"Elvin, apa yang kamu lakukan nak?" tanya granma dengan suara pelan dan lembutnya. Ia menatap cucunya yang sedang duduk di depannya.
Cucu satu-satunya itu telah membuat keributan sehingga mengundang aparat kepolisian. Polisi datang ke rumahnya dan membawanya untuk dimintai keterangan kerena sudah melukai anak laki-laki yang sesuai dengannya.Sekarang dia sudah keluar berkat pengacara pribadii granma.
"Mereka anak-anak pengganggu granma. El benci dengan anak seperti itu"
Granma tersenyum. Ia sangat tahu seperti apa cucunya. Elvin tidak mungkin melukai orang lain jika bukan mereka lebih dulu mengganggunya atau dia melihat sesuatu yang tidak adil terjadi di depannya.
"Sini, duduk di sebelah granma!" granma menepuk di sebelahnya.
Elvin pindah dan merebahkan kepalanya di paha granma. Walaupun dia granma sudah tau, ia masih bisa memangkunya. Granma mengusapnya dengan sayang.
"Granma tahu. Cucu granma tidak mungkin menyakiti orang lain tanpa alasan, tapi kami harus kembali besok, nak"
"El tahu granma. Mommy dan daddy pasti . yang menyuruhku pulang kan? El akan pulang besok. Palingan mereka akan menghukummu seperti biasa"
"Iya. Mereka menelpon granma untuk menyuruhmu pulang dan pindah sekolah disana"
"Apa maksudnya granma?" Elvin seketika bangun dan menatap granma.
"Aku meninggalkan granma disinj. El nggak mau pulang kalau begitu" lanjut Elvin.
"Teruti keinginan orang tuamu!"
" El nggak mau granma. Kalau El menetap di sana, granma akan sendirian disini. El nggak mau ninggalin granma" Elvin sudah 3 tahun menemani granma di negeri k setelah kepergian granpa 2 tahun yang lalu.
Elvin selalu melihat grabma sedih, maka dari itu ia selalu menghiburnya. Jika ia kembali, siapa yang akan menghiburnya lagi.
"Ada Sarah di sini. Kamu harus pulang. Kasian orang tuamu. Kalau kamu tidak mau menuruti keinginan mereka, teruti keinginan granma"
"Tapi granma..." granma menggeleng melarang Elvin untuk menolak permintaannya.
Elvin menghembuskan nafasnya dan pasrah menyetujui keinginan sang granma.
......................
Elvin tengah duduk menatap keluar jendela pesawat. Sebentar lagi pesawatnya akan mendarat di tanah kelahirannya.
Pesawat telah mendarat dengan sempurna di landasan. Seluruh penumpang keluar dari pesawat dan berjalan ke mobil mereka masing-masing.
Elvin telah di jemput oleh salah satu supir milik orang tuanya. Meninggalkan bandara menuju mansion. Sesampainya di mansion Elvin melihat kedua orang tuanya telah berdiri di teras menunggu kedatangannya.
"Mommy, daddy" Elvin memeluk mereka secara bergantian, lalu masuk.
"Kenapa? kalian mau marah?" ucap Elvin ketika melihat tatapan kedua orang tuanya.
"Tidak. Mommy tahu alasanmu" mommy menatap putra semata wayangnya yang terlihat sangat tampan dan gagah. Sudah 3 tahun ia tidak pernah bertemu dan ia seperti tidak mengenalinya.
"Kalau mommy tahu kenapa meminta El pulang? kasian granma sendirian disana" El menyandarkan punggungnya di sofa dengan malas. Ia sangat berat meninggalkan sang granma di sana.
"Tidak ada. Mommy hanya rindu dengan putra mommy. Apa itu salah? mommy cemburu melihat kamu begitu perhatian pada granma, tapi tidak dengan mommy. Mommy cuma punya kamu El" Mommy sedih mendengar perkataan putranya. Ia meninggalkan putranya yang tidak ada perasaan rindu sama sekali pada dirinya.
"Mommy" Panggil El seraya berdiri. Ia menghembuskan nafasnya.
"Itulah resikonya menjadi anak dan cucu satu-satunya di keluarga Pradipta. Susul mommy mu, kamu terlalu sibuk di negara k sampai lupa untuk menghubungi mommy mu" daddy menepuk-nepuk pundak El, lalu meninggalkannya.
