NovelToon NovelToon

Black Parade

Genesis

***

Pada suatu malam, di mana bulan seakan malu menampakkan dirinya, di mana malam seakan menggigil akan dinginnya kegelapan, ditemani gerimis, suatu malam ketika langit menangis.

Berlari Lah seorang pria tua kumuh dari jembatan kayu rapuh dipinggir kota, mengetuk semua pintu rumah di setiap gang-gang sempit yang dia lalui.

Tok ... tok ... tok ....

Namun, dalam dinginnya malam, tidak ada satu rumah pun yang ramah, kerlap-kerlip bintang menyilaukan mata, dinginnya hujan menikam, bulu kuduk hitam legam ter tikam.

Si Kakek hanya bisa melanjutkan lari kecilnya menuju pusat kota dengan badan kurus kering dan menggigil—meringkuk lapuk. Walaupun beberapa kali terjatuh, tulang keringnya berhasil bangkit dan berjalan kembali.

Sampai akhirnya di pusat kota yang jorok itu, dia berhasil bertemu sekelompok orang yang sedang menghangatkan diri—mengelilingi api unggun, pakaian serba hitam dan sepatu merah seperti pemakaman saja. Hiruk pikuk hitam semu.

Tanpa berpikir panjang, Si Kakek langsung menerobos hingga ke tengah-tengah kerumunan, mengambil kayu yang ujungnya telah terbakar—mengangkatnya. Si Kakek mulai berbicara, tetapi orang-orang malah menganggap dia gila—sebenarnya si kakek hanya mengoceh tak jelas saja.

Darr ....

Suara petir menyambar dalam gerimis, wajah meringis kini sendu menangis.

Sangat terkejut Si Kakek, ingat kalau dia telah lama lupa bagaimana cara berbicara, air mata terjatuh mulai menangis. Si Kakek merasa sia sia takut waktu habis.

Namun, ketika dia melihat cahaya api dari kayu yang sedang dia genggam, dia langsung menghapus air matanya, mulai menggerakkan tubuh agar orang-orang melihat gambar yang akan dia goreskan (kita mengenalnya dengan bahasa tubuh). Mulai menggoyang goyang kayu yang dia genggam agar apinya padam ... mulai menggores arang kayu itu ke tanah dan orang-orang pun mulai saling menebak apa yang sedang Si Kakek gambar.

Si Kakek mulai menunjuk kearah jembatan di pinggir kota sambil asik menggores gambar yang dia buat di tanah.

Alangkah baik sang rembulan, seorang gadis kecil memegang tangan adiknya, berusaha membentuk jembatan.

"Ma ... ma ...."

Mencoba memberitahukan maksud Si Kakek kepada ibunya ... ibunya mulai menebak.

"Jembatan?"

Si Kakek mengangguk hampir terjungkal ke depan saking gembira, dan gadis kecil melompat kegirangan karena mereka pikir ini suatu permainan saja.

Si Kakek berdiri dibawah gambarnya, membentuk tangan seperti sedang memeluk bayi—meringkuk durjana.

"Puu pii duu ...."

Meletakkan bayi yang sedang dia peragakan di sisi kiri sembari meniru si bayi sedang menangis di dalam pangkuan seseorang.

"Owe ... owee ...."

Tertidur di sisi kanan, menggerakkan kedua tangan, menunjukkan bahwa dia memperagakan seorang wanita—memberitahu bahwa yang tertidur di sana berambut panjang.

Maka, lambat laun orang-orang mulai memahami maksud dari Si Kakek tua, mengangguk-angguk satu sama lain pula, bahagia lah Si Kakek menyuruh mereka untuk mengikutinya.

Dari sinilah kisah terlupakan kita akan menjadi awal dari akhir cerita si bisu yang dibenci dunia.

Hi...

HALO, SELAMAT DATANG.

Dalam kisah ini, Anda pembaca yang terhormat dapat menemukan banyak Plot- twist, dan banyak tokoh serta kisah yang diambil dari tokoh nyata atau pernah terjadi di dunia nyata. Sebagian besar nama dari pelakon memiliki makna yang menggambarkan pribadi sang pelakon, temukan atau anda akan kehilangan.

Jadi, saya ucapkan selamat mencari, dan barang siapa yang berhasil menemukan atau menebak, Anda adalah orang hebat dengan pikiran gila.

Sebuah karya seni adalah ide yang dibesar-besarkan seseorang.

Membayangkan adalah memilih.

Pembaca adalah Raja, Penulis adalah Dewa.

LOVE, LIVE, LIE.

