NovelToon NovelToon

DIKIRA TUKANG OJEK Ternyata Pengusaha

Chapter 1.Hinaan

Kring... Kring, bunyi ponsel Arkan di dalam saku celananya, Arkan menepikan motornya ditepi jalan dan mengambil ponselnya di saku celana yang masih berbunyi karena ada panggilan masuk. Saat Arkan melihat nama Senja di layar ponselnya Arkan segera menekan tombol hijau yang bergambar telpon itu.

"Halo dek, assalammualaikum, ada apa dek?" tanya Arkan di telponnya. Arkan sudah biasa mendapat telpon dari kekasih yang sangat di cintainya jam begini.

"Waalaikumsalam mas." Jawab Senja diseberang telpon.

"Mas bisa gak jemput aku dikafe?" tanya Senja lagi. Senja bekerja dicafe sebagai pelayan sedangkan Arkan hanya ngojek

"Kapan dek." Tanya Arkan lagi ditelepon.

walaupun Arkan tau Senja pulang jam segini, namun Arkan sengaja bercanda dengan kekasihnya itu.

"Sekarang mas, adek udah mau pulang tau?" jawab Senja kesal pada kekasihnya itu.

"Apa mas lagi sibuk ya?" tanya Senja lagi.

"Eh, enggak kok. Oke sekarang mas kesana ya dek, di tunggu ya?" Arkan langsung melajukan motornya ke restoran tempat Senja bekerja.

"Iya, hati-hati di jalan ya mas." Senja mengingatkan kekasihnya agar berhati-hati dan tidak terburu-buru membawa motornya.

"Oke dek assalammualaikum." Ucap Arkan di akhir telpon.

"Waalaikumsalam," jawab Senja, kemudian Senja memasukkan ponselnya ke dalam mini bag yang di pakainya, Setelah itu dia duduk di halte menunggu Arkan kekasihnya datang menjemputnya.

Sedangkan di rumah Pak Handoko yaitu orang tau Senja, sedang duduk Kakak perempuan Senja yang bernama Amira yang di panggil sebagai Mira.

Di sana juga ada Kakak lelaki Senja yang bernama Arsen. Keduanya adalah Kakak yang baik, Kakak yang selalu melindungi Senja setiap ada masalah. Namun setelah menikah dengan Firman kelakuan Mira berubah.

"Kak Arsen." panggil Amira kepada kakak sulungnya.

"Heum," jawab Arsen berdehem tanpa menoleh kepada Mira.

"Kak, aku tidak habis pikir deh sama Papa dan Mama, bisa-bisanya mereka mau menikahkan Senja dengan orang miskin itu," yang dimaksud oleh Mira adalah Arkan, yaitu Arkana Argantara  nama lengkapnya.

Mira yang dulunya menjadi tameng untuk Senja, kini berubah karena pengaruh dari suaminya yang tamak dan suka main perempuan.

Begitu juga dengan Arsen dia yang dulunya sangat peduli pada Senja dan kedua orang tuanya kini juga berubah, Arsen mengira kalau adiknya Senja tidak becus mencari suami.

"Iya , Kakak juga berpikir begitu, harusnya Senja cari suami yang berada bukan tukang ojek, Mama juga apa nggak malu nanti punya menantu orang miskin, apa kata tetangga." Arsen hanya menggeleng kepala.

"Itulah kak yang jadi masalahnya." Timpal Amira atau di sebut Mira.

"Setidaknya Mama tu carilah suami untuk Senja yang kerja kantoran, kayak mas Firman dan Mbak Desi." Mira membanggakan Firman suaminya yang kerja kantoran.

Begitu juga Desi istrinya Arsen yang banyak gaji karena jadi orang kepercayaan Kakeknya Arkan. Tapi semua tidak tau kalau butik tempat Desi bekerja adalah milik Kakeknya Arkan yaitu milik Arkan juga.

"Sudahlah harus nya kita senang kalau Senja menikah, masalah miskin itu urusan dia, dia yang memilih," Arsen tidak mau ambil pusing, dia masih banyak pekerjaan yang harus di selesaikan.

Arsen pasrah saja kalau adiknya memilih lelaki miskin itu berarti adiknya mau hidup miskin. Bagi Arsen asalkan adiknya tidak meminta darinya sudah cukup.

