Usia kedewasaan adalah momen paling ditunggu tunggu oleh semua remaja pria dan gadis. Usia dimana mereka semua bisa bertanggung jawab penuh dengan hidup mereka, diperbolehkan minum alkohol, mengadakan pesta debut, memulai pekerjaan atau bahkan menikah.
Di Kerajaan Yamen, debutan biasanya diawali oleh pesta kerajaan saat panen telah dilaksanakan. Para gadis dan pria dewasa akan diundang di kerajaan dengan sederet agenda festival panen sekalian.
Semua bangsawan mendapatkan undangan langsung dibawah titah kerajaan, mulai dari bangsawan tingkat atas sampai bangsawan pedesaan setingkat Baron.
Naina Simon, putri seorang Baron desa yang biasa hidup sederhana itu pun akhirnya melangsungkan debutannya di Kerajaan pada usianya 19 tahun. Hatinya tentu saja senang tak karuan, karena untuk pertama kalinya dia akan keluar dari desa dan melihat ibu kota Kerajaan. Meski keluarganya tak kaya, tapi gaun debutannya sudah Ia persiapkan dengan matang. Ketrampilan nya dalam menjahit, merajut dan mendekorasi gaunnya sendiri sudah sangat bagus. Hal yang dia pelajari selama di desa itu berguna untuknya sekarang. Gaun yang dia kenakan mungkin sederhana tapi entah kenapa terlihat bagus dan tidak norak.
Ajang debut juga merupakan ajang jejaring untuk mendapatkan kenalan sampai dengan jodoh. Semua gadis dan lelaki yang memasuki usia dewasa itu sangat bersemangat. Mereka akan berdandan maksimal untuk ajang sehari tersebut.
Istana menyediakan ruangan penginapan bagi tamu yang tidak memiliki kediaman di Ibukota. Fasilitas ini sangat berguna bagi keluarga sekelas Baron seperti keluarga Naina.
Bagi Naina, perjalanan selama 3 hari nya sangat terbayar dengan ekspektasinya. Suasana riuh keramaian Ibu kota jelas berbeda sekali dengan pedesaan tempat dia tinggal. Aneka penjual berderet di pasarnya. Bangunan cafe serta toko toko mewah juga berdiri di Ibukota , bahkan nuansa bangunannya pun sangat berbeda. Aroma mentega, daging bakar, parfum dan bahkan bunga segar tercium di sepanjang perjalanannya menuju istana. Antusiasnya terbayang membuat suasana hatinya bergembira.
Siapa sangka, di debutan tersebut Naina juga mendapatkan rejekinya tersendiri. Dipilih menjadi tunangan oleh Pangeran kedua merupakan Kejutan yang luar biasa bagi Naina dan Baron Dake Simon.
Pangeran Kedua, Xero Yamen tunangan Naina, merupakan adik raja saat ini yaitu Raja Moft Yamen.
Awalnya, Naina bingung dengan pengaturan pertunangan hingga pernikahan yang tidak sesuai dengan statusnya. Tapi lambat laut, Naina tahu alasan dibalik semua itu.
Sang Raja, Moft Yamen dan suami Naina , Xero Yamen selama ini memendam perasaan terhadap istri sang raja yaitu Calista. Namun, karena kakak laki-lakinya, sang raja, lemah, dia tidak memiliki pewaris. Oleh karena itu, setelah raja meninggal, Xero akan menggantikan takhta.
Setelah itu, untuk menyambut Calista sebagai istrinya setelah naik takhta, Xero memilih Naina sebagai istrinya karena mudah untuk diceraikan. Bangsawan desa yang tidak memiliki kuasa, juga dapat dengan mudah dikendalikan. Semuanya tampak sempurna, alasan pertunangan hingga pernikahan tersebut berjalan lancar.
Hari hari yang dijalani Naina telah berlalu dan kini dia sudah membulatkan tekadnya.
Setelah membungkus surat yang terlipat rapi itu dengan kertas, dia meneteskannya dengan lilin. Sebagai sentuhan akhir, dia mencapnya untuk memastikan surat itu tersegel sepenuhnya. Diam-diam, matanya terpejam saat dia menarik napas dalam-dalam, melepaskan semua ketegangan.
'Setelah aku melepaskan ini, aku akan bisa memutuskan hubungan dengannya…'
Surat yang telah ditulis ulang dan dibaca ulang berulang kali. Pada akhirnya, isinya tetap sama—
'—Tolong ceraikan aku.'
Tentu saja, surat itu tidak berhenti sampai di situ. Dia juga menyertakan kata-kata singkat dan sopan yang berisi rasa terima kasih dan permintaan maafnya yang tulus.
Itu sudah cukup.
Naina yang sudah lelah pun beranjak meninggalkan ruangan megah tempat dia meninggalkan sepucuk surat.