Sebagai penutup, saya ucapkan terimakasih dan selamat membaca.

Absolute Law

***

Kisah terlupakan ini adalah hal yang selalu disembunyikan dunia selama berabad-abad lamanya.

Karena kerahasiaannya nama-nama orang dan tempat dalam kisah ini akan kita rahasiakan, dan untuk mempermudah kita dalam mengenali pelakon dan tempatnya, saya sebagai penulis akan mengganti setiap nama orang maupun tempat dengan nama karangan saya sendiri, sehingga keasliannya tetap menjadi rahasia.

Kita mulai dari suatu negeri Mawar Merah liar yang bernama Negri Aretamus D-Aratu, terjadi sekitar abad 18 menuju abad 19 yang sangat kelam dan hitam sehingga kisah ini sering terlupakan bahkan hilang dari sejarah.

Sama sekali tidak ada keadilan di negeri ini, kecuali bagi sang raja dan pegawai kerajaan yang selalu tertawa diantara tembok ratapan para warga yang menangis.

Status orang-orang dapat dengan mudah dibedakan, yaitu dengan melihat cara berpakaiannya.

Wanita dari kalangan kaya baik itu pejabat, bangsawan, maupun pedagang akan menggunakan gaun mengembang yang terbuat dari kain sutra terbaik, dilengkapi topi-topi besar yang penuh dengan bulu.

Gaun yang disebut chine 'a la branche. Busana ini memiliki karakteristik seperti bagian dada yang terbuka, pita bertumpuk di bagian dada menutupi korset, gaun yang mengembang lebar ke bawah, dan model lengan pagoda bertingkat.

Pada umumnya cara berpakaian wanita pada abad ini yang terkenal adalah rok yang besar mengembang keluar dan melebar pada kedua sisi, yang bertujuan untuk menampilkan kecantikan yang tinggi.

Gaun wanita tidak terlalu banyak menampilkan sesuatu yang mengagumkan karena dibayangi dengan bayang-bayang Revolusi. Potongan rambut yang besar, rambut palsu yang besar, dan pakaian untuk rambut pada masa ini menjelaskan kegelapan dari bayangan kabur tersebut. Wajah wanita terlihat kecil di tengah-tengah dari ornamen yang sangat besar tersebut.

Sementara pria memiliki mode busana yang lebih disederhanakan dan hiasannya berkurang, orang kaya memakai topi-topi Bicorne.

Terdiri dari jas yang ukurannya pas badan, rompi, celana pendek yang pas pada bagian lutut yang disebut breeches. Kaus putih pada bagian dalam, hiasan tambahan yang pada bagian leher, sepatu yang disemir hingga mengkilap dan sepasang kaus kaki putih panjang selutut melengkapi busana pria.

Warna yang cerah, bordiran, kancing yang dekoratif adalah bagian penting untuk pakaian pria dalam gaya Rococo. Biasanya, jas dan rompi di bordir dengan benang emas, perak , benang berwarna, perhiasan yang berkelap kelip dan permata.

Banyak toko bordir yang berlokasi di setiap kota selama periode ini. Baju untuk jaket atau rompi sering dibordir sebelum dijahit agar para pria dapat memilih terlebih dahulu motif favorit mereka, dan kemudian memesan potongan pakaian dan dijahit sesuai ukuran, Habit 'a la francaise.

...

...

Sama dengan gaya berpakaian para penduduknya, bangunan-bangunan di negeri ini juga penuh dengan cita rasa seni dan kesombongan, setiap bangunan baik itu kastil maupun gereja memiliki gaya arsitektur gotik yang kental, dimana setiap bangunan memiliki banyak tiang-tiang maupun penopang yang melayang pada sisi bangunan, bagian atas nya memiliki kubah-kubah maupun ujung yang meruncing tajam ke atas yang besar dan indah. Ingin mencapai Tuhan barangkali.

Di dalam bangunan megah terdapat lengkungan runcing berfungsi untuk menahan beban dari desain langit-langit bangunan yang sangat berat dan tebal. Selain itu, lengkungan ini juga menjadi dekorasi tersendiri untuk interior bangunan yang megah dan tinggi.

Lengkungan ini pun memungkinkan ukuran pilar penyangga di bagian bawahnya menjadi lebih ramping. Pencahayaan pada setiap bangunan megah sangat teratur dengan baik, dimana terdapat jendela kaca yang sangat besar dan dihiasi lukisan yang terpatri di dalamnya, yang membuat dalam ruangan menjadi tempat yang nyaman dan indah.