"Kok kakak senang sih?" tanya Mira pada Kakaknya.

"Ya iyalah senang, berarti Senja akan hidup susah dan menderita, jadi dia tidak akan bersaing dengan kita, hahaha." Arsen tertawa.

Sedangkan Amira mengernyitkan dahinya bingung karena dia belum paham yang di maksud oleh kakaknya itu.

"Kenapa bingung kayak gitu apa kamu belum paham?" tanya arsen lagi.

"Iya hehehe." Jawab Amira cengengesan. Arsen menyentil jidat adik nya itu karena dikira bodoh.

"Kamu enggak mau 'kan kalau Senja  lebih diatas kita ?" tanya Arsen pada Amira. Lama Mira berfikir, sekarang barulah dia paham maksud Kakaknya itu.

"Tumben kakak pintar, hehehe." Amira meledek Kakaknya

"Sialan, Kakak memang dah pintar sejak dulu. Ya udah kakak mau pulang takut Mbakmu nanti cari kakak gak ada di rumah." Akhirnya Arsen bangkit dari duduknya dan langsung keluar dari rumah orang tuanya itu.

Triit, bunyi klakson motor Arkan dan berhenti di depan halte tepat dimana Senja menunggunya. Senja yang sedikit terkejut dengan bunyi klakson itu langsung menoleh dan berdiri. Senja tersenyum karena Arkan sudah datang menjemputnya.

Lelaki yang berprofesi sebagai tukang ojek itu memang selalu dapat di andalkan, bukan hanya di segi fisik, Arkan juga begitu baik memperlakukan dirinya bahkan selama menjalin hubungan dengannya, Arkan tidak pernah berkata kasar.

Senja selalu dimanja oleh Arkan, walaupun yang Senja tau kalau Arkan hanya seorang tukang ojek.

"Maaf lama menunggu," ucap Arkan karena membuat kekasihnya itu menunggu lama.

"Gak apa-apa mas, aku tau kok mas sibuk." Senja paham kalau kekasihnya itu harus bekerja keras dan dia tidak boleh egois.

"Ayo pulang." Ajak Arkan sembari memakaikan helm kepada Senja. Setelah Senja siap duduk di belakang, Arkan langsung menjalankan motornya membelah jalan yang sudah padat dengan kendaraan lainnya.

"Kita mau kemana?" tanya Arkan saat sudah setengah jalan.

"Pulang lah mas. masak mau ke penghulu." Jawab Senja asal.

"Ya siapa tahu Kamu udah kebelet nikah." jawab Arkan bercanda.

"Mas diam lah, Aku malu tau?" Senja langsung menutup dan memalingkan mukanya ke arah lain.

Arkan yang melihat Senja membuang mukanya karena malu dia hanya menyunggingkan senyum.

"Memang kamu gak mau nikah sama mas?" tanya Arkan semakin menggoda kekasihnya itu. Arkan sangat suka melihat kekasihnya itu salah tingkah.

"Tau ah." Senja merajuk dan memonyongkan bibirnya. Arkan yang melihat itu dikaca spion jadi gemes sendiri. Menurut Arkan Senja adalah gadis cantik yang unik, Arkan sudah sangat yakin kalau Senja adalah gadis yang diidamkannya, gadis polos yang sederhana, yang tidak banyak menuntut, dan tidak matre.

"Bibir itu di kondisikan, apa mau mas cium." Arkan tidak henti-hentinya menggoda Senja. Senja yang sudah tidak tahan dengan kelakuan Arkan yang selalu menggodanya, dia langsung mencubit pinggang Arkan agar diam.

Tanpa terasa motor mereka sudah sampai di rumah Senja. Arkan langsung memarkirkan motornya di depan teras rumah Senja. Kemudian Senja pun turun dari motor dan mengajak Arkan mampir.

Senja berjalan di depan, dia masuk kedalam rumah, sedangkan Arkan hanya mengikuti Senja di belakang.

"Duduk dulu mas!" Senja menyuruh Arkan duduk di sofa ruang tamu. Arkan pun hanya patuh dan langsung duduk di sofa yang di tunjuk oleh Senja.

"Mas mau minum apa biar aku buatkan?" tanya Senja menawarkan minuman untuk Arkan.

"Gak usah, mas gak haus kok." Jawab Arkan menolak.

