik dan memukau.

"Jennie, mau kemana?" Panggil Diane, mama nya.

"Keluar sebentar mi..." Balas Jennifer sambil berlari kecil.

Jennifer berlari hingga berada di samping kediamannya, dia melihat sosok laki-laki tampan yang memakai kemeja hitam dengan lengan yang di gulung dan dua kancing yang terbuka, benar-benar tampan dan seksi!!!

"Paman." Sapa Jennifer dengan sedikit ngos-ngosan.

"Kau berlari?" Tanya Asher dengan menyentuh kening Jennifer yang terdapat keringat di sana.

Posisi mereka saling berhadapan, wajah Jennifer berhadapan dengan dada bidang Asher yang tercium sangat harum dan segar, hal itu membuat Jennifer menggigit bibir bawahnya, dia tidak ingin terlihat jelas bahwa saat ini dia tergoda dengan tubuh paman dari mantan kekasihnya itu.

Tapi, Asher sangat menggoda untuk dia lewatkan.

"Hmm ya, ada apa paman kemari?" Tanya Jennifer sedikit mundur, hingga tangan Asher di keningnya terlepas. Jennifer segera merapikan rambutnya dan diam menunduk dengan menggaruk hidungnya yang tidak gatal.

"Duduklah." Ucap Asher, dia sudah duduk di kursi taman.

"Baik." Patuh Jennifer yang segera duduk di sampingnya.

"Mereka berdua ada rumah Elizza, kau tahu kan tempatnya dimana?" Tanya Asher.

Jennifer menatapnya sehingga mereka berdua saling tatap, dengan cepat Jennifer memalingkan wajahnya dan sedikit berdehem.

"Aku tidak tahu tempat nya, karena selama ini dia tidak pernah mengajakku ke sana, yang aku tahu tempat nya berada jauh dari kota." Ucap Jennifer yang tertunduk dengan memainkan jari tangannya.

"Kau mau ke sana? aku akan mengantarmu...."

"Untuk apa?"

Lagi dan lagi, keduanya saling pandang. Mata Asher yang semula menatap mata Jennifer kini turun menuju bibirnya, Jennifer sadar hal tersebut dan segera berbalik, dia sangat gugup sekarang, benar-benar gugup. Otaknya terasa kosong, bahkan kesedihannya pun dia lupa.

"Bagaimana dengan tawaran ku?" Tanya Asher.

Jennifer berkedip-kedip bingung, hingga akhirnya dia sadar tentang tawaran yang diberikan oleh Asher tadi sore saat acara makan di kediamannya, Jennifer bingung karena harus mengatakan apa. Yang jelas dia.....

"Aku, maafkan aku paman. Aku tidak--"

"Mereka akan tinggal di kediaman utama setelah masalah ini redup." Potong Asher yang membuat Jennifer terdiam, Jennifer menatap Asher yang terlihat serius.

"Kenapa paman ingin menikah denganku? apa hanya sekedar membantu atau...."

"Aku tertarik padamu, Jennie....."

Untuk kesekian kalinya Asher membuat Jennifer diam tak berkutik, terlebih sekarang. Apakah Asher baru saja mengungkapkan rasa cinta padanya? jika iya, bagaimana mungkin? laki-laki sekeren dirinya menyukai nya? sungguh benar-benar aneh!!

"Paman, jangan bercanda. Bagaimana mungkin paman..."

"Aku serius, Jennie." Ungkapnya.

"Paman, ini pertemuan kita yang ke tiga kali. Pertemuan pertama, kita tidak berbicara sedikit pun. Pertemuan kedua tadi sore, dan ini pertemuan ketiga nya. Bagaimana bisa paman menyukai ku? sungguh hal yang sangat aneh...." Ucap Jennifer tak senang.

"Ya, kau benar. Di pertemuan pertama aku memang penasaran dengan mu. Sedangkan di pertemuan kedua, kau benar-benar menarik perhatian ku. Untuk sekarang, aku benar-benar serius padamu." Ucapnya, yang lagi-lagi membuat Jennifer menghela nafas panjang.

"Aku masih trauma dengan pernikahan, jika paman ingin segera menikah maka menikahlah dengan wanita la--"

"Aku hanya ingin menikah dengan mu."

Diam, Jennifer diam dan tidak menghiraukan ucapan Asher. Hingga akhirnya, rintikan hujan mulai membasahi bumi, mereka berdua saling pandang dan segera bergegas untuk masuk.

"Paman ayo masuk." Ajak Jennifer.

Mereka berdua berlari kecil untuk masuk kedalam rumah Jennifer, meskipun jaraknya dekat tapi hal itu membuat keduanya sedikit basah. Jennifer membawa Asher kedalam kamarnya untuk mengambil handuk, kedua orang tuanya sudah tidur karena ini benar-benar larut malam, begitu pun dengan para pelayan.

Ditambah cuaca hujan seperti ini membuat mereka semakin lelap dalam tidurnya.

"Paman, duduk dulu." Ucap Jennifer yang menyuruh Asher untuk duduk di sofa yang ada didalam kamarnya.