Namun, semua itu telah berbeda setelah ada larangan terhadap suka cita dan musik, baik itu dalam gereja yang pada hakekatnya memiliki kekuasaan yang tinggi maupun seisi negri, semuanya harus tunduk pada sang raja.

Lebih tepatnya kisah ini berawal dari suatu kota kecil di bagian barat negeri, yaitu Kota Nolohopis, kota ini adalah kota paling barat dan juga kota paling korup dan kumuh diantara kota kota lainnya.

Sementara itu, di sudut kota di antara gang-gang gelap dan sempit merupakan tempat tinggal paling aman bagi beberapa orang jalanan, begitu juga bagi wanita muda yang sangat spesial bagi kisah kita ini.

Namanya Saroh, dia berusia sekitar 20 tahunan mungkin lebih, kita sangat sulit memastikannya karena dia berpenampilan sedikit menyeramkan dengan rambut panjang diselimuti tanah yang telah mengering sehingga wajahnya tertutupi oleh rambutnya itu, satu-satunya yang baik dari dirinya hanyalah mata birunya yang indah.

Tidak aneh karena yang dia tau air hanya untuk diminum, dia sama sekali tidak tau jikalau air itu bisa membersihkan badan, begitu pula dengan seperempat penduduk Kota Nolohopis yang jorok yang juga berpikiran sama dengan dia.

Jika kamu beruntung bisa menyingkirkan gulungan rambut berbau itu dari wajahnya, maka kamu akan mengetahui alasan mengapa dia selalu menutupi wajahnya, tidak seburuk yang kamu pikirkan, wajah gadis ini cukup mudah untuk dikenali karena wajahnya dipenuhi luka goresan benda tajam dan luka bakar dengan bekas yang cukup dalam, besar kemungkinan hal itu disebabkan oleh masa lalunya bersama orang tuanya yang gila, yaitu ayahnya yang bernama Kittiran, dia adalah pria yang cukup tampan kecuali saat dia tersenyum.

Kittiran bekerja di pabrik besi di tengah kota,dia adalah pria tinggi dan besar penuh dengan otot tetapi sayang nya tidak dengan otak, dia selalu dijauhi orang-orang dan rekan kerjanya. Tidak, bahkan tidak ada satu orang pun yang bekerja di sana mau mengakuinya sebagai rekan.

Dia bekerja di bagian peleburan besi, hal ini bukan tanpa alasan melainkan dia adalah satu-satunya pekerja yang tidak pernah mengeluh kepanasan atau kelelahan bahkan dia sama sekali tidak pernah menghiraukan keringat yang telah memenuhi seluruh tubuhnya, tidak pernah mengelapnya sehingga membuat orang-orang disekitarnya tidak tahan satu menit saja berada di sampingnya, lebih tepatnya dia terlahir untuk pekerjaan ini.

Kittiran akan selalu datang tepat waktu dan pulang tepat waktu tanpa istirahat sedikitpun kecuali jam makan, padahal upah yang di berikan kepadanya sama sekali tidak sepadan bahkan tidak pantas di sebut sebagai upah, lebih tepatnya disebut sumbangan rasa kasihan kepada peminta-minta.

Namun, walaupun begitu dia tidak pernah peduli, bukan karena dia mencintai pekerjaannya, sederhananya karena dia tidak tahu melakukan hal lain kecuali pekerjaan ini, hal ini dikarenakan kebiasaan yang terus-menerus berulang sehingga menjadi suatu sistem pikiran yang menjadi pola pikir dan kebutuhan yang telah terstruktur dan menjadi suatu kecanduan dan keyakinan.

Kota ini sangat suram, bahkan bisa saja dalam satu hari sama sekali tidak ada percakapan antara manusia disini, setiap pemberitahuannya saja hanya ditandai dengan bunyi lonceng raksasa di puncak tower bangunan pabrik yang sangat keras, bising, dan menyakiti telinga.

Sangat jarang ada pemberitahuan maupun perbincangan diantara pekerja pabrik ataupun seisi penduduk kota. Tidak ada perbincangan antara suami istri, orang tua dengan anaknya, antara saudara dengan teman, maupun antara pria dengan wanita, mereka hanya berbicara seperlunya saja.

Tidak sedikit orang yang memilih berkomunikasi dengan gerakan tubuh mereka masing-masing sehingga tidak asing jika banyak orang yang lupa bahkan tidak tahu lagi caranya berbicara, umumnya anak-anak akan lebih dahulu tahu berbagai macam jenis kejahatan di bandingkan tahu caranya berbicara, sehingga tidak ada suara riang anak-anak yang bermain, tidak ada suara perbincangan hangat orang tua di pasar dan kedai minuman, dan juga tidak ada suara kicau burung maupun suara kucing dan anjing yang ramah di halaman rumah, yang ada hanya suara langkah kaki para pekerja dan suara-suara bising dari besi-besi dan mesin pabrik sekitar kota.

