NovelToon NovelToon

RATU MAFIA Ketemu USTADZ KALEM

Ratu 1

"Pokoknya kamu harus nikah sama Darren agar daerah kekuasaan kita makin luas. Kita juga bakalan makin kuat karena papinya Darren itu salah satu pejabat tinggi di ibu kota!" titah Dave Allen tanpa mau di bantah. Hal itu menyebabkan seorang perempuan cantik mendengus lalu bangun dari duduk manisnya.

"Vel pikir. Daddy memanggilku kesini karena ada hal yang penting. Ternyata, hanya pembicaraan unfaedah. Vel gak sudi ya, Dad. Bahkan dalam mimpi sekalipun. Apalagi ini di dunia nyata. Ck!" Tanpa melihat jika ekspresi sang ayah sudah mengeras, perempuan cantik dengan balutan jaket kulit serba hitam itu berlalu pergi begitu saja.

"BERHENTI VELICIA! Apa begini caramu memperlakukan orangtua ketika sedang bicara serius!" Teriakan dari suara bariton Dave, sukses membuat langkah kaki anak perempuan satu-satunya itu berhenti mendadak. Ia tau, bahwa kali ini sang ayah benar-benar marah akan sikapnya.

Velicia menoleh. Kemudian tersenyum getir. Tatapan tajam Dave Allen seakan menembus jantungnya. Sejak kecil, sang ayah memang mendidiknya dengan keras. Apalagi semenjak pria itu mengetahui tidak akan pernah memiliki anak lagi. Sedangkan, Velicia hanyalah perempuan. Mau tak mau gadis itu akan mewarisi organisasi ilegal ayahnya.

Kelompok mafia Black hawk, yang susah payah Dave bangkitkan kembali. Dimana organisasi ini sempat hancur lebur setelah kelompok mereka di porak-porandakan musuh. Bahkan, sang ketua pun menghilang bak di telan bumi.

Bertahun-tahun sudah, Dave mencarinya namun nihil. Tak ada sedikitpun jejak tersisa yang menunjukkan keberadaan Max Stewart. Lima tahun waktu yang cukup bagi Dave berusaha. Hingga dia menyerah dan memutuskan untuk membangkitkan kembali kelompoknya. Bertahun-tahun Dave berjuang sekuat tenaga dengan Anne istrinya. Ia kembali mengumpulkan orang-orang yang mengenal Max dan berhutang nyawa padanya. Orang-orang yang satu visi dan misi untuk memunculkan kembali kekuasaan gagak hitam yang di takuti.

Dave dengan berat harus menerima kenyataan bahwa penerusnya hanyalah seorang perempuan. Karena itulah sejak kecil Dave telah menyiapkan putrinya sebagai mafia terkuat.

"Kau tidak akan pernah jadi ratu jika tidak bersanding dengan raja, Velicia! Tidak akan ada yang mengaku kehebatanmu. Kita, kau ... harus memiliki pelindung dari bagian penguasa negeri ini. APA KAU PAHAM!" Dave memang harus keras karena memang beginilah didikan seorang mafia.

"Oh shitt. Fucking damn!" umpat Velicia pelan. Namun ternyata gumamannya terdengar oleh Dave.

"Apa kau baru saja mengumpat Daddy!" sentak Dave.

"Hello, Dad! Aku tidak begitu. Lagipula, Vel bisa kok jadi ratu tanpa raja. Vel akan buktikan itu. Daddy bersabarlah. Vel akan mendapatkan apa yang kita impikan. Projek itu pasti akan jatuh ke tangan kita. Vel akan buktikan kepada para penguasa itu bahwa organisasi kita ini memang patut di perhitungkan!" sombongnya menantang sang ayah.

"Terserah apa katamu, Velicia. Daddy tidak mau ambil resiko. Besok kau akan menikah. Malam ini kau tidak akan bisa kemana-mana."