Asher menurut, dia melihat sekeliling kamar Jennifer yang terlihat rapih dan harum khas nya, hingga akhirnya matanya berhenti di sosok Jennifer yang terlihat memakai gaun tidur yang sedikit tipis sehingga saat terkena air hujan, gaunnya sedikit menerawang.

Asher berdehem, dia melonggarkan bajunya agar tidak panas. Untungnya saja, Jennifer segera berganti pakaian dan datang dengan membawa handuk.

"Paman, lap dulu wajah dan rambut paman." Ucap Jennifer yang menyerahkan handuk tersebut pada Asher.

"Terimakasih, Jennie." Ucap Asher yang menerima handuk tersebut dari Jennifer.

"Aku akan membuat teh untuk paman." Senyum Jennifer sedikit canggung dan segera pergi dari sana.

Setelah kepergian Jennifer, Asher menghela nafas panjang. Dia menggigit bibir bawahnya, bayangan Jennifer kembali teringat. Dia laki-laki dewasa, tentu saja melihat Jeniffer yang seperti tadi membuat sesuatu dibawahnya sedikit terusik.

Itu adalah reaksi yang normal.

Gila

Di dapur, Jennifer mengatur detak jantungnya yang terus berdebar kencang. Dia benar-benar tidak mengerti dengan perasaannya sendiri, bagaimana bisa secepat ini dia meluapkan Andrew? apa karena rasa kecewa dan sakit hatinya sehingga dia bisa dengan mudah melupakan nya?

Jika memang benar, dia benar-benar berterimakasih karena tidak membutuhkan waktu yang lama dia bisa melupakan mereka.

Setelah selesai membuat teh untuk Asher, Jennifer kembali kedalam kamarnya. Dia melihat Asher yang sedang duduk dengan memainkan laptopnya.

"Laptopku!!" Kaget Jennifer, dia segera meletakkan tehnya di depan Asher dan melihat keadaan laptop nya yang basah karena dia lupa mengambilnya di balkon.

"Masih hidup." Ucap Asher, dia memperlihatkan layar laptop Jennifer yang menyala.

"Hah, syukurlah." Lega nya dengan bersandar pada sofa, Jennifer mengambilnya dan memangku laptop tersebut namun segera di tahan oleh tangan Asher sehingga tangan Asher berada di pahanya.

"Basah, jangan sampai kena gaun mu." Ucapnya, hal itu membuat Jennifer mengangguk dan kembali meletakkan laptop tersebut di atas meja.

"Ah baju paman basah, aku akan mengambil switer. Paman mau memakai nya? maksud ku, baju paman akan aku keringkan...." Jelas Jennifer sedikit gugup.

"Ya." Angguk Asher, Jennifer beranjak dan mengambil Hoodie nya yang besar, dia memang menyukai pakaian oversize karena tidak membentuk tubuhnya yang seksi.

"Ini...." Ucap Jennifer yang menyodorkan Hoodie berwarna hitam pada Asher, Asher menerima nya dan langsung membuka kemejanya dihadapan Jennifer, hal itu membuat Jennifer tercengang.

Dia baru saja hendak mengatakan bahwa Asher bisa membuka pakaiannya di kamar mandi, tapi nampaknya itu semua terlambat.

Ada hal yang membuat Jennifer terkejut, ada sebuah tato di pundak dan dadanya. Tato berbentuk ular yang besar dan menyeramkan, dan itu terlihat seperti melilit di lengannya yang berotot.

"Ularnya sangat menyeramkan." Celetuk Jennifer yang membuat Asher menatapnya bingung, dia melirik dadanya hingga akhirnya tertawa kecil.

"Dari mana nya terlihat seperti ular hmm? coba kau lihat baik-baik..." Ucap Asher yang memperlihatkan tato nya pada Jennifer dengan posisi yang mendekati Jennifer sehingga mereka berdua begitu dekat jaraknya.

Jennifer menatap tato tersebut dan meneliti nya dengan baik, hingga akhirnya dia sadar. Itu bukan ular, melainkan naga. Dia sangat amat malu!!

"Aku tidak melihat nya dengan jelas, maafkan aku paman." Malu Jennifer.

"Tidak apa-apa." Angguk nya yang memakai Hoodie Jennifer, tercium aroma Jennifer yang sangat harum dan Asher sangat nyaman memakainya.

Suara hujan yang deras namun tidak disertai petir membuat cuaca semakin dingin aneh, yah aneh bagi mereka berdua yang bukan siapa-siapa berada dalam satu kamar. Terlebih, posisi mereka berdua benar-benar dekat.

Mereka berdua bingung, apa yang harus mereka lakukan sekarang. Asher ingin pulang, tapi hujannya sangat deras sekali.

Disaat seperti itu, ponsel Jennifer berbunyi. Tertera nama seseorang yang membuat Jennifer diam, dia melirik Asher yang juga menatapnya. Asher melihat nama peneleponnya, dia Andrew.

"Kenapa tidak mengangkat nya?" Tanya Asher heran, dia bersandar pada sofa dengan santai.

