NovelToon NovelToon

My Husband Is Not Mine

Satu Frekuensi.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

...HAPPY READING......

.

.

Sore, jam setengah lima lewat sepuluh menit. Anastasya meninggalkan kediaman Hendrawan dengan membawa masakan yang sudah disiapkan oleh Nyonya Tika, yaitu ibu mertuanya. Dia diantara pulang oleh sopir pribadi di rumah tersebut. Karena sudah lelah menunggu Farrel yang tidak kunjung datang, akhirnya gadis itu minta diantarkan pulang. Meskipun Nyonya Tika sudah menahannya agar menunggu putranya datang. Tapi Anastasya tidak mau karena hatinya justru semakin kesal bila harus menunggu terlalu lama.

"Nona, apakah mau membeli sesuatu?" tanya si sopir karena mereka sudah hampir tiba di kawasan Perumahan Golden Eye.

"Tidak, Pak. Langsung pulang saja," jawab gadis itu yang sejak tadi melamun memikirkan kehidupannya yang bagaikan sebuah lelucon. Sudah menikah disaat dia masih duduk di kelas 12 karena perjodohan orang tua. Meskipun Farrel bersikap baik padanya, tetap saja mimpinya sudah dipatahkan oleh kedua orang tuanya sendiri. Karena Anastasya tidak membeli sesuatu, pak sopir pun langsung saja menancap gas mobilnya agar cepat sampai. Namun, pada saat itu pula mata Anastasya tanpa sengaja melihat Farrel lagi bersama seorang gadis di tempat mereka membeli es krim dua hari lalu.

"Bagaimana mungkin gue menunggu orang yang lagi berpacaran."

Gumam gadis itu tersenyum kecut. Hatinya terasa panas tiba-tiba dan Anastasya tahu kenapa, karena dia bukanlah anak kecil lagi. Setibanya di rumah yang dia dan Farrel tempati, Tasya menaruh rantang tempat makanan ke dapur. Lalu dia pun pergi ke kamarnya untuk beristirahat. Tubuhnya terasa begitu lelah karena seharian ini hatinya selalu kesal tidak karuan. Sehingga untuk makan saja dia sudah malas.

Ttttddd!

Ttttddd!

Ponsel gadis itu bergetar. Dengan rasa malas dia meraih benda pipih tersebut dan menempelkan pada telinganya.

"Ada apa, Ris? Gue lagi malas banget untuk bercanda jadi jangan ngajak ngomongin si cabean,"

Tanya Tasya malas. Bawaannya bad mood tidak ingin di ganggu oleh siapapun.

"Hai sayang ku, Elo kenapa lagi? Bukannya Elo lagi bahagia karena tadi siang diantar pulang oleh cowok populer di sekolah kita?"

Cibir Rista sahabat baik Anastasya. Dia berkata demikian karena hari ini SMK Prasasti benar-benar dihebohkan oleh Tasya. Si gadis bar-bar diantar pulang oleh cowok paling populer dan pintar di sekolah mereka. Siapa lagi kalau bukan Farrel.

"Ayolah, Ris, buat gue nggak bete lagi. Please! Bantu gue kali ini aja."

Jawab Tasya yang menarik nafas panjang lalu dia hembuskan secara kasar. Pertanda bahwa dia benar-benar butuh hiburan.

"Anastasya, sayang ku, Elo kenapa lagi? Gur nanya serius nih, apakah Elo badmood karena di skor Pak Anjasmara tadi siang?"

Tebak Rista karena seharian ini dia memang tidak ada menghubungi sahabatnya itu karena sibuk urusan keluarganya sendiri.

"Tidak juga, bukan karena hal itu. Gue justru bahagia tau bisa libur tanpa mengikuti mata pelajaran yang membosankan. Gue lagi bete aja sama seseorang. Please! Hibur gue ya, Arista sayang. Gue yang traktir deh,"

"Eum... bagaimana bila kita pergi ke Club malam? Tapi apakah tante sama Om Surya ada di rumah?"

Tawar Arista karena mereka berdua sudah biasa pergi ke tempat hiburan malam untuk membantu Tasya mengembalikan mood nya yang hilang karena orang tua gadis itu. Namun, bila ketahuan oleh Tuan Surya, maka Tasya akan mendapatkan hukuman lagi dan lagi dari ayahnya yang selalu sibuk mengurus bisnis, begitu pula dengan ibunya.

