Rivaldo Xendrick, pria matang berusia 27 tahun yang harus mengalami cacat fisik akibat terkena siraman air keras dari selingkuhan kekasihnya.
Seorang CEO muda dan ahli waris keluarga Xendrick harus keluar dari rumah miliknya sendiri karena kecacatan fisik akibat ulah selingkuhan kekasihnya. Kejadian malam itu, mengubah segalanya.
Saudara kandungnya, Raynand Xendrick mengusir Kakaknya sendiri dari rumah miliknya. Karena ia tidak ingin memiliki seorang keluarga yang berwajah cacat.
Rivaldo terpaksa angkat kaki dan turun dari jabatannya yang menjadi CEO muda yang terkenal di Asia. Namun, kasus ini dihilangkan dari media manapun. Kasusnya dianggap sebagai menghilangnya ahli waris keluarga Xendrick, dan banyak pula orang yang menganggap bahwa Rivaldo Xendrick telah meninggal dunia, akibat kejadian kecelakaan pada waktu pria itu menghadirkan sebuah konferensi pers di Roma, Italia.
Ia pergi dan diasingkan oleh semua orang terdekat, tidak banyak orang yang mengenal Rivaldo Xendrick. Diasingkan banyak orang karena wajahnya yang cacat membuat siapapun menjadi takut untuk mendekat dengan dirinya.
Hidup menderita, kehujanan dan kepanasan serta menahan lapar sangat membuat pria itu haus dengan perhatian seluruh masyarakat yang ditemuinya.
Hidup menggelandang di jalanan tanpa seorangpun yang peduli akan dirinya, begitu sakit dan perih menjalani kehidupan seperti ini baginya.
Tidak ada yang peduli dengan dirinya. Bahkan kekasihnyapun pergi meninggalkan pada saat telah mendapatkan apa yang telah didapatkan wanita itu. Sanak dan keluarga tidak ada yang peduli.
Di mana hati nurani mereka? Apakah mereka sudah tidak peduli lagi?
Sampailah pada suatu hari, seorang gadis cantik yang sederhana melihat sosok pria yang terbaring lemah di depan rumah kosong dengan keadaan badan yang meringkuk.
🌱🌱🌱
Malam hari pukul 23.45 wib, Jakarta, Indonesia.
Di sebuah barr
Rivaldo duduk dengan memegangi satu gelas Wishkey di tangannya, ia meneguk beberapa gelas minuman yang beralkohol tinggi itu dengan nikmatnya.
Seorang wanita datang menemui Rivaldo dengan senyuman yang terukir di bibir indah milik wanita itu.
"Sayang, kau kenapa meminum ini terlalu banyak?" tanya wanita itu sambil duduk di pangkuan Rivaldo.
"No problem, baby," jawab Rivaldo dengan tersenyum miring.
"Sayang, ini tidak bagus untukmu jika kau meminum-minuman ini terlalu banyak," katanya sambil menatap Rivaldo dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
"Hanya dengan ini, aku bisa melupakan semua beban yang aku rasakan untuk sekarang. Mungkin kau tidak akan pernah mengerti jika berada di posisiku, Honey," balas Rivaldo sambil meneguk segelas wishkey yang berada di tangannya.
"Katakan padaku, apa yang mengganggu pikiranmu itu? Apakah masalah Raynand lagi, baby?" tanya wanita itu sambil menaikkan salah satu alisnya.
"No, baby. Ini masalah pribadiku, tidak ada yang bisa mengetahuinya, aku tidak akan menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi kepada siapapun itu, termasuk dirimu sekalipun," jawab Rivaldo dengan tersenyum kecut.
"Sayang, aku ini adalah kekasihmu. Aku wajib tahu apa yang menjadi masalahmu." katanya sambil mengelus lembut kedua pipi Rivaldo.
Tak lama kemudian, seorang pria dengan beberapa wanita menemui Rivaldo yang kini tengah duduk di atas sofa bersama kekasihnya, Viona Anastasya.
"Hei, Bro! Lama tidak berjumpa, apakah kau masih mengingat siapa diriku?" tanya seorang pria yang berbadan tegap di hadapan Rivaldo.
"Tentu, Dave. Duduklah denganku, lama kita tak berjumpa," ujar Rivaldo sambil menyalami Dave.
"Terima kasih, siapa wanita ini, Val? Apa dia istrimu?" tanya Dave dengan tertawa kecil sambil menatap Viona.
