Andrea Meyla, akrab di panggil Rere adalah anak tunggal dari Anadiya dan Akbar.
Tinggi sekitar 150cm, Rambut hitam, panjang sedikit bergelombang, wajah cantik putih mulus, bersih, bermata coklat gelap. Dia suka membaca khusunya komik, makan apa pun dan ngemil apapun. Namun, tak kunjung gemuk, paling suka mojok di perpustakaan, dan yang terakhir berenang. Dia paling mahir gaya batu! hehe. Bilang saja suka berendam saja tapi tidak bisa berenang.
Rere di kenal di sekolah sebagai gadis yang ceria, mudah bergaul dengan siapapun.
Punya hobi lain yang tidak banyak orang tau, memanah. Memanah hati para cowok eaaa...
Serius, dia bisa memanah!
Saat ini tinggal bersama Rita dan Daniel, mereka adalah Oma dan Opanya. Namun, tidak lama Daniel meninggal dunia karena serangan jantung.
Rere tidak pernah menggubris kedua orang tuanya yang sudah lama berpisah alias cerai.
Rere yang begitu menginginkan sebuah keluarga lengkap nan bahagia sudah sirna sejak dia duduk di bangku menengah pertama. Gadis itu tidak pernah ikut campur urusan rumah tangga ayah dan bundanya lagi setelah berpisah.
Meskipun tidak ada KDRT, tak ada pedang hanya bermodalkan mulut perang pun bisa jadi. tetap saja membuat hati gadis itu hancur.
Namun musibah datang kembali, Rita juga jatuh sakit yang akhirnya menyusul Daniel ke surga.
Rere sangat terpukul dengan kepergian Rita. Rita lah yang ngerawat cucunya sejak bayi, karena Akbar dan Anadiya sama - sama sibuk kerja.
Jarang ada waktu untuk keluarga, mereka sibuk mengejar dunia, bener-bener workaholic banget kan.
Kalau Anadiya masih setia singel parent, tetep kerja juga.
Ana masih suka berkunjung tapi tidak pernah lebih dari satu jam, pulang cuma bawa oleh-oleh kemudian pergi lagi. Rere punya cukup banyak teman di sekolah, tanpa orang tua, Rere bebas pulang jam berapapun dan selalu membuat Omanya cemas.
...***...
"Hei!, lo ngapain senyum-senyum sendiri, Kesambet ya?," seseorang membangunkan lamunan indah Rere, dia adalah Fani, teman sebangku Rere.
"Astaga. Hampir aja jantung gue jatuh ke ginjal!" Rere terkejut lantaran Fani suka sekali membuat temannya jantungan.
"Emang bisa gitu?" Fani mengerutkan dahinya.
"Lagian ini tuh udah mau masuk kelas, mentang-mentang tadi jam kosong lo males-malesan sampe lupa jam istirahat, ke enakan lo gue tinggal mojok sampe senyum sendiri," oceh Fani,.
Rere memang melamunkan seseorang, dia adalah Andra putra, bertubuh tinggi 170, berkulit sawo matang, Andra adalah wakil ketua OSIS,
Rere jatuh hati dari awal masa orientasi dan itu bertahan sampai sekarang, ceritanya itu mereka masih sekonyong-konyong sama si dia hehe.
Padahal Andra punya pacar di sekolah lain. Namun kabar itu hanya gosip semata bagi Rere, gadis itu masih saja memperhatikan dia dari kejauhan. Bahkan, guru bahasa inggris pun pernah dia taksir.
Andre Hirata, termasuk guru killer yang berparas rupawan, tinggi 189, berkulit putih bertubuh kekar. Tidak sedikit siswi yang suka pada Andre, termasuk Rere juga. Banyak yang terlewat senang dihukum sama si guru bahasa Inggris ini, dan julukannya adalah Mr. Killer.
Walaupun wajahnya selalu datar dan sikap yang dingin, namun Andre tidak bisa di bilang sejahat guru killer lainnya.
