NovelToon NovelToon

Transmigrasi Chantika

Bab 1

"CHACA CHACAAA!" teriak seorang perempuan dari arah kelas.

"CHACA?!"

Perempuan itu terus berteriak dengan wajah marahnya, sampai seseorang yang ia panggil tadi pun datang ke hadapannya.

"Iya mina sebentar" ucap Chaca dari luar kelas.

Chaca dengan segera langsung berjalan ke arah Mina, dengan wajah ketakutan dan tangan yang terus bergetar dengan sendirinya. Setelah sampai dihadapan Mina, Chaca hanya bisa menunduk dan mempersiapkan dirinya untuk menerima semua caci makian dari Mina.

"BISA NGGAK SIH KALAU DIPANGGIL LANGSUNG DATENG?! TULI YA KUPING LO?!" maki Mina.

"Ma-aaf mina, tadi chaca haa-bis dari kamar mandi jadi gak tau kalau mina manggil" ucap Chaca dengan suara bergetarnya dan terus menunduk dalam.

"BISA NGGAK SIH KALAU DIBILANGIN GAK USAH NGELES?!" teriak Mina semakin marah. Chaca pun hanya diam tidak menjawab pertanyaan Mina barusan, ia benar-benar ketakutan. Hampir setiap hari ia diperlakukan seperti ini. Sampai rasanya ia tidak sanggup lagi untuk satu sekolah dengan Mina.

Melihat keterdiaman Chaca, Mina malah semakin murka.

"Oh sekarang bisu ya?!" ucap Mina sambil mencengkram pipi mulus chaca dengan kuat. Chaca yang diperlakukan seperti itu pun hanya bisa menangis, ia sungguh tidak sanggup menjalani ini semua lagi.

"Maaf" ucap Chaca

"Lo itu, bisanya cuma minta maaf dan nangis aja.... Nggak capek apa?" Chaca diam tidak menjawab pertanyaan Mina barusan.

"Udah daripada lo diem aja disini, mending sekarang lo ke kantin pesanin gue sama temen gue makan! Cepet nggak pake lama!" teriak Mina lagi.

Mendengar itu Chaca pun langsung beranjak dari kelas menuju ke kantin tanpa meminta uang untuk memesan makanan tersebut, karena ia sudah tau walaupun ia meminta uang itu, ia tidak akan mendapatkannya, yang ada ia malah mendapat makian.

Chaca selalu meratapi nasibnya, kenapa ia bisa mendapatkan hidup yang sesulit ini ketika disekolah. Apakah di kehidupan sebelumnya ia telah merusak  dunia sampai-sampai di kehidupan ini ia diuji dengan dahsyatnya.

Ia selalu berusaha untuk tetap kuat tapi ia juga lelah, badannya sudah tidak sanggup lagi menanggung beban ini.

Chaca selalu mendapatkan kekerasan dari Mina, ia selalu menjadi samsak pelampiasan kemarahan Mina. Hampir setiap perempuan itu marah, ia selalu dipukul, ditendang, dan ditampar. Sampai ia pernah pulang dalam keadaan badan dipenuhi lebam.

Chaca selalu berusaha untuk menutupi lebam itu agar kedua orangtuanya tidak tau. Tapi pernah sekali kedua orangtuanya melihat itu.

Ketika kedua orang tuanya bertanya dari mana asal datangnya lebam itu maka ia hanya bisa menjawab bahwa ia habis terjatuh atau terbentur meja di kelas.

Sebenarnya kedua orang tuanya tidak percaya, tapi karena Chaca terus meyakinkannya, maka pada akhirnya kedua orang tuanya pun percaya.

***

"Woy Chantika nanti jadi berangkat bareng nggak?" Tanya orang dibalik telpon.

"Ya jadi dong, masak nggak jadi" jawab orang yang

dipanggil Chantika itu.