"Ide yang bagus. Jam tujuh, gue berangkat dari rumah. Nanti kita ketemuan di tempat biasa ya. Sepertinya gue memang butuh dugem biar semua setannya menjauh dari hidup gue yang sudah rumit,"

Anastasya terkekeh geli karena Farrel lah yang dia bilang setan. Hanya menyebutkan tempat hiburan malam tapi hatinya sudah merasa bahagia. Semenjak menikah dengan Farrel, Tasya merasa jika hidupnya jauh lebih baik daripada sebelumnya.

"Nggak usah khawatir karena orang tua gue lagi sibuk ngurusin anak kesayangannya."

Lanjut Anastasya yang selalu merasa bahwa dirinya tidak penting bagi orang tuanya. Karena itulah dia selalu membuat keributan disekolah.

"Oke, baiklah! Asalkan tidak ketahuan nyokap gue, maka semuanya aman. Kita bisa pergi kemanapun,"

Kata Arista karena biasanya jika mereka ketahuan, dia juga ikut mendapatkan hukuman dari orang tuanya sendiri.

"Siap buk bos, semuanya aman terkendali bersama cewek paling cantik di SMK Prasasti."

Canda Tasya yang membuat mereka berdua tertawa. Tasya dan Arista benar-benar satu frekuensi jadi jika sudah mengobrol bersama, segala sesuatu menjadi bahan tawa. Mereka berdua juga memiliki hobi yang sama, yaitu malas belajar. Hanya saja jika Arista bukan pembuat onar seperti Tasya.

"Anjir! Pasti Elo bangga banget ya karena sudah diantara pulang oleh Farrel. Jadi tingkat kepercayaan dirinya semakin kuat."

Ejek Arista membuat mereka kembali tertawa terbahak-bahak. Lalu barulah memutuskan sambungan teleponnya. Karena tidak ingin telat, Tasya pun langsung mandi dan berendam air hangat di dalam Bathtub. Hampir satu jam lebih dia baru selesai. Gadis cantik itu memakai rok mini yang hanya sebatas pahanya. Lalu dipadukan baju berlengan pendek dan bagian lehernya terbuka lebar. Sehingga terlihatlah leher jenjangnya yang putih mulus. Malam ini Tasya terlihat sangat cantik dan seksi.

"Perfect! Elo itu cantik, Sya. Kenapa harus kesal melihat Farrel bersama gadis lain? Lagian dia itu bukanlah siapa-siapa Elo. Kalian bukan pasangan yang saling mencintai" ucap Tasya memuji dirinya sendiri. Dengan semangat empat lima, gadis itu memasukan dompet dan juga ponselnya ke dalam tas. Ada pesan singkat dari Farrel yang mengatakan bahwa dia akan telat karena ada urusan penting. Namun, Tasya yang terlanjur kesal hanya membacanya sekilas.

"Basi!" kata Tasya sambil berjalan keluar dari kamarnya. Dia mengunci pintu rumah mereka karena tahu bahwa suaminya belum juga datang, padahal sudah jam tujuh kurang.

"Jika gue tahu Elo pergi pacaran ogah banget nungguin Elo seharian, Rel. Enak benar gue ditinggal sendirian dan Elo pergi entah kemana. Memangnya gue kacung apa? Bikin gue emosi aja."

Selama dalam perjalanan ke tempat yang sudah dia janjikan bersama Arista, Tasya terus menggerutu karena tidak tahu harus marah pada siapa. Harus kah dia memaki Farrel?

Tidak lama, hanya kurang dari sepuluh menit mobil mewah gadis itu sudah tiba dengan kecepatan tinggi. "Ayo, naiklah!" ucapnya pada Arista karena setelah dari sana mereka akan pergi mengunakan mobilnya.

"Sya, sumpah malam ini Elo cantik dan seksi banget. Gue hampir tidak kenal sahabat gue sendiri,

"Ngakak usah iri karena gue memang sudah cantik dari orok. Kita kan mau pergi ke club malam, bukan ikut pengajian, jadi harus berpakaian yang sesuai dong," jawab Tasya tersenyum sambil menambah kecepatan kendaraannya.

