Aku adalah aku.
Sena yang lugu sudah berakhir.
"JLEB!"
"Gimana? Sakit gak?" Tanya dia.
"..."
"Kenapa nggak bicara? Kau bisu ya?" Tanya dia.
"CTAK!"
Darah mengalir deras dari kepalaku.
Mataku mulai kehilangan penglihatan.
Seharusnya aku merasakan sakit.
Tapi...
Kenapa aku tak merasakan apa2?
Apa otakku sudah pecah sehingga tak merasakan apa2 lagi?
Atau...
Ah...
Jadi begitu ya?
Rohku sudah lepas dari tubuh.
Menyedihkan sekali ya?
Iya.
Menyedihkan.
Bisa2nya aku tumbuh jadi cewe cengeng yang lemah dan lembek!
Bahkan di saat nyawaku terancam, aku tak bisa bertarung!
Mengingat caraku melarikan diri, rasanya diri ini tak begitu beda dengan tikus kecil yang pengecut ya?
Memalukan!
Aku menanti.
Terus menanti.
Seharusnya rohku diterima di alam yang selanjutnya, tapi kenapa aku masih terjebak di dunia ini?
Apa ada sesuatu yang kulewatkan?
"Kau tak bisa masuk." Ucap penjaga gerbang.
"Kenapa? Aku tak punya alasan lagi di sini. Kenapa kalian tak mau menerimaku?" Tanyaku.
"Kau yakin tak punya alasan sama sekali?" Tanya penjaga gerbang.
"Tentu saja aku yakin!" Ucapku.
"Gimana ya? Rohmu nggak bilang gitu tuh? Bersihkan dulu rohmu, tuntaskan apa yang belum selesai, lalu kami akan menjemputmu!" Ucap dewa kematian.
"Tuntaskan yang belum selesai? Bagaimana mungkin saya bisa menyelesaikannya dengan bergentayangan di dunia ini? Jangan bilang anda ingin saya jadi hantu!" Ucapku.
"Memangnya siapa yang bilang tetep jadi hantu? Kami memberimu kesempatan membalaskan dendammu. Ini adalah sisa waktumu. Gunakanlah dengan bijak!" Ucap dewa kematian.
Masih nama yang sama dan di tubuh yang sama.
Tempat di mana aku dibunuh oleh psikopat itu sudah sepi.
Benar2 sepi dan senyap!
Hanya ada lumuran darah yang mulai mengering, bau amis di sekujur tubuh, dan tumpukan mayat di sekitarku.
Gila!
Saking lemahnya aku, bisa2nya aku tertangkap psikopat gila itu!
Apa ini tugas yang belum terselesaikan?
Tapi apa cuma ini?
Ah sial!
Nanti kupikirkan lagi setelah bersihkan tubuhku dulu!
Nggak bagus keluar dengan lumuran darah begini!
Nggak ada toilet umum tah di dekat sini?
Parah!
Kumuh banget!
Apa nggak ada tempat yang bagus tah selain ngebunuh orang di sini?
Sumpah deh!
Baru aja bangkit dari kematian udah dibikin jengkel aja!
ARGH!
Awas aja ya!
Di kehidupan kali ini, gw pastiin bisa temenan sama psikopat gila ini!
"JBYUR! BYUR!"
"Ah! Segarnya!" Gumamku.
"Memang ya? Mandi air dingin benar2 menyegarkan pikiran! Hehe! Aku jadi senang lagi!" Gumamku.
Eh?
Tapi kenapa rasanya aku jadi makin pendek?
Setahuku, sebelum aku mati tinggiku 164 cm, tapi kenapa sekarang kayak bocil?
Yang benar saja!
Nggak mungkin kan aku kembali ke masa lalu!
Ini terlalu gila!
Bentar2...
Bukannya semua ini aja udah gila?
Maksudku, bangkit dari kematian dan diberi kesempatan kedua kan udah di luar akal sehat tau!
HM!
Jika memang benar aku kembali ke masa lalu...
Terus mayat2 yang gw liat tadi apaan?
Jangan bilang psikopat itu udah gila sejak dulu!
Tapi eh tapi...
Bukankah ini menguntungkanku?
Aku kembali ke masa lalu dan itu artinya...
Semua kegilaan yang gw alami sebelum mati untuk saat ini belom kejadian kan?
Heh!
Jadi gitu ya cara mereka bermain?
Baiklah!
