Pagi yang cerah dan hembusan angin yang yang memberikan kehangatan. Seorang gadis yang masih tertidur pulas padahal ini sudah menjelang siang.
Tok..Tok..Tok..
"Lia," Panggil Mama Nata yang terus mengetuk pintu namun tidak ada yang menyahut. Mama Nata pun langsung membuka pintu dan melihat Lia yang masih tertidur. Dia hanya menggelengkan kepalanya ketika melihat putrinya. Dan terlintas di pikirannya akan mengerjai anaknya. Siapa suruh belum bangun. Anak gadis kok suka bangun kesiangan. Mau jadi apa dia.
Byurr...Byurr...Byurr...
"Mama.. Banjir Mah. Talongin Lia, Mah." Ucap Lia yang kesadarannya belum stabil. Mama Nata yang sudah menyiram air ke wajah Lia.
"Mama udah nolongin kamu. Mama di sini Lia." Teriak Mama Nata sambil menahan tawa. Lia pun membuka matanya dan melihat Mamanya yang sudah memegang timbah di tangannya. Ternyata Mamanya yang menyiramnya dengan air. Kirain banjir pikirnya.
"Ih Mama kok tegah banget sih nyiram muka Lia. Padahal tadik Lia mimpi indah tau." Ucap Lia dengan kesal.
"Siapa suruh jam segini belum bangun. Kamu ini kebiasaan bangun kesiangan. Nanti kamu dapat jodoh kakek-kakek, Mau?." Omel Mama Nata. Lia pun hanya nyengir bagai kuda.
"Amit-amit. Mah, Lia masih ngantuk. Lagian Lia ngak ada kegiatan juga hari ini" Ucap Lia.
"Ngak ada alasan! Kamu ini kalau di bilangin selalu ngeyel." Ucap Mama Nata yang sudah pusing dengan sikap Lia. Gini nih. Ini semua karena Papanya yang selalu manjaiin Lia.
"Sekarang kamu bangun dan bantuin Mama di dapur." Sambung Mama Nata. Lia pun mengangguk dan langsung masuk ke kamar mandi dari pada Mamanya terus mengomel.
Setelah acara bersih-bersih dan membantu Mamanya di dapur. Mereka pun sarapan bersama.
"Mah, Pah. Lia mau ngomong sesuatu." Ucap Lia
"Mau ngomong apa sayang?" Tanya Papa Gani. Dia adalah Papanya Lia.
"Lia mau kerja boleh ngak?" Tanya Lia yang meminta persetujuan Mama Papanya.
"Boleh. Kamu jaga butik Mama aja. Sekalian kamu bantu Mama. Iya kan Mah?" Mama Nata pun mengangguk setuju dengan ucapan Papa Gani.
"Iya sayang. Betul tuh kata Papa kamu." Ucap Mama Nata.
"Aduh Mah, Pah. Lia tuh maunya cari kerja sendiri." Ucap Lia yang tidak setuju.
"Papa ngak ngijinin kamu kerja di tempat lain." Ucap Papa Gani final. Kalau Papa sudah bicara Lia tidak bisa berkutik lagi.
"Yaudah iya Pah." Ucap Lia dan melanjutkan memakan makanannya.
"Mah, sebentar malam teman Papa mau datang dengan anaknya." Ucap Papa Gani
"Siapa Mas? Pak Frans dan anaknya Lian?" Tanya Mama Nata. Papa Gani pun mengangguk tersenyum
"Iya Mah." Ucap Papa Gani. Mama Nata pun mengangguk setuju. Lia yang mendengar itu hanya acuh tak acuh sambil memakan makanannya.
"Ya sudah Papa ke kantor dulu, Ya." Pamit Papa Gani.
"Hati-hati Mas." Ucap Mama Nata. Papa Gani pun menghampiri putri semata wayangnya dan mencium Lia.
"Hati-hati ya, Pah." Ucap Lia. Papa Gani pun tersenyum.
"Iya sayang."
