NovelToon NovelToon

Mantan Suami Mafia

Pertama

"Alex bangun ini sudah siang," Seorang wanita berpakaian rapih membangunkan anak laki-laki nya yang masih tidur nyenyak padahal hari ini anaknya harus masuk ke sekolah.

"Mama aku masih mengantuk," Balas Anak itu tanpa membuka matanya.

"Dalam hitungan ketiga kalau kamu tidak bangun Mama akan menggelitik kamu," Wanita itu tersenyum licik sambil berkacak pinggang.

"Tiga," Baru saja berhitung ia langsung menggelitik perut anaknya agar bangun.

"Oke Mama aku bangun," Sambil ketawa-ketawa geli anak itu akhirnya membuka matanya sambil terus duduk.

"Bagus, cepat ke kamar mandi! Mama sudah akan menyiapkan makanan untuk kita sarapan," Perempuan itu mengacak-acak rambut anaknya lalu pergi dari kamar itu.

Anak kecil bernama Alex itu langsung pergi ke kamar mandi sendirian, umurnya memang baru empat tahun tapi dia sangat pintar juga lebih dewasa dari kebanyakan anak lainnya, mungkin perjalanan hidupnya yang membuat dia menjadi dewasa sebelum waktunya.

Perempuan tadi bernama Violet Greyson Michael ia hanya tinggal berdua di apartemen yang ada di Negara Jepang lebih tepatnya di Tokyo, apartemen Vio ada di lantai dua tidak jauh dari tempatnya bekerja juga tempat anaknya sekolah.

Alex yang sudah ganti pakaian langsung ke arah meja makan, Vio masih sibuk menyiapkan sarapan untuk Alex, "Mama hari ini Mama yang anterin?" Tanya Alex sambil makan roti yang di siapkan ibunya.

"Iya, tapi seperti biasa pulang sekolah akan di jemput Om Morata," Jelas Vio.

Morata adalah tetangga apartemen Vio juga merupakan teman dekatnya Vio, Morata kerja sebagai dokter kebetulan hari ini Morata dapat ship kerja malam jadi ia bisa menjemput dan menjaga Alex sebelum dirinya pulang.

Biasanya Alex di titipkan pada tetangga sebelah karena mereka juga punya anak kecil dan sekolahnya sama dengan Alex, mereka juga terkadang pulang bersama, tapi hari ini keluarga itu sedang berkunjung ke tempat lain jadi Vio menitipkan Alex pada Morata.

Selesai sarapan Vio langsung naik mobil bersama Alex, selama perjalanan entah kenapa Alex terlihat murung, tidak seperti biasanya. Alex biasanya selalu bahagia ketika pergi sekolah, tetapi hari ini tidak, itu membuat Vio merasa khawatir.

Saat sampai di gerbang masuk sebelum Alex turun Vio memegang tangan Alex terlebih dahulu, "Ada apa dengan mu?" Tanya Vio khawatir.

"Tidak papah, aku tidak papah," Alex berusaha tersenyum, tetapi Vio dapat merasakan kalau senyuman Alex palsu.

"Jangan bohong, Mama tahu kalau kamu sedang berbohong sekarang."

Alex akhirnya menundukkan kepalanya, "Alex cuman kesel, teman-teman Alex semuanya selalu meledek Alex karena Alex tidak punya ayah."

Seketika Vio melepaskan genggaman tangannya, "Biarkan saja, katakan pada mereka kalau Mama mampu menjadi ayahmu juga."

Alex menatap Vio sangat dalam, "Tapi Ma, memangnya Ayah Alex kemana? Alex juga ingin bertemu dengannya."

"Berapa kali Mama bilang, kamu hanya punya Mama jadi tidak usah mencari yang tidak ada."

"Ya sudah," Alex turun dari mobil lalu menghampiri gurunya yang telah menunggu di depan gerbang.

Alex melambaikan tangannya pada Vio, setelah itu Vio langsung menuju kantornya dengan cepat, ia hampir telat. Ia lupa kalau hari ini ada rapat yang harus ia hadiri, "Fuck," Umpat Vio dalam hatinya.

Saat sampai di parkiran mobil ia langsung berlari menuju gedung perusahaan, tidak peduli rambutnya berantakan, pintu lift hampir tertutup tapi karena Vio berusaha berlari akhirnya ia berhasil masuk juga ke lift itu.