El menyusul mommy ke belakang. Ia melihatnya tengah duduk di gazebo sambil menatap bunga-bunga yang ada di sana. Ia menghampirinya dan duduk di sebelah sang mommy.
"Maafin El Mom. El gak bermaksud menyakiti hati mommy. El hanya kasian pada granma karena setelah granpa meninggal granma sendirian makanya El mau menemani granma di sana. Sedangkan Mommy ada daddy yang menemani di sini" El menggenggam tangan mommy.
"Iya mommy mengerti, tapi mommy juga mau dekat dengan putra mommy. Kamu hanya punya mommy. Mendengar kamu membuat keributan disana sampai di panggil pihak kepolisian membuat mommy gelisah. Mommy juga tahu kamu sangat sering membuat ulah, balapan yang tidak jelas"
"Tapi aku balapan di arena mom, bukan balapan liar"
"Itu sama saja. Mommy selalu khawatir dengan kelakuan mu disana. Makanya mommy meminta granma untuk menyuruh mu pulang karena mommy tahu alami pasti tidak akan menuruti jika mommy yang memintamu pulang"
El diam menatap mommy-nya. Bohong kalau ia tidak rindu dengan orang yang melahirkannya keduanya. Ia tidak menyangka keputusannya menetap di negara k membuat mommy sedih dan sekarang dia berbicara tidak menatapnya sama sekali.
"Maaf mommy. El menyayangi kalian" El memeluk mommy dari samping.
Mommy mengusap tangan El yang memeluk pundaknya. "Kamu mau tinggal di sini?"
"Tentu. Aku akan menuruti permintaan mommy untuk pindah sekolah"
Mommy tersenyum mendengarnya. "Pergilah istirahat!"
"Baik, mom" El mencium pipi sang mommy dan pergi ke kamarnya.
Melihat kepergian putranya membuat mommy menghembuskan nafas berat. Melihat putranya yang sudah besar bahkan lebih tinggi darinya. Ia berusaha lebih mendekatkan diri, karena selama 3 tahun di negara k Elvin sangat jarang menghubunginya walaupun hanya sekedar menanyakan kabar.
Dia sudah memiliki kesibukannya sendiri. Ia juga tahu seperti apa kehidupan putranya disana. Memiliki geng motor yang selalu saja ada keributan dengan geng motor lainnya. Bukan hanya sesama anak motor, tapi dengan sesama satu sekolahnya pun sering berkelahi.
Di sekolah pun dia sering bolos dan hanya berkumpul dengan teman-temannya. Ketika ditanya alasannya selalu sama 'membosankan' dia sangat tidak betah duduk di kursinya.
Dan kemarin adalah puncak dari perkelahiannya dimana dia membuat 2 teman satu sekolahnya masuk rumah saki dengan keadaan berdarah-darah. Walaupun rata-rata yang dia lawan masuk rumah sakit, tapi hanya sekedar mengobati luka saja dan tidak perlu di rawat.
Ia sangat berharap putranya bisa berubah dan menjalani sekolahnya dengan santai ketika dia pindah sekolah.
Mommy memilih masuk kembali ke dalam rumah. Namun saat ia pergi ke kamarnya, ia melihat Elvin sudah berganti pakaian dan seperti akan pergi.
"Mau ke mana kamu El?" tanya mommy saat Elvin sedang menuruni tangga.
"Jalan-jalan mom"
"Kamu baru saja sampai. Kamu tidak capek?"
"Tidak. El suntuk di kamar. Lagian El hanya berkeliling, sekalian liat sekolah yang akan El tempati besok"
"Yasudah. Jangan buat keributan El. Sesuai kata mu, hanya jalan-jalan" mommy memperingati El agar tidak membuat keributan dijalan. Dia baru saja datang jangan sampai terjadi masalah.
"Iya mom" El mengangguk dan mencium pipi mommy lalu berjalan ke garasi.
"Pak Mo, apa tidak ada yang bertugas membersihkan kendaraan di garasi?" tanya Elvin seraya mendorong motor yang penuh debu keluar dari garasi.
"Ada den.Saya sendiri yang membersihkannya"
"Kenapa motor El tidak dibersihkan?"