Kalo gitu kita lihat siapa yang memenangkan permainan ini!
Aku kembali ke umur 14 tahun.
Harus kuakui bocah bener aku ini!
Tapi itu bukanlah bagian pentingnya!
Soalnya di tahun inilah aku terjerat di dalam kehampaan, kehilangan jati diri, dan pada akhirnya berpikir untuk bunuh diri!
Sebelum benar2 terjadi, aku harus mencegahnya!
Jangan nyampe kesalahan terulang kembali!
Handphone!
Itu dia!
Kita cari apa yang bisa kulakukan di masa awal remajaku!
Aku perlu menyibukkan diriku dengan hobi2 yang menyehatkan badan dan menjauhkanku dari depresi akut sialan itu!
Ha!
Akhirnya selesai juga!
Karena semuanya udah aku susun, bagaimana jika aku bersenang2 sesekali?
"Aku mau yang ini." Ucapku.
"$45. Cash atau kredit?" Tanya kasir.
"Cash aja. Nih uangnya. Makasih!" Ucapku.
Berhubung aku telah membeli skateboard pake tabungan uang jajanku, yang harus kulakukan adalah menemukan dimana orang2 itu berkumpul!
Tentu saja isinya cowo semua dan itu bagus untukku!
Kapan lagi aku bisa genit?
Hahaha!
Tapi jangan ketara juga lah playgirl nya!
Kan nggak seru kalo ketahuan di awal2!
Itu benar.
Aku yang dulu si anak kutubuku yang ambis.
Setiap pulang sekolah pasti langsung pulang ke rumah dan nggak pernah nongki2.
Ya habisnya mau nongki juga dulu tuh kere banget!
Uang buat makan sehari2 aja nggak cukup apalagi mau having fun?
Kalo sekarang?
Aku butuh mencicipi dunia malam untuk bersiap2 hadapi psikopat gila itu!
Soalnya akan ada banyak hal kotor yang akan aku temui kedepannya.
Jika aku gagal di kesempatan ini, bagaimana mungkin aku bisa lanjut ke level selanjutnya?
"PFT! Apa? Lo mau gabung sama kita2?" Tanya cowo.
"Kenapa? Nggak boleh?" Tanyaku.
"Lo itu cewe. Di sini tempat mainnya cowo. Mending Lo main boneka2an sana!" Ucap cowo.
"Bagaimana kalo kita bertaruh? Kalo gw menang, lorang harus nerima gw jadi anggota klub ini. Kalo lorang yang menang, gw jadi kacung Lo." Ucapku.
"Hei bro! Kenapa nggak kita terima aja dia tanpa ikut taruhan?" Tanya cowo lainnya.
"Lo takut bro? Dia mah cuma cewe doang! Gak ada yang perlu ditakutin!" Ucap cowo.
"Lo nggak bisa baca situasinya tah? Lo pikir cewe pemberani mana yang ngejadiin harga diri, nama baik, dan nyawanya sebagai objek taruhan? Pasti dia kesini bukan cuma sekedar gabung sama kita2 aja!" Ucap cowo lainnya.
"Bener juga Lo bro! Tumben otak Lo jalan!" Ucap cowo.
"Yee!"
"Oke! Lo boleh gabung sama kita. Nggak ada aturan di sini, tapi nyawa Lo bukan tanggung jawab kita. Jadi jangan salahin kami kalo kenapa2!" Ucap cowo.
"Oke. Gak masalah!" Ucapku.
"Lo nekat juga ya masuk ke kandang singa gini?" Tanya Celo.
"Huh? Kayak Lo nggak aja!" Ucapku.
"Nih. Tangkap!" Ucapnya.
"Anggap aja hadiah untuk anak baru." Ucapnya.
Hadiah?
Daripada hadiah, aku jadi waspada.
Nggak ada racunnya kan?
Soalnya aku pernah keracunan!
Bahkan bukan cuma sekali, tapi berkali2!
"Tenang aja. Nggak ada racunnya kok!" Ucapnya.
"PFT! Jadi Lo yang curigai kedatangan tadi?" Tanyaku.
"Kalo iya kenapa?" Tanya dia.
"Yaelah. Nyampe gaya bicara gw diikuti juga! Btw gw belom tau nama Lo." Ucapku.
"Celo. Lo?" Tanya dia.
"Sena."
"..."