Sebelum melangkah pergi Lia pun mengatakan sesuatu ke Papanya.
"Pah, Jaga mata jaga hati untuk Mama ya. Sekarang musim pelakor." Pesan Lia. Papa Gani yang mendengar itu pun tersenyum.
"Pasti dong. Mama kamu selalu di hati dan ngak terganti." Ucap Papa Gani. Mama Nata yang mendengar itu langsung salting.
"Cie..Cie...Ternyata Mama bisa salah tingkah juga." Ejek Lia.
"Apaan sih, biasa aja. Cepat makan dan kita langsung ke butik." Ucap Mama Nata dan berlalu pergi. Lia pun tersenyum puas.
Drttt..Drtt..Drtt...
Ponsel Lia berbunyi dan melihat siapa yang menelpon. 'Leo' pacarnya Lia. Dan buru-buru Lia pun mengangkatnya.
"Good Morning sayang." Ucap Leo
"Morning sayang." Jawab Lia
"Sebentar kamu sibuk sayang? Kalau ngak kita jalan yuk." Ajak Leo.
"Hmm gimana ya. Hari ini aku mau ke butik sama Mama sayang. Setelah pulang butik aja gimana?"
"Ok. Nanti kita ketemu di cafe biasa ya."
"Iya sayang. See you
"Me too."
Tut..Tut..Tut...
Lia pun mematikan telponnya.
...****************...
Lia dan Mamanya sudah sampai di butik. Tidak berada jauh dari rumah. Sekitar 15 menit udah sampe.
Butik
"Lia sebentar malam kamu jangan kemana-mana. Kamu harus dandan yang cantik ok." Ucap Mama. Lia pun merasa bingung dengan ucapan Mamanya.
"Memangnya ada acara apa sampai Lia harus dandan segala." Ucap Lia
"Sebentar malam teman Papa mau datang." Ucap Mama Nata.
"Terus apa hubungannya dengan Lia Mah. Itukan teman Papa. Mana harus dandan segala lagi. Lia ngak mau." Ucap Lia
"Ngak ada penolakan!" Tegas Mama Nata.
"Tapi Mah." Ucap Lia yang merasa kesal dengan Mamanya.
"Ngak ada tapi-tapian." Lia mendengar itu hanya pasrah. Ya karena tidak ada pilihan lain. Dia hanya mengangguk menuruti perkataan Mamanya.
Tak terasa sudah sore. Lia pun keluar sebentar untuk menemui Leo. Sesampai di Cafe Lia pun langsung menghampiri Leo dan duduk di sampingnya.
"Happy Anniversary sayang yang ke 1 tahun." Ucap Leo sambil memberikan hadiah ke Lia.
"Kamu ingat?" Tanya Lia yang terharu. Ternyata Leo ingat tanggal jadian mereka.
"Iya dong sayang. Masa aku lupa hari bahagia kita. "Ucap Leo. Tanpa terasa air mata Lia terjatuh. Air mata kebahagiaan. Leo pun langsung menghapus air mata Lia. Dan tersenyum.
"Aku ngak mau liat kamu menangis." Ucap Leo. Lia pun mengangguk dan memeluk Leo.
"Di buka dong kadonya." Ucap Leo. Lia pun membuka kadonya. 'Cincin'. Lia yang melihat itu langsung menatap Leo.
"Ini adalah bukti keseriusan aku sama kamu sayang. Kamu mau kan menikah sama aku?" Tanya Leo. Lia pun mengangguk
"Iya. Aku mau." Ucap Lia tersenyum.
"Makasih sayang." Ucap Leo kemudian mencium tangan Lia.
Karena asik mengobrol Lia sampai lupa waktu kalau ini sudah malam.
Drtt....Drtt...Drtt..
Ponsel Lia berbunyi dan melihat siapa yang menelpon 'Mama'. Astaga dia langsung memukul jidatnya. Dia lupa kalau Mamanya melarangnya untuk tidak kemana-mana.