Rere sering kali mendapat hukuman gara-gara tidak bisa mengerjakan tugas di depan papan tulis atau tidak mengerjakan pekerjaan rumah/PR.
"Andrea!"
"Kamu disuruh berdialog malah ngelamun!"
Sungguh teriakan yang memekik telinga menggema di dalam kelas. Semua yang mendengar ikut terdiam, tidak seperti biasanya, Kali ini Mr. Killer benar-benar murka.
Bersambung...
...🌼Putih Abu-Abu🌼...
"Ma..ma..maaf Pak, sa..sa..saya.. saya.." Rere terbata dan tidak bisa berkata apapun, belum selesai juga dia berbicara udah dipotong.
"Kamu berdiri saja di samping meja saya sampai pelajaran selesai!"
Begitulah yang terjadi kena hukum. Tapi, Rere suka hukuman di depan kelas ini, dia bebas membuat lubang besar di wajah Andra dengan tatapan leser Rere. .
Sebulan ini saja sudah berapa kali Rere mendapat hukuman, hebat kan? Cuma Rere yang selalu mendapat amukan Mr. Killer.
"Awas aja Mr Killer, gue sumpahin lo dapet istri anak SMA!" gumam Rere mengutuk keras karena kesal, selalu saja manusia itu mengganggu kesenangannya memandang sang gebetan.
Rere sebenarnya tau tipe ideal Andre yang sebaya atau seumuran, tapi siapa tau suatu saat dapat nona muda manja atau nenek-nenek renta menjadi istrinya, begitulah yang ada di pikiran Rere.
"Re, lo kenapa lagi sih bikin ulah, udah tau kalo di kelas dia tuh ketat banget orangnya, orang garuk-garuk pantat terus diciumin baunya aja udah kena tampol apalagi lo meleng ke arah lain sambil senyum-senyum sendiri," Fani menyenggol bahu Rere saat dia mengumpulkan tugas ke depan. dia hanya mengangkat kedua bahu dengan acuh. Sudah biasa juga, sebentar lagi lulus tidak akan ketemu pria rese ini pikirnya.
Ada faedahnya dihukum, bisa liat gebetan dari depan kelas dengan sangat jelas. Hukuman penuh berkah bagi Rere.
'Eh, Andra liatin gue balik deh barusan, senyum tipisnya itu lo bikin gue meleleh, ya ampun gila dia manis banget,' batin gadis itu makin meronta.
"Andrea!" teriak seseorang buyarkan fokusnya menatap sang pujaan.
"Ya, pak?" Rere dengan santainya menanggapi Mr Killer yang sedari tadi memanggil namun dia tetap tidak fokus juga, luar biasa.
"Lama-lama saya capek ngadepin kamu, sepanjang pelajaran saya, kamu tidak ada niat sama sekali, saya panggil berkali-kali kamu lama responnya. Setelah ini kamu tidak boleh pulang dulu, ikut saya ke kantor!" ucap Andre dengan ketus, semua orang dibuat menciut tapi Rere dengan santainya menganggap hal itu sudah biasa baginya.
"Haduh, mau diapain lagi nih gue. Kalo dicium gue mau, kalo dimarahin terus bosen banget, masuk telinga kanan keluar telinga kiri," keluh Rere pada Fani
"Ngomong kaya paling berani aja, nanti lo di gerebek nangis!" cibir Fani.
"Lagian tumben otak lo yang kecil itu mesum hari ini?, Lo sih, suka ngelamun di kelas Mr Killer!" sambung Fani, ia bete sekali menanggapi sahabatnya yang kadang waras kadang barbar.
"Lo kan tau gue ga suka bahasa inggris, benci banget, tapi gue ga benci sama yang ngajar sih, dianya aja tuh yang benci ama gue, kena hukum mulu, gue sumpahin deh nanti si mr killer super bucin ke gue. Ga bagus juga berdiri nganggur ga liat apa-apa. Ih, gue seneng banget sampe ngayal kemana-mana," cerocosnya tidak karuan.
