NovelToon NovelToon

Tiger' Target

1.Tigers Target

Kota Bristol. 

Tepat di sekolah menengah ke atas bernama "SMA Lagoon"

Semua siswa akhir semester sedang sibuk mempersiapkan ujian, dan selain itu syarat kelulusan adalah membuat kelompok berpasangan siswa dan siswi untuk bekerja sama membuat observasi di tempat yang unik. Yang paling menarik akan mendapatkan tiket kuliah di universitas terkenal ternama dan terakreditasi A.

Dengan syarat tambahan, menjadi rangking satu angkatan dan proker kerja sama yang bagus. Dan tiket hanya ada satu.

"Woah aku penasaran siapa yang akan menjadi peringkat satu?"

Gadis dengan penampilan berkelas seperti mahasiswi teladan sedang melihat peraturan di mading. Dia adalah Liya Morwenna.

"HAH SIAPA LAGI KALAU BUKAN!!!"

"RUELLE!"

"DANIEL!"

Ucap satu pasang siswa-siswi menjawab pertanyaan Liya secara bersamaan.

"Davin? Tiba-tiba kau di sini?" Liya agak terkejut meski muka nya lempeng.

"Heh apa maksudmu? Daniel si tukang bully itu mana bisa menang dari Ruelle, iya kan Liya?" Sikut siswi berambut ombre dan bergelombang, dia memasang wajah se akan tidak terima.

"Yah aku juga berpikir begitu," jawab Liya tenang. Benar-benar wanita berkelas.

"Hah mau gimana pun dia pinter, aku juga iri huhu hiks," keluh Davin memasang wajah pura-pura sedih, lalu melirik ke arah Liya.

Liya memutar bola matanya.

Davin. Dia sangat dekat dengan teman-teman ku,tapi dia tidak pernah merasakan kehadiran Ruelle. kurasa dia tahu semua murid cewek di sekolah, bukan hanya angkatan kami saja tapi dia tahu seluruh nya.

Yah... Dia... Playboy.

Pekerjaan nya tebar pesona dengan wajah manis nya, dan menggoda murid cewek. Aneh nya banyak yang menyukainya padahal wajah nya biasa-biasa saja.

Pikir batin Liya.

'Yah aku berpikir yang layak menempati posisi itu Ruella, atau...'

Liya beralih melirik seseorang di samping nya. Davin yang sadar Liya melirik cowok lain dan berakhir cemberut, Minsi hanya terkikik meski sebelumya bertanya-tanya kenapa Davin memasang wajah bingung.

Siswa cowok terkenal pendiam, termasuk geng nya Daniel, tapi kurasa dia yang paling aman, dia katanya juga masuk top 3 di kelas A2 melawan Daniel.

Dia melihat mading sangat fokus, dia terlihat mencolok karena tinggi badan nya.

Nero Beatrice namanya.

Di sini ada 9 kelas. Yaitu kelas A1, A2, A3, B, C, D, E, F, G.

Aurelle menempati kelas A1. Kelas yang katanya berisi murid-murid mengerikan karena saking pintar nya.

Liya ada di kelas A3, Minsi di kelas B, dan Davin di kelas D.

Sebelum nya tidak ada juara Angkatan, hanya ada juara kelas. Setiap kelas adalah gambaran siswa siswi yang paling sempurna, tidak di lihat dari nilai akademik saja, ada juga non akademik.

Sebenarnya kelas A hanya ada satu, tapi karena murid yang mendapatkan A sangat banyak. SMA Lagoon, SMA di mana murid-murid nya sangat ambisius karena ini SMA terkenal dan paling tersohor.

Jadi posisi Ruelle dengan Daniel sama saja.

"Ahk ngomong-ngomong kemana nih orang kita omongin?" Tanya Liya.

"Katanya ada tugas Osis," balas cepat Minsi.

"Halloo!" Sapa Ruella tiba-tiba.

"Ahk RUELLE!!!"

Minsi sedikit kaget tapi dia terlalu senang bertemu teman nya dan akhirnya memeluk nya.

"Ada apa nih, penuh banget mading?" Tanya Ruelle.

"Loh gak tahu? Ini tentang ujian," ujar Liya heran.

"Ohk maaf aku ketinggalan info," jawab nya.

Ruelle, gadis berkacamata bulat, dengan dua kepangan longgar. Haha penampilan nya seperti kutu buku, tapi semua orang mengenal nya sebagai cewek baik hati dan cerdas, bukan kutu buku.