"Dia kekasihku, Dave. Bagaimana denganmu? Apakah kau telah menikah?" tanya Rivaldo sambil meneguk segelas wishkey di tangannya.
"Belum, aku tidak memiliki kekasih, untuk apa memiliki kekasih jika hanya tau menghabiskan uang dan setelah itu, mereka akan pergi meninggalkan kita," ujar Dave dengan tersenyum kecut.
"Tidak semua wanita seperti itu, Dave. Aku hanya berharap bahwa wanitaku tidak akan seperti itu suatu hari nanti," sindir Rivaldo sambil memainkan rambut Viona dengan lembut.
"Tidak mungkin aku mengkhianati dirimu, Sayang. Itu tidak akan pernah terjadi seumur hidupku." balas Viona dengan wajah cemberut.
Rivaldo melihat jam kecil yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam telah menunjukan hampir jam dua belas malam, Rivaldo segera pamit hendak pulang. Seperti biasanya, Viona tidak ingin diantar pulang oleh Rivaldo. Pria itu tidak ambil pusing, ia segera pamit dan meninggalkan Barr dengan cepat.
Karena besok, akan ada rapat penting di kantor. Sebagai pemimpin yang disiplin, ia harus datang tepat waktu tanpa adanya kata telat. Ia adalah seorang pria yang disiplin dengan waktu.
Pemimpin yang baik, adalah pemimpin yang bertanggung jawab dengan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya.
Pria tampan yang sangat digilai oleh wanita manapun. Tapi, sayangnya pria itu hanya tertarik dengan Viona Anastasya. Hatinya tidak bisa berpaling lagi. Ia begitu mencintai Viona dengan setulus hatinya.
Rivaldo membuka pintu mobilnya dan segera masuk ke dalamnya. Ia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi untuk sampai di kediaman Keluarga Xenderick. Keluarga yang paling berpengaruh di Asia nomor satu. Xendrick Group, salah satu kantor yang bergerak di bidang persenjataan yang kuat di dalam Dunia gelap.
Tidak banyak orang yang bisa menyerang Xendrick group, karena bisa dirata-ratakan bahwa mereka akan takut jika perusahaan mereka akan terancam diambang kebangkruttan.
Rivaldo memiliki adik laki-laki yang bernama Raynand Xendrick, pria yang memiliki sikap bertolak belakang dengan Rivaldo. Ia memiliki sikap angkuh dan sombong yang begitu besar. Ia tidak akan segan-segan menghabisi orang yang akan menghalangi jalannya untuk mendapatkan sesuatu.
Putra kedua yang memiliki wajah yang tidak begitu tampan dari Rivaldo. Ia memiliki ambisi yang begitu kuat di dalam dirinya. Karena Orang tuanya begitu memilih kasih terhadap Rivaldo, ia mulai membenci kakaknya sendiri.
Walaupun sikap mereka bertolak belakang, Rivaldo tetap menyayangi Raynand sebagai adik laki-laki satu-satunya. Ia begitu menyayangi Adiknya itu. Apapun akan ia lakukan asalkan ia bisa bersama dengan Adiknya.
Mungkin, karena perlakuan dari Orang tuanya yang berbeda membuat Raynand sedikit merasa tersaingi oleh Rivaldo. Walaupun pria itu sudah tau, tetapi ia tetap akan mengasihi Adiknya.
Orang tuanya begitu menuntut untuk menjadikan Rivaldo sebagai ahli waris serta memiliki kemajuan dalam bidang apapun. Rivaldo hanya bisa menuruti kemauan orang tuanya meski ia telah menolak untuk menerima jabatan sebagai CEO di Xendrick Group. Tidak pernah ia inginkan sama sekali untuk menerima itu semua. Ia hanya menginginkan hidup damai dan tentram bersama orang yang dicintainya.
Namun, apalah daya yang telah memiliki takdir untuk menjadi penerus Keluarga Xendrick.
Sesampainya di rumah, Rivaldo langsung memarkirkan mobilnya di garasi. Ia bergegas turun dari dalam mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah utama.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\= BERSAMBUNG \=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Sesampainya di ruang keluarga. Ia melihat seluruh keluarganya tengah berkumpul. Senyuman indah terukir di bibirnya yang tipis itu. Ia melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah mereka.