"Siapa sayang?" Tanya Leo
"Mama." Ucap Lia. Leo pun mengangguk mengerti. Buru-buru Lia langsung mengangkat telponnya
"Halo, Ma-," belum sempat Lia bicara Mama Nata sudah mengomel.
"Lia kamu dimana? Mama kan tadik udah bilang sama kamu jangan kemana-mana."
"Lia lagi di cafe, Mah." Ucap Lia
"Pulang sekarang!"
"Iy-a,"
Tutt ....Tutt...Tutt.
Mama Nata yang langsung mematikan telponnya sebelum Lia melanjutkan ucapannya.
"Kenapa sayang?" Tanya Leo.
"Mama nyuruh aku pulang." Ucap Lia. Leo mengangguk mengerti.
"Ya sudah kamu pulang gih. Ini juga sudah malam sayang. Aku antar ya." Ucap Leo
"Ngak usah sayang. Aku kan pake mobil." Ucap Lia.
"Aku tetap anterin kamu sampai rumah. Aku harus pastiin kamu sampai di rumah dengan selamat." Lia pun tersenyum dan mengangguk setuju.
Setelah menempuh perjalanan sekitar kurang lebih 20 menit Lia pun sampai di rumah.
Cklek...
Lia pun langsung membuka pintu dan kaget melihat siapa yang menunggunya.
"Astaghfirullah, Mama bikin kaget aja." Ucap Lia.
"Kirain tadik han-". Sebelum melanjutkan perkataannya Mama Nata langsung bicara.
"Hantu? Kamu mau ngatain kalau mama hantu? Mau jadi anak durhaka kamu?" Ucap Mama Nata kesal
"E-h ngak kok, Mah. Orang Lia belum selesai bicara Mama udah nyerocos aja." Ucap Lia dengan senyumannya.
"Bukan hantu, Mah. Tadik Lia mau bilang Handuk."Sambung Lia. Eits Lia pun sadar dengan ucapannya dan menepuk jidatnya 'Bodoh' Masa iya handuk bisa berdiri pikirnya. Mendengar itu Mama Nata hanya menggelengkan kepalanya karena pusing.
"Ngak usah banyak alasan! Sekarang kamu mandi dan siap-siap. Sebentar lagi teman Papa sampai." Ucap Mama Nata.
"Siap Mah." Ucap Lia yang berlalu pergi ke kamarnya
Sekitar pukul 19:30 teman bisnis Papanya datang.
"Frans?" Ucap Papa Gani yang langsung memeluk temannya. Sudah lama mereka tidak bertemu. Karena Frans menetap di Amerika bersama anak dan istrinya. Dan setelah 5 tahun Frans baru pulang ke Indonesia. Papa Gani pun langsung mengundangnya untuk makan malam.
"Kamu awet mudah ya." Puji Papa Gani. Frans pun tersenyum dan membalas pelukan temannya.
"Kamu bisa aja. Oiya kenalin ini anak aku Lian dan Istri aku Sinta." Ucap Frans.
Lian pun menyalimi Mama Nata dan Papa Gani. Dalam hati Mama Nata mengatakan 'Ganteng banget. Cocok ni ama anak gue' sambil tersenyum.
"Ayo silahkan masuk." Ucap Mama Nata. Semua pun langsung masuk menuju ke ruang tamu.
"Ngomong-ngomong kamu punya anak perempuan yang selalu kamu ceritain. Dimana dia?" Tanya Frans yang mencari keberadaan seseorang. Papa Gani pun tersenyum dan menatap istrinya.
"Lia." Panggil Mama Nata. Lia pun turun menuruni anak tangga. Semua mata tertuju padanya 'Sangat Cantik' . Mereka semua merasa kagum dengan kecantikan Lia
"Dia sangat cantik. Mirip seperti Mamanya" Ucap Sinta. Mama Nata pun tersenyum. Sinta pun menatap suaminya seolah ada sesuatu dan tersenyum penuh arti.