...BERSAMBUNG......

 

Seperti Cewek Nakal.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

... HAPPY READING... ...

.

.

Sementara itu di lain tempat, Farrel baru saja tiba di rumah orang tuanya.

"Ma, Tasya mana?" tanya pemuda itu pada mamanya yang lagi duduk bersantai di ruang tengah.

"Tasya sudah pulang ke rumah kalian tadi sore sekitar jam lima. Apakah dia tidak memberitahumu, Nak?" Nyonya Tika balik bertanya. Sedangkan Tuan Hendrawan hanya diam sambil melihat berita di televisi.

"Tidak, Ma. Tadi Farrel sudah memberitahunya akan telat datang. Tapi Tasya tidak membalasnya," jawab Farrel masih tetap berdiri, tidak duduk. Karena jika istrinya sudah pulang untuk apalagi dia di sana.

"Duduklah! Ada yang mau Mama bicarakan padamu," kata wanita yang masih terlihat cantik walaupun sudah berkepala empat dan hampir kepala lima tersebut. Farrel tidak bertanya dan langsung saja duduk di sofa singel.

"Apakah kamu habis bertemu Renata?" tebak Nyonya Tika. Soalnya kebiasaan Farrel adalah pergi bersama gadis itu yang merupakan sahabat masa kecilnya.

"Iya, Ma," jawabnya jujur.

"Farrel, sekarang status mu sudah berbeda, Nak. Kamu bukan lagi anak lajang yang bisa pergi semau mu dan pergi bersama siapa saja. Tapi sekarang kamu adalah seorang suami. Apalagi orang yang kau temui itu adalah seorang perempuan," Farrel diam karena tidak paham apa yang mamanya katakan. "Mulai lah menjauhi Renata secara perlahan, karena tidak akan baik untuk pernikahan mu,"

"Maksud Mama bagaimana? Farel tidak paham?" ungkap nya memperjelas pembicaraan sang ibu.

"Maksudnya mulai sekarang kamu jaga jarak dari Renata. Karena tidak baik untuk pernikahan mu dan Tasya. Dia pasti tidak akan suka bila mengetahui suaminya lebih mementingkan orang lain daripada dia. Mama perhatikan sejak kamu pergi dia hanya mengurung dirinya di dalam kamar," jelas Nyonya Tika yang secara diam-diam memperhatikan anak dan menantunya.

"Tapi Renata hanya sahabat Farrel, Ma. Bukan orang lain," jawab pemuda itu tidak senang mendengar mamanya berkata demikian.

"Mama juga tahu dia sahabat mu, tapi tidak ada persahabatan antara pria dan wanita yang benar-benar tulus, Nak. Pasti ada diantaranya memiliki perasaan lebih dari sekedar sahabat. Jadi untuk menjaga rumah tangga mu, kau harus menjauhi Renata. Kalau tidak maka suatu saat nanti akan menjadi bumerang dalam rumah tangga mu."

"Farrel mau pulang sekarang, Ma. Takutnya Tasya menunggu di rumah," ucap Farel langsung berdiri karena dia tidak bisa menerima bila disuruh menjauhi Renata Hanya dialah satu-satunya sahabat baik gadis itu. Jadi mana mungkin menjauhinya karena dia tahu bahwa Renata sangat membutuhkan bahunya sebagai sandaran. Seorang sahabat baik apa mungkin Farrel tega melakukan permintaan mamanya. Itulah yang pemuda itu pikirkan.

"Farrel, tapi Mama belum selesai berbicara. Kamu harus mendengarkan perkataan Mama jika tidak mau menyesal dikemudian hari, Nak" Nyonya Tika ikut berdiri untuk mencegah kepergian putranya.

"Lain kali kita bicarakan lagi ya, Ma. Sekarang Farrel mau pulang dulu karena Tasya itu takut bila sendirian," dusta pemuda tersebut yang sebenarnya ingin menghindari pembicaraan mereka.

"Tapi, Nak. Mama hanya ingin kamu---"

Cup!

"Mama tidak perlu khawatir karena Farrel bukan anak kecil lagi. Putra Mama ini tahu mana yang terbaik untuk rumah tangga kami," Farrel mengecup pipi wanita yang sudah melahirkannya 18 tahun lalu. Dia juga berpamitan pada papanya. Setelah itu pemuda tersebut pergi menuju rumahnya bersama sang istri.

