NovelToon NovelToon

Puncak Kesabaran

Jangan Gegabah, Jangan Ceroboh

Jangan Gegabah, Jangan Ceroboh

"Ahhh, sakit sekali. Apa yang kau lakukan?” Jerit prianya itu menatap perempuan di depannya.

“Maaf, aku tidak sengaja.” Perempuan itu menjawab dengan tangan gemetar ketakutan.

“Aku tidak akan memaafkanmu, kecuali kamu bertanggungjawab atas apa yang terjadi padaku.” Pria itu membentaknya sembari menahan sakit di sekujur tubuhnya.

“Ya. Kalau perlu Aku akan menikahimu!” Siapa yang akan menyangka perkataan tanpa pikir panjang itu, mendatangkan kepadanya masalah yang rumit dan mengubah hidupnya sangat jauh hingga tak ada jalan untuk kembali. 

Kecelakaan hari itu, membawa mereka berdua pada ikatan paksa bernama pernikahan. Dengan dasar ilmu yang dimiliki keduanya, bagaimana pernikahan ini akan dibawa?

____________________________________________________________

Dengung sirine ambulance yang mendekat, teriakan orang-orang yang memadati jalanan, dan isak tangis kesakitan para korban.

Pria itu tidak tau kenapa kejadiannya jadi begini. Dia kehilangan arah, tidak tahu lagi apa yang benar dan apa yang salah, kakinya sudah patah, kepalanya berdarah-darah. Dia tidak tahu apa yang terjadi, kejadiannya begitu cepat hingga sulit dicerna oleh otaknya. Akhirnya dia hanya mampu menyalahkan diri sendiri, kenapa dia nekat pergi hari ini, pada akhirnya dia tertimba musibah yang besar dan dia tak bisa lagi menghindar.

Banyak orang bergembol dijalan itu, sebagian diantaranya ada yang menolong dan menyakan keadaan para korban, menjaga kesadaran mereka sebelum ambulance dan pertolongan datang.

Perempuan yang sedari tadi memegangi tangannya itu, mendekat kearah Pria yang terus merintih kesakitan ditengah jalan, para warga tidak berani mengevakuasi takut ada luka dalam yang justru semakin parah jika ditangani oleh orang yang tidak berpengalaman dalam pihak medis. Sangat tidak dianjurkan korban kecelakaan langsung diangkat, untuk mencegah kondisi korban bertambah parah.

"Jangan dikasih minum bu, takut organ dalamnya terluka nanti malah tambah parah." Memberi minum pada korban kecelakaan karna ingin menenangkan justru berbahaya dan memperparah keadaan korban. Karna bisa ada cidera malah mengakibatkan kematian.

"Benar Pak, tunggu sebentar lagi ambulance sudah dekat, kita tunggu pihak medis saja." Sedari tadi sirine ambulance sudah terdengar, namun karna terjebak kemacetan mengakibatkan keterlambatan ambulance menuju tempat kejadian.

Dengan bantuan para warga sekitar dalam mengatur kemacetan jalan, akhirnya ambulance sampai dan dengan bantuan relawan Yamani dievakuasi ke rumah sakit terdekat.

"Pak saya ikut disini aja, saya bertanggung jawab atas keadaan beliau pak."Para petugas medis mengiyakan dan perempuan itu naik ke dalam ambulance dan duduk tepat di samping kepala korban yang ditabraknya.

Diseberangnya petugas medis mencoba penghentikan pendarahan di kepala korban. Sedang perempuan yang sedari pucat dan terlihat tenang itu akhirnya tangisnya pecah. Menyesali keteledorannya saat berkendara yang justru membahayakan nyawa dirinya dan oranglain. Dia hanya menutup mukanya dengan telapak tangan sembari terus menangis, sakit di tubuhnya tak lagi dia pikirkan. Motor yang dibawanya pun dia tinggalkan begitu saja.