"Sini sayang." Panggil Mama Nata. Lia pun mendekat dan menyalimi Frans dan Sinta. Lia yang tidak fokus karena mau BAB (Buang air besar)dia pun tidak menyadari kalau masih ada satu orang di dekat teman papanya. Lian yang melihat Lia pun merasa terpesona dengan kecantikannya tanpa berkedip.
"Kamu sangat cantik sayang." Puji Sinta.
"Makasih Tante." Ucap Lia tersenyum. Lia yang terus memegangi perutnya karena sudah tidak tahan ingin buang air besar.
"Mah, Lia ke WC dulu ya sebentar." izin Lia. Mama Nata pun mengangguk. Lia pun berlalu pergi ke WC.
"Gimana kalau kita jodohin Lia dan Lian." Ucap Frans. Papa Gani pun tersenyum setuju. Anaknya Lia juga umurnya sudah 23 tahun. Umur yang pas untuk menikah.
"Bagaimana, Mah?" Tanya Papa Gani.
"Mama setuju. Tapi bagaimana dengan anak-anak, Mas?" Ucap Mama Nata.
"Lian." Papa Frans memanggil Lian seolah meminta pendapat. Merasa aneh dengan anaknya, masa iya sampai sekarang dia ngak pernah ngenalin perempuan ke orangtuanya. Dan kata teman-temannya Lian ngak pernah mau dekat dengan perempuan.
"Lian setuju." Ucap Lian. Sinta dan Frans menatap Lian tak percaya anaknya setuju. Dia pun tersenyum bahagia.
"Tapi, bagaimana dengan Lia ?" Tanya Sinta.
"Kalau soal itu mah gampang. Lia juga pasti setuju. Iya kan, Pah." Ucap Mama Nata. Papa Gani pun mengangguk tersenyum.
"Jadi?" Tanya Papa Frans
"Semakin cepat semakin lebih baik." Ucap Papa Gani. Mama Nata pun mengangguk setuju. Ya semoga deh setelah menikah, sikap anaknya bisa lebih dewasa lagi.
"Sebelum aku berangkat ke Amerika. Mereka sudah harus menikah bulan depan." Ucap Papa Frans. Mendengar itu Mama Nata merasa sedih dan bertanya.
"Apakah setelah menikah Lia akan ke Amerika?" Tanya Mama Nata. Dia belum siap berpisah jauh dari anak semata wayangnya.
"Ngak Kok Tante. Setelah menikah Lian menetap di indonesia dan meneruskan usaha Papa di sini." Ucap Lian tersenyum. Mama Nata pun mengangguk setuju dan legah setelah mendengar perkataan Lian.
"Kita makan dulu yuk." Ucap Mama Nata yang mempersilahkan mereka menuju ke meja makan.
"Dimana Lia?" Tanya Papa Gani. Mama Nata pun baru sadar kalau Lia belum datang setelah meminta ijin ke WC. Anak itu bener-bener ya.
"Tunggu Mama cek dulu ya." Ucap Mama Nata dan berlalu pergi ke kamar Lia.
Cklek....
Mama Nata langsung membuka pintu kamar Lia. Mama Nata pun menghampiri Lia. Ternyata dia asik baring.
"Lia." Panggil Mama Nata.
"Kenapa ,Mah?" Tanya Lia dengan muka polosnya.
"Pake nanya lagi. Dari tadik Mama tungguin ternyata kamu asik tidur. Papa nyariin kamu di bawah." Omel Mama Nata.
"Perut Lia sakit, Mah. Kayak ada cacing di perut Lia." Ucap Lia sambil nyengir bagai kuda. Mama Nata memutar bolanya malas.
"Ya sudah kalau begitu. Kamu istirahat dulu. Kalau udah baikan nanti kamu turun ke bawah. Mama Papa mau bicara." Ucap Mama Nata dan berlalu. Lia pun berpikir Mama Papanya mau bicara apa? Ah sudah lah nanti aja di pikirin.