Xero Yamen, suami Naina bukan tipe orang yang suka mengajak istrinya mengobrol.
Dismis adalah wilayah kecil di Kerajaan Yamen, tempat Naina tinggal.
Naina lahir sebagai putri tertua dari keluarga Baron Dake Simont, yang memerintah wilayah tersebut. Pada usia sembilan belas tahun, ia menikah dengan Xero Yamen, adik laki-laki raja, Moft Yamen.
Sebagai anggota keluarga kerajaan, Xeon sangat kuat dan enak dipandang. Dia sangat mahir dalam ilmu pedang dan urusan militer, dia dipromosikan menjadi jenderal di pasukan Kerajaan Yamen.
Naina dan Xero bertemu di sebuah pesta yang disponsori oleh keluarga kerajaan. Namun, pertemuan itu sama sekali tidak istimewa. Mereka kebetulan berada di ruangan yang sama ketika dia hendak menyampaikan salamnya kepada keluarga kerajaan seperti bangsawan lainnya. Sambutannya sendiri seharusnya tidak memakan waktu lebih dari lima menit.
Saat memasuki tempat tersebut mengikuti bimbingan seorang bendahara, Naina menundukkan kepalanya dengan sangat sopan di belakang orang tuanya.
Naina menatap ke tanah dan mendengarkan sapaan resmi ayahnya, menunggu waktu berlalu. Ketika dia hendak meninggalkan ruangan, dia bertemu dengan mata Xero. Meski begitu, Naina dengan cepat mengalihkan pandangannya. Lagi pula, tidak sopan jika bertukar pandang dengan keluarga kerajaan tanpa izin. Menurunkan pandangannya, dia meminta maaf atas ketidaksopanannya melalui sikapnya.
Itulah satu-satunya saat Naina berhubungan dengan keluarga kerajaan atau Xero.
—Lalu bagaimana seorang wanita seperti Naina, putri dari keluarga Simont yang tidak memiliki prestasi tertentu, terpilih sebagai calon istri dari saudara laki-laki raja?
…Bagaimana dia bisa terpilih pada akhirnya!?
Semua orang, termasuk dirinya dan keluarganya, memutar otak.
Namun, alasannya akhirnya menjadi jelas.
Pertama, Raja Moft dan Ratu Calista tidak memiliki keturunan, sedangkan adik raja, Xero, belum menikah. Dengan kata lain, keluarga kerajaan tidak mempunyai penerus. Alhasil, Xero yang saat itu berusia 25 tahun harus segera menikah. Sebagai imbalannya, Xero mempunyai kebebasan untuk menetapkan kriteria calon pengantinnya. Situasinya begitu menyedihkan, para pengikutnya menutup mata terhadap situasi yang tidak biasa ini.
Naina adalah salah satu dari sedikit remaja putri yang memenuhi standar tersebut.
Ada masalah lain. Raja Moft terlahir dengan tubuh yang lemah, dan sejak ia menginjak usia 30 tahun, kekuatan fisiknya telah menurun selama bertahun-tahun. Hingga saat itu, Xero telah membantunya dalam bidang politik dan militer. Jika tidak ada penerus yang lahir antara raja dan istrinya, diputuskan bahwa Xero akan naik takhta setelah Moft meninggal.
Dengan kata lain, istri dari adik laki-laki raja adalah calon ratu. Oleh karena itu, alih-alih mengandalkan riwayat keluarga, Xero mengeluarkan persyaratannya sendiri.
Dalam situasi riuh seperti itu, Naina termasuk salah satu calon tunangan adik raja. Selanjutnya, setelah Xero memberikan syaratnya, mereka yang memenuhi kriteria dipersempit dari kalangan wanita.
Ketentuan terakhir yang dikeluarkan Xero adalah sebagai berikut:
Putri dari keluarga biasa-biasa saja yang bisa dinikahi tanpa hambatan. Wanita yang tidak punya skandal, atau jika memang ada, tidak ada yang terlalu memberatkan. Dan yang tak kalah pentingnya, seorang wanita dengan dukungan lemah yang bisa segera diberikan selembar surat cerai dan hadiah hiburan yang sesuai.
Kondisi ketiga sangat penting bagi Xero, yang diam-diam jatuh cinta pada Calista Yamen. Istri dari kakak laki-lakinya, raja.
Setelah raja meninggal, jika waktunya tepat, Xero akan menceraikan istrinya dan menyambut Calista sebagai istri barunya. Untuk itu, ia membutuhkan wanita yang memenuhi ketiga syarat tersebut, yang kebetulan adalah Naina. Seorang wanita lugu tanpa adanya bakat protes. Sikap rendah dirinya disukai oleh Calista juga. Wanita yang tahu asal usul dan tempat nya.