Bagaimana dia akan menjelaskan pada orangtuanya? bagaimana dia akan bertanggungjawab? bagaimana kalau dia sampai dipenjara? Masa depannya, pendidikannya, cita-citanya?

Kalau kita membuat suatu masalah, bukankah sudah seharusnya kita bertanggung-jawab? tapi sebelum mengucapkan pertanggung-jawaban, sebaiknya pikirkan baik-baik, kalau kamu tak menyesalinya.

Semua perbuatan dan perkataan pasti ada ganjarannya,

semua keputusan ada resikonya, jadi pikirkan baik-baik, dan bermusyawarah dengan orang terdekatmu sebelum mengambil keputusan.

Jangan Engkau menyesal dikemudian hari, karna itu tidak ada gunanya, penyesalan selalu datangnya diakhir bukan diawal. Hidup ada suatu perjalanan yang perlu kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.

Lihat dan cermati apa yang terjadi, bukan malah asal menyimpulkan dan mengambil keputusan sembarangan, agar tidak ada yang merasa dirugikan.

***

Satu Vote dan like kalian membantu menyemangati kami dalam menulis

Dan sedikit Hadiah kalian sangat berarti untuk kami memperbaiki tulisan dan menyajikan bacaan yang lebih berkualitas dengan mempunyai tablet sebagai Fasilitas.

Bagaimana Bisa Begini?

Beberapa Jam Sebelum Kejadian (Yamani)

"H.Muhammad Hafidz Yamani anak dari Bapak H.Muhammad dan Ibu Hj.Hasanah,"

Dengan bangga dan senyum merekah laki-laki itu berjalan menaiki panggung setelah namanya disebut, dirinya sudah berdiri tepat di hadapan Sang Kyai dan bersiap menerima mendali dan membungkuk menyalami tangan Kyai.

"H.Muhammad Hafidz Yamani Bin H.Muhammad dinyatakan lulus sebagai alumni ke 27 pondok pesantren Darun-Nafis, dan dinyatakan sebagai Hafidz dengan jumlah hapalan 30 juz Al-Qur'an."Pernyataan Kyai, membuat kedua orangtuanya menangis haru bahagia, bangga atas pencapaian Sang Anak

"Selamat nak, Abah do'akan kamu sukses dan cepat dapat jodoh perempuan yang sholehah," ucap Kyai dan mengusap kepala Yamani. Do'a sang Kiyai sungguh mustajab, karna dihari itu juga dia bertemu dengan jodohnya.

"Aamiin," Ucap Yamani, penuh dengan khidmahnya. Setelah menyalami semua Ustadz, Yamani berlalu turun dari panggung untuk menemui Kedua orangtuanya.

"Ayah bangga sama kamu Nak," ucap Ayahnya dan memeluk Yamani

"Jangan kecewakan kami lagi nak," ucap Bundanya sambil mengusap kepala Yamani, sedang Yamani hanya bisa tersenyum lirih mendengar perkataannya Bundanya.

"Yah, Bun, Aku... ingin menyelesaikan masalah ini dulu, maaf jika buat Ayah sama Bunda kecewa," Yamani berlalu dari kedua orangtuanya setelah menyalami dan meminta izin dari keduanya.

{____}

Setelah apa yang dilalui olehnya Itulah pencapaian keberhasilan yang dicapai menjadi Seorang Hafidz, menuntut Ilmu di pesantren selama 10 tahun ditambah masa pengabdiannya setahun, bukanlah hal yang sebentar untuk dilalui.

Banyak kisah selama ia menjadi Santri, salah satunya kisah Bersama dia. Biarkan Yamani menceritakan tentang dia, Yamani bukan orang yang suka memendam masalalu, karna itu semakin membuat Luka Menurutnya.

Dia adalah perempuan yang pertama kali dikenalnya selama masa santrinya, perempuan yang pertama mendekatinya. Dia Santriwati di pondok yang sama dengannya.