"Ya udah gue siap-siap dulu, nanti jam 11 gue jemput di kos lo"

"Siap, Sya"

"Jangan lama-lama nanti siap-siapnya, awas aja kalau lama, gue tinggal lo"

Mendengar itu Chantika pun menutup panggilan telponnya dan langsung bersiap-siap. Tak membutuhkan waktu lama untuk bersiap-siap. ia hanya perlu mandi, memakai pakaian yang pas, dan memoleskan sedikit make up diwajahnya.

Saat ia sudah selesai dengan acara poles-memolesnya disaat itu juga ia mendapati sang teman sudah menjemput di depan kos, tanpa berlama-lama lagi Chantika pun langsung masuk kedalam mobil dan mereka pun langsung berangkat menuju ke tempat yang akan mereka tuju.

Sesampainya di tempat tujuan, Chantika dan Gesya pun masuk dan langsung disapa dengan suara musik yang sangat keras memekakkan telinga.

"Chantika segera ganti bajumu, karena sebentar lagi kamu akan tampil" ucap seorang laki-laki perawakan tinggi yang baru saja keluar dari belakang meja saji.

"Baik bos, saya siap-siap dulu"

Chantika pun beranjak ke kamar ganti untuk mengganti bajunya menjadi baju kerjanya. sedangkan Gesya, teman Chantika sedang mengantarkan minum ke meja pelanggan.

Setelah bersiap Chantika pun langsung keluar ruangan dan menaiki panggung yang ada di bagian depan. Lalu ia pun mulai melakukan pekerjaannya.

Ya seperti yang kalian pikirkan, Chantika adalah seorang pegawai bar atau lebih tepatnya sebagai penari striptis.

Ia terpaksa harus melakukan pekerjaan kotor itu karena ia membutuh uang untuk menghidupi dirinya sendiri dan membayar uang kosnya.

Jika ditanya apakah ia sekolah, maka jawabannya adalah tidak, karena kurangnya biaya untuk sekolah dan mahalnya uang sekolah, maka Chantika pun memutuskan untuk putus sekolah.

Chantika sebenarnya masih ingin sekolah, tapi apalah daya biayanya tidak mencukup, ia hanya seorang anak panti yang sudah keluar dari sana semenjak umur 15 tahun, ia memutuskan keluar dari panti, karena ia berpikir bahwa ia sudah besar dan merasa bisa mengurus dirinya sendiri.

Setelah melakukan pekerjaannya Chantika pun turun dari panggung dan duduk disalah satu meja yang ada di bar itu.

"Huhhh.....akhirnya selesai juga"

Sehabis mengucapkan itu ia pun menutup matanya sambil meratapi nasibnya.

'Sampai kapan aku harus bekerja seperti ini? Kenapa hidup ini terasa sangat berat' batinnya.

Saat sedang asik meratapi nasib, tiba-tiba ada seorang laki-laki tua mendekatinya dan memegang pahanya yang terekspos. Chantika yang mendapati itupun langsung terbelak dan menoleh kepada sang pelaku.

'Anjing' batin Chantika.

"Cantik, mau tidak bermain denganku? jika kau mau akan kuberi uang berapa pun sesuai keinginanmu, asal kau bisa memuaskan aku " ucap pria tua itu sambil mengedipkan sebelah matanya ke chantika.

"Maaf, saya bukan jalang" ucapnya dingin.

"Ya aku tau, tapi aku tertarik dengan mu, jadi mari bermain bersamaku" ucap laki-laki itu mendekat ke chantika.

"Sudah ku bilang aku bukan jalang. Jika kau ingin menuntaskan hasratmu makan sewa lah jalang yang ada di bar ini" jerit Chantika.

Mendengar jawaban itu, laki-laki tua itu pun naik pitam, dan menarik tangan Chantika dengan kuat.

Mendapat perlakuan seperti itu, tanpa banyak bicara Chantika pun langsung memberontak dan membanting laki-laki tua tersebut ke lantai bar yang dingin.

Semua orang yang ada di bar pun langsung memusatkan perhatiannya pada Chantika dan laki-laki tua yang sudah berada di lantai dengan keadaan yang sudah tidak berdaya lagi.