"WHAT! Apa maksud Daddy dengan besok? Are you kidding me, Dad. Oh, please!" Velicia benar-benar merasa panggilan sang ayah hanyalah sebuah perangkap baginya. Sebelumnya ia kuliah di HSE University Moscow, sekaligus mempelajari tentang organisasi bawah tanah antar benua. Karena Velicia ingin melebarkan sayap kelompoknya hingga go internasional. Bukankah keren jika dirinya bisa memiliki sekutu kelompok mafia dari negara lain. Rusia misalnya.

Namun permintaan sang ayah secara tak langsung akan memupuskan mimpinya. Velicia merasa tidak butuh pasangan untuk memperkuat jaringan organisasinya. Apalagi, laki-laki seperti Darren.

*

*

Di sebuah klab yang berada di negara Hongkong. Darren tengah menari dengan para wanita bugil. Pria itu mabuk kemudian pesta birahi sampai pagi. Tak cukup sampai di situ. Darren melihat salah satu penjual bunga di pinggir jalan bersalju the city of Victoria itu. Gadis polos itu menarik perhatiannya dan Darren langsung memerintahkan pengawal untuk menarik penjual bunga itu ke atas tempat tidurnya.

"Dia masih di bawah umur, Bos," kata sang pengawal.

"Sejak kapan aku peduli batasan usia, hah! Aku menginginkan gadis segar itu. Bawa dia ke kamar hotel!" titah Darren tak bisa di bantah. Pria itu akan tertawa girang pada saat mendengar mangsanya berteriak ketakutan lalu kesakitan karena ulahnya.

Darren membuang gadis malang itu begitu saja di jalan bersalju dengan beberapa lembar dollar.

"Ini negara orang, Bos. Sebaiknya sembunyikan dia dulu." Pengawalnya kembali mengingatkan.

"Kau lupa kalau ayahku penguasa sebuah ibukota, hah! Aku ini penerus dinastinya! Tidak akan ada yang bisa menyentuhku! Cepat pergi. Besok adalah pernikahanku dengan putri mafia!" titahnya yang membuat pengawalnya itu menahan muntah.

"Pria menjijikkan bermimpi menikahi seorang putri yang cantik lagi cerdas. Dunia memang sudah gila. Ataukah, kiamat benar-benar akan terjadi sebentar lagi?" batin seorang pengawal yang berpikir tak lama lagi akan hilang kewarasan jika ia terus bersama dengan majikannya ini.

*

*

Zayn Ar-Rayyan.

Pria dengan senyum manis karena ada satu lesung di pipinya itu, nampak tersenyum ramah dengan para jamaah. Walaupun begitu, Zayn tetap menjaga jarak dan juga pandangannya karena sebagian besar dari mereka adalah wanita dewasa dan ada juga yang remaja.

Sepulangnya dari Madinah, Zayn memang ingin mengaplikasikan ilmu yang ia dapat ke desanya. Walaupun ada niat untuk melebarkan sayap dakwahnya ke seluruh seantero jagad. Negeri yang ia lihat sudah sangat rusak dan bobrok akhlak maupun agamanya. Hingga tak ada lagi batasan antara anak dan orangtua bahkan guru dan para muridnya.

Zayn menunduk. Ia tak bisa untuk tidak TERSENYUM jika ada yang menyapanya. Baik itu lelaki maupun perempuan. Karena memang sudah pembawaannya yang ramah. Namun, melihat sikap para perempuan itu terkadang salah menafsirkan arti keramahannya maka, Zayn memilih untuk menjaga jarak dari mereka saja. Di mulai dari tidak menebar senyum sembarangan lagi.

Zayn melangkah dengan tegap ke depan mimbar. Panitia yang merupakan para pemuda pun sigap mengarahkannya. Juga menjaganya dari kelakuan anarkis pasukan wanita yang di sebut "Emak-emak garis keras".