"Untuk apa? aku rasa, dia menelpon ku karena ingin meminta maaf. Bukankah kata paman dia akan kembali ke kediaman?" Tanya Jennifer dan Asher mengangguk.

"Tentu saja, dia tidak mungkin meninggalkan rumah. Bagaimana pun juga dia seorang anak tunggal, dan lagi kekasihnya juga tidak mungkin membiarkan nya hidup miskin. Dia masih membutuhkan warisan." Ucapnya dengan santai, hal itu sangat di benarkan oleh Jennifer.

"Angkatlah..." Ucap Asher, Jennifer menggelengkan kepalanya dan menatap kearahnya.

Asher mengambil ponselnya dan mengangkatnya, mata Jennifer melotot. Dia hendak protes namun Asher menarik pinggangnya hingga mereka saling berhadapan dengan tubuh yang menempel.

"Halo Jen, ini aku. Elizza....."

Jennifer menaikkan sebelah alisnya, dia menatap Asher yang tengah menatapnya. Tangan Asher masih melingkar di pinggangnya sehingga dia tidak bisa berkutik dan tetap berada di posisi nya yang menempel pada tubuh Asher.

"Kenapa?" Balas Jennifer enggan.

"Kau masih marah padaku? sungguh aku tidak sengaja, aku menyuruh Andrew untuk tetap menikah denganmu dan membiarkan ku pergi tapi dia tidak mau melakukannya dan memilih untuk mengikuti ku kemari...."

Jennifer menghela nafas panjang, dia mencari letak yang nyaman dengan sedikit bergerak. Hal itu membuat Asher menelan ludahnya bulat bulat karena posisinya semakin nyaman dengan Jennifer yang bersandar padanya.

"Bagaimana, apakah enak?" Tanya Jennifer sebagai santai.

"Eh, apa maksud mu? apa yang enak?"

"Tentu saja berselingkuh dengan kekasihku, ahh maksud ku dengan mantan tunangan ku. Bagaimana rasanya? pasti sangat mendebarkan bukan?" Senyum Jennifer, dia tidak mendengar suara Elizza lagi. Mungkin, wanita itu shock karena ucapan Jennifer yang baru pertama kali ini dia dengar, biasanya Jennifer begitu lembut dan baik padanya.

"Dan ya, terimakasih karena sudah mengambil sampahku. Aku seharusnya berterimakasih padamu, El. Kau benar-benar mengambil seseorang yang ingin aku buang sejak dulu...." Sambung Jennifer, kepalanya sudah bersandar di dada bidang Asher. Itu bukan karena sengaja, tapi kalian tahu sendiri bagaimana seseorang jika sedang teleponan. Mereka benar-benar tidak sadar dengan situasinya....

"Aku masih tidak mengerti apa yang kau maksud Jen, bukankah kau sangat mencintai Andrew? kau baik-baik saja kan?"

"Ya, tentu saja. Apa kau ingin aku terlihat gila dan tidak baik-baik saja? kau sungguh jahat, El. Aku memberikannya padamu karena ingin kau bahagia, tapi kau justru ingin membuat ku gila.... Benar-benar jahat, sahabat macam apa kau ini?" Ucap Jennifer dengan memainkan jari jari tangan Asher yang berada di perutnya, dia masih belum sadar juga.

"Apa? tentu saja tidak, aku... aku juga ingin kau bahagia, Jen. Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk...."

"Kalau begitu selamat atas kehamilan mu, semoga kau bisa menjadi ibu yang baik." Ucap Jennifer dengan mematikan sambungan teleponnya dan menghela nafas berat, dia terdiam beberapa saat.

Ekspresi wajahnya terlihat aneh, dia menelan ludahnya bulat bulat dan melirik tangan seseorang yang sedang dia mainkan, bahkan Jennifer bisa merasakan detak jantung seseorang di punggungnya. Posisi nya benar-benar aneh, Jennifer menggerutu dalam hatinya, dia sungguh tidak sadar!!

"M-maafkan aku paman, aku benar-benar tidak sadar." Ucap Jennifer yang segera beranjak, namun tangan Asher yang menahan perutnya tidak bisa membuat nya terusik, justru Asher semakin merapatkan tubuhnya sehingga kepala Jennifer berada didepan wajahnya.

Bisa Jennifer rasakan hembusan nafas Asher yang panas berada di telinganya, rasanya aneh dan menggelikan. Cuacanya juga benar-benar sangat mendukung untuk suasana yang aneh saat ini.

"Kau sahabat yang baik ternyata." Ucap Asher dengan suara beratnya, jika Jennifer menoleh ke arahnya, bisa dia pastikan bahwa bibir mereka akan bertemu. Karena itulah, Jennifer hanya diam dengan tubuh tegang nya.

Ini bukan pertama kalinya dia berada di posisi seperti ini, dia sering melakukannya dengan Andrew tapi hanya sebatas itu juga, tidak lebih.

Karena, entah kenapa Jennifer merasa takut. Tapi sekarang, Jennifer sungguh penasaran dan menginginkannya.

Nampaknya, dia memang sudah gila!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!