NovelToon NovelToon

Terjebak Menjadi Mantan Pacar Second Lead

Chapter 1

Seorang gadis yang bernama Alia Aqila Alvarendra, sedang terlelap di pangkuan sang mama. Dia membuka matanya perlahan menyesuaikan cahaya yang ada di ruangan.

" Ehh udah bangun gimana tidurnya? Nyenyak?" Ujar sang mama seraya mengelus lembut rambut Alia.

" Hmm, nyenyakk pake banget mah" ujar Alia seraya memeluk erat perut sang mama, Alia membenamkan wajahnya diperut mamanya.

"Manjanya anak mama" sang mama memandang lembut Alia, Alia adalah anak keduanya dia memiliki kaka laki-laki yang bernama Asher Alvarendra.

" Mama mau peluk, masa Lia aja yang di peluk. Abang juga dong " Asher yang baru turun dari tangga hendak berlari kearah sang mama tapi langsung di tahan oleh sang papa yang kebetulan berdiri di belakang Asher.

"Ngapain kamu peluk istri papa hah? Mama cuma boleh meluk papa sama Lia, kamu papa nggak izinin ya!" Sang papa menarik kerah baju Asher.

" Dih papa ngga bisa gitu dong, aku juga anak mama. Mama tolong" ujar Asher seraya memasang wajah memelasnya.

"Sini peluk papa aja" sang papa langsung mendekap Asher dari belakang.

Mama yang melihat hal itu tertawa pelan "udahlah pah, masa sama anak sendiri cemburu. Sini sayang" sang mama merentangkan kedua tangannya.

Asher yang melihat itu segera berontak melepaskan pelukan papanya, berlari kearah sang mama memeluk lengan kanan sang mama. Asher memeletkan lidahnya kearah sang papa.

Papa yang melihat itu memasang wajah kesal dimukanya " sayang kamu kok gitu sih, kamukan cuma boleh meluk aku. Jangan meluk lelaki lain" papa berjalan kearah mama dan memeluk leher sang istri dari belakang.

" Asher anak kita loh pah, kurangin cemburunya bisa" sang mama memandang jengah kearah suaminya.

" Ngga bisa" meletakan kepalanya dibahu sang istri.

"Ihh engap Abang, papa. Sana ihh" alia bangun dari tidurnya. Dia merasa tidak bisa napas karena kepalanya tertimpa perut sang Abang. Alia mencoba melepaskan peluka sang papa dan abangnya dari sang mama

" Tau ihh mama enggak bisa napa tau lepas, udahan acara pelukannya. Mama mau masak makan siang" mencoba melepaskan lilitan tangan sang suami.

" Kan ada bi Inah sama yang lain, kamu nggak boleh masak nanti kamu kecapean" sang papa mengecup pipi istrinya.

"Masak itu hobi mama, lagian mama nggak capek kok masak. Itu kewajiban mama. Sekarang lepas" ujar mama.

Dengan terpaksa Asher, papa dan Alia melepaskan pelukannya. Sang mama berdiri lalu bergegas menuju dapur.

" Tuhkan mama jadinya pergi, ini semua gara-gara Abang sama papa" Alia berdiri seraya berkacak pinggang memandang kesal kearah papa dan abangnya.

Asher menarik tangan alia yang membuat aliran jatuh terduduk lagi. Asher memeluk erat tubuh sang adik.

" Lia kok kamu gemesin sih" Asher sangat merasa gemas melihat tingkah kesal sang adik.

"Ih Asher anak papa kasian nggak bisa napas" sang papa mencoba melepaskan pelukan Asher dari Alia.

Alia berhasil mengeluarkan kepalanya dari pelukan sang Abang. Baru hendak memberontak tiba-tiba sang papa yang tadi berniat membantu melepaskan pelukan sang Abang, malah ikut memeluk bagian yang lain.

" Ihh engap Abang, papa" Alia memberontak, dia dipeluk oleh dua titan di kanan dan kirinya.

" Ini anak papa gemesin banget, beruntung banget papa punya anak kaya kamu" sang papa tidak menghiraukan rontaan sang anak, dia malah mencium kening sang anak.

"Mama tolong Lia huaaa" jerit Alia meminta pertolongan sang mama. Dia menangis dengan keras berharap dengan cara itu sang Abang dan papa melepaskan pelukannya.

Namun, bukannya melepaskan mereka berdua malah saling tarik tubuh Alia. Alia mendesah kesal.