Perempuan itu bernama Afifah, pertama kali bertemu dengannya di sebuah festival ahad, yang diselenggarakan desa sebelah dimana Ia mondok, bagaimana Ia bisa pergi kesana? jawabannya karna dia kabur dari pondok, bersama temannya.

Sesuatu yang sudah dimulai dengan cara yang salah pasti akan berakhir dengan buruk jugakan? sama tragisnya dengan kisah seorang Yamani, yang harus menanggung-malu di pelaminan karna kesalahannya sendiri.

Berapa lama pun kamu mengenal orang yang kamu akan nikahi hendaklah harus ada Ta'aruf. Ta'aruf bukan sekedar mengenal dari dua belah pihak, tapi juga dengan keluarganya dan orang di sekitarnya.

Undangan telah tersebar, hidangan jamuan telah tersaji, pelaminan telah terpasang, bahkan penghulu sudah datang, tapi dengan mudahnya Sang Mempelai Perempuan datang dengan baju daster dan membatalkan semuanya.

Malu? sangat malu, bukan cuma Yamani yang harus menanggung sakit hati, tapi juga Keluarga yang menanggung malu. Dana yang telah dikeluarkan bukan lagi masalah saat malu sudah kepalang, sungguh malang.

Makanan yang sudah disediakan ribuan piring dibagi ke masyarakat sekitar, tamu yang sudah berdatangan dijamu dengan malu, sang calon mempelai Laki-laki hanya bisa menangis dan mengurung diri di dalam kamar.

Saking malunya dan tak sanggup menanggung gunjingan masyarakat, keluarganya sampai pindah rumah, akibat kejadian empat tahun yang lalu, Yamani bahkan ingin mengakhiri pendidikannya di pesantren, tapi Teman-temannya di pondok memberi semangat dan menasehati, bahkan Kyai langsung yang memberi petuah.

Kabar itu tentu terdengar di seluruh penjuru pondok, tapi di pondok Putra tentu bukan tempatnya untuk ghibah dan bully, adab yang dijunjung tinggi tentu mengharuskan warga Pesantren tidak ikut campur. Yamani sudah berada ditingkat tertinggi pendidikannya jadi adik kelasnya yang mengetahui hanya bisa menunduk tanpa berani mendongak bahkan membully Yamani.

Tapi dibelakang tentu tidak sedikit yang membicarakannya, apalagi sebulan setelah kejadian itu mantan calonnya itu sudah naik pelaminan, bukan seperti Yamani yang harus menanggung malu dan sakit hati hingga sekarang.

Mengakhiri pikirannya yang masih memikirkan masalalunya yang kelam. Yamani bergegas masuk kamar setelah lama merenung di teras rumahnya masih dengan gamis putih dan gamis luar warna army dan kepala dibalut surban yang dipakaikan rangkaian melati gantung.

Tapi sebelum masuk ke dalam rumah Ia terhenti, ada sesuatu yang harus dibelinya, Dia harus pergi keluar tanpa sempat mengganti pakaiannya.

Menarik sepedanya dari garasi dan membawa ke depan rumah, sebelum mengayuhkan sepeda itu ke tempat yang dituju dengan semangat Ia terus melajukan sepedanya ke luar kompleks.

Setelah sampai di konter pulsa Dia hanya membeli kouta 15 GB, lalu dimasukkan ke dalam saku gamisnya, sedikit membenarkan letak surban dikepalanya, dan bersiap kembali melajukan sepedanya, belum sempat Ia menyebrang hal tak disangka terjadi, dari arah tanjakan di ujung sana, terlihat seorang perempuan mengendarai motornya dengan kencang.

Hingga tak bisa dihindari kecelakaan terjadi.

Brakkkk...

Yamani terlempar dan terguling ke jalan raya, ban sepedanya bahkan lepas dan penjok, Yamani berusaha untuk duduk dan menyadari surban putihnya sudah nyaris lepas dari kepala, tapi tetap saja akibat benturan keras di kepala, darah mengalir dipelipisnya.