Ia duduk di samping Adiknya, Raynand Xendrick.
"Dari mana saja, baru pulang larut malam seperti ini, Rivaldo?" tanya seorang pria paruh baya sambil menatap tajam ke arah Rivaldo.
"Seperti biasanya, aku akan selalu menenangkan pikiranku jika ada yang mengusik pikiranku, Paa." jawab Rivando dengan tersenyum tipis.
Ia mendudukkan dirinya dan menatap ke arah Orang tuanya yang ada di hadapannya. Raynand menatap Papanya yang begitu merasa peduli dengan Kakaknya.
"Ray, bagaimana soal kuliahmu? Lancar tidak?" tanya Rivaldo sambil tersenyum menatap wajah Adiknya.
"Ya," ucap pria itu singkat tanpa menatap ke arah Rivaldo.
"Ya sudah, kamu belajar yang benar, supaya nanti kamu bisa lulus dan bisa banggakan Kakak, Mama dan Papa!" pinta Rivaldo sambil tersenyum hangat.
"Pasti," jawabnya singkat lagi.
"Ya sudah, Ma, Paa, Valdo ke atas dulu! Valdo mau istirahat dan besok juga akan ada rapat penting di kantor," pamitnya dengan lembut.
"Iya, Nak. Selamat malam putra Mama!" seru seorang wanita paruh baya sambil melambaikan tangannya.
Rivaldo tersenyum hangat menatap keluarganya. Rasanya ia seperti disayangi hanya karena sebagai ahli waris saja. Tidak lebih dari itu.
Bagaimanapun juga, ia tetap ingin menetap di sana hanya karena begitu menyayangi Raynand, Adik laki-lakinya.
Sesampainya di dalam kamar, Rivaldo bergegas pergi ke kamar mandi hendak membersihkan dirinya sebelum tidur. Beberapa hari ke depan, sepertinya waktunya akan tersita untuk mengurus-urusan kantor.
Sebagai pemegang saham terbesar, ia harus tetap konsisten dengan apa yang telah menjadi tanggung jawabnya.
Sesudah membersihkan dirinya, pria itu memakai piyamanya dan mengambil sebatang rokok lalu ia berjalan menuju balkon. Ia masih ingin menikmati embusan angin malam dengan duduk di balkon.
Menurutnya, mengapa sikap Viona sedikit berbeda dari biasanya. Apa yang kini tengah disembunyikan wanita itu? Tidak biasanya Viona bersikap lain dari hari biasanya. Pria itu hanya takut, apa yang dikatakan Dave ada benarnya.
Pria itu duduk di bangku dengan menghisap sebatang rokok di tangannya. Memikirkan apa yang dikatakan oleh Dave, bagaimana jika apa yang dikatakan pria itu ada benarnya?
Drrttt-drttt!
Tidak lama kemudian, ponsel miliknya bergetar. Tanpa dihiraukan oleh Rivaldo. Ia sedang merasa tidak ingin diganggu oleh siapapun.
Rokok yang ada di tangannya telah habis. Ia melihat layar ponselnya ternyata panggilan dari Sekretaris pribadinya, Nathan Alvaro.
'Tumben sekali Anak satu ini menelfon malam-malam begini. Ada apa?'
Karena merasakan sesuatu yang tidak enak di dalam hatinya. Ia memilih untuk menelfon kembali.
Panggilan terhubung.
"Hallo, Bos?" seru seseorang dari arah sebrang sana.
"Ya, katakan ada apa kau menelfonku tadi?" tanya Rivaldo tanpa basa-basi.
"Gudang senjata yang berada di London, sedang mengalami perampokan yang sangat banyak, kerugian yang bisa diperhitungkan bisa mencampai ratusan juta," ungkap pria dari arah sebrang sana.
"Kemarilah dirimu! Bawa mobilmu, kita akan segera berangkat ke London untuk menyelidiki kasus ini, tidak akan aku biarkan mereka selamat malam ini juga!" perintah Rivaldo menahan emosi.
"Baiklah, Boss. Saya akan segera ke sana!" seru pria itu dengan tegas.
Panggilan terputus.
Rivaldo berjalan masuk ke dalam kamarnya, ia membanting pintu yang terhubung dengan balkon cukup keras. Pria itu melemparkan HP-nya ke atas ranjang.
Dirinya tengah terselimuti emosi yang tebal. Uang senilai ratusan juta bukanlah nilai mata uang yang sedikit.