"Lihat, tenagamu saja sudah tidak ada, ku banting sedikit langsung lemas. Makanya jangan sekali-kali bermain-main denganku atau ini yang kau dapat"

'sudah bau tanah saja banyak berulah, bukannya tobat dan berbuat baik, ini malah bermain di bar, dasar tua bangka tak tau malu' cibir Chantika sambil berjalan keluar bar.

Semua orang yang ada di bar pun langsung menatap ngeri Chantika, salah satu penari striptis idola mereka. Mereka pikir Chantika adalah seorang perempuan yang lemah lembut, tapi apa ini? Mereka baru saja melihat Chantika membanting seorang pria tua dan meninggalkannya begitu saja.

Wahhhh sangat hebat ternyata idola mereka ini.

Boss Chantika saja yang melihat sikap Chantika hanya bisa berdecak kagum. Ia tidak marah sama sekali pada Chantika karena membanting seorang pelanggan bar mereka, ia malah berterimakasih karena berkat Chantika bar tersebut bisa terbebas dari laki-laki tua pembuat onar itu.

Bab 2

"Chaca, sini sebentar sayang, ada yang daddy dan mae mau tanya pada chaca" panggil Johnny pada sang anak.

"Iya dad, Chaca kesana" ucap Chaca yang berada di tangga atas.

Setelah berucap seperti itu Chaca pun langsung menuruni tangga dan berjalan kearah dimana sang daddy dan mae berada. Sesudahnya ia pun langsung duduk di sofa depan sang mae dan Daddy nya.

"Ada apa daddy dan mae memanggil Chaca?"

"Begini sayang, setelah ini kan chaca lulus sekolah ya?" tanya Johnny lembut. Dan diangguki oleh sang empu.

"Iya dad"

"Begini sayang, Daddy mau ngomong sesuatu berhubungan dengan oma" ucapnya dengan nada serius.

Mendengar itu ia pun langsung kaget. Ada apa dengan oma nya? Apakah oma nya tengah sakit dan menyuruhnya pindah ke Chicago untuk menjaganya.

"Oma kenapa dad?" tanya Chaca dengan wajah paniknya.

"Oma tidak apa-apa, hanya saja oma dan sahabat oma dulu pernah membuat perjanjian ingin menikahkan kamu dengan cucu teman oma waktu kamu lulus SMA dan oma juga sudah menanyakan masalah ini pada daddy"

Chaca yang mendengarkan itu pun sedikit syok, ia pikir oma nya akan menyuruhnya pindah ke Chicago untuk menemaninya. Tapi apa ini? Menikah? Chaca saja masih terlalu kecil untuk menikah, Chaca juga masih memiliki cita-cita yang mesti dia gapai.

Dan Chaca masih belum siap jika harus dihadapkan dengan persoalan rumah tangga, saat kelak dia menikah.

Melihat keterdiaman sang anak, Johnny dan Tannia pun saling bertatapan, mereka tau bahwa anak mereka masih terlalu kecil untuk menikah. Sebenarnya mereka juga ingin menolak perjodohan itu tapi tidak bisa karena itu adalah kemauan Ibu Johnny sendiri.

Namun jika anaknya benar-benar tidak mau, mungkin Johnny dan Tannia akan sedikit mengusahakannya, walaupun belum tentu ada hasilnya.

"Bagaimana sayang? Kamu setuju?" tanya Johnny harap-harap cemas.

"Kalau Chaca tidak setuju dengan perjodohan ini Chaca bisa ngomong ke mae dan daddy, biar nanti mae dan daddy yang ngomong sama oma kalau kamu menolak perjodohan ini" ucap Tannia.

Mendengar itu sontak Vhaca dibuat semakin bimbang. Ia harus bagaimana?

'Semoga saja ini pilihan yang tepat'

"Tidak kok mae, Chaca setuju" putus Chaca.

Sebenarnya Chaca ingin sekali menolak permintaan sang oma, tapi ia tidak bisa, oma adalah nenek satu-satunya yang Chaca miliki, jadi ia tidak bisa menolaknya.