Akan tetapi disaat mau memasuki kawasan perumahan GoldenEye. Farrel melihat mobil istrinya melaju kencang keluar dari arah rumah mereka. Gadis itu mengendarai mobilnya sangat kencang. Bagaikan seorang pembalap yang lagi bertarung di arena balap.

"Sepertinya itu mobil Tasya. Tapi masa sih membawa mobilnya seperti mau terbang. Ah, tidak mungkin lah. Pasti gadis bar-bar itu ada di rumah." Farrel kembali fokus pada jalanan yang ramai. Meskipun hatinya masih memikirkan mobil Ferrari berwarna pink yang sama persis dengan mobil istrinya.

"Berarti benar dia... " Gumam Farrel menggeleng kan kepalanya saat tiba di rumah tidak ada mobil sang istri. Bisa dipastikan mobil yang dia temui di jalan tadi adalah milik istrinya. Dengan langkah pelan Farrel membuka pintu dan masuk rumah, lalu dia kunci lagi. Setibanya di dalam kamar pemuda itu tidak langsung mandi, tapi dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang tempat tidur.

"Mama ada-ada saja, mana mungkin aku bisa menjauhi Renata. Di adalah sahabatku dan akan tetap seperti itu selamanya. Rena juga membutuhkan diriku sebagai teman curhatnya di saat bersedih." Farrel kembali mengingat nasehat mamanya lagi. Hari ini dia memang menghabiskan waktunya bersama sahabatnya yang lagi bersedih. Lama pemuda itu beristirahat. Hingga satu jam kemudian barulah dia mandi karena gerah dan perutnya pun terasa lapar minta di isi.

Selesai memakai baju kaos pendek berwarna navy dan celana jeans pendek, dia pun ke dapur untuk melihat apakah ada makanan yang bisa dia makan. Namun, mata Farrel melihat ada rantang berisi makanan di atas meja makan.

"Anastasya mau sampai kapan Elo bertingkah seperti ini?" keluh pemuda itu. Disaat Farrel mau mengambil piring, tiba-tiba ponsel disaku celananya bergetar.

"Ya, ada apa, Don? Gue lagi di rumah mau makan malam,"

Tanya Farrel begitu menerima telepon dari Doni sahabatnya.

"Rel, mau ke clubbing nggak? Sebelum bertempur menghadapi pertandingan dan juga ulangan minggu depan, lebih baik kita bersenang-senang dulu. Kiki sama Edo juga ikut, tapi mereka berdua belum datang. Ini sekarang gue baru aja sampai,"

"Enggak, gue cape mau istirahat. Jangan mabuk-mabukan, bro. Nanti ketahuan bokap kena hukum lagi,"

Tolak Farrel karena tubuhnya memang sangat lelah, karena setiap hari selalu sibuk hingga tidak memiliki banyak waktu untuk beristirahat. Namun, sebagai sahabat yang baik dia tidak lupa menasehati sahabatnya.

"Oke, kalau gitu Elo istirahat aja. Gue sama teman-teman mau masuk karena mereka sudah datang."

Doni langsung menutup teleponnya karena Edo dan Kiki sudah datang. Saat ini mereka lagi berdiri di depan Clubbing. Suara dentuman musik House terdengar menggema dari rungan tertutup tersebut.

Sedangkan Farrel melanjutkan niatnya untuk makan malam yang sudah telat. Namun, baru setengah makanan yang dia habiskan. Masuk notif pesan dari Kiki. Penasaran pemuda itu pun langsung membuka pesan tersebut. Matanya melotot lebar, bagaimana dia tidak kaget, video berdurasi satu menit itu menunjukkan istrinya tengah berjoget diantara puluhan laki-laki dan perempuan lainya.

"Rel, rugi elo nggak datang. Lihatlah si cantik Tasya lagi dugem. Gila tahu nggak, karena gue pikir dia akan menangis di rumah karena sudah dihukum oleh Pak Anjasmara. Nyatanya dia lagi bersenang-senang."

Bunyi pesan singkat dari Kiki yang langsung dibalas oleh Evans.

" Serlok, gue nyusul kalian sekarang juga."