"MAMA TOLONG" jerit Alia hampir frustasi. Inilah kehidupan sehari-hari dikeluarga Alvarendra. Selalu merebut hal yang sama, yaitu mama dan Alia.

"Yaampun anak mama, PAPA ABANG LEPASIN LIA" sang mama berjalan cepat dari dapur sambil membawa spatula.

Dengan tak rela Asher dan papa melepaskan pelukan itu, Alia menarik napa dengan tergesa-gesa lalu dia berlari kearah sang mama dan bersembunyi di belakang tubuh mamanya.

"Kebiasaan banget deh, bikin nangis Lia" mama berjalan kearah sang suami dan Asher menjewer telinga mereka berdua.

"Aduh, mah sakit. Lagian kenapa coba lia terlalu menggemaskan" Asher merintih kesakitan, tapi dia tak mencoba melepaskan jeweran mamanya.

"Sayang ini sakit, aku tuh cuma mengungkapkan kasih sayangku ke Lia" memandang melas kepada sang istri.

Melepaskan jeweran "jangan ganggu Lia, dia baru bangun tuh liat matanya jadi bengkak gara-gara kalian. Minta maaf cepet!" Memandang kesal kepada sang suami dan anaknya.

"Tuhkan Lia tambah gemesin. Sini Abang peluk lagi" Asher hendak bangun dari duduknya, namun tidak jadi karena tatapan tajam sang mama kepadanya.

"Lia maafin Abang ya, kamu mau apa biar Abang beliin sebagai permintaan maaf Abang" memandang sang adik yang masih berdiri di belakang punggung sang mama.

"Sayangnya papa, maafin papa juga ya. Kamu mau apa nanti papa beliin. Jangan minta ke Abang kamu! Mintanya sama papa aja ya" sang papa menahan gemas melihat tatapan mata anaknya yang berbinar-binar ketika mendengar permintaan maafnya.

"Apaan orang Abang yang pertama bilang kaya gitu, papa copy paste Mulu. Kreatif dong jadi orang. Lia nanti bilang sama Abang aja ya" memandang sang adik dengan lembut. Lia menatap abangnya dan papanya secara bergantian. Wah lumayan, padahal cuma nangisnya pura-pura tapi memang banyak hehe ujarnya didalam hati.

Alia tersenyum manis kearah papa dan abangnya, dia menganggukkan kepala " iya Lia maafin tapi janji ya bakal nurutin keinginan Lia" dia menyodorkan jari kelingking kearah papa dan abangnya.

Sang papa, mama dan Abang terkekeh gemas melihat kelakuan sang adik.

"Iya nanti Abang beliin" setelah mengaitkan jari kelingkingnya Asher mengelus lembut kepala sang adik.

"Papa janji" melepaskan ikatan jari kelingking dan mengecup pipi sang anak.

"Nah ginikan adem, mama mau balik ke dapur dulu ya. Inget jangan kayak tadi" dengan nada mengancamnya sang mama membalikkan badannya dan bergegas kembali ke dapur.

Horee bisa nonton konser red velvet  sorak Alia dalam hati, Alia tersenyum manis membayangkan hal itu.

Sedangkan sang Abang dan papa menatap heran ke arah Alia " kamu kenapa sayang? Sini duduk ditengah" papa menepuk sopa.

Alia berjalan mendekati dan langsung duduk di tengah "Emm pa" Alia menatap kearah papanya " Lia mau nonton konser red velvet boleh?" Lanjutnya seraya menatap berbinar-binar kearah sang ayah.

Sang ayah menghela napas berat "sebenarnya ayah nggak mau ngizinin kamu pergi ke konser, tapi karena ayah udah janji sama kamu. Ayah izinin dengan syarat kamu harus pergi sama Abang kamu gimana?" Sang ayah mengelus rambut anaknya dengan lembut.

"Iya, makasih papan Lia sayang papa banyak-banyak" memeluk erat sang papa yang di balas tak kalah erat oleh papanya.

"Lia nggak mau meluk Abang? Masa cuma papa yang di peluk" Asher menatap kesal kearah adik dan papanya.

"Ngga mau wlee" Alia menjulurkan lidahnya, mengejek sang Abang.