"Tuan yang mengatakan tidak perlu di bersihkan karena tidak ada yang memakainya"
"Ckk... yasudah" Elvin berdecak. Ia mengambil selang air dan menyiram motornya sampai bersih lalu mengeringkannya. Setelah itu mengisi bahan bakar yang mana di sana memang ada Pertamini khusus di sediakan secara pribadi.
Setelah itu Elvin mengendarai motornya dengan kecepatan normal. Berjalan-jalan melihat kota yang sudah 3 tahu ia tinggalkan. Pasti ada yang berubah dari 3 tahun yang lalu, mulai dari bangunan, keadaan jalan dan para penjual kaki lima yang semakin banyak.
Sampai ia melewati jalan sekolah yang akan ia tempati besok, namun ia malah melihat segerombolan anak SMA tengah berkelahi di depan sekolah yang tidak jauh dari gerbang.
Awalnya ia tidak peduli, tapi ketika melewati mereka, ia melihat satu orang tengah tergelatak tak berdaya di keroyok anak-anak lainnya. Melihat kondisinya yang sudah sangat parah, penuh lebam dan ada darah di kepalanya.
El tidak bisa membiarkan hal itu. Ia kembali memutar motornya dengan kecepatan 60 km ia membuka helm nya dan memukul segerombolan anak itu hingga jatuh.
El kembali memutar motornya menghadap mereka yang kini juga menatapnya dengan marah. Mereka berlari menyerangnya, ia melajukan motornya dan kembali memukul mereka menggunakan helm dengan sangat keras hingga beberapa yang terpental.
"Siapa Lo?" tanya satu dari mereka.
El hanya diam menatap mereka dengan tajam.Melihat beberapa dari mereka sudah ada yang pingsan, El turun dari motor dan menyerang mereka menggunakan tangan kosong. Berbagai umpatan mereka lontarkan pada El. Satu orang yang merupakan taman dari anak yang yang dikeroyok tadi membantu El melawan mereka.
Hingga kedua-nya berhasil melumpuhkan mereka dan pergi dengan motornya.
"Terima kasih sudah membantu. Mereka beraninya main keroyokan" ucap anak itu seraya menatap El yang hanya diam menatap ke arah lain.
Melihat pandangan El kearah lain, ia ikut menoleh dan melihat temannya tergelatak di atas aspal. Ia segera menghampiri tamannya yang sudah tak sadarkan diri.
"Gama" panggil anak itu pada temannya.
"Bisa tolong kami!" ucap anak itu penuh harap pada El.
El hanya diam kemudian melangkah ke motornya, tapi sebelum pergi ia memesan taxi, lalu meninggalkan keduanya.
Dia menghela nafas melihat kepergian Elvin. Ia tidak bisa memaksa, sudah cukup baginya El membantunya tadi. Ketika akan mencari bantuan, taxi berhenti di depannya.
Tanpa banyak bertanya, ia mengangkat temannya masuk ke dalam mobil dan mengikuti menuju rumah sakit.
.
.
NEXT
"Clara..." teriak Fara sahabat Clara. Ia berlari dari halaman menuju pintu rumah Clara.
"Clara.." teriak Fara lagi di depan pintu. Ketika ingin mengetuk, seseorang membuka dari dalam.
"Ehh...paman" Fara cengengesan menampilkan deretan giginya. Paman yang ia maksud adalah ayah dari Clara.
"Paman panggil Clara dulu"
"Nggak usah ayah, Cla udah di sini" Clara muncul tiba-tiba di belakang ayahnya. Ia melirik sinis Fara yang cengegesan menatapnya.
"Bisa gak, nggak usah tereak-tereak" Clara keluar dan duduk di kursi teras untuk menggunakan sepatunya.
"Kalau gue nggak teriak lu gak akan denger"
"Kau bisa langsung masuk Fara. Biasanya juga gitu"
"Gue lagi males masuk"
Clara memicingkan matanya. Sahabatnya itu memang selalu membuat keributan di pagi hari, kalau gak teriak ya bikin orang keget karena tiba-tiba nongol kayak hantu.
"Cla pamit ayah" Clara mencium punggung tangan dan pipi ayahnya lalu di susul Fara yang juga mencium tangan ayah sahabatnya.
"Kalian hati-hati" pesan ayah melihat putrinya menyalakan motornya.
"Siipp" Clara mengangkat jempolnya.
Clara menggunakan motor sebagai transportasinya ke sekolah. Semenjak ibunya meninggal 1 tahun yang lalu, ia yang menggunakan motor ibunya karena ayahnya tidak bisa mengantar ke sekolah lagi.