Tanpa berpikir panjang Farrel langsung meninggalkan makanannya yang belum habis. Pemuda tersebut masuk ke kamar mengambil jaket beserta dompet dan kunci mobilnya. Dia sampai mengusap wajahnya kasar karena benar-benar tidak habis pikir kelakuan Anastasya yang semakin menjadi-jadi.

Begitu mendapatkan alamat tempat hiburan malam yang didatangi teman-temannya malam ini, Farrel langsung menancap gas mobilnya menuju tempat tersebut.

"Tasya... " seru pemuda itu memukul stir mobilnya. "Elo benar-benar ya pembuat masalah." keluhannya yang tertahan karena percuma saja marah bila gadis itu tidak ada. Kurang dua puluh menit, pemuda itu sudah tiba di tempat tujuan. Dia masuk setelah dengan langkah panjang.

"Rel!" Edo berdiri mendekati Farrel yang mencari keberadaannya. "Ayo ikut gue! Teman-teman kita ada di sebelah sana," ajaknya dan Evans langsung mengikuti Edo dari belakang. Namun, mata pemuda itu mencari-cari keberadaan istrinya.

"Elo kenapa langsung datang setelah gue bilang ada Tasya, Rel. Tadi gue ajak tidak mau datang. Tapi setelah Kiki mengirim video Princess Tasya Elo langsung minta di serlok," cibir Doni. Akan tetapi Farrel hanya diam dan ikut duduk bersama ke tiga sahabatnya.

"Bukan begitu, tadi gue pikir mama ada di rumah, tau-taunya lagi tidak ada. Makanya menyusul kalian," dusta Farrel. Padahal dia datang karena mengetahui istrinya ke tempat hiburan malam.

"Rel, lihatlah itu si bar-bar. Ternyata dia sangat pandai bergoyang. Gue rasa nih ya, dia sudah biasa datang ke tempat ini," kata Edo yang sejak tadi hanya duduk sambil melihat Anastasya dan yang lainya bergoyang hepi. Terkadang gadis cantik itu ikut bernyanyi dengan mengeluarkan seluruh suaranya. Dia berteriak sekeras-kerasnya untuk meluapkan isi hatinya yang tidak bisa dimengerti oleh siapapun.

"Tasya, Elo kenapa seperti cewek nakal gini sih."

Farrel mengepal tangannya erat ketika melihat ada dua orang laki-laki mendekati istrinya dan ikut berjoget di samping gadis itu.

"Sepertinya dia minum alkohol juga. Coba lihatlah Tasya bergoyang begitu hepi berbeda dengan Rista. Dia hanya--"

"Fuck!" umpat Farrel kesal karena laki-laki yang mendekati istrinya berusaha untuk melecehkan gadis itu. Membuat Farrel langsung berdiri pada saat itu juga dan mendekatinya.

"Sorry, gue nggak sengaja," ucap Evans menyenggol pria tersebut yang tidak berbeda jauh dengan usianya.

"Farrel, Elo ada disini juga?" tanya Tasya berhenti bergoyang. Dia seakan-akan salah melihat keberadaan suaminya.

"Ayo!" dengan paksaan Farrel menarik pergelangan tangan Tasya. Tidak perduli gadis itu memberontak sekalipun. Arista yang tidak mabuk ikut ke tepi dari lautan manusia yang terus bergoyang diiringi musik DJ tersebut.

"Rel, lepas! Elo apa-apaan sih," teriak Tasya karena jika tidak seperti itu mana bisa didengar suaranya yang kalah oleh suara musik.

"Ayo kita pulang!" ajak Farrel tanpa berbasa-basi. Pemuda itu bahkan acuh pada tatapan aneh teman-temannya karena melihat kedekatan dia dan Tasya. Soalnya jika di sekolahan, mereka berdua seperti orang bermusuhan atau terkesan tidak saling kenal.

... BERSAMBUNG... ...

Karena Posisi Kita Berbeda.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

...HAPPY READING......

.

.

"Gue lagi dimana? Kenapa sepertinya tidak asing ya?"

Batin Tasya mengedipkan matanya pelan. Dia mulai memperhatikan tempat di sekelilingnya. Tadi malam Tasya memang minum minuman beralkohol satu gelas, tapi karena tidak biasa membuatnya mabuk berat. Hingga di dalam perjalanan pulang bersama Farrel sudah membuatnya tidak sadarkan diri.