"Ohk jadi ini yang nama nya Ruelle?"

Senyuman di bibir Davin muncul, tanda dia sedang mencari mangsa.

Liya dan Davin bertatapan, Liya memasang wajah tajam dan Davin menyeringai melihat raut Liya.

"Padahal kamu kayaknya bakal cantik loh~ kalau gak pake kacama-"

Grep.

Tangan Davin di cegat oleh Liya agar tidak menyentuh Ruelle.

"Hei kau, sudah ku bilang jangan sentuh teman-teman ku," sergap Liya tenang.

Tutur kata Liya selalu tenang mencerminkan dirinya yang atas.

"Kenapa kamu cemburu sayang?" Tanya Davin masih dengan seringai nya.

'Lihat wajah menyeramkan nya itu,' Davin pov.

"Mereka tidak seperti aku Davin, yang tidak akan terlena dengan godaan murahan mu, jangan buat mereka salah paham Da-vin," tekan Liya.

Davin melepas tangan nya, "Woah~woah~ calm down Lady..."

"Menjijikan," kekah Liya.

"Jangan bilang gitu nanti suka," ucap nya dengan nada bahagia sambil mengelus-elus puncak kepala Liya.

Liya memasang wajah kosong, rambut nya berantakan karena di acak-acak oleh tangan Davin. "Bre- kau! Sini kau!!"

"Ayo kejar kalau berani, weee~" Davin benar-benar mengolok-olok Liya sampai emosi Liya keluar. Tak lupa dengan muka konyol yang menjengkelkan, tambah dia memamerkan lidahnya seolah Mencibir nya.

Liya tidak suka jika ada yang merusak penampilan nya, dan akhirnya mereka berakhir dengan kejar-kejaran.

"SINI KAUUUU!!!" Teriak kan Liya menggelegar di tambah tawa nyaring Davin.

Sementara itu Ruelle fokus dengan peraturan nanti, jiwa ambisius nya bangkit.

Minsi terkikik melihat kelakuan pasangan itu, dan Nero ikut melihat Liya, hanya diam seolah menyimpan sesuatu, raut yang sulit di tebak.

Dug!!!

Suara pundak berbenturan.

"Woah~ ada apa ini?"

Seorang pria sangat tinggi dominan di banding murid lain nya tiba-tiba ada di tengah kerumunan, memasang wajah datar, alis ke atas, tatapan mata yang malas, tangan nya memegang pinggang, berpose santai. Dan semua yang di sana refleks memberi jalan.

Atmosfer menjadi berubah karena kedatangan nya. Daniel, itu dia seorang Daniel, seseorang yang terkenal nakal di sekolah ini, yang bahkan setengah berkuasa di sekolah.

Setiap ada murid sekelas dengan nya hidup mereka seperti tidak berdaya, mereka tidak mau berurusan dan berusaha main aman.

Tapi naas untuk sasaran nya, mangsa tidak akan lepas.

Daniel suka melawan orang yang terlihat kuat. Dan yang lemah akan di jadikan bawahan nya.

"Apa kau? Kenapa menatap ku seperti itu," ketus Daniel menunduk ke arah siswi yang menatap nya dengan frontal.

"Ahk aku hanya terkejut, maaf kalau merasa terganggu," ucapnya lanjut melihat mading.

Semua yang melihat nya menatap ngeri. Karena Daniel benar-benar seperti di remehkan oleh cewek itu.

"Ru-ruella, cepat minta maaf, tidak ayo segera pergi," titah Minsi terbata-bata terlihat ketakutan.

Dan Nero meninggalkan area menghindari drama. "Semoga selamat,"

"Kenapa?"

"Ahk... Ah... I-itu,"

Minsi benar-benar tidak bisa berbicara.

'Sial apa Ruelle gak tahu siapa yang ia hadapi? Ruelle aduh sekarang aku gak bisa nolong,'

Ruelle merasa ada sesuatu di bahu nya, ternyata itu dagu Daniel.

Wajah mereka bertatapan hampir dekat, tatapan bulat Ruelle dan tatapan menantang dari Daniel.

Ruelle refleks menghindar. Dia sadar kalau situasi tidak baik-baik saja setelah melihat tatapan murid-murid dan perkataan Minsi.

Tapi masalah nya, Ruelle tidak tahu ada apa? Dan siapa pria jangkung yang sedang ia hadapi.