"Aku tinggal dulu mau mandi dah gerah ni." Senja langsung melangkahkan kakinya tanpa menunggu jawaban dari arkan.

Arkan menelisik kesemua penjuru ruangan itu, Disana nampak beberapa figuran yaitu foto Senja dan ada juga foto keluarga Senja termasuk Amira dan juga Arsen.

Amira yang dari dapur setelah selesai minum, dia berniat masuk ke kamarnya lagi, seketika melihat ada Arkan yang duduk di sofa ruang tamu. Mira berjalan menghampiri Arkan dan berkata.

"Hei ngapain kau kesini, apa kamu nggak malu datang kesini dengan pakaian dekil dan lusuh." Hardik Mira Pada Arkan yang dibencinya. Amira tidak menunjukkan sikap baiknya sedikitpun pada Arkan.

"Ma...maaf Mbak, tadi saya hanya mengantar Senja pulang." Jawab Arkan dengan terbata - bata karena terkejut.

"Wah, sudah main antar-antar, hebat, apa kamu tidak sadar diri? lihat penampilan kamu itu udah macam pengemis tapi berani kamu datang dan masuk ke rumah ini." Sambung Amira yang baru masuk ke dalam rumah saat pulang kerja. Firman menghina Arkan dan merendahkan penampilan Arkan.

Amira yang melihat suaminya sudah berada di rumah, dia langsung menghampiri dan mengambil alih tas kerja suaminya.

Mama Ratih yang berada di kamar langsung keluar karena mendengar suara riuh dari menantunya yang menghina Arkan.

"Firman..." bentak Mama Ratih pada Firman.

"Kam..." belum selesai Mama ratih berucap, Amira langsung menyahut.

"Bela terus orang miskin ini." kata Mira dan dia langsung berjalan masuk kedalam kamar bersama suaminya.

"Mama Ratih hanya bisa geleng kepala dan berjalan menghampiri Arkan.

"Nak Arkan udah lama datang? maaf ya atas sikap Firman." Mama Ratih meminta maaf karena merasa tidak enak hati dengan sikap Anak serta menantunya itu.

"Enggak apa -apa Tante. Saya tadi mengantar Senja," ucap Arkan dengan sopan.

Mama Ratih melihat meja hanya kosong, kemudian bertanya.

"Nak Arkan mau minum apa biar Mama buatkan? bisa-bisanya Senja tidak menawarkan minum untuk mu." Sekali lagi Mama Ratih merasa tidak enak hati.

"Enggak usah Tante, Arkan pulang saja ini udah mau magrib." Tolak Arkan masih saja sama saat Senja menawarkan minuman untuknya tadi.

"Eh jangan panggil Tante ,panggil  Mama, sama dengan Senja, panggil Mama!" Mama Ratih Meminta Arkan memanggilnya Mama biar sama dengan Senja.

"Iya Tan, eh Mama." Arkan merasa canggung.

"Kalua begitu saya pamit dulu Ma, assalammualaikum." ucap Arkan sembari melangkah keluar.

"Waalaikumsalam." Jawab Mama Ratih.

Bersambung.

Chapter 2.Kesedihan Senja

Selesai mandi Senja langsung keluar dari kamarnya  dan berniat menemui Arkan yang udah lama dia tinggalkan tadi di ruang tamu. Saat sampai di ruang tamu Senja tidak melihat Arkan lagi disana, yang ada hanya Mama nya.

"Ma, mana mas Arkan?" tanya Senja pada Mama Ratih karena sudah tidak ada Arkan.

"Nak Arkan sudah pulang, baru aja." Jawab mama ratih.

"Lagian kamu ada tamu didiemin sendiri, bahkan tidak di buatkan minum lagi." Omel Mama Ratih ke Anak bungsunya.

"Udah, Senja udah nawarin minum tadi, tapi kata mas Arkan tidak usah, ya Senja tinggal aja karena Senja mau mandi, gerah banget," bela Senja dengan Omelan Mama nya karena sudah mencampakkan tamu begitu saja.

"Oh ya, Papa mana Ma? kok enggak kelihatan." Tanya Senja mengalihkan pembicaraannya agar Mama Ratih tidak terus mengomelinya.

" Papa tadi selepas sholat Dhuhur kerumah Pak RT," jawab mama ratih.