Ah, syukurlah kepalanya tak mengalami benturan parah. Alhamdulillah bibarkati surban yang menggulung di kepalanya, jadi dia tak mengalami luka parah.

Tapi sakit teramat teras di kaki kirinya, dia meringis menahan sakit sambil memegangi kepalanya, terlihat perempuan yang tadi menabraknya masih memakai helm hitam di kepalanya itu terlihat baik-baik saja, Yamani mendelik kesal tak adil pikirnya keadaanya nyaris tak bernyawa sedangkan perempuan itu malah aman aman saja.

Perempuan itu mengabaikan motor metic yang dikendaraai masuk got dan berjalan menghampiri Yamani yang sudah meringis kesakitan di tengah jalan raya. Darah memang hanya terlihat di tangan dan kepala Yamani, tapi sakitnya terasa sekali dikakinya bahkan sampai tak bisa digerakkan.

"Kau... apa yang kau lakukan? di mana matamu? sst, darah," bentak Yamani ketika melihat tubuhnya yang mengenaskan.

"Aku... aku sungguh tak sengaja, aku hanya--" Perkataan Gadis itu terputus saat Yamani yang membentak meminta pertanggung-jawabannya.

"Kau harus tanggung jawab atas apa yang terjadi padaku!" Ucap Yamani sambil terus memegangi kepalanya.

"Emm, ya aku akan tanggung jawab! kalau perlu aku akan menikahimu," Gadis itu berkata tanpa sadar resiko apa yang akan terjadi akibat perkataannya.

Kejadian itu yang terjadi dengan sangat cepat, kecelakaan yang tak bisa dihindari. Fidzah yang mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, dan Yamani yang lalai saat menyebrang. Masalah keduanya tak sampai parah, jika keduanya bisa saling bermusyawarah dan tidak keputusan yang gegabah.

Perkataan yang telah keluar tidak dapat ditarik lagi, seumpama melepas anak panah yang menancap pada target yang salah. Perkataannya hari itu, membawanya pada penyesalan tak berakhir. Tak ada cara lain untuk penarik perkataan itu, sebab satu-satunya solusi yaitu menjalaninya, mengambil hikmah dari suatu musibah.

***

Satu Vote dan like kalian membantu menyemangati kami dalam menulis

Dan sedikit Hadiah kalian sangat berarti untuk kami memperbaiki tulisan dan menyajikan bacaan yang lebih berkualitas dengan mempunyai tablet sebagai Fasilitas.

Kekecewaan Dan Penyesalan

Beberapa Jam Sebelum Kejadian ( Fidzah)

Gadis yang sedang patah hati itu menendang-nendang bebatuan yang ada di sekitarnya sehinga batu-batu yang tak bersalah itu masuk ke dalam sungai yang berada tepat di depannya.

Miris sekali hidupnya, "Kenapa ... kenapa Satria harus pergi?" Gerutu Perempuan itu sambil terisak bahkan hidungnya sudah penuh dengan ingus sampai nyaris tak bisa bernafas. Dia dengan cepat mengambil tisu ditas kecilnya dan mengeluarkan ingusnya dan membuangnya sembarangan ke sungai. Jangan dicontoh itu kelakuan buruk.

Bukannya berhenti menangis Gadis itu kembali terisak dan meraung kencang, hingga mendapatkan lemparan botol plastik kosong dari Laki-laki yang berada di ujung sana.

"Lebay, apaan sih Ka, orang cuma pergi sebulan ribet banget hidupmu." Laki-laki itu mendelik tajam menatap Perempuan itu aneh.

"Ih Amy mah gak tau apa-apa, Aku gak bisa hidup tanpa Satria, Huaa ..." Bukannya berhenti menangis perempuan itu justru bertambah kencang meraung raung sambil menghentakkan kakinya.