Faktanya, yang paling sering terdengar di kota ini adalah suara orang-orang meraung, menangis, dan menjerit karena tidak ada kesatria pemberani pembela kebenaran dan keadilan di kota ini, yang ada hanya kumpulan penjahatnya saja.

Semua hal di atas terjadi karena peraturan konyol dari keluarga kerajaan Aretamus D Aratu yang bijaksana, yang pertama kali dikeluarkan oleh sang raja ke-16 yang bernama, Raja Ilmar F Renca yang agung.

Sebenarnya dulu kerajaan ini adalah kerajaan yang biasa-biasa saja tetapi sangat perduli terhadap keadilan bagi rakyatnya, dan sangat menjunjung tinggi seni musik karena musik dapat menyatukan perasaan dari semua kalangan di negeri ini.

Tidak ada pertikaian dan perang, yang ada hanya suara para ibu yang menyanyikan senandung cinta di pagi hari sembari menyusui bayinya, suara anak-anak bermain tebakan lagu di siang hari, suara gelas dan botol minuman di temani nyanyian dan tarian para lelaki di kedai minuman melepas lelah pada sore hari, dan di malam hari akan terdengar lantunan pujian-pujian dari rumah-rumah orang kaya dan para tetua kota serta gereja-gerejanya.

Hari-hari yang sangat indah dan menyenangkan, hingga pada akhirnya surga kecil ini menjadi neraka jahanam karena naiknya raja baru di atas tahta.

Raja ke-16 sang Raja Ilmar F Renca yang agung mengakhiri cerita indah ini, di bawah kepemimpinannya kerajaan Aretamus menjadi sangat kaya, megah, dan berlimang harta.

Bangunan-bangunan semakin di perbesar dan diperindah, setiap dinding dihiasi emas dan batu-batu permata, patung-patung perak dan perunggu, keramik terbaik dari penjuru negeri, serta lukisan-lukisan maupun karikatur-karikatur bergambar mawar terindah yang dipatri di setiap kaca maupun jendela kerajaan. Sepertinya Raja Ilmar adalah orang yang sangat mencintai seni.

Namun, kenapa dia membenci musik? Bukankah musik adalah seni paling kuat dalam menyampaikan perasaan senimannya dan musik adalah sarana yang dapat menyatukan perasaan pendengarnya, mungkin ada banyak alasan di balik kebenciannya yang kita tidak tau.

Di setiap sudut kerajaan selalu dijaga ketat setiap detiknya oleh para penjaga kerajaan dan anjing-anjing terlatih, setiap bagian yang hilang harus di bayar dengan kerja paksa bahkan nyawa.

Walaupun kerajaan mengalami perubahan yang luar biasa, semua hal itu berbanding terbalik dengan para penduduknya. Selain adanya larangan terhadap musik dan komunikasi, setiap orang diluar kerajaan dipaksa untuk selalu bekerja dengan upah kecil dan setiap kekayaan yang dimiliki penduduk tujuh puluh persennya harus diberikan kepada kerajaan setiap tiga bulan sekali, karena itulah kerajaan semakin kaya sedangkan penduduk semakin menderita dan banyak terjangkit wabah penyakit, seperti penyakit kulit dan kurangnya gizi.

Di kota besar dan kecil terjadi penjarahan dan perang saudara di mana-mana, kota menjadi gelap dan suram sangat menakutkan.

Hingga setelah beberapa tahun kepemimpinannya, setelah berbagai keotoriteran yang dia lakukan dan kejadian-kejadian menyedihkan yang dia alami, akhirnya Raja Ilmar mengeluarkan hukum tertulis pertamanya, yang kuasa aturan itu adalah mutlak dan hukum baru ini adalah akhir bagi keadilan di negeri ini.

Hukum mutlak ini ditorehkan di atas suatu kertas yang dilapisi emas menjadi suatu pesan yang ditulis langsung oleh sang raja dan di gandakan menjadi banyak oleh pelukis-pelukis seniman terbaik kerajaan, dibawah kuasa penasehat kerajaan.

Penasehat kerajaan saat ini adalah Sir-Carlo F Renca, dia adalah satu-satunya paman Raja Ilmar yang masih hidup.