"O." Senja hanya ber o saja. Senja tidak tau dengan hinaan Kakak iparnya dan Mbak nya tadi kepada kekasihnya Arkan, Mama Ratih pun tidak memberitahu Senja karena dia pikir nggak usah, yang ada nanti kalau Senja tau dia akan marah dan terjadi pertengkaran, jadi lebih baik Mama Ratih diam saja.

Selang beberapa menit terdengar orang memberi salam dari luar rumah, seketika Mama Ratih dan Senja mengalihkan pandangannya ke arah suara orang yang memberi salam itu.

"Waalaikumsalam." Jawab Senja beriringan dengan Mama ratih. Ternyata yang memberi salam itu Pak Handoko, dia baru pulang dari sekolah tempatnya mengajar. Pak Handoko langsung masuk, Senja langsung menghampiri Papanya itu dan mencium punggung tangan paruh baya itu dengan takzim. Begitu juga dengan Mama Ratih.

"Senja," panggil Papanya sembari mendaratkan bokong di samping istrinya dan berhadapan dengan Senja.

"Iya Pa," sahut senja sopan.

"Papa mau tanya sama kamu Nak. Papa mau tanya tentang hubungan kamu sama Nak Arkan. Apa kamu suka, apa kamu mencintai Nak Arkan, apa hubungan kalian serius? tanya Pak Handoko begitu serius. Bisa dilihat dari raut wajahnya kalau lelaki paruh baya itu benar-benar serius dengan pertanyaannya.

"A...ak...aku." Belum selesai senja menjawab, Mamanya menyahut. "Enggak usah takut Nak jawab aja  sesuai isi hati kamu." Ucap Mama Ratih memberanikan Putri bungsunya itu.

"I...iya, Pa, Ma. Senja mencintai mas Arkan. Walaupun takut Kalau Papa dan Mamanya tidak setuju, karena mengingat Arkan adalah seorang tukang ojek, namun Senja tetap menjawab.

"Apa Nak Arkan juga sama?" Tanya Papanya lagi. Pak Handoko hanya ingin memastikan, dia tidak ingin Putrinya salah memilih suami.

"Iya Pa, kami saling mencintai." jawab senja lagi tanpa ragu sedikitpun.

Pak Handoko mengangguk mengerti, dia melirik ke arah istrinya meminta persetujuan istrinya. Mama Ratih juga menganggukkan kepalanya. Sebenarnya Mama Ratih dan Pak Handoko tidak pernah mengharapkan menantunya kaya, yang mereka harapkan Menantunya bisa membimbing Putrinya dan menjaga Putrinya dengan baik, tidak bermain tangan.

"Kalau begitu besok suruh Nak Arkan untuk melamar mu. Papa tidak mau kamu lama-lama pacaran, nanti malah jadi gunjingan tetangga." Tekan pak Handoko pada Putrinya itu.

"T... tapi Pa, mas Arkan sudah tidak punya orang tua lagi," ucap Senja terbata takut kalau Mama dan Papanya tidak merestui hubungan mereka karena Arkan yatim piatu dan tidak punya pekerjaan tetap.

"Tidak apa-apa, suruh saja dia datang kesini besok, biar Papa sama Mama yang bicara padanya!" Pak Handoko sudah bertekad, dia tidak mau Putrinya itu Pacaran tidak jelas.

"Iya Pa," jawab Senja dengan hati campur aduk, Senja tidak tau apa dia harus senang karena Papa menyuruhnya Arkan untuk melamarnya, atau dia harus sedih takut nanti Papa dan Mamanya tak merestui setelah tau kalau Arkan hanya tukang ojek.

Di meja makan telah duduk Amira dan disamping nya ada Firman. Arsen,Desi juga ada di sana. Pak Handoko dan Mama ratih sengaja mengumpulkan semuanya karena ingin membicarakan tentang Senja dan Arkan.

Sedangkan Senja duduk di sebelah Papanya. Setelah selesai makan malam, Pak Handoko mulai membicarakan Masalah Senja.amira melirik senja sinis dia begitu tak suka sama Senja. Entah kenapa Senja sendiri tidak tau, Setelah Mbaknya itu menikah dengan Firman, Amira sudah mulai sirik dan tidak suka Pada adik yang dulu sangat di sayanginya dan di belakang habis-habisan.