Vio terengah-engah nafasnya hampir habis hanya karena berlarian, semua yang ada di lift tidak kaget dengan kelakuan Vio yang terlambat karena sudah biasa juga ia seperti ini.

Vio menjadi manajer di bagian periklanan, beberapa orang di dalam tim nya sudah menunggu Vio di ruangannya karena rapat sebentar lagi akan di mulai. Vio sampai tetap di menit terakhir, "Aku minta maaf," Ucap Vio merasa bersalah sambil menundukkan kepalanya.

"Tidak masalah, sekarang kita pergi ke ruang rapatnya saja," Timpa salah satu orang di dalam sana.

Mereka akhirnya pergi ke ruang rapat, di sana mereka membicarakan tentang kerja sama mereka dengan salah satu perusahaan Entertainment dari Amerika yang baru-baru ini sedang datang ke Jepang untuk melakukan kerjasama dengan perusahaan Entertainment di Jepang.

Vio di tugaskan untuk menarik perusahaan itu bekerja sama dengan artis di perusahaan ini bagaimana pun caranya, nanti malam ada party yang di adakan di sebuah restoran berbintang menyambut kedatangan ketua direksi. Vio di minta hadir bersama ketua Direktur perusahaannya untuk menarik mereka bekerja sama.

Vio setuju karena ia memang ingin sekali membuat perusahaan TNE Entertainment ini jauh lebih sukses lagi, setelah rapatnya selesai Vio kembali ke ruangannya bersama yang lain untuk melanjutkan beberapa pekerjaan nya yang belum selesai.

"Denger-denger ketua Direksi VL Entertainment Grup ganteng orangnya, dan katanya dia jomblo. Walaupun ada gosip sebenarnya dia sudah pernah menikah," Bisik Sakura yang ada di dekat meja Vio.

"Lalu?" Tanya Vio dengan sibuk menatap layar komputer nya.

"Siapa tahu saja dia ke sini sekalian cari pasangan hidup," Sakura tersenyum kecil.

"Di Amerika tidak kekurangan wanita cantik juga kali, mengapa dia harus cari pasangan hidup sampai ke Jepang."

"Mungkin yang di carinya bukan masalah cantik saja, tetapi pria itu juga di kenal suka memainkan perempuan. Jadi kalau nanti kau bertemu dengannya jangan kaget kalau dia sedang di kelilingi banyak wanita."

"Sudah tidak aneh bukan? Kebanyakan pria yang sudah banyak uang akan lebih suka bermain wanita."

"Gosipnya juga dia sebenarnya masih belum bisa melupakan mantan istrinya dulu."

"Itu bisa saja hanya alasan kosong yang ia katakan untuk membuat wanita yang dekat dengannya mengerti ketika dia tidak ingin menikahi wanita itu, alasan sebenarnya karena memang dia hobi saja memainkan wanita."

Sakura berhenti bicara pada Vio karena Vio menurutnya tidak bisa di ajak bergosip, Vio orangnya memang terlalu serius hingga Vio bahkan tidak punya banyak teman.

Sakura merupakan salah satu teman dekatnya Vio, makannya ia berani bicara dengan Vio walaupun Vio posisinya berada di atas Sakura ketika di perusahaan, soalnya orang lain kadang tidak berani hanya untuk bertatapan dengan Vio.

__________

Saat malam tiba Vio sudah sampai di party yang di adakan di restoran oleh perusahaan VL Entertainment Grup bersama ketua Direktur nya, Ketua Direktur Vio bernama Hito dia sudah agak berumur dan sudah memiliki dua anak perempuan.

Hito mengandeng Vio masuk saat hendak bertemu dengan ketua Direksi VL, Vio malah izin ke kamar mandi terlebih dahulu, Hito jadi menemui nya duluan.

Vio di antar ke kamar mandi oleh pelayan di sana, Vio ke kamar mandi hanya untuk melihat makeup nya saja, siapa tau ada beberapa hal yang kurang.

Beberapa saat kemudian Vio keluar dari kamar mandi dengan menenteng bajunya karena terlalu panjang, dress berwarna biru tua lengan pendek begitu menyatu di tubuh Vio yang sangat bagus, walaupun sudah melahirkan Vio masih menjaga bentuk tubuhnya agar tetap ramping.