"Arghhhh!"
Rivaldo meremas rambutnya menahan emosi yang luar biasa. Mengapa bisa gudang persenjataan di London mengalami perampokan yang memalukan seperti ini? Dan siapa lagi yang berani mengusik Xendrick Group. Apa mereka tidak tahu siapa Xendrick Group?!
Karena merasa sangat emosi, Rivaldo segera mengganti pakaiannya menjadi berwarna hitam. Karena mereka akan segera menangkap siapa perampok yang merugikan mereka dengan skala besar ini.
Nathan Alvaro, seorang Sekretaris pribadi sekaligus Asisten pribadi Rivaldo Xendrick yang mengabdikan dirinya kepada Rivaldo karena hutang budi yang tidak dapat dibayar dengan apapun.
Meski sebenarnya Rivaldo telah menganggap Nathan sebagai sahabatnya. Tetapi, Nathan hendak menjadikan dirinya sebagai bawahan Rivaldo yang akan menjaga diri pria itu sampai akhir hayatnya.
Pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sangat tinggi untuk cepat sampai di kediaman Keluarga Xendrick.
Sesampainya di gerbang utama, Nathan harus turun terlebih dahulu untuk meletakkan sebuah kartu di depan gerbang agar gerbang itu terbuka. Tidak sembarangan orang yang bisa masuk ke dalam rumah kediaman Keluarga Xendrick.
Setelah gerbang terbuka, Nathan kembali menginjak pedal gas menuju rumah utama. Sesampainya di halaman rumah utama. Pria itu turun dari mobilnya yang di letakkan di depan garasi mobil. Ia bergegas menuju ke dalam. Namun, karena pintu rumah itu telah tertutup. Ia terpaksa harus membunyikan bel terlebih dahulu.
Ting-tong-ting-tong!!!
Nathan berulang kali menekan bel agar ada seseorang yang membuka dengan cepat. Penerbangan ini akan segera dilaksanakan agar pelakunya cepat tertangkap.
Seorang pelayan wanita yang telah berkepala lima membuka pintu dengan cepat untuk melihat siapa yang datang.
"Eh, ada Tuan, mari masuk terlebih dahulu. Pasti ke sini mencari Tuan Muda Valdo, yah?" tanya wanita paruh baya kepada Nathan.
"Iya, Bik. Tuan Muda ada di dalam? Ini sangat gawat, Bik!" seru Nathan dengan wajah cemasnya.
"Masuklah terlebih dahulu, Tuan. Bibik akan panggilkan Tuan Muda Rivaldo," ujar Bi Tuti pada Nathan.
"Terima kasih, Bik!" katanya sambil berjalan masuk ke dalam rumah itu.
Bi Tuti dengan cepat berjalan menuju lantai atas untuk memanggilkan Tuan Muda keluarga Xendrick, yaitu Rivaldo Xendrick. Putra pertama yang memiliki wajah tampan dan kharisma yang tinggi.
Tok-tok-tok!
Bi Tuti mengetuk pintu kamar dengan pelan. Ia takut mengganggu Rivaldo yang kini mungkin tengah beristirahat.
Ceklek... Pintu terbuka, tampaklah sosok pria tampan yang memiliki badan kekar tengah berdiri di depan ambang pintu.
"Ada apa, Bi? Tumben malam begini ngetuk pintu kamar?" tanya Rivaldo tersenyum sambil menaikkan salah satu alisnya.
"Itu, Tuan. Di depan ada Tuan Nathan menunggu Anda. Katanya ada yang gawat," ujar Bi Tuti tersenyum canggung.
"Oh, baiklah. Terima kasih, yah, Bik!" seru Rivaldo sambil kembali masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil beberapa berkas dan senjata yang akan dimasukkan ke dalam tas kecil yang akan dibawanya saat berangkat nanti.
Ia akan membawa beberapa senjata untuk pengaman mereka di London nantinya.
Pria itu membawa tas kecil yang ada di tangannya dan menutup rapat pintu kamarnya. Ia segera turun untuk menemui kedua Orang tuanya hendak pamit. Ia harus segera terbang ke London, Inggris. Malam ini juga.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\= BERSAMBUNG \=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
\=\=\=\=\=\=\=\= SELAMAT MEMBACA \=\=\=\=\=\=\=\=
Sesampainya di bawah, Rivaldo melihat Raynand yang sedang sibuk mengutak-atikkan laptop di hadapannya. Seketika senyuman pria itu mengembang, ia sangat menyayangi Adiknya itu. Alasan dirinya selalu bekerja keras hanya untuk Raynand dan Orang tuanya itu.