"Kayak omongan Lo sebelumnya, orang2 yang ada di markas ini bukan cuma sekedar main skateboard kan? Apa ada semacam perang?" Tanyaku.
"Ada."
"Jadi semacam game bertahan hidup ya?" Tanyaku.
"Lo takut?" Tanya dia.
"Apa ada yang perlu ditakutkan?" Tanyaku.
"WOAHAHAHA!!!"
"Ah... Gw harus pergi." Ucapku.
BERSAMBUNG
"DRTT!"
"Besok ujian. Lo dah belajar?" Tanya temanku.
"Oh ayolah! Kenapa juga gw harus belajar? Kan bisa nyontek!" Ucapku.
"Parah Lo ini!" Ucapnya.
Parah.
Kurasa nggak tuh.
Aku memang biasanya nyontek kalo lagi ujian.
Tapi saat dia nelpon, dia sama sekali nggak tau kalo aku lagi belajar mati2an buat ujian.
Ah salah!
Bukan hanya ujian!
Tapi aku harus bersiap2 untuk masuk kuliah!
Mungkin aku sudah gila.
Anak umur 14 tahun udah mikirin persiapan mau kuliah.
Sayangnya mereka sama sekali tak tau.
Tujuan akhirnya kan bukan cuma itu doang!
Perang akan dimulai dan kejadian tragis itu bakal terulang lagi.
Sebelum bener2 kejadian, bukankah aku harus mempersiapkan diri ini sebaik mungkin?
Jangan sampai aku berakhir jadi pecundang yang diinjek2 cuma karna aku jelek dan gembel!
Belajar nyampe tengah malem?
Oh itu sih udah jadi kebiasaanku.
Meski kembali ke dunia yang sekarang, aku takkan melupakan kewajibanku sebagai pelajar.
Ah...
Jangan salah paham!
Aku melakukan ini bukan karna ingin jadi nomor satu di akademis kok!
Semua ini kan hanyalah sandiwara yang kumainkan di depan keluarga besarku!
Ya!
Aku harus terlihat jadi anak yang ambis dan kutubuku!
Dengan begitu, mereka akan percaya kalo aku mampu mewujudkan impian yang mereka dambakan!
"Hoam! Udah jam 3 pagi ya? Tidur bentar ah! Jam 5 baru bangun!" Gumamku.
Aku tertidur lelap.
Satu hal yang jelas, aku takkan belajar lagi ketika udah nyampe di sekolah!
Nanti ketika teman2ku sibuk belajar, aku harus sibuk leha2!
Hohoho!
Aku memang anak rajin, tapi ada kalanya aku juga pemalas loh!
Sungguh naif kalo menilaiku anak rajin terus2an!
"Tempatnya gak berubah kan?" Tanyaku.
"Gak. Kayak biasanya. Lo dateng kan?" Tanya Celo.
"Menurut Lo?" Tanyaku.
"Hmph! Apapun itu, gw tunggu Lo nyampe dateng!" Ucapnya.
"Terserah Lo dah." Ucapku.
Lucu sekali!
Dia ngangkat nomor gak dikenal begitu aja?
Bahkan dia tak menanyakan ini siapa, tapi langsung mengenaliku?
Apa2an dia?
Apa mungkin dia bisa membaca karakterku?
"Parah Lo ya?" Tanya temanku.
"Parah apanya? Emangnya gw ngelakuin hal gila apaan?" Tanyaku.
"Lo ini emang bego apa gimana sih? Jelas2 Lo langsung tidur begitu selesai kerjain ujiannya seolah2 semua soalnya pada mudah2! Gw nggak peduli Lo mau nyontek kek apa nggak, tapi ngeliat Lo selesai duluan bikin gw bete tau gak?" Tanya temenku.
"Ah masa? Lo nya aja kali yang lambat kayak siput!" Ucapku.
"Apa?!"
"Hahahaha! Kaburrr! Nenek lampir marah2! Aaaa!" Teriakku.
Ini menyenangkan.
Sangat menyenangkan melihat temanku yang cebol ini marah2!
Kau tau?
Wajahnya yang chubby itu kayak tomat tau!
Khekhekhe!
Andai gw cowo, pasti udah gw pacarin nih cewe!
"HOSH! Ha! Shitt mann! Gw nyerah deh! Lo cepet banget kalo dah lari!" Ucapnya.
"Nih ambil!" Ucapku.
"Btw Lo mau kemana? Sibuk amat Lo!" Ucapnya.