Ia juga berpikir mungkin ini jalan yang terbaik dan jodoh yang terbaik untuknya kelak.

Johnny dan Tannia yang mendengarkan jawaban sang anak pun tersenyum senang, walaupun mereka tahu bahwa sang anak tidak benar-benar menerimanya, ia hanya berusaha menerima saja.

"Ya sudah kalau Chaca benar-benar mau, nanti biar daddy bicara sama oma"

"Iya dad, kalau sudah selesai Chaca ke kamar dulu ya mae, daddy" pamit Chaca sambil terus berjalan kearah kamarnya.

Sesampainya dikamar ia pun langsung menumpahkan semua keluh kesahnya dengan menangis, ia selalu berfikir bahwa tuhan sedang mempermainkan hidupnya.

Chaca benci dengan dunia ini. Chaca benci dengan semua ujian yang tuhan berikan padanya.

Karena terlalu kelelahan menangis, akhirnya Chaca pun tertidur dengan sendirinya.

***

Keesokan harinya.....

"Mae, daddy, Chaca berangkat ya" ucap Chaca sambil berjalan keluar rumah, tanpa bersalaman maupun sarapan pagi.

"Sarapan dulu" ucap Tannia pada sang anak

"Tidak perlu, Chaca sudah telat mae" ucapnya sambil terus berjalan dan menghadap ke depan.

"Kalau begitu biar daddy daddy antar" ucap Johnny sambil berdiri dari duduknya.

"Tidak dad, terimakasih"

Setelahnya Chaca pun langsung berjalan ke halte bus di depan kompleks perumahannya. Ia tidak pernah mau berangkat dengan sang daddy, karena ia takut membuat sang daddy kerepotan karena harus mengantarkannya dulu sebelum ke kantor.

Ia tau kedua orangtuanya pasti sangat sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, maka dari itu ia selalu berusaha untuk mandiri, ia terbiasa melakukan apapun sendiri tanpa bantuan kedua orangtuanya.

Ia juga terbiasa ditinggal kedua orangtuanya keluar negeri hanya untuk pekerjaan, bahkan saking sibuknya kedua orangtuanya selalu tidak bisa mengambilkan raport miliknya, dan berakhir seorang maid di rumah yang akan mengambilkannya.

Maka dari itu ia selalu dibully oleh Mina dan kawan-kawan, karena mereka pikir Chaca adalah anak orang miskin yang tidak pantas untuk bersekolah di sekolah elit seperti sekolah mereka ini.

Bahkan dulu saat Chaca kecil, ia sama sekali tidak pernah mendapatkan kasih sayang orang tuanya, maka dari itu ia juga tidak terlalu dekat dengan kedua orang tuanya, ia hanya dekat dengan maid sekaligus pengasuhnya saja Bi Ani.

Setelah menaiki bus, Chaca pun sampai di sekolahnya dengan aman. Di kelas Chaca selalu duduk di meja paling belakang sendirian, ia sama sekali tidak memiliki teman.

Sebenarnya banyak orang yang ingin berteman dengannya dan menolongnya, tapi mereka mengurungkan niat itu, karena mereka takut dibully Mina juga, karena membela Chaca.

***

Sesampainya di kelas ia pun duduk di mejanya dan mulai mengeluarkan buku untuk persiapan jam pelajaran pertama.

Saat tengah mengeluarkan buku, tiba-tiba ada sebuah buku yang melayang tepat mengenai wajahnya.

"Kerjain tugas gue" Mendapati itu Chaca pun mendongak dan mulai membuka suaranya.

"Tapi Nina, ini kan tugas mandiri, kenapa harus Chaca yang ngerjain" ucap Chaca dengan suara bergetarnya.

"Oh....udah berani bantah ya!"

"Oke, kalau lo nggak mau nyelesaiin tugas gue, gue bakal kasih lo pelajaran, sampai lo kapok dan nggak berani ulangi itu lagi" lanjut Mina sambil menarik rambut Chaca kuat.

"Mina tolong jangan tarik rambut Chaca" ucap Chaca sambil memegangi rambutnya yang ditarik Mina.