Vio di sana mulai mencari Tuan Hito agar di kenalkan pada ketua Direksi nya, saat Vio berjalan dengan mata celingukan mencari Tuan Hito sorot matanya malah melihat sesuatu yang benar-benar tidak ingin ia lihat sebelumnya, Vio mematung memandangi hal itu, sekujur tubuhnya seakan tidak dapat ia gerakkan.

Pertemuan Kembali

Seorang pria berpakaian jas hitam yang tengah memutar-mutar gelas Wine di tangannya sembari di kelilingi empat wanita cantik yang berpakaian sexy ikut menatap Vio karena Vio menatap ke arahnya.

Tatapan mata pria itu seketika berubah saat menatap Vio, pupil matanya mendadak membesar, dengan sigap pria itu menghampiri Vio meninggalkan keempat wanita yang sedari tadi duduk bersamanya.

Keempat wanita itu menatap Vio sinis karena kesal, Vio yang merasa di hampiri seketika membelakangi pria itu dan berniat pergi, tetap Tuan Hito sudah berdiri di depannya hingga membuat Vio kini tidak bisa kemana-mana.

"Vio di belakang mu adalah ketua Direksi VL Entertainment Grup, silahkan memperkenalkan dirimu," Ujar Hito yang membuat Vio semakin kaget, ia mencoba untuk profesional dan menghela nafasnya dalam-dalam ia membalikkan tubuhnya berusaha terlihat santai.

Sementara pria itu masih memandangi Vio dengan sangat dalam.

Vio mengulurkan tangannya, "Halo, nama saya Vio, saya manajer di perusahaan Tuan Hito," Sapa Vio seolah-olah dirinya tidak mengenal sosok pria di depannya itu.

Leo beberapa detik memandangi tangan Vio sebelum akhirnya ia membalas uluran tangan Vio, "Saya Leo, senang berkenalan dengan Anda," Balas Leo.

Vio berusaha melepaskan tangannya dari Leo, tetapi Leo malah memegangnya dengan erat, sampai akhirnya Vio berhasil melepaskan tangan nya itu.

"Saya permisi, silahkan mengobrol," Hito malah meninggalkan Vio dan Leo untuk berduaan agar membuat keduanya semakin dekat, karena kedatangan Vio ke sini untuk menarik perhatian Leo agar perusahaan Leo bersedia bekerja sama dengannya.

Vio malah gelagapan, di sana ia tidak tau harus berbuat apa, Vio awalnya ingin pergi saja dari depan Leo karena ia belum sanggup untuk bertemu dengan pria ini, tetapi tangan Vio di tahan oleh Leo membuat Vio tidak dapat kemana-mana.

Vio menatap Leo begitupun sebaliknya, "Kemana saja kau ini?" Tanya Leo.

"Lepaskan!" Pinta Vio dengan nada suara yang bergetar.

"Tidak."

"Nanti ada yang lihat." Vio masih berusaha melepaskan genggaman tangannya dari Leo.

"Aku tidak peduli," Bentak Leo ia selama ini sudah berusaha mencari keberadaan Vio, kini wanita yang ia cari sudah ada di depan matanya mana mungkin ia lepaskan begitu saja.

"Aku mohon Leo lepaskan, aku dan kamu sudah tidak ada hubungan apapun, jika saja aku tau kau yang datang ke sini aku tidak akan mau untuk ke sini."

"Apa salah ku hingga kau begitu membenciku? Katakan padaku?"

Pembicaraan mereka tidak begitu terdengar jelas karena suasana di sana sangat ramai, di tambah ada penampilan musik dari artis yang di bawa Leo jadi para tamu undangan di sana lebih fokus pada penampilan sang penyanyi daripada pada Leo dan Vio saat ini.

Dering ponsel Vio berbunyi, Leo akhirnya melepaskan genggaman tangannya pada Vio karena melihat Vio kesulitan mengambil ponselnya yang terus berdering.

Leo masih menunggu Vio saat ini.

"Apa? Alex jatuh? Sekarang dimana dia?" Wajah kaget dan khawatir Vio terlihat jelas.

"Siapa Alex?" Tanya Leo yang mendengar ucapan Vio.

Vio tidak peduli pada Leo, setelah menutup telponnya Vio segera mencari Tuan Hito untuk pamit pergi dari sana, Leo masih saja mengikuti Vio dan memperhatikan Vio dari jauh.

"Tuan saya mohon saya harus pulang sekarang," Pinta Vio dengan wajah memelas.