Clara dan Fara memang tetangga, hanya ada 1 rumah yang membatasi rumah mereka. Sehingga setiap pagi Fara akan nebeng untuk ke sekolah karena mereka satu sekolah dan satu kelas.
"Dahh...paman" Fara melambaikan tangannya. Ia sudah sangat akrab dengan orang tahu Clara, jadi tidak heran jika ia bertingkah seperti saudara Clara.
Melihat kepergian putrinya dan sahabatnya, ia menghela nafas.
"Putri kita sudah besar Reta, dia sudah kelas 3 sekarang. Sudah 1 tahun kamu meninggalkan kami dan aku selalu merindukan mu" ia menghapus air matanya.
Sudah 1 tahun istrinya meninggal, tapi ia tidak memiliki pengganti. Walaupun putrinya tidak keberatan jika ia menikah lagi, tapi ia menolak karena masih sangat mencintai istrinya.
Ia masuk kembali ke dalam rumah kemudian keluar dengan menggunakan jaket dan helm. Tidak lupa mengunci pintu dan pergi.
Ia memiliki usaha warung makan bakso tidak jauh dari rumahnya. Dulu ia membangun usaha itu bersama istrinya. Ia berhenti bekerja demi merintis usaha mereka. Awalnya ia menjajakan baksonya menggunakan gerobak dan berkeliling. Seiring berjalannya waktu mereka memiliki modal lebih dan membangun rumah makan sendiri dan punya 1 orang karyawan
Setelah istrinya meninggal, ia menambah karyawan lagi untuk membantunya. Jika Clara tidak sekolah, dia ikut dengan sang ayah ke warung.
Clara dan Fara menjalankan motornya dengan kecepatan normal. Mereka asik bercerita sampai sebuah motor dengan kecepatan lumayan tinggi mendahului mereka.
"Wahh..dia nantangin kita Cla. Mentang-mentang motor mahal tu" ucap Farah dengan menunjuk motor itu.
"Pegangan Far, kita kejar dia" Clara menambah kecepatan motornya untuk mendahului pemotor itu.
Sementara Elvin yang juga akan pergi ke sekolah barunya dibuat kaget dengan teriak dua wanita yang mendahuluinya. Yah.. yang melewati Clara dan Fara tadi adalah El. Sebenarnya ia membawa motornya dengan santai, tapi karena motornya yang memang memilik kecepatan lebih tinggi dari motor lainnya sehingga lebih kencang.
"Wihhhhh...." Farah berteriak kencang karena bahagia Clara bisa mendahului Elvin. Dibalik kaca helmnya Fara menatap El tajam dengan kedua jarinya menunjuk Elvin. Pengendara lain pun melihat tingkah mereka.
"Lu hebat banget tadi Cla" puji Fara takjub seraya turun dari motor.
"Udah cocok ya gue jadi pembalap wanita. Hahaha" Clara mengepalkan tangannya di udara. Mereka tertawa bersama.
Sementara Elvin juga baru saja memarkirkan motornya. Melihat tingkah mereka ia hanya diam, namun ia tidak menyangka bahwa dua wanita aneh yang mendahului nya di jalan satu sekolah dengannya.
Elvin berjalan dengan santai ke arah ruang kepala sekolah. Banyak pasang mata yang menatapnya terutama para wanita. Bagaimana tidak menjadi pusat perhatian sejak masuk dengan motor mewah nya siswa laki-laki dan perempuan sudah melihat kearahnya.
Ketampanan yang El miliki membuat para wanita kagum dan histeris.
"Tampan sekali dia. Gue jadi ingin menciumnya, memeluknya, arkhhh..."
"Apa dia murid baru?"
"Sepertinya dia murid pindahan"
"Semoga dia satu kelas sama gue" dan masih banyak lagi perkataan perkataan dari siswi lainnya.
Elvin masuk ke dalam ruang kepala sekolah untuk melaporkan kehadirannya yang memang daddy nya sudah mendaftarkannya. Kepala sekolah mengantar El ke kelasnya yang terdapat di lantai 2 kelas 12 A.
Kepala sekolah memberitahu pada guru yang mengajar jika ia membawa murid baru. Setelah dipersilahkan Elvin masuk dan berdiri di depan kelas menatap teman-temannya satu persatu. Para siswi sudah rusuh sejak melihat El masuk ke kelas mereka.