Zayn sudah berdiri di depan mimbar. Sang ustadz muda dengan suaranya yang merdu dan syahdu itu memulai sesi tausiyahnya. Sebelum itu, dia lebih dulu berdoa agar Allah menjauhkan maksiat dari apa yang ada pada dirinya. Menjauhkannya dari sifat jumawa atas apa yang telah Allah percayakan padanya. Zayn bahkan belum sempat pulang dari kerumah untuk menemui kedua orangtuanya.

Sejurus pandang, ustadz muda itu menemukan keberadaan sang ummi yang ia rindukan di tengah-tengah jama'ah lainnya. Walaupun wanita itu mengenakan cadar, tapi Zayn tau dan bisa mengenali sosok wanita yang telah melahirkannya ke dunia. Arumi tengah tersenyum haru ke arah putra semata wayangnya itu. Putra yang selama empat tahun ini tidak bisa di temuinya karena sedang menempuh pendidikan agama.

Sementara itu, Velicia nampak mondar-mandir di dalam kamar yang di kunci oleh Dave. Di luar sana ada delapan pengawal yang dalam sekejap dapat mematikan pergerakannya.

Velicia kesal, karena sang mommy tidak terlihat batang hidungnya sejak semalam.

"Mommy jahat! Membiarkan Vel menyerahkan jiwa dan raga pada penjahat kelamin itu!" amuknya seraya melempar semua barang di dalam kamarnya.

Tau-tau ada satu sosok anggun yang keluar dari dalam lemari pakaiannya. "Kau salah Vel. Mommy tidak akan menyerahkan anak perempuanku satu-satunya pada pria rusak itu!"

"Mommy ...."

"Kau mau Mommy menolongmu kan?" Anne mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

Ratu 2

Sebelumnya

"Kau keterlaluan, Dave. Kau menumbalkan satu-satunya putri kita demi ambisimu!" sentak Anne. Wanita itu tak tahan lagi untuk tidak melawan setiap ego suaminya kini. Dave sudah kelewat batas. Bahkan anak mereka semata wayang pun di jadikan alat untuk meluaskan kekuasaan. Bukan begini caranya mempertahankan eksistensi organisasi mereka. Masih banyak cara lain, begitulah yang Anne pikirkan.

"Kau mana paham, An. Kau tidak tau kalau jaman sekarang organisasi hitam seperti kita ini semakin banyak saingan. Hanya yang terkuat dan banyak relasinya yang akan bertahan. Aku, tidak akan membiarkan kelompok ini runtuh lagi. Aku sudah susah payah selama belasan tahun untuk membangkitkannya kembali. Kau kan juga ikut berjuang, seharusnya kau paham maksudku, Anne!" Dave sekilas melirik ke arah istrinya yang semakin hari terlihat lemah itu. Semua karena penyakit yang selama bertahun-tahun menggerogoti tubuh indahnya. Kini, Anne terlihat lebih kurus dan pucat. Walaupun hal itu ternyata tidak mengurangi jejak kecantikannya di masa lalu.

Anne mendengus. "Jadi, kau selama ini menganggap aku sebodoh itu, Dave? Kau mulai merasa paling hebat dan cerdas sendiri ya. Kau lambat laun tidak lagi seperti Dave yang ku kenal." Anne yang semula mencoba duduk dengan tenang sambil merajut, kini berdiri dengan kasar. Ia tak lagi sanggup bersabar. Dave sudah berubah menjadi pria tua yang arogan. Walaupun, pertambahan usianya tidak mengubah penampilan menawan dan kharismatik darinya.

"Jangan membantahku, Anne. Sebaiknya kau mendukungku seperti biasanya. Demi apapun aku tidak akan membiarkan siapapun menjatuhkan organisasi kita." Dave berjalan mendekati Anne, kemudian mengecup pucuk kepala wanita itu sekilas. Setelahnya, ia berlalu meninggalkan Anne di dalam kamar mereka. Kehangatan pria itu telah tergerus kesibukannya akan kelompok mafia mereka. Dave lupa dan tidak peka bahwa, Anne lebih banyak membutuhkan kehadiran seperti dulu. Di awal-awal pernikahan mereka. Sebelum, penyakit itu menjatuhkan diagnosa mengerikan untuk Anne. Sejak saat itulah, ia merasa cinta Dave tak lagi utuh padanya. Anne tidak buta. Pria itu pasti kecewa.