To be continud

2

"Kau sebenarnya? apa mau mu? kenapa kau  ..."

"Arghhh... "

Dia terlihat frustasi.

Ruella melihat nya menjadi prihatin, emosinya yang minim menghilang dan mulai memelan.

Ruella memegang tangan Daniel yang terluka

"Aku hanya ingin mengobati tangan mu, ini alasan nya," sambil membersihkan darah yang kering.

Perih terasa tapi Daniel tidak mengeluh.

"Aku gak ada niat apa-apa kok sama kamu, jangan salah paham aku tidak berniat menggoda mu," ungkap Ruella terasa seperti sindiran bagi Daniel yang sudah mengatakan hal yang tidak benar dengan percaya diri.

"Apa, itu cukup sebagai alasan aku ingin mengobati luka mu?" Tanya Ruella.

Benar-benar bertanya karena takut Daniel tidak merasa cukup dengan jawaban nya.

"Heh, terserah," ketus Daniel sambil memalingkan wajah nya ke arah berlawanan. Telinga nya memerah entah karena apa dan Ruella menyadari nya.

Hah, kayak anak kecil aja.  Batin yang terasa lelah menghadapi sifat Daniel.

Ini pertama kalinya aku berhadapan dengan cowok seperti ini, biasanya aku berbicara dengan pria hanya untuk urusan formalitas, aku bahkan gak tahu dia siapa. 

Sambil berbicara di dalam hatinya, dia juga fokus mengobati luka di tangan Daniel. Mulai dari membersihkan nya dengan sedikit alcohol menggunakan kapas, meneteskan obat antiseptik dan menunggunya kering baru di balut perban untuk luka.

"Huh ..."

Ruella menghela nafas sambil mengelap keringat di pelipis nya.

"Nah sudah!" Ucap nya terdengar lega.

Daniel hanya diam, dan masih menatap ke lawan arah.

Hah, tetap diam ya... 

"Kalau begitu aku pergi dulu, aku akan bertanggung jawab dengan luka mu sampai sembuh," ucap nya.

Lalu memutar badan untuk turun dari atap. Tapi baru beberapa langkah berjalan, Daniel membuka suaranya, "Semua mendekati ku karena alasan yang menjijikan," ungkapnya.

"Hah?" Lirih Ruelle berbalik lagi. Berdiri melihat punggung Daniel dan mendengarkan setiap patah kata yang di ucapkan Daniel.

"Apa maksud mu?" Tanya Ruelle hati-hati.

Ruelle mempunyai jiwa empaty yang cukup tinggi, dan kadang sangat peduli pada semua orang, dan karena itu teman-teman banyak menganggap nya sangat baik.

Dia punya aura positif, sampai orang seperti Daniel berani bercerita padanya.

Dia Ruelle, selalu menginginkan kehidupan yang damai tanpa manusia jahat, dimana manusia hidup dengan damai.

Benar-benar keinginan konyol.

"Aku tidak sedang pamer, tapi aku berasal dari keluarga berada," ungkapnya lagi.

Ruelle mendekat berusaha mendekat dan akhirnya duduk kembali.

Mereka duduk berlawanan arah, punggung mereka sedikit hampir berdekatan.

"Semua orang selalu memanfaatkan ku, mereka mendekati ku hanya mengincar posisi kekuasaan, tidak ada yang tulus pada ku," gerutu Daniel, Ruelle mendengar dengan seksama.

Daniel membulatkan matanya, dia sadar dia tiba-tiba mengungkapkan hal menyedihkan akhirnya diam membeku.

Hening selama beberapa saat, Ruelle mengerti mungkin itu alasan Daniel memiliki sifat seperti itu.

"Hmmm itu manusiawi, memang sifat manusia itu bermacam-macam, tapi ...,"

Tapi apa? 

Daniel seolah tidak suka dengan jawaban yang di katakan Ruelle.

"Tapi, jangan menganggap semua manusia seperti yang kamu maksud, kamu hanya harus pintar menilai orang yang kamu dekati,"

Perkataan Ruelle seperti angin sejuk hingga Daniel benar-benar mendengar kan tanpa membantah.

"Pasti nanti datang saat nya seseorang mendekati mu karena alasan yang bisa kamu terima," ucap nya.

Saat itu Ruelle benar-benar teringat teman-teman nya yaitu Ruelle dan Minsi.

"Entah itu dalam bentuk hubungan teman, pasangan, ataupun apa pun," ucap nya lagi.