"Farrel!" seru gadis itu kaget dan langsung duduk seraya memegangi kepalanya yang masih terasa pusing. "Sedang apa Elo di sini?" tanyanya lagi.

"Mau sampai kapan Elo seperti ini, Sya? Apakah Lo nggak kasihan pada papa dan mama, bila mereka tahu putrinya ke Club malam, mabuk-mabukan dan dugem bersama para laki-laki?" cecar Farrel, padahal Tasya baru saja bangun.

"Kenapa gue harus memikirkan mereka? Sedangkan mereka juga tidak pernah memikirkan gue sebagai anaknya." Jawab Tasya jutek. Dia baru saja terbangun tapi Farrel yang sudah siap dengan seragam sekolahnya menasehati, seakan-akan sepenuhnya kesalahan Tasya. Pemuda itu bangun lebih awal karena mau sekolah. Berbeda dengan dirinya yang kena skor selama satu minggu.

"Tasya, papa dan mama itu mencari uang untuk, Elo. Untuk masa depan Elo sendiri. Apakah Lo tidak bisa menghargai perjuangan mereka dengan berprilaku yang baik? Jika tidak bisa membanggakan mereka, cukup menjadi gadis baik-baik dan bisa menjaga diri sendiri," seru Farrel karena menurutnya Tasya tadi malam sudah sangat keterlaluan. Bagaimana ada seorang gadis dugem dan mabuk-mabukan.

"Gue yang laki-laki saja tidak pernah mabuk-mabukan seperti yang Elo lakuin. Apalagi dugem bersama orang-orang itu, seperti wanita murahan," ungkapnya jujur. Soalnya meskipun ke club malam, Farrel hanya nongkrong bersama teman-temannya sambil mendengarkan musik yang dimainkan oleh DJ, hanya sebatas itu saja tidak lebih.

"Ya itu sih salah Elo sendiri yang tidak mau mabuk-mabukan. Tidak ada yang melarangnya juga, kan," jawab Tasya acuh. Perkataan Farrel yang menyamakan dirinya dengan wanita murahan membuatnya emosi. "Oya, jika soal nyokap yang sibuk bekerja keras mencari uang dan meninggalkan putrinya berhari-hari, gue tidak pernah meminta mereka melakukannya, Rel. Gue bukan hanya membutuhkan uang, tapi juga keluarga yang hangat. Gue bosan setiap hari ditemani pelayan. Sedangkan mereka sibuk, hampir tidak memiliki waktu untuk gue. Elo nggak pernah tahu bagaimana rasanya berada di posisi gue, jadi jangan sok menasehati," lanjutnya sambil turun dari atas tempat tidur Farrel karena tadi malam dia dibawa ke sana, bukan kamarnya sendiri yang berada di lantai atas.

"Elo menasehati gue karena posisi kita berbeda. Tapi terima kasih sudah membawa gue pulang," Farrel tidak bisa berkata-kata lagi. Dia hanya menatap punggung Tasya yang hilang dibalik pintu kamar. Gadis itu kembali ke kamarnya sendiri dengan hati yang kesal.

"Apakah karena hal itu Elo selalu mencari keributan? Karena ingin diperhatikan oleh papa dan mama." tebak pemuda itu berbicara sendiri. Dia mulai memikirkan tentang perkataan istrinya barusan karena memang selama beberapa bulan mereka menikah, Tasya sangat tertutup padanya.

Tidak ingin terlambat datang ke sekolah, pemuda itupun sambil menyiapkan tas sekolahnya. Hari ini sudah pasti Farrel harus mencari alasan untuk menjelaskan pada Edo, Kiki dan Doni, tentang siapa Tasya sebenarnya. Sebab jika tidak memiliki hubungan kenapa juga dia bersusah-payah membawa gadis itu pulang dalam keadaan mabuk. Itu sudah terpikirkan olehnya. Dan tidak mungkin dia bisa menghindar.