"Gak dosa kok suka seseorang, tapi jangan Mr Killer dong, masa sih lo gak mau yang normal-normal aja," sahut Fani kesal
"Lah, emang si Killer ga normal?" jawabnya heran.
"Ni anak oon gak sembuh-sembuh makin dipupuk deh kayaknya, dia sepuluh tahun lebih tua dari lo Re!" Fani kesal dengan tingkahnya yang absurt.
"Cuma sepuluh kok, lo jangan iri sama gue ya kalo suatu saat kita nikah," Rere menghalu sangat tinggi sampai dia kejedot.
"Tau ah Re, buruan ke kantornya ya, gue pulang dulu, byeee!" Fani berlalu, kini sendirian di depan kantor dan tak kunjung masuk.
"Kamu sudah datang Andrea."
"Duduk!"
"Saya mau ngomong sama kamu" ucap Andre mode garang on.
"Kamu susun buku-buku saya, simpan di rak kalau sudah selesai Kamu boleh pulang," Sambung Andre lagi kali ini suaranya lembut selembut tepung yang baru di ayak.
''Seharian ini rasanya jadi capek banget," gumamnya.
"Bugh!" Suara yang cukup keras untuk sebuah benturan.
"Aaaaa... Siapa sih ngalangin pintu, sakit banget ini pant*t gue!" keluh kesal Rere makin memuncak, padahal dia sendiri yang salah tidak lihat jalan, tapi karena pusing sendiri jadi menyalahkan orang lain.
"Sini gue bantu, pant*t lo gapapa kan?" Seseorang mengulurkan tangannya untuk membantunya berdiri.
"Dimana-mana orang tanya keadaan, ini malah khawatir sama pant*t doang!" kesalnya.
"Lagian lo kenapa jalan dongak tapi gak lihat gue segede gini main tabrak aja," kata cowo itu.
"Malah kabur itu cewek, terimakasih saja tidak ada apalagi minta maaf," gerutu pemuda itu.
"Sumpah hari ini tuh gila!" Keluh Rere saat dia sudah sampai di rumah.
Dengan kasar dia menghempaskan tubuhnya diatas kasur tanpa mengganti bajunya. Tak butuh waktu lama untuknya terlelap.
"Sayang, bangun dong katanya mau bikin aku terbang sampai langit ketujuh? Kok masih tidur sih. Aku gendong ya, kita mandi bareng aja," seseorang menggendong Rere yang masih mengantuk itu dengan mudah.
"Ha? Apa? Mau ngapain mandi bareng? Gila ya gue masih SMA, Dasar mesum!" gadis itu memberontak dan akhirnya terjatuh dari gendongan lelaki tersebut.
"Gedebug!"
"Adududuuu.. sakit banget, bangke!" Rere meringis kesakitan saat tubuhnya terjatuh ke lantai.
"Brengs*k lo. Mau lo apain gue hah!!" Umpat Rere kesal dan tidak melihat sekitar.
'Oh. Ini kan kamar gue. Apa barusan gue ngimpi di siang bolong? Aneh banget mimpinya, real sekali.. pelakunya Mr killer lagi bertanda akan ada musibah apa lagi ini' pikirannya terputus saat kamar Andrea digedor-gedor oleh sang Oma.
"Sayang! Kamu kenapa, buka pintunya nak. Oma khawatir!" Rita menggedor pintunya dengan sangat kasar, agar cucunya cepat membukakan pintu.
Namun dia masih terduduk di lantai merasakan tubuhnya yang sakit akibat terjatuh.
Bruak !
Bersambung...
...🌼Putih Abu-Abu 🌼...
Pintu kamar Rere seketika jebol.
"Lah, kok pintu kamar gue didobrak sih?!" Rere yang masih terduduk di lantai terkejut, seorang laki-laki bertubuh besar tersungkur di depannya
"Neng gapapa? Mana malingnya?" ucap seorang pria paruh baya gelagapan melihat sekeliling. Namun, tak ada orang lain selain gadis itu yang masih duduk di lantai.
"Ha? Maling?" Rere berdiri sendiri, bingung bagaimana bisa mereka mengira ada maling.