Chapter 2

Sekarang alia dan keluarganya tengah bersiap-siap untuk pergi ke mansion utama keluarga Alvarendra. Alia tampil cantik dengan dress putihnya, Alia mengenakan flat shoes berwarna senada dengan gaunnya. Di rambutnya terdapat bando berwarna pink, alia juga membawa tas selempangnya yang berwarna senada dengan bandonya.

Menuruni tangga dengan riang, ketika sampai di bawah dengan ceria dia menyapa keluarganya.

" Pagi papa, mama dan Abang" mengecup pipi mereka satu persatu.

"Pagi sayang" ujar papa.

"Pagi adekku" ujar sang Abang.

"Pagi sayangnya mama, mau makan pake apa hmm?" Sang mama membalikkan piring yang ada di hadapan Alia.

"Lia mau nasi goreng aja mah"ujar Alia, sang mama menyendokkan nasi goreng ke piring Alia, kemudian meletakkan di depan Alia.

"Makan yang banyak" mengelus rambut sang anak.

Alia hanya tersenyum sebagai jawaban, Alia memakan nasi goreng dengan lahap.

Asher yang duduk tepat di depan sang adik hanya bisa menahan rasa gemasnya pipinya kaya tupai ujar Asher dalam hati.

Alia menghabiskan nasi goreng dan langsung minum, dia memandang ke arah keluarga nya.

"Ka Reva datangkan pah?" Ujar Lia menatap kearah papanya.

Sang papa menganggukkan kepala "iya datang kok, kayaknya kamu udah kangen banget ya sama Reva?" Ujar sang ayah seraya tersenyum lembut.

Alia menganggukkan kepala semangat, dia tersenyum "banget pah, aku udah 6 bulan ngga ketemu sama ka Reva. Rasanya tuh udah nggak ketemu bertahun-tahun tahu" ucapnya seraya tersenyum terus cemberut.

Aduh lucu sekali anakku ucap papa dalam hati.

Karung mana karung, emang boleh gemesin begini dek ujar Asher dalam hati.

"Aduh sayang jangan cemberut dong, nanti cantiknya ilang. Kan bentar lagi juga bakal ketemu sama Reva, sekarang senyum" sang mama menarik garis bibir Alia keatas.

Alia tersenyum dengan manis seraya menunjukkan giginya yang putih rapi.

"Nih udah senyum, sekarang aku cantik kan mah?" Menatap mama nya dengan raut wajah bertanya.

Mamanya menganggukkan kepala seraya mencium gemas pipi Alia.

"Udah selesai kan? Mari kita berangkat" ujar sang papa seraya bangun dari duduknya. Dia menarik tangan istrinya keluar dari mansion, diikuti oleh Asher yang menggenggam tangan alia.

Sesampainya di depan mobil papa membukakan pintu untuk sang mama, sedangkan Asher membuka pintu untuk sang adik. Lalu mereka berdua berjalan memutar ke bagian mobil yang lain, sang papa duduk di kursi pengemudi sedangkan Asher duduk di kursi belakang dengan Alia.

Mobil melaju meninggalkan halaman mansion, mereka berempat terus mengobrol dari tentang pekerjaan, sekolah bahkan tentang hal random lainnya. Mereka lalu bercanda tawa di sepanjang jalan diiringi dengan musik jazz yang menenangkan.

Mobil berhenti tepat di depan gerbang mansion utama keluarga Alvarendra, petugas yang melihat mobil milik papa pun membuka gerbang. Petugas itu memberi salam kepada papa yang di balas anggukan sang papa.

Mobil terus berjalan hingga di depan mansion, papa dan Asher turun terlebih dahulu, papa menyerahkan kunci kepada salah satu bodyguard setelah itu papa membukakan pintu untuk sang mama, dan Asher juga melakukan hal yang sama.

Papa menggandeng mama, dan Asher menggandeng Alia. Mereka berempat berjalan dengan posisi sang papa dan mama di depan. Alia dan Asher mengikuti di belakang.

Alia sedari tadi terus tersenyum kearah para bodyguard dan pelayanan sedangkan sang Abang, papa, dan mama hanya memasang wajah datarnya.

Hal itu sudah biasa bagi para bodyguard dan pelayan, karena rata-rata orang-orang dari keluarga Alvarendra selalu berwajah datar ketika di depan publik maupun di depan pelayan dan bodyguard.

Mereka hanya akan tersenyum ketika bertemu dengan anggota keluarga Alvarendra, tapi berbeda dengan Alia. Dia selalu tersenyum ketika ada yang menyapanya.