"Tidak bisa, kau harus mendapatkan kerjasama itu terlebih dahulu," Tegas Hito, ia tidak peduli apapun yang terjadi.

"Saya janji nanti saya pasti akan mendapatkan kerjasama itu, tapi untuk malam ini biarkan saya pulang terlebih dahulu," Vio semakin panik.

"Saya ingin kamu mendapatnya malam ini," Kekeh Hito.

"Tuan anak saya di larikan ke rumah sakit barusan, saya harus menemaninya sekarang."

Leo yang mendengar itu tampak sakit hati mengetahui jika Vio sudah punya anak, rasa kecewa yang kini menyelimuti dirinya. Penantiannya selama ini sia-sia begitu saja, tetapi melihat Vio begitu ia jadi kasihan, Leo menghampiri mereka.

Vio memohon di hadapan Leo, tidak peduli apapun saat ini nyawa anaknya jauh lebih penting daripada rasa gengsinya, "Saya mohon Tuan, tolong kerjasama dengan perusahaan kami," Pinta Vio menatap bawah.

Leo menghela nafas, baru pertama kali dalam hidupnya seorang Vio memohon di hadapannya hanya karena seorang anak dari pria lain yang mungkin begitu Vio cintai.

Bagaimana pun Leo masih mencinta Vio jadi ini membuatnya tidak tega, "Baiklah saya akan kerjasama dengan anda, tetapi biarkan dia pulang," Leo menekankan setiap katanya sembari menatap Hito, ia benci pada pria itu tapi ini demi Vio.

"Oke," Hito tampak tersenyum miring.

Leo mendekatkan bibirnya ke telinga Hito, "Saya melakukan ini demi wanita itu, jangan pernah buat dia menangis seperti itu lagi," Bentak Leo pelan.

Hito kaget, ia kini jadi bertanya-tanya apa hubungan di antara mereka padahal mereka barusan terlihat baru saja bertemu.

Vio berlari pergi dari sana Leo mengikuti Vio, entah apa yang dia pikirkan sampai meninggalkan acaranya sendiri.

Vio ke sini dengan Tuan Hito jadi ia harus pulang menggunakan kendaraan umum mau tidak mau karena ia tidak membawa mobilnya, Leo menaiki mobilnya lalu berhenti di depan Vio yang menunggu kendaraan umum lewat, "Naik! Aku akan mengantarmu," Titah Leo dingin.

Leo penasaran dengan ayah dari anaknya Vio maka dari itu ia ingin ikut dengan Vio, Vio hanya memandangi Leo.

"Cepat naik, kau tinggal kasih alamat rumah sakitnya. Tenang saja aku tidak akan menculik mu seperti dulu."

Karena tidak punya pilihan Vio akhirnya naik ke mobil Leo, mereka segera pergi ke rumah sakit. Alex sudah di bawa ke rumah sakit oleh Morata, tadi sebelum Morata pergi untuk jaga di rumah sakit ia melihat Alex tergeletak di kamarnya tanpa sadarkan diri, jadi Morata segera membawa Alex ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit Vio bergegas lari ke ruangan UGD di ikuti Leo, di luar ruangan UGD Morata sudah menunggunya, Morata menatap Leo bingung.

"Siapa dia?" Tanya Morata.

"Ceritanya panjang, sekarang bagaimana kondisi Alex?" Tanya Vio mengalihkan pertanyaan Morata.

Sementara Leo menatap Morata dari atas sampai bawah, Leo kini beranggapan jika Morata adalah suaminya Vio, Leo berdecak pelan, "Tidak lebih baik dariku," Gumamnya menyombongkan dirinya sendiri, Leo merapihkan jas nya untuk tebar pesona sambil senyum tipis.

Vio yang melihat kelakuan Leo hanya bisa menatapnya sinis, kelakuan Leo tidak pernah berubah sejak dulu ternyata.

"Alex masih di tangani oleh dokter, kau tenang saja, kalau begitu aku permisi masih ada kerjaan lain," Morata pergi dari sana.

Vio duduk di kursi samping pintu masuk ruangan UGD begitupun Leo yang duduk di samping Vio, "Jadi sekarang selera mu menurun drastis," Ledek Leo.

Vio menatap Leo sinis, "Maksud anda apa?"

"Iya selera kamu jelek banget sekarang."

"Selera apa? Morata hanya tetangga saya? Puas."