"Ih Bucin." Laki-laki itu balas meledeknya

Bruk..., Perempuan itu terjatuh kebelakang nyaris tercebur seandainya Ia jatuh menghadap kedepan karna sepatu ketsnya tak sengaja menginjak baju gamis yang dipakainya.

"Mampus. Syukurin, makanya jangan bucin terus berharap sama makhluk, ditinggalin6 kan situ." Bukannya menolong Laki-laki itu justru semakin meledeknya.

"Ih dasar gak peka, orang jatuh ditolongin kek, ini malah diledekin." Setelah menggerutu begitu Perempuan itu mencoba berdiri dan berhasil, lalu menepuk-nepuk belakang gamisnya yang kotor.

"Au ah, Aku mau pulang aja nyebelin di sini." Perempuan itu melenggang pergi meninggalkan laki-laki yang masih setia bersandar di pohon yang tak jauh dari tempatnya berdiri tadi.

"Yakin? bukannya motormu dibawa kabur Satria, Honey?" Ucap Laki-laki itu, Gadis itu nampak tertegun dan langkahnya terhenti. Suasana pun mendukung, angin berembus membuat gamis serta kerudung panjangnya berkibar laksana bendera, seolah menambah kesan dramatis ini. Gadis itu masih berada diposisinya, tanpa berniat berbalik menatap laki-laki menyebalkan itu " Terus aku pulang gimana?"Ucapnya sambil menujuk dirinya sendiri.

"Bawa motorku aja nih." Laki-laki itu menawarkan bantuan dengan tangannya menyodorkan kunci motor pada perempuan yang masih setia diposisinya.

"Gak mau, aku kesel sama motor Amy." Entah kenapa perempuan itu benci sekali dengan motor matic yang memiliki lampu bulat itu.

"Dih, apaan si, serah deh Ka,"Ucap Laki-laki yang mendekati perempuan itu, "Yakin nih gak mau pulang?" Tawarnya sambil mengoyangkan kunci motornya di depan perempuan itu.

"Ih gak ada motor yang lain apa? yang gak metic juga gak papa, asal bukan yang itu," Rengek Perempuan itu sambil menatap laki-laki yang sudah berdiri di depannya ini dengan pandangan memelas.

"Ada sih, yang satunya dikasih Papi, motornya di bagasi. Yang satunya lagi belum lunas, jadi pakai yang ini aja, berkah tau."  Laki-laki itu dengan paksa menarik telapak tangannya dan meletakkan kunci motor ditelapak tangan perempuan didepannya ini, menyerahkan kunci motor baru hadiah Give away itu.

"Ah tau ah, kesel sama Om ihhhh," Lagi-lagi Perempuan itu berlalu sambil menghentakkan hentakkan kakinya.

"Udah si, pakai aja terus pulang sana! Kamu disini lama-lama bikin kepalaku pusing,"Ucap Laki-laki yang dipanggil Om, padahal Perempuan itu jarang sekali memanggilnya OM.

"Tau ah. Serah, Aku kesel sama Om Jefriiiii,"Teriak perempuan itu dan berlalu dengan kencang membawa motor metic berlampu bulat itu.

Baru setengah perjalanan, Kejadian buruk menimpanya, akibat melajukan motor dengan cepat diarah tanjakan, hingga akhirnya di turunan tanjakan dia tak mampu lagi ngerem motornya karna sudah turunan yang sangat miring.

Sedang diujung turunan ada seorang Laki-laki yang hendak menyebrang dengan berpenampilan seperti seorang Pengantin. Tabrakan tentu tak bisa dielakkan lagi, Perempuan itu tepat menabrak dibagian tengah sepeda hingga Laki-laki itu terpental jauh ketengah jalan, dan Perempuan itu langsung meloncat dari motornya saat motor itu sudah menuju kegot.