"Ada deh~"
"Yeee! Tukang sok sibuk ini mulai beraksi!" Ucapnya.
"Oya. Gw boleh ikut gak? Gabut nih!" Ucapnya.
"Gak."
"Peliitttttt! Hmph!" Ucapnya.
"Hilih! Kiyik li nggik pilit iji! (Halah! Kayak Lo nggak pelit aja!)" Ucapku.
"Enak banget Lo kalo ngomong ya? Tau ah! Gw sebel sama Lo!" Ucapnya.
"Ya. Bye bye boncel~ Hati2 di jalan~ ^U^" Ucapku.
Aku menunggu sedikit lebih lama hingga pundak anak itu menghilang dari pandanganku.
Bukan.
Bukan aku lagi menunggu seseorang.
Tapi...
Celo sudah memperhatikanku sejak awal dari atas pohon!
"Mau sampai kapan Lo kayak monyet gitu?" Tanyaku.
"Kau menyadari keberadaanku?" Tanya dia.
"Jadi apa mau Lo? Kalo gak ada, latihan bareng kayak kemaren gimana?" Tanyaku.
"Gw nemuin tempat yang belom diketahui anak2 lain. Lo pasti tau maksud gw kan?" Tanya dia.
"Lo berniat ngebangun kekuatan Lo sendiri?" Tanyaku.
"Benar!"
"Bahkan meski itu harus memicu perang, pemberontak, dan merenggut banyak nyawa?" Tanyaku.
"Tentu saja! Gw akan ngelakuin yang gw butuhkan untuk sampai ke titik itu. Lo ada di pihak gw kan? Lo pasti nolongin gw kan?" Tanya dia.
"Lucu sekali! Bisa2nya Lo beranggapan gw bakal bertindak sesuai keinginan Lo! Katakan padaku! Seberapa jauh Lo kenal gw?" Tanyaku.
"Seberapa jauh? Oh ayolah! Kita berdua tak jauh berbeda! Sama2 busuk, picik, dan culas! Hanya saja... Kau melakukannya diam2 dan aku terang2an. Gini aja! Kita kerjasama sekarang dan lihat siapa di antara kita yang bisa dipercaya?" Tanya dia.
"Menarik! Fine! Gw ikut!" Ucapku.
Aku tau dia emang bukan cowo baik2 dan begitupun denganku!
Alasan kenapa aku setuju ya karna semua ini menarik!
Kapan lagi ada orang yang nawarin kerjasama se-menantang ini?
Lagipula, tak ada salahnya menjadi bidaknya.
Toh aku pun diuntungkan terlebih lagi bisa melihat watak aslinya bukan?
Dia mengajakku ke gedung tua.
Tentu saja aku waspada!
Terlepas dia mau membunuhku atau tidak, tetap saja aku tak bisa sepenuhnya percaya padanya!
"NGUING!"
Sebenarnya tak ada yang menarik dari gedung tua yang kumuh dan menjijikan ini.
Hanya saja...
Gedung ini ternyata punya markas yang udah lama ditinggalin orang2 terdahulu!
Tapi, kenapa perabotannya masih utuh?
Maksudku, kenapa kerusakannya nggak separah yang kukira?
"Kau ingin kita menggunakan tempat ini?" Tanyaku.
"Tentu saja! Tapi... Nggak akan seru kalo anggotanya cuma kita berdua!" Ucapnya.
"Lalu?"
"Kau tau sendiri aku benci dengan mereka semua, makanya aku menyendiri. Sialnya, untuk membangun geng yang besar, kita butuh banyak duit buat beli senjata dan juga... Kita butuh Dito!" Ucapnya.
"Aku mengerti. Dengan sifat kalian yang bertolak belakang, kau pasti kesulitan merekrutnya bukan? Jadi kau butuh aku untuk menggantikan peranmu?" Tanyaku.
"Cepat juga kau pahamnya! Tak sia2 aku mengajakmu paling awal!" Ucapnya.
"Yaudah. Beritahu gw aja di mana dia sekarang? Orang sibuk sepertinya gak suka buang2 waktu bukan?" Tanyaku.
"Pinjam hp Lo!" Ucapnya.
"Sadap juga gak masalah. ^U^" Ucapku.
Ia menatapku tajam.
Tentu saja ini aneh!
Normalnya, orang waras mana yang mau hp nya disadap orang lain?