Pelukan Yang Ku Rindukan

Kondisi Alex sudah stabil ia bahkan sudah di pindahkan ke ruangan rawat biasa, ada pendaran kecil di kepalanya tetapi karena darah yang keluar tidak terlalu banyak jadi Alex tidak membutuhkan donor darah.

Vio dan Leo di ruangan Alex menemani Alex yang masih belum sadar, Leo yang duduk di sofa masih celingukan entah apa yang sebenarnya pria itu cari, ponsel Leo sebenarnya berdering terus sejak tadi tapi Leo sengaja mematikan ponselnya, ia tau pasti orang kantornya kini sedang mencari dirinya yang pergi tanpa bilang terlebih dahulu.

"Ayahnya dia tidak tau diri sekali, anaknya di bawa ke rumah sakit tapi dia malah tidak datang," Gumam Leo sinis.

Vio yang duduk di samping tempat tidur Alex sembari memegangi tangan anaknya hanya bisa tersenyum sinis, "Memang, dia memang tidak tau diri," Lanjut Vio.

"Bagus, kalau begitu tinggalkan saja dia, tidak ada untungnya bersama dengan pria seperti itu," Timpa Leo penuh semangat.

"Sudah, sudah ku tinggalkan."

"Benarkah?" Leo menatap Vio dengan mata penuh harapan.

"Sudahlah jangan membahas hal yang tidak seharusnya di bahas di sini."

Leo kembali bersemangat untuk mendapatkan cinta Vio lagi, Leo yakin Tuhan mempertemukan mereka kembali pasti karena sebuah alasan, semuanya tidak akan sia-sia.

Tangan Alex bergerak, matanya juga mulai terbuka perlahan-lahan, Vio segera memanggil dokter Morata datang untuk memeriksa Alex kini Alex sudah semakin baikan.

"Om," Alex tersenyum saat Morata sedang memeriksanya.

"Semuanya sudah stabil, besok Alex bisa di bawa pulang," Jelas Morata pada Vio.

"Terimakasih, aku tidak tahu akan seperti apa Alex kalau kamu tidak membawa dia ke sini," Ucap Vio.

Morata dan Vio saling bertatapan beberapa detik sebelum akhirnya Leo menarik Vio menjauh dari Morata, "Tidak usah lama-lama," Sinis Leo menghalangi Vio dan Morata.

"Aku pergi dulu, sampai jumpa nanti Alex," Morata pamit pergi sambil melambaikan tangannya pada Alex.

Alex membalas lambaian tangan Morata, kini Alex menatap Leo ia tidak kenal dengan pria itu tetapi pria itu sangat tampan.

"Om tampan seperti ayahku," Gumam Alex.

"Ayah mu jelek, aku jauh lebih tampan," Lanjut Leo sambil tebar pesona merapihkan jasnya.

Vio kembali tersenyum sinis, kelakuan sombong Leo memang selalu seperti itu.

"Karena Alex sudah tidak papah, bisa kau pergi dari sini?" Vio tersenyum tipis menatap Leo.

"Tidak, aku tetap mau di sini," Leo malah duduk di samping Alex.

Vio menghela nafas berat.

"Tidak papah kan Om di sini?" Leo bertanya pada Alex.

Alex tersenyum, "Tidak papah, karena Om tampan seperti ayahku. Mama selalu bilang kalau ayahku tampan-" Belum saja Alex menyelesaikan ucapannya Vio langsung menutup mulut Alex sambil membulatkan matanya.

"Jangan dulu banyak bicara, lebih baik kau tidur sekarang," Vio takut Alex bicara sembarangan.

Leo memukul lengan Vio pelan, "Anakmu baru sadar jangan kau tutup mulutnya seperti itu."

"Maaf."

__________

Beberapa saat kemudian Alex sudah kembali tidur, Leo menarik tangan Vio untuk makan terlebih dahulu karena tadi di party ia tidak melihat Vio makan.

"Mau kemana?" Tanya Vio yang membiarkan Leo menarik dirinya.

"Kita makan dulu, jangan sampai kau nanti sakit. Kalau kau sakit siapa yang akan mengurus anakmu nanti."

Sementara itu Florin asisten pribadinya Leo kebingungan mencari Leo, acara terpaksa di lanjutkan Leo di wakilkan oleh wakil direksinya.

"Kebiasaan, Leo selalu saja membuat aku repot," Gumam Florin, ia sudah mencoba menghubungi Leo tapi ponsel Leo malah mati, Florin sudah menduganya kalau Leo pasti sengaja mematikan ponselnya.