"Silakan perkenalkan dirimu dan dari mana asal sekolahmu sebelum pindah ke sini?"
"Saya Elvin Zayyan P dari SMA xxx di K" El memperkenalkan dirinya seraya menatap satu pria yang tidak asing baginya. Ia tidak menyangka akan bertemu kembali dan satu kelas dengannya.
"Woahh...negara K caoi" ucap salah satu siswa pada temannya.
"Di panggil Elvin?" guru ingin memastikan panggilan El.
"Benar" jawab El.
"Silakan duduk dan cari tempat kosong"
Elvin berjalan kearah meja-meja, banyak siswa dan siswa yang menyuruh teman sebangkunya pindah agar mereka bisa duduk bersama dengan El. Namun El malah memilih duduk paling belakang bersama siswa yang ia perhatikan sejak tadi.
"Felix" teman sebangku El memperkenalkan dirinya dan ingin bersalaman,tapi El hanya melirik tidak membalasnya.
Felix menurunkan tangannya dan mengangguk anggukan kepalanya. Elvin mungkin tidak ingin di ganggu atau dia sedang beradaptasi.
Pembelajaran dilanjutkan kembali. Sesekali para wanita melihat kearah Elvin. Sampai pelajaran selesai mereka pun keluar dari kelas.
3 wanita berjalan menghampiri Elvin yang bersiap akan keluar.
"Elvin, Ayo ke kantong bareng!" ajak Rosa dengan senyum manisnya.
Seperti biasa Elvin hanya meliriknya lalu berjalan lebih dulu keluar dari kelas. Rosa tersenyum senang melihatnya, ia berfikir Elvin menyetujui ajakannya. Rosa dan kedua temannya berjalan cepat sejajar dengan Elvin.
Felix yang biasanya selalu berdua dengan sahabatnya kali ini sendiri ke kantin. Ia gelang-gelang melihat tingkah centil 3 sekawan di depannya.
El yang merasa risih dengan tingkah Rosa yang selalu ingin merangkul tangannya berhenti dan menatap Rosa tajam.
"Lepaskan!" pinta El dengan menekan suaranya menatap tangan Rosa yang memegang lengannya.
"Kenapa El? biar kita makin akrab" Rosa tidak juga melepasnya. Ia sengaja mengusap-usap lengan El dan hal itu membuat El marah.
El melepaskan pegangan Rosa dengan paksa hingga membuat Rosa hampir terjatuh. El berjalan lebih dahulu meninggalkan 3 sekawan yang shok dengan perlakuan El.
"Felix, cepatlah!" ucap El. Ia tahu Felix berada di belakangnya sejak tadi.
Felix yang mendengar namanya di panggil segera mensejajarkan langkahnya dengan El.
"Elvin, gue....mau ngucapin terima kasih" sedikit ragu Felix ingin mengatakannya.
El mengangat sebelah alisnya menandakan bertanya pada Felix, berterima kasih untuk apa.
"Karena...."
"Awas..." Felix tidak jadi melanjutkan perkataannya karena tiba-tiba seseorang menerobos mereka sehingga Felix dan El tergeser.
Mereka diam karena kaget, namun saat ingin kembali melanjutkan langkahnya seseorang tiba-tiba kembali menerobos mereka sambil berlari. Hingga membuat Felix menabrak tembok di sebelahnya begitupun dengan El saking kencangnya dorongan mereka.
"Maaf yah, gue buru-buru" wanita itu membalik badannya dan mengatupkan kedua tangannya meminta maaf, setelah itu berlari mengejar seseorang yang menabrak mereka sebelumnya.
"Mereka lagi" ucap El ketika melihat siapa yang menabraknya tadi.
.
.
NEXT
"Kau mengenal mereka?" tanya Felix.
"Tidak. Gua gak sengaja bertemu mereka digerbang tadi"
"Mereka siswi kelas sebelah. Yang menggunakan jilbab itu namanya Clara dan yang satunya Fara. Clara jadi siswi satu-satunya di kelas 12B yang menggunakan jilbab. Walaupun di sekolah ini masih ada siswi lain yang menggunakan jilbab, tapi hanya sedikit paling cuman 10 orang" ucap Felix. Entah kenapa ia menjelaskan siapa kedua gadis tadi.