Anne meremas ujung bajunya. Hingga di sinilah dia, bersembunyi di walk in closed dalam kamar putrinya.

"Apa yang Mommy rencanakan?" Velicia menaikkan alisnya. Melihat keseriusan di mata wanita yang melahirkannya dengan taruhan nyawa itu.

"Sini." Anne menarik bahu putrinya lalu membisikkan rencananya. Satu-satunya cara yang mungkin bisa menyelamatkan masa depan buah hati kesayangannya itu. Sang kakak yang sudah berkali-kali gagal mendapatkan adik.

"Mom, kenapa bisik-bisik sih? Kamarku kan kedap suara," heran Velicia.

"Sstt, diamlah. Kau tidak mau kan kalau rencana kita di dengar para readers!" ketus Anne. Membuat mata dan bibir Velicia membulat sempurna.

Malam ini rencana mereka harus berjalan sempurna.

*

*

Zayn menghampiri kedua orang tuanya setelah acara kajian bulanan itu selesai. Agak lama dari biasanya karena panitia sekalian menyiapkan penyambutan untuk kepulangannya ke desa tersebut.

Zayn langsung meraih tangan sang abi dan mengecupnya dengan takdzim. Pria yang merupakan panutannya itu langsung menarik bahunya kemudian memeluk tubuh Zayn yang lebih tinggi darinya. Max, walaupun sudah kepala lima namun masih nampak sangat gagah dan rupawan. Pria itu semakin berkharisma dengan bulu-bulu halus yang sengaja tumbuh membingkai rahang dan dagunya itu.

Zayn, beralih ke sang ummi. Wanita yang harus kehilangan harta berharga demi melahirkan dirinya kedunia. Zayn mengetahui kisah itu dari Max, abinya. Karena itulah, Zayn sangat menyayangi Arumi bahkan lebih dari dirinya sendiri. Sejak kecil Zayn selalu berusaha untuk tidak membuat wanita yang melahirkannya itu menangis. Namun, ia tak dapat mengelak ketika air mata itu pada akhirnya harus mengalir ketika menyambut kepulangannya.

"Ummi ... demi Allah janganlah menangis. Zayn pulang. Zayn udah di sini buat jagain Ummi." Zayn mencium punggung tangan Arumi sampai bolak-balik. Kemudian pria dengan tubuh tinggi tegap itu membawa wanita pertama yang ia cintai ke dalam pelukannya. Demi Allah, Zayn sangat merindukannya.

"Ini tangisan haru, sayang. Ungkapan kebahagiaan Ummi atas Rahmat Allah. Sehingga, kau bisa hadir kembali di tengah-tengah keluarga kita," jelas Arumi dengan suara serak.

"Untuk kali ini, Zayn maklumi. Tapi lain kali, Zayn tidak akan membiarkan ada air mata lagi yang keluar membasahi wajah Ummi," ucap Zayn tegas namun tetap bernada lembut.

Zayn juga menyempatkan dirinya menemui pak Yai. Ulama yang sudah cukup sepuh itu terlihat masih segar bugar. Bahkan masih bisa mengisi kajian dimana-mana. Walaupun di batasi demi menjaga kesehatannya.

"Alhamdulillah. Calon ulama desa ini sudah kembali. Selamat datang, Nak. Semoga Allah selalu memberkahimu," ucap pak Yai begitu menyentuh kalbu.

"Jazakallahu, Kyai. Semua juga karena Kyai hingga saya bisa sampai di sini dan mewujudkan semua mimpi serta cita-cita saya." Zayn tersenyum kemudian meraih punggung tangan sang ulama untuk meminta ridhonya.

Pendidikannya ke luar negeri berkat perjuangan pak Yai selama ini dalam mendidiknya. Sehingga Zayn mendapatkan beasiswa untuk kuliah di bidang ilmu Islam dan kajian Al Qur'an. Tepatnya di negeri Yaman dan juga Madinah.