Naina mengetahui hal itu tepat setelah ia terpilih menjadi istri saudara laki-laki raja. Meskipun tidak diketahui secara pasti apakah itu benar atau tidak, cerita tersebut sudah diketahui sampai-sampai para pelayannya sendiri pun bergosip di belakangnya. Kecepatan mulut memang sangat berbahaya, informasi itu telah terbang bebas bahkan sampai di kalangan masyarakat. Sungguh ironi nasib Naina.
Begitulah awal mukanya, jika tidak ada asap maka tidak ada api.
Meski perasaannya terhadap adik iparnya bersifat platonis, Naina merasa menikahinya hanya karena memenuhi syarat tersebut. Kalau tidak, tidak mungkin perempuan seperti Naina terpilih menjadi istrinya, mengingat betapa tidak proporsionalnya status, penampilan, dan segala sesuatunya.
Usai upacara pernikahan akbar, pada malam pertama mereka, Xero menggendong Naina sambil dengan tenang menjalankan pekerjaannya.
Hanya sekali dia menyebut namanya, dan bahkan nadanya terdengar tidak memihak, seolah-olah dia baru saja mengetahuinya. Setelah itu, dia tidak berbicara lebih jauh, hanya menempelkan bibirnya pada wanita itu di keningnya, bahkan tidak ada ciuman. Tubuh tegap dan besar Xero berbanding terbalik dengan tubuh langsung Naina. Secara energi pastilah Naina kalah.
Di malam pertamanya, Naina tidak yakin harus berbuat apa, jadi dia membiarkannya melakukan apa yang diinginkannya. Dan meski memiliki orang yang Xero cintai, dia tetap melakukan perkawinan sesuai dengan harapan banyak orang.
Saat dia melakukannya, dia menjadi terengah-engah. Berkali-kali dia hampir menangis, tapi kemudian dia ingat bahwa menurut kelas pendidikan seksnya, itu adalah hal yang memalukan untuk dilakukan. Karena itu, dia menggigit bibirnya dan dengan putus asa menahan suaranya.
Akhirnya- Naina menjadi tidak tahan dan menggigit bibirnya sampai berdarah. Rasa asin darah itu melebur di dalam mulutnya.
Saat dia menahan rasa malu, kesepian, dan rasa sakit karena kehilangan kepolosannya, hanya inilah kata-kata yang mereka ucapkan.
Kehidupan pernikahan Naina dengan Xero sangat bertolak belakang dengan kehidupan orangtuanya, yang ia lihat saat tumbuh dewasa. Meski terbilang bangsawan desa yang hidup lebih sederhana ketimbang bangsawan Ibukota, keluarga Naina tumbuh baik baik saja. Ayah dan Ibu Naina rukun, saudaranya juga guyup. Warga pedesaan juga lebih ramah, mereka biasa menyapa satu sama lain, saling mengandalkan untuk bisa bertahan hidup, dan meskipun hidup mengandalkan pertanian dan hasil hutan, Desa yang dipimpin Baron Simont hidup Damai.
Berbeda sekali dengan hidup yang dijalani Naina kali ini setelah menikah. Pertama-tama, ketika dia bangun di pagi hari dan melihat ke sampingnya, Suaminya Xero sudah pergi. Hanya mengginggalkan sprai kusut bekas dia tertidur. Seperti hubungan mereka yang sama kusut nya.
Sejak awal malam pertama, hal seperti itu sudah terjadi sampai sekarang. Hatinya sering sakit, tapi apa yang bisa dia perbuat? Bertahan dan terlihat baik baik saja, itu juga demia orang tuanya yang begitu khawatir dengan nasib anaknya.
Menjadi anggota keluarga kerajaan tidak menjamin seseorang akan bahagia. Sekarang Naina paham arti dari harta bukanlah segalanya.
Di hidup Naina, tidak ada sedikitpun kehangatannya yang tersisa, dan hanya rasa sakit di tubuhnya yang menjadi bukti bahwa dia pernah ada di sana. Terlepas dari kesepian yang tak terlukiskan, dia tahu untuk apa dia mendaftar. Rasa sakit yang terus berulang membuatnya tersadar seperti apa posisinya saat ini.
Bahkan keesokan harinya, dan lusanya, mereka jarang, ah bukan lebih tepatnya tidak melakukan hubungan seks seperti pasangan suami istri pada umumnya. Mungkin, dia memperhatikannya. Meski begitu, saat dia bangun keesokan paginya, hanya ada jejak sprai kusut lagi yang tertidur di sampingnya. Dia sudah pergi sebelum dia bisa bangun.
Ada kalanya Naina berpikir, 'Apakah dia menghindariku…?'