"Ray, di mana Mama dan Papa?" tanya Rivaldo sambil melangkahkan kakinya mendekat ke arah Raynand.
"Ada di dalam kamar mereka," jawab Ray seperti tanpa minat.
"Ya sudah, kamu belajar yang rajin yah! Supaya kamu akan cepat lulus dan mendapatkan nilai yang bagus ketika lulus nanti. Kakak janji akan memberimu hadiah jika kamu lulus dengan nilai yang bagus!" seru Rivaldo tersenyum sambil mengacak-acak rambut Raynand dengan gemas.
"Ya." jawabnya singkat tanpa melirik ke arah Rivaldo.
Rivaldo melangkahkan kakinya menuju kamar kedua orang tuanya yang berada di lantai atas untuk berpamitan kepada mereka bahwa dirinya akan segera pergi ke London, malam ini juga.
Tok-tok!
"Maa ... Paa ... Buka pintunya sebentar." ucap Rivaldo pelan sambil mengetuk pintu kamar.
Pintu terbuka, tampaklah seorang wanita paruh baya berdiri di depan ambang pintu sambil merapikan rambutnya yang sedikit berwarna putih itu.
"Ada apa, Nak?" tanyanya bingung serta penasaran.
"Valdo ingin pergi ke London untuk mengawasi gudang senjata di sana. Gudang senjata yang selalu diawasi dua puluh empat jam, mengalami perampokan yang bisa divonis mengalami kerugian sebesar ratusan juta rupiah, Maa," jelas Rivaldo sambil menyalami tangan Mamanya.
"Ya ampun! Bagaimana bisa, Nak?! Bukannya gudang itu selalu diawasi? Kenapa bisa dirampok seperti itu?" tanya Nani kaget pada putranya.
"Rivaldo tidak tahu bagaimana bisa, Maa. Tapi, Rivaldo yakin, ini pasti ada yang melakukan kerja sama untuk merampok senjata di sana," ungkap Rivaldo kepada Mamanya.
"Ya sudah, kamu jaga keamanan untuk diri kamu. Kamu pergi sama siapa ke sana? Mama minta, jangan pergi sendirian. Mama tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada putra Mama," jelas Nani merasa khawatir pada Anaknya.
"Mama tenang aja, Valdo bisa jaga diri. Emangnya, Mama gak yakin kalau Anak Mama satu ini jago bela diri?" tanya Rivaldo mulai bercanda.
"Mama lagi gak bercanda! Mama serius, Valdo! Mama gak ingin kamu kenapa-kenapa di sana," ucap Nani jujur. Ia tidak ingin putranya itu kenapa-kenapa.
"Rivaldo ingin segera berangkat, Mama tolong jaga Raynand di sini. Valdo pergi tidak akan lama, Valdo janji akan segera kembali dalam waktu dekat." kata Rivaldo berjanji dan tersenyum menatap Nani. Ia menarik Nani masuk ke dalam pelukkannya.
'Seandainya, kalian benar-benar menyayangiku dengan kasih sayang yang tulus. Bukan hanya karena aku adalah ahli waris keluarga ini.' batin Rivaldo sambil memeluk Mamanya.
Nani membalas pelukan Anaknya itu. Ia sangat takut jika sesuatu terjadi pada Putranya, ia tidak ingin, Rivaldo kenapa-kenapa. Karena masalah ini, bukanlah masalah biasa.
"Ya sudah, Maa. Rivaldo pamit berangkat dulu, yah! Oh iya, Papa sudah tidur? Jika iya, katakan padanya jika Valdo berangkat ke London untuk mengurus gudang senjata yang di sana mengalami perampokan yang besar," ujar Rivaldo sambil melepaskan pelukkannya.
"Iya sayang, Mama akan sampaikan pada Papa kamu. Jaga diri baik-baik di sana, yah, Sayang!" seru Nani sambil mengecup kening Anaknya.
Rivaldo memasang senyum di wajahnya. Lalu, ia segera turun untuk menemui Nathan, sekretaris pribadinya itu. Walaupun Nathan hanya berstatus sebagai bawahannya. Namun, Rivaldo tetap menganggap Nathan sebagai sahabat dekatnya.