"Ummi masak apa?" Zayn menggamit tangan Arumi sejak dari masjid hingga kini mereka berada di dalam mobil.

"Zayn, lapar?"

"Banget, Mi. Rasanya kangen banget sama masakan, Ummi."

"Ummi udah masakin menu kesukaan kamu. Ayo, Abi cepetan bawa mobilnya!" Perintah Arumi membuat Max mencebik. Kepulangan sang putra sama artinya dengan kehadiran kembali rivalnya. Lihat saja. Mereka berdua menempel terus sejak tadi seperti perangko.

*

*

Para pengawal di depan kamar Velicia terlihat panik. Mereka tidak atau apa yang terjadi hingga para pelayan menemukan Velicia dalam keadaan tak sadarkan diri dengan mulut berbusa. Tanpa meminta ijin pada Dave, pengawal segera membawa gadis itu kerumah sakit. Saking paniknya mereka tak ingat kalau memiliki dokter pribadi. Semua akibat hasutan dari Anne. Wanita itu memilih tidak ikut kerumah sakit. Ia akan menunggu suaminya dan menjalankan sisa rencananya di mansion ini.

"Semoga kau beruntung, Sayang." Anne melihat para pengawal membawa putrinya dari balkon. Ia kemudian melakukan bagiannya.

"Maafkan aku, Dave. Bagaimanapun aku ibunya. Aku punya hak untuk melihat Velicia bahagia."

*

*

Mendengar kabar Velicia masuk rumah sakit membuat Dave kalang-kabut. Pria itu panik sehingga langsung berangkat menuju rumah sakit dengan mengendarai mobilnya sendirian. Namun, satu berita yang baru sampai padanya barusan hampir membuat jantungnya berhenti berdetak.

Ckittt!

Ban mobil itu berhenti mendadak hingga menimbulkan suara berdecit.

"Apa! Velicia kabur!"

"Maaf Tuan, kami bertiga kewalahan menghadapinya. Kami tidak siap," lapor pengawal yang membawa Velicia ke rumah sakit.

"BODOH! TEMUKAN DIA ATAU KU HABISI KALIAN!" Dave tidak dapat menggunakan akal sehatnya. Namun, kecerdasannya masih aktif. Dave pun menghubungi calon menantunya.

"Darren, calon istrimu kabur. Cari dia atau kalian tidak jadi menikah!"

Ratu 3

"Kenapa Dave Allen bodoh sekali. Bisa-bisanya calon istriku kabur!"

Prankkk!!

Darren yang terbakar emosi melempar gelas wine ke lantai demi melampiaskan rasa kesalnya. Benda berbahan kristal itu hancur ketika bertabrakan dengan lantai mengkilap itu.

Dalam sekejap, Darren langsung memerintahkan pengawal setianya untuk menggerakkan para bawahannya. Sekelompok orang kini menyebar ke segala penjuru kota untuk mencari keberadaan Velicia.

"Ketua mafia bodoh. Dia telah menyerahkan anak kelincinya ke mulut serigala." Darren menyeringai penuh arti. Isi kepalanya sudah penuh dengan bayangan kotor. Padahal, besok adalah hari dimana ia akan menyumpal kesombongan Velicia. Kini semua menjadi rumit karena drama melarikan diri gadis itu.

Akan tetapi, Darren yakin dengan kekuasaan yang di miliki oleh ayahnya. Apapun akan ia dapatkan. Apalagi ini hanya soal satu perempuan sombong yang pernah menolaknya mentah-mentah.

"Lihat saja nanti. Di saat aku berhasil menemukanmu. Maka, di saat itu juga aku akan memangsamu." Darren, menggeretakkan giginya geram. Segala penolakan yang pernah di lempar Velicia beberapa tahun lalu terus berputar di kepalanya.