Sekitar 10 hari setelah malam pertama mereka, Naina mulai merasa risih dengan jarak yang memisahkan mereka berdua. Mereka makan bersama beberapa kali, tetapi suaminya seperti patung yang bergerak, Xero diam sepanjang waktu. Naina bahkan me jadi sulit untuk makan dan menelan makanan. Suasana itu sangat canggung. Bagi Naina hal ini begitu menyesakkan, dia hampir menangis tapi ditahannya rasa sesak tersebut. Hanya derit garpu yang beradu dengan piring lah yang menemani mereka makan. Dan meski banyak makanan yang lezat dan menggugah selera, Naina tidak ingin melanjutkan makanannya. Rasanya dia hanya ingin makanan sederhana seperti kentang kupas rebus yang ditumis dengan sayuran khas seperti di daerahnya.
Suaminya tidak bertanya atau mengatakan apa pun.
Bukan hanya sikap suaminya yang membuat Naina semakin menjalani harinya semakin sesak. Menjadi anggota keluarga kerajaan juga membuatnya terintimidasi. Bangsawan Ibukota melihatnya sebagai gadis desa yang memenangkan lotre undian. Yah, mungkin hidupnya akan terjamin, tapi Naina tak lebih dari boneka atau mainan Sangat Pangeran yang suatu hari akan ditinggalkan.
Naina yang sudah tidak tahan berada di hubungan yang membingungkan itu, suatu hari saat makan malam, mengumpulkan keberanian untuk bertanya kepada suaminya , “Enak bukan?” Naina berkata sambil tersenyum dan menatap suaminya dengan penuh harap. Tapi sekali lagi yang dia dapatkan hanya runtuhnya harga dirinya, lagi. Suaminya kembali mengabaikannya, lagi.
Bukankah seharusnya aku melakukan hal itu?
Setelah itu, jumlah makanan yang mereka makan bersama berkurang. Xero dan Naina jarang bertemu kecuali di kamar tidur. Saat Naina tidak sedang menstruasi, mereka hampir setiap hari berhubungan seks. Naina tak pernah menolak kewajiban perempuan yang sudah menikah. Pendidika tersebut sudah ditanamkan sejak dahulu kala bahwa perempuan memang sudah seharusnya melayani suaminya. Biarpun itu hanya kewajiban dan bukan hubungan hasil cinta.
Kekuatan Naina yang terbatas membuat Naina kalah energi sehingga hubungan tersebut sekarang ada jedanya menjadi setiap tiga hari sekali. Begitu seterusnya. Naina yang khawatir dengan segudang pekerjaan suaminya kadang kadang menulis surat untuk dibaca sangat suami. Naina kadang menuliskan pesannya untuk mereka jaga diri dan kesehatan. Surat surat itu diantarnya ke kantor Xero, tempat dia bekerja.
Pesan pesan itu kadang bertuliskan, 'Apakah Yang Mulia tidak lelah? Tolong jaga diribaik-baik.Aku akan meminta Koki untuk membawakan makan makanan sehat untuk Yang Mulia' Surat yang dia tulis dengan nada perhatian kepada kekasih itu tentu saja berakhir dengan diabaikan, lagi dan lagi. Naina berpikir,ungkin suatu hari hubungan mereka akan berubah menjadi lebih baik, tapi itu hanya angan-angan Naina saja, sebab menunggu suami atau keadaan rumah tangganya berubah itu seperti menunggu kakak berubah, pepatah lama yang dia ingat akhir akhir ini. Tak mengapa dia masih begini, sebab Naina berpikir kalau rasa sakitnya sudah menumpuk, mungkin suatu hari nanti dia akan lelah dan akhirnya menyerah.
***
Baik saat makan, jalan-jalan, atau minum teh, Naina selalu sendirian. Dia tidak punya teman sama sekali. Dunianya terisolasi.
Meskipun dia senang berbicara dengan para pelayannya, ada tembok antara tuan dan pelayan. Sebagai istri dari saudara laki-laki raja, dia terkadang ikut serta dalam pesta teh, tapi dia tidak bisa menikmatinya sama sekali. Meski senyuman para peserta terlihat anggun, namun belum bisa dikatakan sungguh-sungguh atau bebas dari ejekan. Mata mereka selalu menelisik setiap sudut tubuh Naina, dan meski dari pedesaan Naina mendapatkan pelajaran etiket dasar, jadi tahu betul apa yang sedang terjadi di pesta teh tersebut.
Naina hanya harus mengabaikan hal tersebut. Karena itulah satu-satunya pertahanan diri yang bisa dia jalankan. Tak jarang dia harus berpamitan pulang bahkan sebelum pesta teh selesai dilaksanakan. Naina hanya merasa sesak lagi diantara orang orang yang dengan senang hati menertawakan kehidupan malangnya. Seolah itu adalah pertunjukan untuk di konsumsi secara publik.
Naina semakin menutup diri, terisolasi dalam. gedung tinggi dan bertembok tebal. Lagi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!