Berbanding terbalik dengan Sang Raja, Sir-Carlo adalah orang yang baik dan adil, dia sangat menentang keras kepemimpinan Raja Ilmar keponakannya, apalagi dengan hukum tertulis baru yang akan ditetapkan membuat Sir-Carlo semakin khawatir akan masa depan negerinya sehingga dia sering dengan sengaja menunda-nunda penggandaan pesan dengan harapan hukum baru ini dapat digagalkan dengan cara apapun.

Sampai pada malam hari ketika Sir-Carlo sedang menulis pesan kepada seseorang, tiba-tiba Pengawal Raja Ilmar mengetuk pintu ruangan pribadinya sembari mengatakan Sang Raja ingin berbicara secara empat mata dengan Penasehat kerajaan.

Seperti telah mengetahui apa yang akan terjadi, Sir-Carlo dengan buru-buru menggulung dan mengikatkan surat yang dia tulis ke kaki burung pembawa pesan yang telah dia latih selama berbulan-bulan terakhir, setelah dia melepaskan burung itu terbang, akhirnya dia terduduk kembali di kursinya dan mengijinkan Raja Ilmar masuk.

Lepas beberapa menit ketegangan antara mereka berdua, akhirnya dengan sangat terpaksa di bawah kuasa penasehat kerajaan akhirnya pesan raja pun di gandakan sebanyak-banyaknya dan disebarkan kepada seluruh penjuru negeri, baik kota maupun pedesaan agar hukum ini segera di taati dan tidak ada satu orang pun yang dapat menantang kemutlakannya.

Kira-kira begini isi pesan tersebut:

'Matahari bangkit kalian membuta,

Dia tenggelam Aku tetap terang.

Lihat seorang malaikat kecil dalam lukisan.

Gunung yang tinggi .

Mahkota berkilau tertancap.

Aku Paksa, merobek, cucuran darah.

Tak perduli, sekarang aku tuannya.

Ku Jual malaikat kecil, jiwaku.

Mawar tertancap di hatinya.

Tak perduli air mata menjijikkan ini.

Kalian membuta mataku terbuka.

Ku Jual malaikat kecil, laguku.

Mawar tertancap di hatinya.

Sekarang kumiliki segalanya.

Terkutuk lagumu.

Terkutuk musikmu.

Terkutuk kutukan mu.

Biarkan tetap hening seperti hatiku.'

Demikianlah pesan raja yang selanjutnya dengan sangat terburu-buru pesan tersebut segera dikirimkan dan diperintahkan agar segera dibacakan oleh seluruh Bupati/Duke maupun pemimpin-pemimpin kota, karena waktu pemeriksaan kekayaan penduduk setiap tiga bulan akan dilaksanakan besok paginya.

Keesokan harinya, yaitu di gedung-gedung tinggi kota yang dulunya adalah pengadilan kota yang telah berganti menjadi gudang penyimpanan hasil rampasan, pesan tersebut pun dibacakan dan dituntut agar mutlak untuk dilakukan dan ditaati.

Banyak jiwa-jiwa pemberontak yang terpaksa menahan mulutnya demi nyawanya sendiri, semua orang diam dan pasrah.

Tepat pada sore hari setelah seluruh penjuru negeri telah menerima pesan raja dan seisi negeri menjadi diam dan sepi, seorang pelayan wanita yang membawakan makan malam tiba-tiba meraung dan berteriak histeris karena ketakutan.

"Aaa ...!"

Di depannya sedang terduduk jasad seorang pria di kursi penasehat kerajaan, pria itu duduk dengan posisi yang gagah serta seperti menentang sesuatu dari pandangan matanya, entah apa itu. Ya, dan kamu benar, dia adalah jasad seorang penasehat kerajaan bernama Sir-Carlo F Renca yang tubuhnya telah membeku oleh penghianatan.

Pada tubuhnya, tepatnya hatinya telah tertancap sebuah pisau kecil tipis dan panjang, pada ujung gagang pisau tersebut terukir bunga mawar yang indah tetapi menakutkan karena telah di penuhi bercak darah.

Malam itu adalah malam purnama yang dingin, malam-malam terakhir penasehat sampai dia telah tertidur nyenyak di pemakamannya bersama para pahlawan dan raja-raja terdahulu.

Pemakaman itu dihadiri oleh seluruh pegawai dan pengawal kerajaan serta para orang-orang kaya yang dekat dengan raja termasuk pihak gereja. Begitu pula dengan Raja Ilmar sebagai satu-satunya keluarga kerajaan dengan garis keturunan yang asli.