Mungkin begitulah yang dia pikirkan tentangku, tapi apa pentingnya aku mempedulikan hal ini?
Toh sejak aku memasuki dunia malam, bukankah semuanya serba terancam?
Bahkan jika aku salah bertindak, mungkin saja nyawaku yang benar2 terancam!
"Ini gw."
Seperti biasa.
Kinerjanya yang berhubungan dengan bisnis dan politik benar2 memukau!
Hanya saja...
Kinerja yang bagus bukan berarti wataknya bagus juga!
Meski begitu, aku tak bisa bilang kalo aku mengenalnya.
"Siapa yang mengizinkan Lo masuk?" Tanya Dito.
"Oh ayolah! Sesama rekan harus pake izin segala?" Tanyaku.
"Rekan? Kayak Lo rekan gw aja!" Ucapnya.
"Kesampingkan masalah itu. Gw punya yang menarik buat Lo." Ucapku.
"Apa dulu?" Tanya dia.
"Nih."
BERSAMBUNG
Ia membaca dengan teliti.
Benar2 piawai ya?
Anehnya, kenapa di kantornya dia tak memegang posisi penting?
Tak mungkin lah orang sepertinya nggak dipandang perusahaan!
"Gw nggak salah baca kan? Ngebangun toko... Itu?" Tanya dia.
"Tentu saja nggak salah baca! Lo kan nggak rabun apalagi buta. Gimana sih Lo ini?" Tanyaku.
"Lo serius?" Tanya dia.
"Apa gw terlihat bercanda?" Tanyaku.
"..."
"..."
Mata kami saling bertatapan.
Dilihat dari bahasa tubuhnya, dia benar2 sakit kepala ngedenger berita ini.
Sekarang aku tau kenapa Celo ingin mengajaknya bergabung!
Dito hanyalah pekerja kantoran biasa, jabatannya nggak tinggi2 amat, dan dompetnya nggak begitu tebal.
Alasan kenapa dia dipilih Celo ya karna pria ini punya kemampuan mengelola keuangan pribadinya!
Bahkan menurut Celo, kemampuannya itu lumayan daripada anggota lainnya.
"Lo pasti nggak sendiri. Lo bergerak dengan siapa?" Tanya dia.
"Celo. Musuh bebuyutan Lo." Ucapku.
"Mau apa dia? Nyampe ngebuat hal gila begini!" Ucapnya.
"Tanya aja sama orangnya sendiri! Gw nggak mau ikut campur!" Ucapku.
"Tapi Lo juga kena getahnya kan? Ini adalah hal yang gila. Dia selalu saja ngelakuin yang gila dan gak normal! Cuma punya dua opsi, ketakutan atau ambil kesempatan ini. Bukankah itu yang kau pikirkan?" Tanya dia.
"Sesuai perhitunganmu. Kau benar. Selamat!" Ucapku.
"Temui aku 3 hari lagi di tempat biasa. Jangan melewatkan bulan purnama ok? Ah satu lagi! Kau takkan terus2an hidup pas2an dengan pekerjaanmu saat ini kan?" Tanyaku.
Aku melesap pergi tanpa menoleh ke belakang.
Tak ada yang perlu aku takutkan!
Pria ini bukan orang yang akan membunuh lawannya terang2an di depan publik begini!
Lagipula dia hanya akan menyerang kalo keadaannya memaksanya untuk segera bertindak doang kok!
Jadi aku tak perlu khawatir jika kepala ini ditodong pistol!
"Aku pulang." Ucapku.
"Jadi gimana?" Tanya Celo.
"Udah gw urus. Mau bertaruh? Jika kau menang, aku akan melakukan segala cara agar bisnis kita berkembang pesat. Tapi jika aku menang, kau harus membantu rencana balas dendamku tanpa syarat!" Ucapku.
"Jadi, Lo bertaruh untuk apa?" Tanya dia.
"Dito bakal dateng sesuai keinginanku." Ucapku.
"Oke. Gw bertaruh untuk sebaliknya." Ucapnya.
"Aku akan membunuhmu jika satu di antara kita tak menepati isi kesepakatan!" Ucapku.
"Tentu saja! Jangan tarik perkataanmu loh!" Ucapnya.
Ini adalah malam bulan purnama.
Andai saja aku yang di kehidupan masa lalu tumbuh jadi wanita tangguh dan kuat.