"Makanya kalau nggak mau dikasari jangan sok-sok an nolak deh lo"

Chaca pun diam tidak berucap apa pun, rambutnya terasa mau lepas dari tempatnya, karena Mina yang menariknya terlalu keras, kepalanya juga mulai terasa pusing.

"Mina, Chaca bakal kerjain tugas Mina, tapi tolong lepasin rambut Chaca" mohonnya.

"Nah gitu dong dari tadi" ucap Mina sambil membenturkan wajah Chaca ke meja.

Chaca yang mendapatkan perlakuan itu pun langsung menangis, dari dahinya sudah mengalir darah segar, akibat benturan tadi.

Mina yang melihat itu hanya tersenyum senang dan segera keluar kelas untuk mencari sang pujaan hati.

Chaca sendiri langsung menyeka darah yang  terus keluar dari dahinya, lalu saat dirasa darah itu sudah mulai berhenti ia pun langsung mengerjakan tugas yang Mina berikan padanya tadi.

Setelah beberapa saat mengerjakan tugas itu, akhirnya tugas tersebut pun selesai dan Chaca langsung memberikan buku itu pada Mina.

Setelahnya pelajaran pertama pun segera dimulai. Hari ini diawali dengan pelajaran matematika selama 3 jam, lalu istirahat pertama.

Disaat pelajaran Chaca terus menahan rasa sakit yang terus menjalar diarea kepalanya. Rasanya benar-benar pusing dan membuatnya ingin pingsan.

Bab 3

Saat bel istirahat pertama berbunyi. Chaca pun langsung beranjak menuju ke taman belakang sekolah untuk menenangkan pikirannya dan mengobati luka yang ada di dahinya.

Ia memilih taman belakang untuk tempatnya beristirahat karena disana sangat sepi dan jarang ada orang yang berada disana.

Di saat seperti ini ia selalu berdoa agar semua siksaan yang ia dapat ini segera berakhir. Semoga saja setelah lulus nanti ia terbebas dari semua siksaan mina. Dan bisa hidup dengan perasaan yang sedikit lebih tenang.

Saat sedang asik melamun tiba-tiba ada seorang laki-laki yang duduk disebelahnya sambil menyodorkan sebotol air mineral dan roti. Chaca yang mendapati itu pun langsung menoleh.

"Eh, kak Jevan" kaget Chaca sambil sedikit menggeser duduknya.

"Iya, kenapa ada dibelakang dan tidak ke kantin?" Tanya laki-laki itu.

"Chaca sedang tidak lapar kak, jadi Chaca milih kesini saja lebih tenang dan sejuk" ucapnya sambil menoleh kearah Jevan.

Betapa kagetnya Jevan saat melihat dahi Chaca yang terdapat bekas darah yang mengering, dan tertutup dengan poni miliknya.

"Lalu kenapa dengan dahimu? Apakah Mina menyiksamu lagi?" tanya laki-laki itu sambil menyingkirkan poni milik Chaca.

"Ahh....tidak kak, itu hanya karena Chaca terbentur meja saja tadi pagi" ucapnya sambil sedikit menepis tangan laki-laki itu.

"Oh" ucap laki-laki itu.

Jevan tak sepenuhnya percaya dengan ucapan Chaca barusan, karena ia bisa menebak, pasti itu semua benar ulah Mina. Ia sering melihat Mina membully Chaca, tapi ia hanya bisa diam saja karena ia tidak memiliki kuasa sebesar Mina.

***

Sesudah pulang dari sekolah Chaca pun langsung menuju kamarnya untuk bersih-bersih badan, tadi sebelum pulang ia juga sempat mampir ke salah satu klinik terdekat untuk memeriksakan dan mengobati luka di dahinya, dan berakhirlah dahinya harus mendapatkan 7 jahitan.

Setelah bersih-bersih Chaca pun langsung menuju meja belajarnya untuk belajar dan mengerjakan tugasnya. Chaca mempelajari hampir semua pelajaran untuk besok dengan serius dan tenang.