Sebenarnya dulu sang raja memiliki seorang istri yang sangat cantik yang menjadi simbol kesuburan dan keindahan bagi negerinya dan seorang putri manis yang masih kecil, tetapi setelah putri mereka meninggal karena sebuah penyakit aneh yang dirahasiakan, Sang Ratu yang tidak sanggup menerima kenyataan pun mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara yang indah, di tengah taman mawar merah liar kerajaan yang selalu diterangi ratusan lilin, dia mengakhiri hidupnya dengan cara meminum racun mematikan dan terbaring di atas ranjang yang telah di hiasi oleh bunga-bunga terbaik dari seluruh penjuru negeri.

Namun, secara bersamaan hal itu juga menjadi hari paling kelam bagi kerajaan, karena cara bunuh diri sang ratu menjadi inspirasi bagi ratusan wanita di seluruh penjuru negri untuk mengakhiri hidupnya, wanita-wanita itu mengakhiri hidup mereka dengan cara dan pola yang hampir sama, sehingga setiap harinya banyak sekali tubuh wanita yang telah terbaring kaku tak bernyawa di atas taman-taman bunga pada saat itu, banyak laki-laki dan orang tua yang memusnahkan dan menghancurkan taman-taman maupun bunga-bunga yang mereka lihat karena mereka takut kekasih atau putri yang mereka cintai akan mengakhiri dirinya sendiri karena bunga itu.

Akibat tragedi tersebut, sehingga kejadian itu diingat oleh orang-orang sebagai hari pemakaman bunga, dimana setiap tahunnya pada bulan meninggalnya ratu, setiap orang di negri ini harus mengenakan pakaian serba hitam dan sepatu merah sebagai bukti ikut sertanya mereka akan duka kehilangan sang ratu. Parade Hitam.

Kehilangan wanita-wanita yang di sayanginya ini jugalah yang menjadi faktor besar bagi kehidupan sang Raja Ilmar kedepannya.

***

Kita kembali lagi ke malam pemakaman sang penasehat, dimalam itu tidak ada doa maupun nyanyian dan tangisan, semua orang takut kepada Raja yang membuat mereka hanya bisa menahan tangis dan sesak di dada sembari menunduk dan menatap ke arah makam sang penasehat yang mereka sayangi.

Tepat sebelum tanah dijatuhkan ke atas peti, Raja Ilmar duduk bersilang di atas tanah di samping makam pamannya sembari melemparkan setangkai bunga mawar merah ke atas peti lalu menghapus air matanya serta mempersilakan para petugas pemakaman untuk menjatuhkan tanah, sehingga Sang Raja juga menjadi satu-satunya orang yang menangis di atas pemakaman sang penasehat.

Begitulah sedikit dari banyaknya kisah awal sang Raja dan hukumnya yang melarang adanya musik dan kegembiraan di negeri ini.

Konyol atau tragedi?

Siapa yang tahu.

***

Bagian I - My Sweet Angel

***

Kita kembali lagi kepada wanita spesial kita yaitu Saroh. Saat kecil Saroh adalah gadis manis yang ceria, dia adalah gadis mungil yang cantik, kulitnya begitu putih bersih-halus, matanya yang biru bagaikan lautan, rambutnya pirang-halus membuat angin selalu berbisik dan merayu rambutnya itu.

Anehnya, dari jutaan anak, meski sudah ada larangan mutlak bahwa tidak ada satu orang pun yang boleh bernyanyi atau bermusik, dia adalah hati kecil yang selalu bersenandung riang.

Setiap melihat tumbuhan atau hewan yang ada di hutan atau benda apapun yang menarik perhatiannya, dia akan menyayikan nama-nama setiap benda itu dengan penuh sukacita, karena kegemarannya yang haram inilah yang membuat ayahnya gemetaran ketakutan akan ada orang yang melihat Saroh bernyanyi, sehingga dia sering memukuli dan mengurung saroh di gudangnya, beruntungnya Saroh masih memiliki seorang ibu yang selalu melindungi dan mencintainya.

Nama ibunya adalah Naisah, dia adalah orang yang bisu sejak lahir, tetapi dia sangat suka mendengar orang lain berbicara atau bernyanyi, sehingga karena putri manisnya suka bernyanyi, demi kecintaannya dan keamanan putrinya, setiap hari dia akan selalu membawa Saroh kedalam hutan yang dihiasi air terjun kecil dari sungai Oitan dan di penuhi pohon-pohon serta berbagai jenis bunga mawar yang indah, dari mulai bunga mawar liar berduri, mawar kubis,i mawar musk, mawar eden, mawar sun sprite dan banyak lagi yang belum terjelajahi dan belum penulis ketahui karena penulis bukanlah ahli bunga. Namun, tempat itu adalah tempat yang terlalu indah bagi kota sampah yang mereka tinggali.