"Jadi, pintar lah menilai orang, ambil bagus nya aja, oke!" Ruelle berbalik dan Daniel masih memunggungi nya.

Apa dia akan percaya dengan perkataan ku? 

"Setidaknya, jika suatu hari itu tiba, meski hanya satu orang, tapi dia benar-benar tulus pada mu," ungkap Ruelle dengan nada berusaha meyakinkan.

"Ohk iya, nama ku Ruelle!"

"Jika kau mau curhat lagi kau bisa curhat kepadaku," tawar Ruelle.

"Entah niat apa aku mengatakan ini di pikiran mu, aku tidak akan melakukan hal tidak baik padamu, aku akan menjaga perkataan ini, kamu bisa percaya pada ku, kita bisa berteman tanpa alasan yang kamu gak sukai, aku tidak berharap apa-apa sama kamu,"

Benar-benar seperti kata-kata yang menenangkan.

Mereka duduk bersama menikmati angin yang bertiup terdengar berhembusan. Selama beberapa menit mungkin mereka duduk tanpa mengatakan sepatah kata pun, hingga Daniel berdiri masih tak menatap ke arah Ruelle.

"Kata-kata mu aku tidak percaya, tapi aku akan melihat apa kau bisa membuktikan nya,"

"Kau sedang menasehati ku ya? Berani sekali, aku akan acungi jempol, haha." Tawa nya terasa hambar.

"Hah seperti orang bodoh saja," Celanya pada dirinya sendiri.

Ruelle pasti mengira perkataan bodoh mengarahkan ke padanya, tapi sebenarnya perkataan yang di ucapkan itu untuk Daniel sendiri yang merasa tersindir dengan setiap kata Ruelle.

Daniel berjalan cepat menjauh dari Ruelle.

Sambil tenggelam dengan pikiran nya.

"Suatu saat nanti kamu akan berhubungan seseorang dengan alasan yang kamu terima

Entah itu bentuk teman, pasangan, atau hal lain,"

Dia terus memikirkan itu sambil berjalan, setiap patah kata yang yang di ucapkan terngiang-ngiang di kepala nya.

"Aku bisa jadi teman mu,"

Lalu terlintas pikiran.

"Daniel kau sangat hebat!!! Traktir dong!!!"

"Daniel beliin mainan  ni dong,"

"Tuan Daniel  apa saya boleh minta tolong pada ayah tuan untuk menaik kan jabatan hehe," 

"Argh..."

Dia saat pikiran itu terlintas dia memegang kepalanya karena merasakan nyeri, dan mulai mengerang tanpa suara.

Dia berusaha mengendalikan tubuh dan suaranya agar tak ada seorang pun melihat nya.

Ingatan itu kembali lagi terlanjut, di mana mereka yang menjilat mulai meninggal kan ku.

'Maaf aku tidak bisa berteman dengan mu lagi, ada mainan baru dari dia!!!'

'Daniel sangat pelit,'

'Kami tidak mau berteman dengan orang pelit, ayo kita main sama dia, dia mau traktir kita,'

"Arghhhhhh!!!!"

Penampilan Daniel benar-benar acak amburadul. Rambut berantakan, raut wajah kusut.

Dia terduduk di lorong sekolah dengan keadaan yang tidak bisa di bilang baik-baik saja.

"Dasar penjilat rendahan, miskin tak tahu diri!!!" Umpat nya.

"Suatu saat nanti? Hah," kekah nya mulai terkikik.

"Kapan? Itu tidak mungkin, sudah bertahun-tahun aku seperti ini, karena itu aku harus kuat,"

Daniel sudah hidup dengan pikiran arogan seperti itu, di mana semua orang yang mendekati nya hanya karena dia punya kekayaan dan kekuasaan.

Dan akan sulit mendengar saran dari Ruella. Jika sudah menerapkan pikiran seperti itu.

Trauma.

_

Daniel merunduk wajahnya, mulai berbicara kembali, "Tapi, kali ini, apa aku bisa percaya pada cewek cupu itu?"

"Suara nya sangat lembut, haha pikiran apa itu,"

"Oh ya, tangan nya juga lembut saat kulit kami bersentuhan, haha  ... Hahahhahahha,"

Kenapa aku bisa mikirini hal gila kayak gitu!!! 

Daniel duduk selonjoran di lorong dalam sekolah seperti orang yang sedang mabuk.

To be continud...