Karena hal itu membuat dia menjadikan kesayangan para pelayan dan bodyguard.

Sesampainya di ruang tamu, mereka disambut oleh Kaka dari sang papa yaitu Aditya Alvarendra. Papa dan Aditya bersalaman lalu berpelukan.

Begitupun sang mama yang sedang berpelukan dengan Raisa Alvarendra istri dari aditya, sedangkan Alia dia buru-buru melepaskan genggaman tangan dari Asher.

Alia berlari menghampiri revandra Alvarendra, anak pertama dari aditya dan Raisa. " Kaka, aku kangen banget tau sama kaka. Kenapa coba baru pulang sekarang hah?" Alia berkacak pinggang menatap kesal kearah Reva.

Reva terkekeh melihat tingkat adik sepupunya "katanya kangen sini peluk" Reva merentangkan kedua tangannya yang disambut Alia. Alia masuk kedalam pelukan Reva seraya menggerutu kesal.

"Maaf ya, Kaka lagi sibuk ngurusin skripsi kemarin makanya nggak sempat pulang" Reva mengusap lembut rambut sang adik sepupu.

"Oke, Lia maafin. Sekarang mana oleh-oleh nya" Lia mendongakkan kepala menatap Reva.

"Oh jadi, kamu maafin Kaka karena mau oleh-oleh gitu. Oke cukup tau" melepaskan pelukan menatap menyelidik kearah Alia.

Alia hanya menunjukkan cengiran sebagai jawaban " sayang ngga kangen sama mami hmm" Raisa menghampiri Lia.

"Kangen dong" Alia memeluk Raisa yang di balas kekehan dari Raisa.

"Kalo kangen kenapa nyamperin Raisa dulu? Kenapa nggak mami dulu huh" Raisa berpura-pura menunjukkan wajah kesalnya.

"Lia mau minta oleh-oleh dari ka Reva, makanya Lia nyamperin ka Reva dulu" Alia berjinjit dan mendekatkan mulutnya kearah telingan Raisa, dia berbisik.

Raisa yang mendengar bisikan itu terkekeh geli " mami juga punya loh oleh-oleh buat kamu" Raisa menatap lembut kearah Alia.

"Wah mami serius, mau" melepaskan pelukan lalu mengadahkan kedua tangannya kearah Raisa.

"Ada tapi nanti, sekarang kita makan dulu. Kasian ka iel udah nunggu dari tadi di meja makan" menarik tangan alia menuju ruang makan.

Gabriel Alvarendra anak kedua dari aditya dan Raisa.

"Ka iel nggak kangen aku ya mi?" Alia memasang wajah sedih.

"Kenapa ngomong gitu hmm?" Menghentikan langkahnya menatap kearah Lia.

"Itu ka iel lebih milih nungguin makan dari pada nungguin aku" raut sedih dengan cepat berubah menjadi kesal.

Raisa terkekeh "ka iel kelaparan kayaknya sayang, soalnya dari semalem dia belum makan" melanjutkan langkah kakinya.

"Lagian salah ka iel sendiri nggak makan, nanti kalo sakit gimana?" Ujar Lia yang sekarang merasa khawatir terhadap kaka sepupunya.

"Main game dia, nanti kamu marahin ya" Alia menganggukkan kepalanya dengan semangat.

Raut wajahnya menunjukkan kesungguhan, Alia kesal sekaligus khawatir terhadap Gabriel, kalo sudah main game pasti lupa waktu. Tapi ya namanya hobi mau gimana lagi, melarang pun Alia rasa tidak bisa.

Ka iel sama Abang Asher sama aja, sama-sama pencinta game batin Alia kesal.

Sesampainya di meja makan Raisa menyuruh Alia untuk duduk di sampingnya, sedangkan di samping kanan alia terdapat Reva yang duduk.

Mereka lalu makan, sebenarnya keluarga Alia sudah makan tapi demi menghargai keluarga Reva mereka makan lagi.

Tidak ada yang berbicara di meja makan, karena itu merupakan aturan di mansion utama Alvarendra.

Chapter 3

Alia tadi sudah memarahi Gabriel yang di balas wajah pasrah, Gabriel tidak akan pernah bisa berdebat dengan sepupu kesayangannya ini.

Sekarang saja harus merelakan ponselnya, Alia meminjam ponselnya. Alia sekarang sedang menonton si kembar botak dengan tenang. Ponsel milik Alia berada di tas selempangnya.