"Papa sengaja mengumpulkan kalian disini karena ingin membahas soal Senja. Papa ingin menikahkan Senja dengan Arkan dalam beberapa hari lagi."

"Apa...? Arsen dan Amira begitu terkejut, karena ini merasa mendadak.

"Kamu jangan diam saja, apa kamu tidak malu punya ipar tukang ojek?" Firman berbisik memprovokasi istrinya.

"Papa jangan bercanda." ucap Arsen, dia juga sedikit keberatan, namun jika adiknya itu lebih memilih Arkan, ya apa boleh buat.

"Papa tidak bercanda Papa serius, karena itulah Papa minta kalian berkumpul disini malam ini.

"Tapi Pa, Arkan itu tidak punya pekerjaan tetap, dia hanya tukang ojek, Apa Papa tidak malu punya menantu miskin kayak si Arkan itu." tanya Amira karena sudah di provokasi oleh Firman suaminya.

"Benar Pa, setidak nya carilah jodoh untuk Senja yang kerja kantoran kayak Kak Arsen dan aku." Timpal Firman tidak tau malu.

Firman sengaja berkat begitu karena dia tidak mau Senja menikah dengan orang lain, dia diam-diam sangat mengagumi adik iparnya itu.

"Firman, Amira, kalian jangan menghina Arkan, biar pun dia ojek yang pentingkan halal." Ucap Mama Ratih mengingatkan Anak nya biar tidak merendahkan Arkan.

Arsen yang ingin membuka suaranya lagi harus terdiam karena tatapan tajam dari Desi istrinya. Sedangkan Senja sudah menguraikan air matanya, dia sedih karena Arkan di rendahkan oleh keluarganya. Namun Desi yaitu Kakak iparnya itu terus memeluk dan mengusap-usap pundaknya itu.

"Terserah, kalian setuju atau tidak Papa tetap akan menikahkan Senja dengan Arkan dalam beberapa hari ini. Tahun depan Papa pun udah pensiun dari guru. maka sebelum Papa pensiun Papa ingin menikah kan Senja. Papa minta pada kalian agar sedia membantu sedikit biaya." Ucap pak handoko pada semua Anaknya.

"Tapi Pa, aku sudah tidak ada uang, aku baru saja membayar mobil." Biarpun tidak mau membantu namun Arsen mengatakan dengan sopan dan lembut agar Pak Handoko tidak sakit hati. Kemudian Pak handoko menoleh pada Amira, Amira pun menoleh pada suaminya, Amira memang tidak memegang uang setelah memutuskan tidak bekerja lagi, dia hanya mengandalkan pemberian dari Firman.

"Tidak, kami tidak punya uang, aku mau beli mobil biar tidak kehujanan dan panas kalau pergi  bekerja." awab Firman tidak peduli dengan perasaan Papa mertuanya.

"Tapi Nak, Senja ini adik kalian." Sahut mama ratih.

"Tidak, pokok nya kami tidak bisa membantu." tolak Firman tegas.Pak Handoko terduduk, dia tidak bisa berbicara apapun lagi. Dia sangat kecewa pada Anak dan menantunya itu. Sedangkan Senja menunduk, air matanya sudah menetes. dia sedih dan sakit hati, tega-teganya kakak ipar dan Mbak nya itu menghina calon suaminya.

Bersambung.

Chapter 3.Sah

Mama Ratih dan Desi yang melihat itu langsung mengusap punggung Senja.

"Kamu jangan sedih ya? Ma, Pa, Aku punya sedikit tabungan, walau tidak banyak semoga bisa bermanfaat." Ucap Desi sembari meletakkan Uang lima juta rupiah di atas meja.

Senja yang terharu langsung mengeratkan pelukannya pada kakak iparnya itu. Mama Ratih juga sangat terharu Menantunya itu begitu baik sangat berbeda dengan menantu laki-laki nya.

"Desi, ayo kita pulang." Ajak Arsen ke istrinya. "Aku juga mau ke kamar, mas Firman  juga butuh istirahat, besok dia harus kerja." Ucap Amira kemudian berlalu pergi. Pak Handoko dan Mama Ratih menghela nafas panjang setelah Anak-anak nya pergi.