Clara memang menggunakan jilbab. Ia punya ciri khasnya sendiri. Ia selalu menggunakan pasmina. Sebelahnya ia hanya melemparnya ke belakang dan sebelahnya lagi ia biarkan menjuntai di depan.
"Walaupun Clara menggunakan jilbab tapi dia gadis tomboi. Dia juga mudah bergaul dengan siapa saja. Tapi walaupun begitu dia tidak bisa disentuh sembarang pria bahkan aku tidak pernah melihatnya bersentuhan"
Mendengar itu El mengerutkan keningnya seraya menaikkan alisnya. Ia tidak percaya. Jaman sekarang mana ada wanita yang tidak pernah tersentuh oleh pria buat sekalipun mereka menggenakan jilbab.
Tapi itu hanya dalam pikiran El saja, ia tidak menjawab perkataan Felix sama sekali. Sesampainya mereka di kantin, mereka memesan makanan dan duduk di kursi kosong.
Sambil menunggu makanannya El menatap kiri, kanan, depan kantin. Seperti pertama kali masuk ke sekolah ia menjadi pusat perhatian para murid disana. Masih ada saja yang tidak henti-hentinya memuji ketampanan El.
Sampai suara yang sedikit heboh mengalihkan perhatiannya. Ia melihat kedua wanita yang menabraknya tadi sangat asik bercanda hingga suara tawa mereka lumayan keras. Felix yang melihat arah pandang Elvin angkat bicara.
Mereka memang seperti itu, sangat heboh ketikan di kantin. Terutama Fara yang suaranya sangat cempreng dan keras. Anak-anak memanggilnya Fabo"
"Fabo? apa itu?" El baru pertama kali mendengar kata itu.
"Fara Bogar, karena suaranya keras makanya anak-anak menjulukinya bogar"
Elvin mengangguk. Makanan mereka sudah datang dan mulai memakannya. Saat makanan itu tinggal setengah, Rosa dan kedua temannya datang dan ingin bergabung dengan El dan Felix.
Namun dengan sengaja Rosa menumpahkan bakso dengan pura-pura tersandung.
"Ahh...maaf El, gue gak sengaja" bakso itu tumpah di baju El.
Elvin langsung berdiri karena merasa panas. Ia mengibaskan bajunya.
" Biar gue bersihin" Rosa mengambil tisu dan melap baju Elvin.
Para siswa dan siswa yang ada di kantin heboh. Mereka memuji Rosa yah selalu bisa menaklukkan para pria tampan.
"Sicentil beraksi lagi tu" ucap Fara dari kejauhan melihat tingkah Rosa.
Sedangkan Elvin, bukannya senang malah marah dengan kelakuan Rosa yang dengan lancang menyentuhnya.
Dengan kasar Elvin mendorong Rosa kesamping hingga jatuh ke lantai. El meninggalkan kantin menuju Toilet. Ia sangat tidak suka jika seseorang menyentuhnya. Apalagi seperti Rosa yang ia tahu Rosa sengaja melakukannya.
"ROSA!!" kedua teman Rosa menghampirinya dan membantunya.
Felix juga tidak suka melihat kelakuan Rosa. Ia mendekati Rosa dan memberinya peringatan.
"Lo jangan sembarang bertingkah Rosa. Tidak semua laki-laki suka dengan tingkah laku Lo"
Rosa sangat kesal. Ia menghentakkan kakinya. Teriak anak-anak di kantin juga membuatnya malu. Ini pertama kalinya seorang pria menolaknya dan mempermalukannya.
"Makanya jangan centil neng" ucap Fara saat melewati Rosa.
"Hisss..." Rosa menatap Fara sebel.
Fara tertawa melihat itu. Ia menarik Clara keluar dari kantin. Takut Rosa mengamuk.
Felix menyusul Elvin ke toilet. "Lo baik-baik saja El?" teriak Felix dari luar.
"Baju gue basah" Elvin keluar hanya menggunakan kaos karena seragam sekola sudah ia lepas dan sedang berada di tangannya.
"Di kantin ada di jual. Gua beli dulu" Felix pergi membelinya. Setelah itu ia berikan pada Elvin.
"Thanks" ucap Elvin setelah ia berganti pakaian.