Karena itu pulalah Naisah selalu meminta agar Saroh putrinya selalu merahasiakan tempat mereka ini, di sana Naisah akan meminta putrinya untuk menyanyikan setiap benda yang dia pegang atau tunjukkan, dan gadis kecilnya akan sangat gembira menyanyikannya dengan suara yang sangat-sangat merdu dan indah bagaikan malaikat, sangat jernih seperti sungai Oitan, sangat mesra seperti kicauan burung kasmaran yang membuat Naisah ibunya akan menari kegirangan dan melompat kesana kemari bahkan sering terjatuh karena saking bahagianya.

Di Hati Naisah sangat banyak tersimpan kata-kata indah dan kata-kata cinta yang ingin sekali ia sampaikan kepada putri kesayangannya yang tidak akan pernah dia bisa ungkapkan, bahkan dia pernah berpikir satu-satunya cara agar isi hatinya bisa disampaikan adalah dengan cara menuliskannya seperti tulisan yang sering dia lihat di dinding-dinding kota. Namun, sayangnya dia adalah orang miskin yang tidak pernah belajar membaca dan menulis surat sebelumnya sehingga cara ini sama mustahil nya.

Hal yang dapat dia lakukan untuk menyampaikan rasa cintanya kepada putrinya hanyalah senyum dan dekapan hangatnya, karna terkadang ungkapan cinta yang terbaik adalah perbuatan.

Dia selalu melalui hari-hari nya yang tidak dapat mengungkapkan rasa cintanya yang tidak tertahankan sampai-sampai dia akan menangis sendu di malam hari karena dia membenci dirinya yang tidak sanggup mengungkapkan perasaan, dia mencintai dengan sakit hati dan membenci diri sendiri.

Setelah malam berganti dan pagi pun tiba, ayah dan ibu Saroh akan bersiap-siap untuk berangkat bekerja ke pabrik di kota-ibunya bekerja di peternakan milik pabrik.

Naisah akan terbangun sangat pagi karena sebelum berangkat bekerja dia harus mengantar dan menitipkan Saroh yang masih tertidur ke rumah pohon yang dia temukan di hutan dekat dengan sungai Oitan tempat mereka biasa bernyanyi, tempatnya sangat tersembunyi dan lumayan jauh dari kota dan rumah mereka.

Dia menitipkan putrinya di sana kepada alam dan hutan, yang merupakan tempat paling aman bagi penjahat cilik yang di benci negerinya sendiri.

Sesampainya di rumah pohon, Naisah akan menaiki tangganya dengan sangat hati-hati agar Saroh tidak terbangun, dengan pelan dia meletakkan saroh di atas selimut kumuh yang telah dia siapkan, dan mencium putrinya pelan dan hangat, sampai dia pergi kembali untuk bekerja.

Setelah burung-burung berkicau riang, Saroh akan terbangun, matanya terbuka pelan dan menyadari bahwa dia telah berada di rumah pohonnya, dia sama sekali tidak terkejut karena ini bukan merupakan hal aneh baginya, karena setiap hari beginilah hal yang dia alami.

Selama Saroh di rumah pohon dia akan bernyanyi, menyanyikan setiap hal yang ada di rumah pohonnya termasuk setiap lukisan-lukisan bunga, hewan, dan orang-orang yang sedang menari yang dilukis ibunya dengan arang di setiap dinding rumah pohon itu, dia tidak mau menyentuhnya karena dia takut akan menghapusnya, dia sangat mencintai setiap goresan itu.

Dia juga akan menyayikan setiap hal yang dia lihat melalui jendelanya, mulai dari bunga-bunga mawar yang memanjat rumah pohonnya, aliran sungai dan air terjun di balik jendelanya, berbagai hewan yang dia lihat seakan bermain bersamanya, dan yang paling dia sukai adalah menyanyikan tentang betapa baiknya ibunya, betapa cintanya dia kepada ibunya, betapa setiap detiknya dia merindukannya. Hal ini lah yang membuat kita yakin bahwa rumah pohon inilah satu-satunya tempat di negeri ini yang pantas kita sebut sebagai rumah.

Hingga tiba waktunya siang hari,lonceng raksasa pabrik pun berdentang keras yang menandai waktu istirahat bagi para pekerja untuk menyantap makanan mereka yang walaupun cukup menjijikkan untuk ukuran sebuah makanan telah tiba.