"Pasti dia sedang tidur dengan wanita-wanita penghiburnya, dasar Leo," Leo memang sering kabur untuk tidur dengan wanita-wanita nya jadi ini bukan kali pertamanya Leo kabur.

"Lagipula mengapa dia menjadi anak emas perusahaan, padahal kelakuannya seperti itu," Lanjut Florin, ia pasti akan memarahi Leo nanti ketika sudah ada.

Kembali pada Leo dan Vio, Vio tiduran di sofa sementara Leo masih bangun, Leo memberikan jas nya pada Vio karena Vio terlihat kedinginan, Alex ternyata terbangun, Leo langsung duduk di samping Leo.

"Om Tampan, Mama cantik kan?" Ucap Alex pelan, ia tidak mau membangunkan ibunya.

"Mama mu memang sangat cantik."

"Kalau begitu Om mau tidak jadi ayahku? Aku tidak punya ayah sebenarnya. Mama juga tidak pernah memberitahu ku siapa ayahku," Lanjut Alex dengan tatapan sedih.

Leo mulai terdiam beberapa detik, "Kau belum pernah melihat ayahmu?" Tanya Leo kembali.

"Tidak, Mama hanya bilang padaku kalau ayahku sangat tampan dan dia sudah tidak ada," Lanjut Alex.

Kini Leo beranggapan jika ayahnya Alex sudah meninggal, "Kamu boleh panggil aku ayah mulai sekarang," Ia malah bangga jika di panggil ayah oleh Alex.

"Benarkah?" Tanya Alex penuh semangat.

"Iya benar."

"Makasih ayah," Alex memeluk Leo dengan erat, Leo ikut memeluk Alex.

Beberapa saat kemudian keduanya sudah tertidur pulang di sana sambil saling memeluk, paginya Vio bangun duluan ia kaget melihat Alex berpelukan dengan Leo.

Vio keluar dari ruangan itu membiarkan keduanya tidur di luar ternyata sudah ada Morata, dari kaca ia dapat melihat kalau Alex sedang tidur dengan Leo.

"Jangan bilang kalau dia adalah ayah kandungnya," Ucap Morata tanpa menatap Vio.

Vio menghela nafas panjang, "5 tahun aku berusaha menghindar darinya, tetapi tuhan berkata lain. Ikatan batin keduanya memang tidak bisa di pisahkan," balas Vio.

"Mereka sudah tahu tentang ikatan mereka?"

"Tidak, aku tidak akan pernah mengatakan apapun pada Leo, aku tidak sanggup jika Leo akan mengambil Alex dariku. Selama ini hanya Alex lah yang membuatku tetap bertahan."

"Tapi jika sudah seperti ini, cepat atau lambat Leo pasti akan tahu."

"Aku akan memperjuangkan hak asuh Alex bagaimana pun caranya, bahkan jika harus mengorbankan apapun akan ku lakukan."

"Aku akan terus mendukungmu dalam kondisi apapun," Morata mengelus pundak Vio lembut.

Morata masuk ke ruangan Alex untuk memeriksa Alex, ia membangunkan Leo.

Leo menghampiri Vio yang sedang di luar, "Kau tinggal dimana sekarang?" Tanya Leo.

"Kau mau apa lagi? Cukup! Aku sudah tidak mau berhubungan apapun lagi dengan mu," Pinta Vio.

"Sampai kapan pun aku tidak akan pernah melepaskan mu Vio, kau satu-satunya wanita yang ku cintai selama hidup ku. Jadi aku mohon tetaplah berada di sampingku."

"Aku tidak mau anak ku kenapa-kenapa jika aku berada di sampingmu."

"Aku akan mempertaruhkan hidupku untuk menjaga kalian, tenanglah! Lagipula sudah lama aku meninggalkan semuanya, aku sudah menyerahkan semuanya pada Rafael. Aku sekarang hanya sebatas pekerja kantoran biasa."

"Tapi banyak juga yang tahu tentang kau dan aku, aku tidak mau Alex terlibat dalam semuanya."

"Aku akan lakukan apapun untuk kalian, tenanglah," Leo menarik Vio ke dalam pelukannya.

Perasaan dan dekapan ini begitu Vio rindukan selama ini, dari dalam Morata dapat melihat Vio dan Leo yang tengah berpelukan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!