.
.
.
Rivaldo dan Nathan bersama satu orang Pilot telah berada di sebuah pesawat pribadi. Mereka akan segera lepas landas menuju London, Inggris. Untuk mengurus gudang senjata yang mengalami perampokan senjata yang bisa dinovis kerugiannya mencapai ratusan juta rupiah.
Pria itu duduk dengan santainya di atas kursi tempatnya duduk sambil melihat ponsel miliknya. Ia berharap akan ada pesan masuk dari Viona, kekasihnya. Namun, sampai sekarang tidak ada satupun pesan yang masuk ke ponselnya itu.
Ke mana Viona? Sampai sekarang belum ada mengabarinya. Walaupun semua pikiran berkecamuk di dalam hatinya. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Karena banyak hal yang akan diurusnya di Luar Negeri.
"Kita akan lepas landas dalam hitungan ketiga." peringatan Pilot itu kepada kedua pria yang ada di bangku belakang.
Satu ... Dua ... Tiga ....
Pesawat pribadi yang membawa mereka telah melepas landas ke udara. Rivaldo mencoba untuk menenangkan pikirannya yang berkecamuk memikirkan masalah ini dan Viona. Mengapa Viona belum mengabarinya sampai sekarang? Ada apa? Entahlah, Rivaldo mengusap wajahnya dengan kasar menggunakan satu tangannya.
Nathan yang sedari menatap heran ke arah Rivaldo pun harus mencari tahu, hal apa yang mengganggu pikiran Tuan Muda Rivaldo itu?
"Ada apa, Boss? Sepertinya kau begitu gelisah?" tanya Nathan sambil menaikkan alisnya heran.
"Ya, aku sangat gelisah, bagaimana tidak? Viona tidak mengabariku sampai sekarang, bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi padanya? Aku sangat tidak ingin. Tapi, di satu sisi kita harus mengurus masalah di London, Nathan," ungkap Rivaldo dengan wajah cemasnya menatap ke arah Nathan yang ada di sampingnya.
"Viona? Kekasihmu, Boss?" tanya Nathan memastikan apa benar atau tidak.
"Ya, aku sangat bingung dan pikiranku benar-benar kacau untuk sekarang waktu, bagaimana bisa aku pergi tanpa mendapatkan kabar darinya? Jika sesuatu yang buruk terjadi, bagaimana?" tanya Rivaldo kepada Nathan.
Nathan yang mendengar pertanyaan Rivaldo hanya bisa terdiam sesaat. Ia sangat susah untuk menelan saliva, karena baginya, tidak ada wanita yang berhasil memikat hatinya. Sampailah sekarang waktu, tidak ada wanita yang mampu menarik perhatiannya.
Seorang pria yang begitu dikenal dengan sikap sombong dan dingin. Ia tidak terlalu terbuka soal masalah percintaan. Nathan adalah sosok pria yang selalu menutup diri ketika ada wanita yang mencoba untuk mendekati dirinya.
"Aku tidak terlalu mengerti untuk masalah percintaan, Boss," ucap Nathan jujur. Karena ia sama sekali tidak mengerti tentang cinta.
"Dirimu terlalu polos, Nathan. Setelah ini, silahkan kau mencari wanita untuk berkencan, mau diletak di mana mukaku jika sekretarisku saja tidak mengerti masalah percintaan." ledek Rivaldo tertawa kecil. Ia sangat senang menggoda Nathan.
'Aku senang melihatmu tertawa lepas seperti ini, Rivaldo. Meski aku tahu bahwa beban hidupmu sangatlah berat. Tapi, selama aku ada di sampingmu, beban itu akan terasa sangat ringan. Percayalah padaku, tak akan kubiarkan dirimu merasa kesepian dan menyendiri. Karena aku, akan selalu ada buatmu.' Batin Nathan sambil menatap Rivaldo yang kini tengah tertawa lepas.
Rivaldo baru menyadari bahwa Nathan sedari menatapnya dari tadi. Ia mengerutkan dahinya heran dan menaikkan salah satu alisnya.
"Ada apa? Mengapa kau melihatku seperti melihat binatang saja?" tanya Rivaldo aneh. Ia merasa ada yang aneh dari diri Nathan.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\= BERSAMBUNG \=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!