Mungkin saja aku tak perlu mati dengan menyedihkan seperti saat itu bukan?
Benar.
Ini bukan saatnya menangisi takdir.
Sudah seharusnya aku bertindak!
"Lo dateng juga ternyata!" Ucapku.
"Ya iyalah! Lo pikir kenapa gw setuju dengan ajakan gila Lo berdua?" Tanya Dito.
"Kenapa emangnya? Gw mana tau lah kalo Lo nggak ngasih tau!" Ucapku.
"Gw capek cuma nongki2, ngerjain misi kecil2an, dan harus bagi2 cuan bareng anak2 lain! Di saat yang sama, butuh side hustle dan siapa tau cuan dari bisnis yang mau kita jalanin berbuah manis. Jadi gw nggak perlu capek2 kerja di kantor nyampe bangkotan!" Ucapnya.
"Lagipula, biasanya kita2 tuh cuma dikasih tugas tegakkin keadilan, ngasih hukuman buat keparat2 di luar sana, dan terkadang harus ngebunuh musuh. Tapi pas Lo tiba2 dateng ke gw ngajakin ini, ya tawaran Lo entah kenapa menarik aja gitu! Nggak ada salahnya kan berteman dengan musuh?" Tanya dia.
"PFT! WOAHAHAHA! Bagus!" Ucapku.
Dia banyak omong juga kalo dideketin ya?
Hanya saja...
Pemikirannya itu yang suka berteman dengan musuh sendiri sangatlah mirip dengan pemikiran orang itu.
Tapi siapa ya orangnya?
Ingatanku jadi samar2!
Apa karna ini efek gara2 aku pernah mati sebelumnya?
Wah!
Parah juga tuh dewa kematian!
Masa gw udah di-idupin lagi nggak sekalian dikasih ingatan yang sekomplit2nya?
Pelit banget sih!
Mana gw pelupa pula orangnya!
ARRGHH!
"Emangnya udah ketemu tempatnya? Setidaknya kita punya markas lah buat kerja!" Ucapnya.
"Markas ya... Apa gedung tua ini bisa disebut markas?" Tanyaku.
"Lo serius bilang ini gedung tua?" Tanya dia.
"Iyaa. Emangnya kenapa sih? Gak ada bagus2nya tuh gedung!" Ucapku.
"Pala kau gak ada bagus2nya! Pokoknya Lo anterin gw ke sana!" Ucapnya.
"Ha? Lo kenapa sih?" Tanyaku.
Ya.
Dia benar2 aneh.
Celo juga aneh.
Mereka berdua ini sangat cocok bukan?
Aku penasaran.
Apa ada sesuatu yang dilihatnya?
Mungkin saja ada hal yang tak aku ketahui?
Jika ya, apa aku melewatkan sesuatu?
Benar.
Tugasku hanyalah mengantarkannya biar dia sendiri bisa ngomong langsung sama Celo.
Aku yakin ada sesuatu yang mereka ketahui, tapi tidak denganku.
Apa mereka menyembunyikan sesuatu?
Atau aku aja yang terlalu kudet karna masih anak baru?
"Bajingan! Keluar Lo!" Teriak Dito.
"Ayolah bro! Malem2 tuh dibuat santai, bukan marah2 kayak ibu2! Lo cowo kan? Bukan banci!" Ucap Celo.
"Bacot! Jadi Lo penyebab segalanya? Lo pasang muka dua Lo di depan anak2, tapi aslinya Lo berkhianat?" Tanya Dito.
"Berkhianat? Ha! Otak Lo aja kali yang sempit! Gw tetep kok gabung bareng mereka, tapi bisnis tetaplah bisnis! Lo juga nggak punya pilihan lain kan selain sok suci di depan mereka?" Tanya Celo.
"Stop oi! Gak usah kayak bocil sih! Kita di sini buat nyelesain urusan kita, bukan berantem! Gila lorang berdua! Dateng2 langsung ngamuk! Adu bacot pula! Pusing pala gw!" Ucapku.
"Dia benar. Oke. Anggap aja Lo bebas!" Ucap Dito.
"Terserah."
Celo mulai ngoceh panjang lebar.
Dito juga nunjukin kalo dia bukan cowo pendiam.
Kalo gw?
Oh tentu saja ikut nimbrung!
Masalahnya adalah...
Sepertinya Celo benar2 serius dengan ucapannya!
Kenapa dia bergerak sejauh ini?