Alia sengaja tak memakai ponselnya karena dia ingin mengerjai Gabriel. Dia sesekali tertawa pelan melihat si kembar.

Sedangkan Asher yang berada di sopa sebelahnya hanya terkekeh geli melihat raut pasrah kaka sepupunya. Dia sudah terbiasa akan tingkah Alia.

" Khem, bang. Lu udah pernah masuk ke kamar itu?" Asher bertanya dengan raut keinginan Tahuan yang terpancar jelas, Asher dan Gabriel sepakat untuk berbicara non formal ketika tidak ada keluarga besar Alvarendra.

Mereka sekarang hanya bertiga dengan Alia yang berada di sopa sebelah kanan, Gabriel di tengah dan Asher di sopa tunggal sebelah kanan Gabriel.

"Belum, kenapa?" Menatap Asher.

"Tadi gue denger dari para pelayan, katanya ada cahaya yang keluar dari celah pintu itu" ujar Asher lagi.

"Alah palingan itu cahaya dari lampu. Jangan dengerin ucapan para pelayan, dan jangan bahas hal ini karena kalo sampe papa dan papi tau kita bakal di marahin abis-abisan" Gabriel mencoba memberikan peringatan kepada Asher.

"Katanya itu terang bang dan cahaya itu cuma muncul di jam 6 sore, papi sama papa lagi di kebun belakan nggak akan tau soal ini bang" ujar Asher lagi.

"Udah jangan bahas itu lagi, jangan coba-coba kamu masuk ke kamar kakek Asher" Gabriel menatap tajam kearah Asher.

Gabriel ingin segera memberhentikan obrolan tentang kamar mendiang kakek, neneknya itu. Dia merasa sangat tidak nyaman ketika membahas itu, selama dia tinggal di mansion utama ini. Dia tidak pernah sekalipun lewat di depan kamar itu. Selain karena kamar itu di lantai 4, dia juga terlalu takut setelah mendengar perintah dari papinya untuk menjauh dari kamar itu.

Asher terdiam sejenak dan kemudian mengalihkan pembicaraan kearah game, dia rasa cukup sampai sini. Membicarakan hal itu membuat dia merinding tapi dia penasaran, tapi tidak berani.

Sedangkan Alia yang sedari tadi asik menonton, teralihkan perhatiannya karena ucapan kedua abangnya, dia menjadi penasaran.

Aku harus ke kamar kakek nanti sore ujarnya dalam hati.

Alia tipe orang yang kalo sudah penasaran maka rasa penasaran itu harus dituntaskan.

"Nih bang, Lia mau ke mama sama papa dulu" menyerahkan ponsel Gabriel lalu berlalu tanpa menunggu jawaban, Alia melangkah ringan menuju taman belakang.

Disana terlihat keluarganya tengah mengobrol ringan di temani snack dan minuman, dia dengan cepat menghampiri dan bergabung dalam obrolan.

Alia pov

Sekarang sudah jam jam 17.50, aku sekarang berada di kamarku yang berada di mansion utama, aku bergegas menuju lift untuk ke lantai 4. Aku ingin menuju kamar mendiang kakek dan nenekku.

Sebenarnya aku tahu, ini tak boleh namun apa boleh buat rasa penasaran terus menggerogotiku dari tahun-tahun kemarin. Ditambah tadi obrolan bang Asher dan ka iel, membuat ku semakin penasaran.

Sekarang aku sudah berada di depan kamar mendiang kakek dan nenek, menekan knop pintu pelan. Dan ternyata tidak terkunci. Mungkin karena tidak ada yang berani masuk kesini.

Jadi papi tidak mengunci pintu ini, toh mansion ini memiliki keamanan yang tinggi. Aku masuk lalu menutup pelan pintu.

Memandang ke seluruh kamar, tidak ada apapun. Dan lagi kenapa harus dilarang, tidak ada apapun disini hanya kamar yang sudah berdebu.

Aku melangkah mendekati meja rias milik nenek. Melihat-lihat koleksi makeup milik nenek wah ternyata nenek juga suka makeup.

Pandangan mataku kembali menelusuri kamar ini berjalan pelan, ssrt. Aku tidak sengaja menendang sesuatu. Ketika ku ambil benda itu ternyata sebuah buka yang sudah berdebu.