"Gue berangkat sekolah dulu. Jangan kemana-mana nanti gue akan usahakan cepat pulang. Di meja makan ada susu dan roti bakar untuk sarapan Elo pagi ini. Jika ingin membeli sesuatu ambil uang di laci samping tempat tidur gue ya. Itu sebetulnya uang untuk Elo, tapi tadi Lo buru-buru pergi, jadinya gue lupa memberikannya" 

Farrel menulis pesan singkat untuk Tasya yang saat ini lagi menangis di dalam kamarnya. Karena Tasya melihat postingan kakak kembarnya yang lagi bersama orang tua mereka. Tampaknya kedua orang tua gadis itu kembali mengunjungi saudari kembarnya di luar negeri. Hal yang membuat Tasya merasa bahwa dia adalah anak yang tidak diinginkan.

Setelah menuliskan pesan singkat tersebut, Farrel pergi sekolah mengunakan kendaraan roda duanya. Hari ini dia berangkat mengunakan motor. Disaat dia sampai dan berhenti di parkiran sekolah, ke tiga sahabatnya sudah datang dan lagi menunggunya.

"Kenapa menatap gue horor banget. Jika kalian ingin tahu tentang Tasya nanti gue jelasin setelah jam istirahat," ucap Farrel lebih dulu.

"Lama benar, Rel? Biasanya Elo selalu datang lebih awal?" sindir Kiki yang duduk di atas kap depan mobilnya.

"Tadi gue ada sedikit urusan. Kenapa kalian bertiga malah berdiri di sini, kenapa tidak masuk? Bukankah waktu bel berbunyi tinggal sepuluh menit lagi," tanya Farrel meskipun dia sudah tahu jawabannya.

"Kita-kita lagi nungguin Elo, Rel" jawab Edo singkat dan padat. "Kami penasaran tadi malam Elo membawa Tasya pergi kemana lagi? Dan sebetulnya ada hubungan apa diantara kalian berdua?" mendengar pertanyaan Edo, membuat Farrel yang hendak melangkah menaiki tangga langsung berhenti ditempatnya berdiri. Karena posisi SMK Prasasti memang berada di atas dataran tinggi. Sedangkan parkiran berada di bawahnya yang sejajar dengan jalan raya.

"Farrel, please! Jujur sama kita bertiga. Kita bersahabat kan, jadi apa salahnya berkata jujur. Apakah Elo dan Tasya berpacaran?" tebak Kiki. Sebab tingkah aneh Farrel saat ada Tasya itu sangat terlihat jelas. Keduanya seperti memiliki rahasia dan tidak jarang sama-sama bertingkah aneh.

"Rel, jujur aja, Elo dan Tasya memiliki hubungan khusus kan selain teman satu sekolahan? Karena tidak mungkin Elo repot-repot datang ke Club malam jika hanya untuk membawanya pulang," desak Edo lagi penuh tuntutan. Ke tiga pemuda itu mendesak Farrel silih berganti.

"Hubungan apa maksud kalian? Dia bukan kekasih gue," jawab Farrel yang menyangkal karena mereka memang tidak berpacaran. Pernikahan terjadi karena Farrel dan Anastasya sudah dijodohkan sejak masih bayi. Tepatnya empat bulan lalu sebelum kakeknya meninggal dunia, mereka berdua dinikahkan secara tertutup tidak banyak yang tahu kecuali orang-orang tertentu. Salah satunya adalah kepala sekolah mereka.

"Bohong! Kami tidak percaya, Rel. Jika bukan pasangan kekasih, maka kalian pasti memiliki hubungan persaudaraan. Soalnya saat weekend kemaren gue juga pernah melihat Tasya turun dari mobil, Elo," timpal Edo yang kekeh bahwa Farrel lagi membohongi mereka.

"Dimana?" wajah Farrel terlihat kaget.

"Jadi benar itu adalah Elo, Rel," Edo tersenyum kecut karena dia juga memiliki perasaan suka pada Tasya. "Sebetulnya waktu itu gue ada di kafe tempat kita sering nongkrong bersama. Hari itu Gue lagi nemenin Messi. Dan tidak lama setelahnya gue melihat Tasya turun dari mobil Lo, Rel. Untuk memastikan gue langsung mengirim Elo pesan dan bertanya lagi di mana. Elo menjawab lagi di luar, kan?"

"Mobil yang sama seperti mobil gue ada banyak, Do. Mungkin itu orang lain, Elo yang salah menduganya," kata Farrel yang sudah kembali terlihat santai.

... BERSAMBUNG... ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!