*

*

Velicia terus berusaha menghilangkan jejak dari usaha pelariannya. Sayangnya, yang harus ia hindari bukan hanya anak buah yang di sebar oleh sang ayah. Akan tetapi, kaki tangan dari Darren yang tidak semuanya Velicia kenali.

Ayah dari Darren yang merupakan salah satu petinggi di ibu kota telah menguasai hampir separuh wilayah dengan beberapa instansi terkait. Termasuk para petugas berseragam yang seharusnya mengayomi masyarakat.

Velicia bahkan tidak bisa melewati para petugas yang berkeliaran di pinggir-pinggir jalan protokol itu. Razia malam ini di perketat. Semua sudut tak lepas dari pantauan para petugas berseragam yang merajai jalanan. Sepertinya, Darren telah menyebar fotonya.

Velicia tau bahwa dia tidak akan bisa melewati razia itu jika tidak berkamuflase. Velicia meninggalkan mobil pribadinya dan menukarnya dengan salah satu pengemudi motor.

"Anda yakin Nona. Ingin menukar mobil mewah ini dengan motor saya? Tapi itu masih nyicil." Pengendara itu bingung sejadi-jadinya.

"Aku serius. Kalau kau bisa bawa mobil maka ambillah. Mulai besok kau tak perlu membayar cicilan motor itu lagi. Aku akan meninggalkannya di jalanan nanti," kata Velicia lagi. Pengendara itu hanya bengong seperti orang bodoh. Velicia tak ingin membuang waktu. Dalam sekejap, ia telah berada di atas motor itu dengan lajunya.

"Fuck you, Darren! Kau tidak akan bisa menangkapku semudah itu!" Velicia melewati setiap pemeriksaan jalan protokol dengan percaya diri. Hingga keberadaannya pada akhirnya di kenali oleh salah satu wanita berseragam dengan rambut pendek. Ia langsung melapor para kawannya.

Dalam sekejap mata, kelompok kiriman Darren berhasil mengekorinya. Velicia semakin mengencangkan laju kendaraannya. Sebisa mungkin menyusup ke kampung padat penduduk.

Ia pikir, daerah ini sudah cukup jauh dari tempat tinggalnya di tengah kota. Akan tetapi perkiraannya salah. Anak buah Darren ternyata menyebar sejauh itu.

Velicia tak tau lagi kemana roda dari kendaraannya itu melaju. Ia hanya ingin pergi menghilang sejauh-jauhnya dari kejaran anak buah Darren. Velicia sempat menghapus air matanya yang mengalir di wajahnya dengan kasar. Ia tak mengira karena sang Daddy mempercayakan pengejaran dirinya pada Darren. Si penjahat kelamin yang juga terkenal sadis.

"Kau keterlaluan, Dad. Kenapa kau tidak percaya padaku. Kenapa kau menyerahkanku pada monster itu! Aku benci kau Dave Allen!" Velicia berteriak kencang namun suaranya itu hanya di telah oleh angin dan tersapu debu jalanan.

Tanpa terasa, kendaraan itu berhenti mendadak di tengah-tengah jalan yang sepi. Velicia bergidik ketika hanya melihat pepohonan dan bangunan kosong yang setengah rusak di tepi jalan.

"Dimana aku? Kenapa ini motor kehabisan bensin di sini sih!" Velicia menendang kendaraan roda itu yang sudah tak lagi berguna itu. Ia pun berlari menggunakan kakinya sejauh yang ia bisa.

Velicia berlari dan terus berlari. Hingga ia menyadari bahwa keberadaannya mulai di temukan oleh sekelompok orang yang mengejarnya.

"Kendaraannya berhenti di sini. Wanita itu sengaja melemparnya ke jurang. Dia pasti ada di daerah ini. Cepat temukan sebelum pagi!" titah seorang pria yang merupakan ketua dari kelompok pengejaran itu.