Rita pun tak kalah hebohnya sambil merapikan rambut cucunya bak terkena angin tornado, kemudian memeluknya karena khawatir.
Rere masih ternganga, dia terkejut di dalam kamar sudah ada pak RT, dan beberapa warga yang menyaksikan Rere seperti orang gila.
"Kamu tuh tadi teriak-teriak sayang, kami kira kamu di serang sama maling!" Rita bercerita apa yang dia dengar dari luar kamar.
Rere berfikir sejenak, "ada-ada aja.. Kan jadi malu kalo kayak gini."
"Maaf Oma, Rere cuma mimpi kok. Terus jatuh dari tempat tidur, hehe. Kayaknya jadi salah paham," jelasnya sambil menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Kebiasaan tidur Rere yang susah dibangunkan itu lumayan meresahkan.
Warga bertepuk jidat mendengar penjelasannya,. Pak RT pun menghela nafas lega karena tidak ada bahaya apapun, karena Oma Rita heboh sendiri sejak tadi minta pertolongan warga.
Hanya karena Andrea mengigau pak RT sampai turun tangan dan rela dobrak pintu kamar seorang gadis.
Rita terlalu khawatir pada cucunya itu karena dia tak merespon saat pintu kamar digedor berulang kali. Tapi tak kunjung dibukakan, akhirnya Rita memanggil pak RT yang sedang berbincang dengan para tamu di rumahnya.
Pak RT tertawa lepas saat tau ternyata kekhawatirannya sia-sia. Dia berfikir kejadian ini lawak sekali.
"Makanya neng, kalo mau tidur ganti baju dulu, mandi, makan, mau tidur juga berdoa, Neng mimpi apa sampai segitunya marah-marah?" tanya Pak RT penasaran, tidurnya gadis kok macam kesurupan dan gegerkan satu kompleks.
"Maaf pak, saya mimpi aneh saja. Pak RT ga perlu khawatir, maaf sudah merepotkan semua orang dan buat salah faham," jelas Rere kemudian.
"Kalo gitu Kami pamit Bu Rita," ucap Pak RT berpamitan.
Warga pun pergi meninggalkan rumah itu dan melanjutkan rapat mereka, orang -orang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi, bahkan salah satu dari mereka tidak berhenti tertawa termasuk Pak RT. Yang lain hanya geleng-geleng saja dengan tawa ringan.
Rita pun menyuruh cucunya itu membersikan dirinya tanpa bercerita lebih lanjut. Rere menurut dan saat selesai membersihkan diri ia menyusul Omanya di dapur.
Dalam hati Rere masih bertanya-tanya, 'kok gue mimpi nya gitu sih, gaje banget. Ini kalo Fani tau pasti kena ledek' pikirnya dalam hati.
Seperti biasa, Rere membantu Rita memasak makan malam, tapi lebih ke ngemilin apa yang Omanya masak.
Malam pun datang, Rere tak bisa tidur karena memikirkan mimpi jahanamnya itu, memikirkannya saja sudah membuat letih jasmani dan rohani. Hingga dia lelah dan terlelap.
PAGI TIBA.
Dengan rutinitas seperti biasa, pagi ini Rere termenung di koridor kosong untuk menunggu Fani datang, Karena dia datang terlalu pagi.
semalam tidur kemalaman bangunnya justru terlalu pagi.
Cup
"Manis seperti dugaan," ucap seseorang yang tiba-tiba mencium ujung bibir Rere dengan berani tanpa permisi. Dapat atau tidaknya izin dari Rere, ia tetap akan kena pukul, karena sudah sembarangan cium-cium orang asing.
Rere tersentak "?!!", ia menyadari situasi gila barusan.
Meskipun tidak sepenuhnya bibir mereka bersentuhan, tetap saja itu sebuah kecupan.
Rere mendorong jauh lelaki itu, dan berusaha memukul, ternyata cowok kemarin yang dia tabrak depan kantor.
Siapakah dia?
Bersambung..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!