Aku membersihkan debu dari sampul buku itu, wah ternyata ini novel. Bagaimana bisa nenek dan kakek mempunyai novel ini? setahu ku nenek dan kakek hanya menyukai bacaan tentang penelitian.

Mengabaikan segala pemikiran ku. Aku membuka novel itu, lalu tiba-tiba cahaya terang keluar dengan sangat terang dari halaman pertama novel ini.

Aku memejamkan mata karena merasa perih akibat cahaya dari novel, ketika aku merasa cahaya itu sudah mulai redup aku membuka mata ku perlahan.

Ini dimana? Pikirku pertama kali ketika membuka mata. Memandang bingung kearah ruangan asing ini, ini seperti sebuah kamar. tapi milik siapa kamar ini? Dan bagaimana bisa aku berada disini?

Dan tiba-tiba kilatan memori yang bukan milikku terlintas, aku memegang kepalaku dengan erat seraya memejamkan mataku.

Membuka mata dengan napas terengah-engah, memandang novel itu dengan kosong. Ternyata aku masuk ke dunia novel usang ini.

Novel ini berjudul SUNSHINE GIRL, berkisah tentang seorang gadis SMA bernama Emira Farah Dravinda. Gadis yang cerita hidupnya hampir sama denganku dari segi sikap dan perilaku hanya namanya saja yang berbeda. Emira bertemu dengan Ghani Parvaiz sang pemeran utama di sebuah pesta perusahaan milik keluarga Ghani, saat itu Emira tidak sengaja melihat Ghani sedang terduduk dengan raut wajah kesakitan.

Emira menghampiri dan menanyakan keadaan Ghani, Emira mengobati luka di wajah Ghani, dan hal itu memicu rasa ingin memiliki dari Ghani. Terdengar klasik memang, tapi mau bagaimana lagi. Sedari kecil Ghani sangat kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya, bahkan luka yang didapatkan adalah luka dari sang papa. Sang papa memukul nya karena rasa kesal terhadap rekan bisnisnya, dia melampiaskan rasa kesal tersebut kepada Ghani. Ghani hanya pasrah menerima hal itu karena dia sudah terbiasa sedangkan mamanya hanya selalu acuh melihat kelakuan suaminya terhadap anaknya. Mama Ghani hanya terlalu sibuk mengejar cita-citanya sebagai model papan atas.

Karena sikap kedua orang tuanya itu Ghani menjadi pribadi yang arogan, sombong. Obsesi Ghani terhadap Emira semakin besar kala tau bahwa Emira adalah murid baru disekolahnya. Dia selalu mengerahkan seluruh cara dari hal baik maupun jahat untuk menarik perhatian Emira, namun kegigihan Ghani belum menuaikan hasil karena adanya Derrrien Edgardo, sang pemeran utama kedua laki-laki. Derrrien merupakan sahabat masa kecil dari Emira. Emira dan derrrien sempat terpisah selama masa SMP. Mereka di pertemukan kembali saat Emira menjadi murid baru di sekolah derrrien.

Derrrien selalu mencoba menggagalkan usaha Ghani untuk mendekati Emira, derrrien selalu ada disamping Emira. Dia tak pernah membiarkan Emira sendirian. Cerita mereka tidak lengkap tanpa sang antagonis wanita dan pria. Sang antagonis wanita bernama Elvira Fawwaz, dia sebenarnya tidak terlalu menyukai Ghani. Dia hanya mencoba berada di dekat Ghani karena ingin menjadi pusat perhatian, dia selalu mengejar Ghani bahkan di selalu membully Emira.

Sedangkan antagonis pria bernama Felix Fortino, dia hanya ingin menghancurkan hidup Ghani. Dia dendam kepada Ghani karena dia selalu kalah saat bertarung dan balapan, dia ingin merebut apa pun yang Ghani punya.

Sedangkan aku berperan sebagai figuran yang namanya hanya satu kali di sebut. Kalila Caeli Zaryan, mantan pacar dari pemeran utama kedua laki-laki yaitu derrrien. Hidupku dan Kalila sangat jauh berbeda, aku selalu di lingkupi kasih sayang sedangkan Kalila jauh dari kasih sayang. Dia hanya tinggal bersama bi meta, bi meta merupakan orang yang mengurusnya sedari kecil. Kedua orang tua Kalila seperti mengasingkan Kalila. Mereka tinggal di mansion bersama kaka Kalila yaitu wafda Zaryan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!