3

"Kau sebenarnya? apa mau mu? kenapa kau  ..."

"Arghhh... "

Dia terlihat frustasi.

Ruella melihat nya menjadi prihatin, emosinya yang minim menghilang dan mulai memelan.

Ruella memegang tangan Daniel yang terluka

"Aku hanya ingin mengobati tangan mu, ini alasan nya," sambil membersihkan darah yang kering.

Perih terasa tapi Daniel tidak mengeluh.

"Aku gak ada niat apa-apa kok sama kamu, jangan salah paham aku tidak berniat menggoda mu," ungkap Ruella terasa seperti sindiran bagi Daniel yang sudah mengatakan hal yang tidak benar dengan percaya diri.

"Apa, itu cukup sebagai alasan aku ingin mengobati luka mu?" Tanya Ruella.

Benar-benar bertanya karena takut Daniel tidak merasa cukup dengan jawaban nya.

"Heh, terserah," ketus Daniel sambil memalingkan wajah nya ke arah berlawanan. Telinga nya memerah entah karena apa dan Ruella menyadari nya.

Hah, kayak anak kecil aja.  Batin yang terasa lelah menghadapi sifat Daniel.

Ini pertama kalinya aku berhadapan dengan cowok seperti ini, biasanya aku berbicara dengan pria hanya untuk urusan formalitas, aku bahkan gak tahu dia siapa. 

Sambil berbicara di dalam hatinya, dia juga fokus mengobati luka di tangan Daniel. Mulai dari membersihkan nya dengan sedikit alcohol menggunakan kapas, meneteskan obat antiseptik dan menunggunya kering baru di balut perban untuk luka.

"Huh ..."

Ruella menghela nafas sambil mengelap keringat di pelipis nya.

"Nah sudah!" Ucap nya terdengar lega.

Daniel hanya diam, dan masih menatap ke lawan arah.

Hah, tetap diam ya... 

"Kalau begitu aku pergi dulu, aku akan bertanggung jawab dengan luka mu sampai sembuh," ucap nya.

Lalu memutar badan untuk turun dari atap. Tapi baru beberapa langkah berjalan, Daniel membuka suaranya, "Semua mendekati ku karena alasan yang menjijikan," ungkapnya.

"Hah?" Lirih Ruelle berbalik lagi. Berdiri melihat punggung Daniel dan mendengarkan setiap patah kata yang di ucapkan Daniel.

"Apa maksud mu?" Tanya Ruelle hati-hati.

Ruelle mempunyai jiwa empaty yang cukup tinggi, dan kadang sangat peduli pada semua orang, dan karena itu teman-teman banyak menganggap nya sangat baik.

Dia punya aura positif, sampai orang seperti Daniel berani bercerita padanya.

Dia Ruelle, selalu menginginkan kehidupan yang damai tanpa manusia jahat, dimana manusia hidup dengan damai.

Benar-benar keinginan konyol.

"Aku tidak sedang pamer, tapi aku berasal dari keluarga berada," ungkapnya lagi.

Ruelle mendekat berusaha mendekat dan akhirnya duduk kembali.

Mereka duduk berlawanan arah, punggung mereka sedikit hampir berdekatan.

"Semua orang selalu memanfaatkan ku, mereka mendekati ku hanya mengincar posisi kekuasaan, tidak ada yang tulus pada ku," gerutu Daniel, Ruelle mendengar dengan seksama.

Daniel membulatkan matanya, dia sadar dia tiba-tiba mengungkapkan hal menyedihkan akhirnya diam membeku.

Hening selama beberapa saat, Ruelle mengerti mungkin itu alasan Daniel memiliki sifat seperti itu.

"Hmmm itu manusiawi, memang sifat manusia itu bermacam-macam, tapi ...,"

Tapi apa? 

Daniel seolah tidak suka dengan jawaban yang di katakan Ruelle.

"Tapi, jangan menganggap semua manusia seperti yang kamu maksud, kamu hanya harus pintar menilai orang yang kamu dekati,"

Perkataan Ruelle seperti angin sejuk hingga Daniel benar-benar mendengar kan tanpa membantah.

"Pasti nanti datang saat nya seseorang mendekati mu karena alasan yang bisa kamu terima," ucap nya.

Saat itu Ruelle benar-benar teringat teman-teman nya yaitu Ruelle dan Minsi.

"Entah itu dalam bentuk hubungan teman, pasangan, ataupun apa pun," ucap nya lagi.