"Rosa di juluki primadona sekolah karena kecantikannya. Banyak pria-pria yang berebut untuk mendapatkannya. Kalau dia menyukai seseorang pasti berhasil mendapatkannya, setelah bosan dia melepasnya begitu saja" ucap Felix ketika mereka berjalan ke kelas.
Elvin hanya mendengarkan. Melihat prilakunya saja sudah bisa ditebak. Pertama kali bertemu dan berbicara dengan Felix ia bisa menyimpulkan jika Felix adalah kawan yang setia dan bukan orang yang menyembunyikan sesuatu. Dia juga sangat muda berbagi informasi tanpa diminta seakan tahu jika ia butuh penjelasan.
"Bagaimana keadaan temanmu?" tanya Elvin. Ia mengingat teman Felix kemarin.
"Dia sudah membaik. Berkat pertolongan Lo. Thanks"
"Hmmm.." Elvin hanya berdehem.
Mereka kini sudah sampai di dalam kelas dan menunggu pelajaran selanjutnya. Rosa dan kedua temannya masuk dan melirik Elvin sebal, tapi Elvin hanya cuek dan tidak memperdulikannya. Itu bukan kesalahannya.
Ketika bel pulang sekolah, semua siswa, siswi berhamburan keluar kelas. Felix dan Elvin berjalan bersama ke parkiran. Kebetulan motor mereka bersebelahan.
"Gue mau ke rumah sakit. Lo mau ikut gak? Gama pengen ketemu Lo"
"Oke" jawab Elvin singkat lalu mengenakan helmnya dan naik ke motor.
Felix menghela nafas. Ia harus terbiasa dengan sikap Elvin yang dingin dan cuek serta sangat irit berbicar.
Rumah sakit
Mereka berjalan masuk ke dalam rumah sakit menuju ruang perawatan Gama teman Felix. Sesampainya di dalam ternyata Gama hanya sendirian, orang tuanya baru saja pulang.
"Apa kabar Gam?" tanya Felix sambil menepuk pelan lengan Gama.
"Sudah lebih baik. Besok gue bisa pulang" Felix mengangguk-angguk.
Gama melirk Elvin di belakang Felix. Felix yang tahu jika sahabatnya pasti penasaran dengan siapa dia datang.
"Dia Elvin, dia yang membantu kita kemarin"
"Benarkah. Thanks Elvin"
"Ya.." sahut Elvin seraya mengangguk kecil. Tangannya berada di kedua saku celananya.
"Kalau gak ada Lo, gua udah gak ada di dunia ini"
Elvin tertawa kecil dan sangat sebentar. "Lo harus nambah kemampuan lo"
"Pasti. Mereka main keroyokan. 1 lawan banyak"
Gama memang sendiri saat di kepung kemarin. Ia sempat mengabarkan Felix jika ia di serang, tapi ia keburu kewalahan sebelum Felix datang.
Mereka berbincang sejenak. Mereka terlihat mudah akrab walaupun Elvin hanya sesekali menimpali. Sampai hanphone Elvin berbunyi. Ia melihat ada nama sang mommy tertera dilayar.
Ia tidak mengangkatnya karena ia tahu pasti mommy menanyakan keberadaannya.
"Gue pamit duluan" ucap Elvin seraya berdiri.
"Ya..thanks sekali lagi sudah selamatkan gue" Elvin hanya mengangkat alisnya sebagai jawabannya. Ia meninggalkan rumah sakit dan kembali pulang.
Dalam perjalan pulang ia melihat Clara dan Fara di warung bakso. Dia menambah kecepatannya ketika merasakan Handphonenya kembali berbunyi.
"Buset kencang banget tu anak baru" Fara ternyata melihat Elvin lewat.
"Motor mahal" timpal Clara.
"Kapan yak gue bisa punya motor kayak gitu?" ucap Fara sambil menerawang.
"Helleh, bawa motor metik ajak gak bisa"
"Hahah...gue takut jatuh" Fara pernah berlaku menggunakan motor dengan di ajari Clara, tapi ia jatuh dan menabrak pohon hingga tangannya tergores. Sejak saat itu ia tidak mau belajar lagi.
"Makanya jangan mimpi mau pakai motor kayak gitu. Baru naek aja lo udah jatuh"
"HAHAH..." Fara tertawa keras hingga Clara memukul kepalanya karena menjadi pusat perhatian orang-orang.
Ayah Clara yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala serta tersenyum.
.
.
NEXT
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!