Tangis Senja kemudian pecah, Mama Ratih langsung meraih bahu Senja, membawa Senja kedalam pelukan nya.

"Kamu tenang ya Nak gak usah menangis, Papa sama Mama akan mencari cara lain, Papa tetap akan menikah kan  kamu." Kata Pak Handoko kepada Senja. Senja hanya mengangguk di dalam pelukan Mamanya.

Kemudian Senja masuk kedalam kamar, dia menelpon Arkan dan menceritakan apa yang terjadi tadi, Arkan hanya mendengarkan tidak menjawab apapun, Arkan hanya meminta Senja tenang tidak usah sedih dan menangis, hingga beberapa menit telpon itupun terputus.

***

Keesokan paginya ponsel Senja berbunyi tanda ada pesan masuk. Senja segera melihat ponselnya, mata Senja melotot tidak percaya, ternyata pesan tadi dari M Bank king yang memberitahukan uang lima puluh juta sudah masuk  ke rekening Senja. Senja mengernyit heran, dia tidak tau uang dari mana yang masuk ke rekeningnya.

"Apa ada orang salah kirim ya?" gumam Senja bertanya pada diri sendiri. Sesaat kemudian ponsel Senja berbunyi lagi. Senja melihat, ternyata Arkan yang menelpon nya.

"Sayang, apa uang lima puluh juta udah masuk ke rekening mu?" tanya Arkan pada kekasihnya itu. Sekarang Senja tau dari mana uang itu, uang yang masuk ke rekeningnya.

"Mas itu uang sangat banyak, kenapa mas mengirimkan aku uang sebanyak itu?" bukannya menjawab malah Senja balik bertanya.

Senja merasa tidak enak menerima uang dari Arkan, pasti uang itu membutuhkan waktu yang banyak untuk mengumpulkan nya.

"Udah jangan banyak tanya yang penting uang itu halal kok, nanti uang itu kamu kasih ke Papa, uang itu untuk membantu pernikahan kita." Ucap Arkan ditelpon. Senja menyesal memberi tahu Arkan soal Papanya yang akan menikahkan mereka dan kekurangan uang. Arkan sebenarnya sangat senang saat tau dia dengan Senja akan segera menikah.

Satu Minggu kemudian.

Arkan dan Senja sudah sah menjadi suami istri. Hari ini adalah hari kedua mereka menjadi suami istri. Hari ini masa cuti sudah habis. Semua akan beraktivitas dengan kesibukannya masing -masing seperti biasa.

" Sayang, apa kamu kerja hari ini?" tanya Arkan pada istrinya.

"Iya mas, masa cuti ku 'kan cuma 4 hari," jawab Senja.

"Sayang, apa kamu di perlakukan dengan baik di tempat kamu bekerja?" tanya Arkan ingin tau bagai mana istrinya di perlakukan di restorannya sendiri oleh karyawannya. Jika ada yang memperlakukan istrinya tidak baik dia akan memecat siapa saja yang melakukan itu.

"Iya mas, Mbak Dinda sangat baik, dia sangat ramah pada karyawan nya, dan kami sangat bersemangat bekerja." Jawab Senja jujur. Memang begitulah Dinda memperlakukan dirinya.

" Syukurlah kalau begitu." gumam Arkan, tentu saja tidak bisa di dengar oleh Senja.

Senja yang tidak mendapatkan respon dari suaminya itu, dia langsung menoleh pada Arkan.

"Emang kenapa mas?" Senja heran dengan pertanyaan suami nya.

"Enggak apa-apa, cuma nanya aja."Jawab Arkan singkat. Senja yang tidak puas dengan jawaban suaminya langsung menatap suaminya tajam. Arkan yang menyadari kalau tatapan Senja untuknya begitu tajam.

"Kalau di pikir-pikir kamu berhenti aja bekerja, sekarang ada mas yang akan memenuhi kebutuhan mu. Mas 'kan suami mu. Jadi semua yang kamu mau mas lah yang akan memenuhinya." Ucap Arkan dengan hati-hati takut istrinya akan marah.

"Tidak mas, izin kan aku bekerja, lagian kalau di rumah terus aku bosan." Kukuh Senja.

"Lebih baik sekarang  mas mandi, aku mau bantu Mama buat sarapan." Setelah berkata seperti itu Senja langsung bangkit dari duduknya, dia menyiapkan baju untuk suaminya ojek, dan setelah itu dia langsung membantu Mamanya di dapur.