"Jadi, pintar lah menilai orang, ambil bagus nya aja, oke!" Ruelle berbalik dan Daniel masih memunggungi nya.

Apa dia akan percaya dengan perkataan ku? 

"Setidaknya, jika suatu hari itu tiba, meski hanya satu orang, tapi dia benar-benar tulus pada mu," ungkap Ruelle dengan nada berusaha meyakinkan.

"Ohk iya, nama ku Ruelle!"

"Jika kau mau curhat lagi kau bisa curhat kepadaku," tawar Ruelle.

"Entah niat apa aku mengatakan ini di pikiran mu, aku tidak akan melakukan hal tidak baik padamu, aku akan menjaga perkataan ini, kamu bisa percaya pada ku, kita bisa berteman tanpa alasan yang kamu gak sukai, aku tidak berharap apa-apa sama kamu,"

Benar-benar seperti kata-kata yang menenangkan.

Mereka duduk bersama menikmati angin yang bertiup terdengar berhembusan. Selama beberapa menit mungkin mereka duduk tanpa mengatakan sepatah kata pun, hingga Daniel berdiri masih tak menatap ke arah Ruelle.

"Kata-kata mu aku tidak percaya, tapi aku akan melihat apa kau bisa membuktikan nya,"

"Kau sedang menasehati ku ya? Berani sekali, aku akan acungi jempol, haha." Tawa nya terasa hambar.

"Hah seperti orang bodoh saja," Celanya pada dirinya sendiri.

Ruelle pasti mengira perkataan bodoh mengarahkan ke padanya, tapi sebenarnya perkataan yang di ucapkan itu untuk Daniel sendiri yang merasa tersindir dengan setiap kata Ruelle.

Daniel berjalan cepat menjauh dari Ruelle.

Sambil tenggelam dengan pikiran nya.

"Suatu saat nanti kamu akan berhubungan seseorang dengan alasan yang kamu terima

Entah itu bentuk teman, pasangan, atau hal lain,"

Dia terus memikirkan itu sambil berjalan, setiap patah kata yang yang di ucapkan terngiang-ngiang di kepala nya.

"Aku bisa jadi teman mu,"

Lalu terlintas pikiran.

"Daniel kau sangat hebat!!! Traktir dong!!!"

"Daniel beliin mainan  ni dong,"

"Tuan Daniel  apa saya boleh minta tolong pada ayah tuan untuk menaik kan jabatan hehe," 

"Argh..."

Dia saat pikiran itu terlintas dia memegang kepalanya karena merasakan nyeri, dan mulai mengerang tanpa suara.

Dia berusaha mengendalikan tubuh dan suaranya agar tak ada seorang pun melihat nya.

Ingatan itu kembali lagi terlanjut, di mana mereka yang menjilat mulai meninggal kan ku.

'Maaf aku tidak bisa berteman dengan mu lagi, ada mainan baru dari dia!!!'

'Daniel sangat pelit,'

'Kami tidak mau berteman dengan orang pelit, ayo kita main sama dia, dia mau traktir kita,'

"Arghhhhhh!!!!"

Penampilan Daniel benar-benar acak amburadul. Rambut berantakan, raut wajah kusut.

Dia terduduk di lorong sekolah dengan keadaan yang tidak bisa di bilang baik-baik saja.

"Dasar penjilat rendahan, miskin tak tahu diri!!!" Umpat nya.

"Suatu saat nanti? Hah," kekah nya mulai terkikik.

"Kapan? Itu tidak mungkin, sudah bertahun-tahun aku seperti ini, karena itu aku harus kuat,"

Daniel sudah hidup dengan pikiran arogan seperti itu, di mana semua orang yang mendekati nya hanya karena dia punya kekayaan dan kekuasaan.

Dan akan sulit mendengar saran dari Ruella. Jika sudah menerapkan pikiran seperti itu.

Trauma.

_

Daniel merunduk wajahnya, mulai berbicara kembali, "Tapi, kali ini, apa aku bisa percaya pada cewek cupu itu?"

"Suara nya sangat lembut, haha pikiran apa itu,"

"Oh ya, tangan nya juga lembut saat kulit kami bersentuhan, haha  ... Hahahhahahha,"

Kenapa aku bisa mikirini hal gila kayak gitu!!! 

Daniel duduk selonjoran di lorong dalam sekolah seperti orang yang sedang mabuk.

To be continud...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!