Velicia berlari dan terus berlari hingga ia merasakan pedih di telapak kakinya. Gadis tak tau lagi sejauh apa jarak yang ia tempuh sejak beberapa jam lalu. Pastinya, Velicia tidak mau usaha pelariannya ini berujung penangkapan dirinya oleh orang-orang kiriman Darren. Ia tak mungkin juga membuat usaha sang mommy yang sudah menolongnya jadi sia-sia.

Velicia terlihat menunduk di belakang pohon besar sambil mengenai dadanya. Rasanya sesak karena ia telah terlalu jauh berlari. Setelah ia berhasil menormalkan detak jantung dan pernapasannya, Velicia mengedarkan pandangannya.

"Shitt! Aku ini dimana. Apakah ini sudah jauh dari para pengejar itu?" Velicia tak bisa memindai waktu. Jam tangan miliknya entah jatuh dimana. Velicia melihat sebuah bangunan yang tidak ia tau apa namanya.

"Apa aku bersembunyi di sana saja. Aku butuh istirahat. Jantungku bisa berhenti berdetak kalau terlalu lama berlari," gumam Velicia dengan napas tersengal-sengal.

"Mommy. Apa yang harus Velicia lakukan sekarang. Darren sialan melepas orang banyak sekali. Dia bahkan lebih menyeramkan dari para musuh Daddy yang pernah Vel hadapi sebelumnya. Keki tangannya tersebar dimana-mana. Vel, sendirian tanpa kekuatan organsiasi kita." Velicia terduduk di sebuah tempat yang ia tak tau itu apa. Terdapat lemari dan tak buku di sana. Tak satupun ia temukan orang kecuali satu yang tengah tertidur di dekat kotak yang di gembok.

Tanpa sadar Velicia tertidur. Gadis itu terbangun ketika telinga mendengar suara adzan subuh.

"Sialan, berisik sekali. Suara apa sih itu!" umpatnya pelan. Velicia mengintip dan si saat itulah matanya terbelalak ketika di tempat itu banyak orang berdatangan. Pakaian mereka semua sangat aneh di matanya.

"Aku ini masih di dunia atau di dimensi lain? Mereka itu Alien atau apa?" gumam Velicia pelan dengan alis yang bertaut lantaran bingung.

Di depan masjid, Gareng memanggil nama sahabatnya yang terlihat kelimis. "Ustadz Zayn!"

Pria murah senyum itu menoleh dengan mata berbinar. Akhirnya dia ketemu juga dengan sahabat masa kecilnya.

"Masyaallah. Gareng putra Semar," sahut Zayn nampak girang.

"Njenengan makin tampan saja setelah pulang dari arab," puji Gareng tulus. Pria itu pun memeluk erat sahabatnya itu. Pria yang membuatnya bisa membaca Al Qur'an. Pria yang telah menariknya dari cengkeraman judi on-line.

"Kamu juga loh, Reng, terlihat sehat dan bersemangat," sahut Zayn. Setelahnya Gareng berterima kasih pada Zayn atas bantuan kawannya itu. Kalau tidak mungkin dirinya sudah bunuh diri di pohon Pete.

Zayn merangkul sahabatnya karena waktu iqomah tiba. Gareng dengan suara lantangnya pun menyerukan tanda bahwa solat subuh berjamaah akan segera di mulai. Tentu saja Zayn yang berdiri di depan sebagai imam.

Selesai solat, Zayn ingin murojaah. Pria itu berjalan mendekati rak penyimpanan Al Qur'an.

Velicia seketika panik. Ia tak mau ada yang mencurigai kehadirannya di tempat itu. Velicia menyambar pakaian aneh yang ia temukan di lemari kaca.

"Bagaimana cara mengenakan kostum ini?" Velicia membentangkan mukena yang ia pikir pakaian aneh.

Zayn yang mendengar suara-suara aneh di belakang lemari pun berniat menyelidiki. "Permisi? Ada orang di situ?"

Velicia terkesiap dengan mukena yang belum selesai ia rapikan bagian bawahnya. Hingga Zayn, dapat melihat sekilas punggung kakinya yang putih.

"Astagfirullah!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!