Meja Makan
"Lia lagi sakit perut katanya." Ucap Mama Nata. Papa Gani mengangguk dan berpikir ini pasti alasan Lia aja karena ngak mau turun. Dia sangat mengenal tabiat putrinya.
"Semoga Lia cepat sembuh ya." Ucap Mama Sinta
"Aamiin." Ucap Mama Nata
Setelah acara makan malam, Frans ,Sinta dan Lian berpamitan untuk pulang.
"Kami pamit pulang dulu." Ucap Frans sambil memeluk Papa Gani dan dia pun membalas pelukannya.
"Hati-hati bro." Ucap Papa Gani.
"Makasih ya jeng." Ucap Sinta. Mama Nata pun mengangguk tersenyum dan memeluk Sinta yang sebentar lagi akan menjadi besannya. Setelah itu Lian pun menyalimi kedua orangtua Lia.
...****************...
Setelah kepergian mereka. Mama Nata pun memanggil Lia untuk turun ke ruang keluarga.
"Lia." Panggil Mama Nata. Lia pun turun setelah mendengar Mamanya.
"Iya, kenapa Mah?" Tanya Lia.
"Mama sama Papa udah jodohin kamu." Ucap Mama Nata. Lia mendengar itupun tidak terimah dengan keputusan orangtuanya.
"Apa? Di jodohin? Sama siapa?" Tanya Lia dengan kesal
"Laki-laki tadik yang datang ke rumah." Ucap Mama Nata. Lia pun kaget mendengar ucapan Mamanya. Pasalnya tadik Lia cuman liat satu laki-laki . Ya walaupun masih agak tampan tapi udah tua.
"Pokoknya Lia ngak mau di jodohin, Mah!Apalagi sama bapak-bapak." Ucap Lia kesal sambil menghentak-hentakkan kakinya seperti anak kecil.
"Siapa juga sih yang mau jodohin kamu sama bapak-bapak." Ucap Mama Renata yang sudah pusing dengan sikap anaknya. Sering di panggil Mama Nata.
"Terus yang tadik itu apa kalau bukan bapak-bapak. Lia ngak buta. Mama kok tega banget sih sama anak sendiri."
"Ya ampun Lia kamu salah paham sayang. Bukan dia yang mama maksud. Yang tadik itu bapaknya. Kamu ngak liat kalau anaknya ada di sana tadik? ." Ucap Mama Nata.
"Mau dia bapaknya, anaknya, sepupunya. Lia ngak peduli, Mah. Pokoknya liat ngak mau di jodohin. Lia punya pacar dan Lia juga masih belum siap menikah. Titik!"
"Lia. Apa begini caramu bicara dengan orangtua?" Bentak Papa Gani. Lia pun menunduk sedih dan berlari ke kamarnya.
KeEsokan harinya Lia ngak pernah keluar dari kamarnya karena kejadian tadik malam.
"Mah, Lia ngak turun sarapan?" Tanya Papa Gani. Mama Nata pun menggelengkan kepalanya.
"Tidak, Pah. Mungkin masih marah. Udah biarin aja dulu. Nanti juga baikan. Papa jangan terlalu memanjakan dia. Liat kan akibatnya sekarang." Ucap Mama Nata. Papa Gani hanya terdiam dan melanjutkan memakan makanannya. Setelah makan Papa Gani pun pamit ke kantor.
"Mah, Papa ke kantor dulu ya." Ucap Papa Gani dan memeluk dan mencium kening istrinya sebelum ke kantor.
"Iya, Pah. Hati-hati."
Kamar
"Mama sama Papa udah ngak sayang lagi sama Lia. Masa mereka ngak ada bujukin Lia sih." Omel Lia. Tau ah hari ini moodnya lagi ngak bagus. Dia pun memutuskan untuk keluar berbelanja. Lia pun berjalan keluar dari kamarnya.
"Kamu mau kemana Lia?" Tanya Mama Nata yang milihat Lia.