Jika benar kejadian awalnya seperti ucapan Dito, berarti selama ini Celo lagi nyiapin segala hal buat perang dong?
Sumpah dah!
Lama2 mereka jadi mengerikan tau!
Tapi...
Ini bukan saatnya gw tertekan apalagi ketakutan!
Akan lebih bagus jika gw setidaknya bisa berguna untuk mereka!
Mungkin gw juga nggak perlu lanjutin sekolah tinggi2?
Toh papa juga nggak bakal mampu kuliahin gw kok!
"Jadi fix ya? Kita bergerak mulai besok!" Ucap Celo.
"Gak perlu bilang gw juga tau!" Ucap Dito.
"Lo bisa dateng seperti biasanya kan?" Tanya Celo.
"Gampang! Bisa gw atur itu mah! Pokoknya Lo tau gw dateng tepat waktu aja!" Ucapku.
"Oke!" Ucapnya.
Setelah diskusi yang serius ini, gw pulang lebih awal.
Aku tidak tau harus merasakan apa.
Satu hal yang jelas, sepertinya ini takkan mudah, tapi juga bukan hal yang mustahil.
Ha!
Jalanku ternyata seterjal itu ya?
Di masa mudaku yang dulu, aku suka sekali menghabiskan waktuku untuk hal yang sia2 dan apa akhirnya?
Aku mati dibunuh keparat itu.
Aku tidak bisa menjalankan takdir yang sama kan?
Benar.
Ini bukan saatnya menyia2kan masa mudaku dan berakhir mati lagi!
Aku harus berubah!
"Aku pulang." Gumamku.
Semua orang tertidur.
Rumah ini benar2 sepi ya?
Tak ada hangat2nya sama sekali!
Aku jadi iri dengan anak lain yang lebih beruntung dariku.
"Jangan berpikir yang aneh2! Ini bukan saatnya iri pada kehidupan orang lain! Oh ayolah! Jangan ulangi kesalahan yang sama kayak dulu! Bukankah katanya aku harus balas dendam pada bajingan2 itu? Jika aku terus2an iri, bagaimana aku bisa fokus ngejalanin targetku?" Batinku.
Seperti itulah caraku menenangkan diri.
Aku pasti berpikir sebaliknya ketika mulai insecure, overthinking, dan paranoid.
Jam berapa ya sekarang?
Aku kan harus sekolah besok pagi.
Yeah setidaknya itu yang harus kulakukan agar papa mama berpikir aku melakukan apa yang mereka mau.
"DRTT!"
"Pulang sekolah nobar yok! Gw denger cowo2 di kelas kita bakal ikut lomba balapan mobil! Lo pasti ikut kan? Siapa tau Lo bisa nge-gaet cowo di sana!" Pesan dari temanku.
Sampah!
Se-menyedihkan ini tah hidupku yang dulu?
Bahkan lingkaran pertemananku isinya sampah semua!
Gimana aku bisa berhasil jika dikelilingi mereka?
Ini bahkan tak mendekatkanku pada target yang harus kuraih!
Kalo gitu, aku hanya perlu menyingkirkan mereka kan?
Akan lebih bagus jika aku tak lagi berhubungan lebih dari ini!
Masih ada sisa 4 jam lagi sebelum bel masuk sekolah.
Apa yang harus kulakukan ya?
Mari kita lihat rutinitasku baru2 ini!
Sekolah >> kerjain pr >> kerja sampingan >> pulang ke rumah.
Hanya begini ya?
Memang benar aku kerja sampingan, tapi itu masih startup!
Mengandalkan satu penghasilan sangatlah tindakan yang konyol!
Aku harus tambah sumbernya lagi!
HM...
Bagusnya ngapain ya?
Jika masih ada 4 jam lagi, kenapa aku tidak jualan aja di pasar?
Ah!
Benar juga!
Kenapa ide ini baru muncul setelah bangkit dari kematian sih?
Apa otakku terlalu bego segitunya nyampe harus mati dulu?
Memalukan!
"Kakak udah bangun?" Tanya adikku.
"Hmm..."
"Apa yang kakak lakukan?" Tanya dia.
"Bantuin kakak masak yok!" Ucapku.
"Masak apa?" Tanya dia.
"Kamu akan tau setelah ngebantu kakak! Pokoknya jangan bilang2 mama papa ya?" Ucapku.
BERSAMBUNG
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!