Tangg ...

Tengg ...

Tanggg ....

Setelah mendengar lonceng ini, Naisah akan berlari cepat berusaha menjadi penerima makanan pertama, setelah dia mendapatkan jatah makanan berupa bubur sayur-sayuran yang asal dicampur begitu saja beserta sebuah roti panjang yang keras seperti tongkat, dia akan membungkus bubur itu kedalam sebuah kantong kulit dan segera terburu-buru berlari sekuat tenaga ke arah hutan di mana dia meninggalkan putrinya, Saroh.

Dia akan terus berlari meski kakinya terluka oleh kerikil, meski ranting dan duri-duri menggores atau menancap padanya, yang dia tahu hanya dia harus berlari sekencang-kencangnya agar putri manisnya tidak menahan sakit perut karena kelaparan lagi.

Seringkali dia hampir pingsan dalam perjalanan karena kelelahan dan belum makan sedikit pun, tetapi karena kegigihannya dan rasa cintanya dia akan terus berlari tak perduli apa pun yang dia rasakan. Ini dinamakan Ibu.

Setelah dia telah sampai di depan rumah pohonnya, dia akan menarik nafas sejenak agar tidak nampak kelelahan di depan Saroh, dengan pelan dia akan menaiki tangga rumah pohon itu dan mengetuk pelan pintu kecilnya, tetapi tidak ada jawaban, sepertinya Saroh sedang tertidur karena menahan rasa lapar.

Karena rasa kasihan kepada anaknya, Naisah akan membukakan pintu pelan dan membangunkan Saroh dengan sangat-sangat lembut, mengelus-elus rambut putrinya dengan penuh rasa kasihan dan bersalah karena tidak bisa memberikan kebahagian kepada nya.

Menyadari belaian lembut ibunya, Saroh yang cantik pun terbangun dan langsung memeluk ibunya dengan erat sambil berkata, "Aku menunggumu lama, Ibu. Banyak hal yang ingin aku nyanyikan untukmu, aku tidak membutuhkan makanan ini, aku hanya membutuhkanmu." Kata-kata yang setiap hari dia katakan setiap ibunya datang membawakan makanan baginya.

Mendengar kata-kata putrinya itu, Naisah hanya bisa menunduk dan memeluknya erat, lalu memberikan makanan itu kepada Saroh sembari menggerakkan badannya meminta agar Saroh jangan bersedih lagi, dia harus selalu tersenyum dan makan banyak agar dia tumbuh besar.

Melihat gerakan ibunya, Saroh akan menunduk dan menerima makanan yang telah ibunya bawa, selepas dia menerima nya, ibunya akan memeluk dan mencium sembari memberitahukan kembali dengan tubuhnya bahwa dia harus segera pergi dan Saroh harus menunggunya disini dan tidak boleh pergi kemana-mana, anggukan Saroh yang menatap rindu pun membalas.

Naisah menuruni tangga dan melambaikan tangan, langsung berlari kencang lagi kembali ke arah peternakan tempat dia bekerja.

Dalam perjalanannya kembali ke peternakan dia sering kali berlari sembari menangis karena sampai saat itu dia belum bisa mengungkapkan rasa cintanya kepada putrinya yang tidak akan pernah tertahankan, tetapi dia telah cukup bahagia bisa bertemu dengan putrinya dalam keadaan baik-baik saja.

Sementara itu Saroh yang sedang makan akan menaburkan roti yang telah dia sobek-sobek di sekitar jendelanya, sehingga burung-burung, tupai, dan semut pun datang memakannya, hewan-hewan inilah yang selalu menemaninya dalam kesepian sembari menunggu ibu datang lagi menjemput pada sore hari.

Sesampainya Naisah di peternakan tempat dia bekerja, dia akan buru-buru mengobrak abrik tempat sampah berusaha untuk menemukan sisa-sisa makanan yang terbuang untuk kembali dia makan.

Seburuk apapun keadaan sisa makanan yang telah dibuang oleh rekan kerjanya itu, dia akan tetap makan karena bagaimanapun dia tetaplah manusia yang butuh makanan untuk tetap hidup.

Biasanya makanan yang dia temukan telah bersatu dengan kotoran-kotoran tanah dan muntahan-muntahan orang, beruntung jika dia menemukan makanan yang masih dalam satu tempat, namun seringkali dia harus mengumpulkannya dari berbagai sisi tempat sampah agar rasa kayaknya cukup terobati.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!