Dukk ... motor metic hadiah give away milik Om Jefrinya sudah terjerembab masuk ke got, syukurlah dia selamat hanya tangan kirinya sudah kaku akibat terlalu kuat mencengkram Rem. Lalu Dia mendekat kearah korban yang sudah berdarah darah dan dikerumuni orang. Tentu Dia jadi tersangka dalam kasus ini, banyak orang membantu dan menyingkirkan sepeda yang sudah rusak itu.

"Ayo ayo bersihkan tempat kejadian sebelum polisi datang, Saya sudah telpon ambulans dan buat mbaknya asal mau bertanggung-jawab selesaikan masalah ini dalam kekeluargaan,"Ucap Seorang Bapak-bapak yang baik hati mau membantu.

Baik pihak keluarga Korban maupun pihak keluarga Fidzah nama perempuan yang telah menabrak Laki-laki itu yang tak lain adalah Yamani, sudah diberi Kabar.

****

Menangis ketakutan sampai tak sadar dengan apa yang diucapkan beberapa menit lalu sebelum keduanya dimasukkan dalam ambulance, itulah yang dilakukan Hafidzah sedari tadi.

Laki-laki itu nyaris tertidur di ambulans, seandainya Perempuan yang duduk di dekatnya terbaring tak menangis dan meraung-raungkan kata maaf.

"Maaf, maafin aku, hiks..."Perempuan itu berucap sambil terisak menangis, Yamani yang tadi menutup matanya dengan lengan tangan hanya bisa menghela nafas kasar sebelum menatap perempuan itu.

"Iya iya, asal kamu tepati janji,"Ucap Yamani seakan mengabaikan rasa sakitnya.

"Janji apa?"Tanya perempuan Itu dan menatap Yamani dengan mata merahnya.

"Janji buat tanggung-jawablah, kalau enggak nanti dilaporin ke polisi,"Ucap Yamani dan kembali menutup matanya.

"Kalau dilaporin polisi aku masuk penjara dong."

"Iya dikurung kamu di sana,"Jawab Yamani masih dengan mata terpejam.

"Kalau aku masuk penjara gak ketemu Satria lagi... Hiks, Huaaa Mama gak mau!"Ucap Perempuan itu kembali menutup wajahnya dengan tangan.

"Makanya sesuai janji, kamu harus nikahi aku,"Ucap Yamani seolah Frustasi ditinggalkan dipelaminan, makanya Nyari calon Istri sembarangan.

Hafidzah nama perempuan, itu tak mendengar jelas apa yang diucapkan Yamani, pikirannya masih terfokus pada Satrianya, membayangkan Ia masuk penjara dan tak bisa bertemu lagi dengan Satria, cukup menghantuinya.

Harinya kacau, semua musibah datang seolah tanpa peringatan. Menimpa keduanya, tanpa pemberitahuan. Banyak kata yang tertahan di otak keduanya.

Seandainya tadi dia tetap menangis di pinggir rumah Amynya

Seandainya tadi tidak memaksakan diri untuk pulang saat perasaannya kacau

Seandainya Ia berizin keluar rumah dengan orangtuanya

Seandainya Ia tak gegabah keluar rumah hanya karna membeli paket internet

Seandainya saja Ia lebih bersabar

Mungkin keduanya tak sedang berada di dalam Ambulance sekarang, mungkin keduanya malah santai berbaring dan bernaung di rumah masing-masing. Namun, Tuhan menghendakinya. Keduanya di pertemukan dengan yang tidak disangka, dengan cara yang luarbiasa. Karna Tuhan telah menghendaki, keduanya terikat dalam ikatan pernikahan. Jodoh yang datang, di atas kesabaran keduanya musibah yang menghampiri.

***

Satu Vote dan like kalian membantu menyemangati kami dalam menulis

Dan sedikit Hadiah kalian sangat berarti untuk kami memperbaiki tulisan dan menyajikan bacaan yang lebih berkualitas dengan mempunyai tablet sebagai Fasilitas.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!