"Supermarket beli cemilan." Ucap Lia
"Kamu masih marah sama Mama, Papa?" Tanya Mama Nata. Lia pun cemberut
"Iya, Lia masih marah. Papa sama Mama udah ngak sayang lagi sama Lia." Ucap Lia
"Kenapa kamu bilang begitu sayang. Mama Papa sangat sayang sama kamu." Ucap Mama Nata.
"Kalau Mama Papa sayang sama Lia. Kalian ngak akan jodohin Lia. Pliase Mah Lia juga punya pilihan sendiri." Ucap Lia.
"Mama Papa lakuin ini demi kebahagiaan kamu sayang. "Ucap Mama Nata.
"Lia pergi dulu." Ucap Lia yang menyalimi Mamanya dan berjalan pergi. Mama Nata hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap anaknya yang keras kepala.
Tidak butuh waktu lama sekitar 10 menit Lia pun sampai
Supermarket
Brukk...
Lia yang menabrak seseorang di depan pintu saat ingin masuk ke supermarket.
"Hati-hati dong kalau jalan." Ucap Lia yang kesal dan melihat laki-laki di depannya 'Lumayan ganteng juga ni cowok' pikirnya. Astagfirullah Lia- Lia, ingat loh punya pacar woi. Ucap Lia dalam hati.
Dan ternyata yang di tabraknya adalah Lian. Laki-laki pilihan Orangtuanya tapi Lia tidak mengenalnya karena kemarin dia tidak melihat Lian saat berada di rumahnya karena kebelet buang air besar.
Lian yang melihat siapa yang menabraknya dan seketika dia sadar kalau itu adalah Lia. Perempuan yang akan di jodohkan dengannya. Lian pun tersenyum. Lia yang heran melihat laki-laki di hadapannya, bukanya minta maaf malah senyam-senyum.
"Woi, Om. Bukannya minta maaf malah senyam-senyum sendiri. Om ngak pernah liat perempuan cantik seperti saya?" Ucap Lia yang menyadarkan lamunan Lian. Tunggu apa katanya 'Om' yang bener aja dia masih mudah tau.
"Kamu yang nabrak saya. Seharusnya kamu yang minta maaf. Oiya jangan panggil saya Om. Saya ini masih mudah." Ucap Lian merasa kesal.
"Ih ngak ya. Om yang tadik nabrak Lia. Ih udah salah banyak bicara lagi." Ucap Lia ngak mau kalah. Lian pun menggelengkan kepalanya 'Dasar cewek ngak pernah mau salah'. Lian pun menurunkan egonya ya walaupun dia ngak salah dia tetap minta maaf.
"Yaudah iya, aku minta maaf ya. Puas kan sekarang." Ucap Lian tersenyum.
"Gitu dong dari tadik." Ucap Lia yang berlalu pergi. Lian tersenyum dengan tingkah Lia. 'Lucu' pikirnya. Karena Lian ada kerjaan dia tidak sempat bicara dengan Lia dan buru-buru pergi dan berjalan ke mobilnya.
...****************...
Malam harinya Papa Gani memanggil Lia untuk ke ruang tamu dan Lia yang di panggil Papanya langsung turun.
"Lia sini sayang." Panggil Papa Gani yang menyuruh Lia duduk di sampingnya. Lia pun mengangguk dan berjalan ke Papanya.
"Maafin Papa ya. Papa ngak sengaja bentak kamu kemarin." Ucap Papa Gani yang merasa bersalah dengan putrinya. Pasalnya dia tidak pernah meninggikan suaranya ketika berbicara dengan anaknya.
"Papa ngak salah kok. Lia juga salah karena udah bersikap ngak sopan sama Mama dan Papa." Ucap Lia merasa bersalah.
"Lia minta maaf ya, Mah. Karena sikap Lia kemarin malam." Sambung Lia yang meminta maaf kepada Mamanya. Mama Nata pun mengangguk tersenyum.
"Iya sayang. Mama udah maafin kamu sebelum kamu minta maaf. Mama tahu, kamu marah karena belum bisa nerimah keputusan Mama Papa. Tapi sayang, kami lakuin ini juga demi kebaikan dan kebahagiaan kamu. Mama Papa ngak mungkin milih calon suami untuk kamu tanpa kami tahu latar belakang keluarganya." Ucap Mama Nata.