Arkan keluar dari kamar mandi. Arkan melihat pakaian nya udah di siapin oleh Senja. Hati Arkan sangat senang saat melihat pakaian nya sudah di sediakan oleh senja.

"Begini ya kalau udah punya istri semua di siapin oleh istri. Senja sangat baik dan tidak banyak menuntut. Buktinya dia mau menikah  dengan ku walau aku hanya ojek." Gumam Arkan dengan senyuman yang merekah.

Arkan sudah sangat yakin kalau Senja adalah destinasi terakhirnya, dia merasa tidak salah memilih istri, selain cantik, lembut, sopan dan tidak matre. Senja memang wanita idaman Arkan.

Arkan sudah merasa bersalah karena tidak jujur dengan istrinya siapa dirinya yang sebenarnya.

"Apa aku jujur saja pada Senja siapa aku yang sebenar nya." Gumam Arkan dalam hatinya. Disaat Arkan lagi melamun memikirkan apa dia harus jujur atau belum saatnya, pintu kamar terbuka, Senja masuk ke kamar, Senja heran melihat suaminya melamun.

"Mas, sarapan sudah siap, ayo kita sarapan," ajak Senja.

"I...iya," jawab Arkan gelagapan karena terkejut dengan kehadiran istrinya yang tiba-tiba.

Senja mengernyit, dia heran dengan suami.

"Mas kenapa melamun, apa mas keberatan kalau aku bekerja?" tanya Senja yang mengira suaminya melamun karena dirinya, karena dia tidak mau berhenti bekerja.

"Bukan, bukan itu, mas tidak keberatan kok, ayo kita sarapan." Ajak Arkan mengalihkan pertanyaan Senja yang nanti tidak akan habis. keduanya langsung keluar dari kamar dan menuju meja makan.

Di cafe opera terlihat Senja mengantar kan jus dan makanan yang di pesan oleh pengunjung.

Senja sangat sibuk hari ini karena banyak pengunjung, nampak Senja sangat kelelahan. Seketika Senja teringat sama suaminya.

"Ini udah siang, apa mas Arkan sudah makan siang." tanya Senja pada diri sendiri.

"Benar yang mas Arkan katakan, lebih baik aku berhenti bekerja. Kalau aku tidak bekerja aku 'kan bisa mengurus suami, apa lagi mas Arkan udah bilang kalau dia akan menafkahi ku dan menuruti apa yang aku mau." Pikir Senja.

Arkan dengan motornya memasuki pekarangan rumah mertuanya. Setelah Arkan memarkirkan motornya, Arkan berjalan memasuki rumah. Sesampai di pintu depan Arkan memberi salam.

"Assalammualaikum." ucap Arkan.

"Waalaikumsalam," jawab Mama Ratih dari dalam rumah. Arkan masuk, dia menyalami Mama mertuanya dengan sopan.

"Nak Arkan mau makan sekarang?" tanya mama Ratih.

"Iya Ma," jawab Arkan singkat.

"Nak Arkan duduk dulu biar Mama siapkan makanan dulu!" kata Mama Ratih. Kini Mama Ratih lah yang menyiapkan Makan siang untuk menantunya karena Putrinya sedang bekerja.

"Iya Ma." Jawab Arkan tanpa sungkan dengan Mama mertuanya, karena Arkan sudah menganggap Mama mertuanya seperti Mamanya sendiri. Setelah makan siang Arkan kemudian bertanya pada Mama mertuanya.

"Ma, apa Senja belum pulang?" Tanya Arkan yang mengira kalau Senja pulang di waktu siang.

"Belum Nak, Senja 'kan biasanya pulang petang." Jawab Mama Ratih.

"Apa Senja tidak memberitahu Nak Arkan." Sekarang Mama Ratih yang bertanya.

"Tidak ma, mungkin Senja lupa." Jawab Arkan. Setelah itu Arkan pamit pada Mama Ratih karena harus ngojek lagi, padahal itu hanya nama saja ngojek, sebenarnya Arkan hanya mengantar orang-orang yang tidak mampu membayar ojek saja.

"Arkan pergi ya Ma? assalammualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab mama Ratih lagi.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!