"Betul kata Mama sayang. Justru karena kita sayang sama kamu. Mama Papa mau yang terbaik untuk Lia." Ucap Papa Gani. Lia pun menunduk.
"Pah, Mah. Lia ngerti. Tapi untuk sekarang Lia belum siap untuk menikah. Dan Lia juga udah punya pacar. Laki-laki pilihan Lia." Ucap Lia.
"Pacar yang sering anterin kamu hanya sampai depan rumah?" Tanya Papa Gani. Lia pun mengangguk iya.
"Apakah kamu yakin dia serius sama kamu sayang?" Tanya Papa Gani. Lia sekali lagi mengangguk.
"Lia sayang kalau memang dia serius sama kamu. Dia akan nemuin Papa sama Mama." Ucap Papa Gani.
"Betul apa kata Papa sayang. Laki-laki kalau serius dia pasti udah dateng ke rumah dan nemuin Mama sama Papa. Kalau cuman modal bicara doang semua orang juga bisa Lia." Ucap Mama Nata. Lia pun mencoba memahami apapun yang di katakan orangtuanya dan menyadari semua yang di katakan orangtuanya itu semua betul.
"Oke Mah, Pah. Lia setuju." Ucap Lia. Mama Papanya senang dengan keputusan anaknya.
"Lia belum selesai bicara. Lia setuju setelah Lia bertemu dengan laki-laki yang akan di jodohkan dengan Lia." Sambung Lia. Mama Papanya pun mengangguk setuju.
"Eits bukannya kemarin kamu udah liat. Mereka kan kemarin datang ke rumah sayang." Ucap Mama Nata heran.
"Kemarin Lia ngak liat dia, Mah. Lia sampai gagal fokus karena mau buat air besar dan buru-buru ke toilet." Mama Nata pun mengangguk.
Lia pun memeluk Mama dan Papanya.
"Lia sayang sama kalian".
"Kami juga lebih menyayangi kamu sayang." Ucap Mama Nata dan Papa Gani dan membalas pelukan Lia.
"Mah, Pah ke kamar dulu ya. Udah ngantuk." Pamit Lia. Mama Nata dan Papa Gani mengangguk.
Setelah kepergian Lia. Mama Nata pun menelpon Sinta. Mamanya Lian.
Drttt..Drtt....Drtt...
"Hallo jeng." Ucap Mama Nata
"Iya jeng."
"Aku ada kabar gembira buat kamu. Lia udah setuju menikah dengan Lian."
"Wah, itu kabar yang sangat baik. Jadi bagaimana?"
"Apakah Lian ada waktu besok?" Tanya Mama Nata.
"Kenapa jeng?"
"Lia mau ketemu sama Lian untuk saling mengenal. Karena kemarin mereka ngak sempat bicara." Ucap Mama Nata.
"Ok jeng . Itu mah gampang. Nanti aku kabari lagi.
"Iya jeng. Bye."
"Bye"
Tut...Tutt..Tutt...
"Bagaimana, Mah?" Tanya Papa Gani.
"Sinta setuju. Katanya nanti dia kabarin Mama." Ucap Mama Nata . Papa Gani pun mengangguk.
"Mah." Panggil Papa Gani tersenyum penuh arti.
"Iya, Pah. Kenapa?" Tanya Mama Nata. Melihat suaminya yang seperti ini pasti ada maunya.
"Ngak papa. Cuman manggil aja kok. Masa ngak boleh." Ucap Papa Gani. Mama Nata hanya memutar bolanya malas. Kirain kenapa . Romantis kek atau apa.
"Cie..cie. Mama pikir tadik Papa mau itu ya." Goda Papa Gani.
" Ih apaannya sih." Ucap Mama Nata yang berjalan pergi. Papa Gani tersenyum puas setelah menggoda istrinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!