Tak terasa sudah hampir 3 jam chaca belajar, setelah dirasa cukup ia pun langsung merapikan buku-buku dan semua perlengkapan sekolahnya, lalu memasukkannya kedalam tas.

Di rasa semua sudah selesai, Chaca pun langsung turun ke lantai bawah untuk makan malam, sesampainya di bawah, meja makan masih terlihat kosong tidak ada kedua orangtuanya, hanya ada banyak makanan saja.

Chaca yang melihat itu pun hanya tersenyum getir, padahal ini sudah hampir pukul 8 malam, tapi kedua orang tuanya belum ada yang pulang ke rumah juga. Akhirnya Chaca pun memutuskan untuk makan malam sendiri, setelah selesai ia langsung masuk ke kamarnya lagi, untuk mengecek sesuatu.

'semoga saja ini semua cukup untuk nanti' ucapnya sambil mengembalikan semuanya ketempat semula.

Setelah menyembunyikan itu semua ke tempat yang aman. Ia pun langsung berlalu ke kamar mandi untuk menyikat gigi dan bersiap untuk tidur. Tidak membutuhkan waktu lama untuk Chaca bisa tidur, karena memang ia tipe orang yang gampang sekali ketiduran kapan pun dan dimana pun.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, kedua orang tua Chaca baru saja pulang, dan mengganti pakaian mereka menjadi pakaian rumahan biasa.

"Bi Ani, Chaca mana ya?" tanya Tannia saat tidak mendapati sang anak.

"Itu nyonya, Non Vhaca sedang tidur di kamarnya"

Bahkan saking sibuknya bekerja, ia sampai tidak tahu kapan jam tidur anaknya itu.

"Ahh...seperti itu, kalau begitu tolong bibi panaskan makanannya dulu ya, saya mau ngecek ke kamar Chaca sebentar"

"Baik nyonya" ucap Bi Ani sambil berjalan kearah dapur.

Setelah mengucapkan itu Tannia dan Johnny pun langsung berjalan menuju ke lantai atas, lebih tepatnya ke kamar sang anak. Sesampainya diatas mereka pun langsung masuk kedalam kamar sang anak, dan mendapati sang anak yang sudah tertidur pulas.

Mereka pun memilih langsung duduk dipinggir ranjang sang anak dan mengelus rambut sang anak penuh sayang. Tanpa ketahui kalau dahi sang anak terdapat sebuah luka yang bisa dibilang lumayan parah.

Mereka berdua menatap lamat wajah cantik yang tengah tertidur pulas itu. Wajah yang sangat mirip dengan Tannia.

Wajah yang jarang mereka perhatikan dan mereka belai, karena terlalu sibuk akan dunia kerja mereka. Di lubuk hati mereka, terbesit rasa bersalah yang sangat dalam, karena terlalu mengabaikan sang buah hati dan lebih mementingkan pekerjaan.

'Maafkan daddy, karena daddy terlalu sibuk, dan kurang memperhatikanmu sayang.' batin Johnny sambil terus mengelus rambut itu sayang.

'Maaf sayang, karena mae selalu sibuk dan kurang memperhatikanmu" batin Tannia sambil ikut mengelus rambut sang anak seperti yang sang suami lakukan barusan.

Setelah dirasa cukup, mereka pun keluar dari kamar sang anak, dan menuju kelantai bawah untuk makan malam.

***

Di hari minggu sore ini Chaca sedang bersantai diruang keluarga sendirian, sambil memakan camilan.

Kedua orangtuanya saat ini sudah dapat dipastikan berada di kantor dan butik sedari pagi, jadi ia di rumah hanya dengan para maid dan penjaga.

Sebenarnya ingin sekali Chaca family time dengan kedua orang tuanya, tapi berhubung kedua orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaannya, jadi ia urungkan saja niatnya tersebut.

Saat sedang asik menonton tv tiba-tiba suara pintu depan terbuka dan saat ia menoleh ternyata ada kedua orangtuanya yang sedang masuk ke dalam rumah. Mengetahui itu Chaca pun melanjutkan lagi acara menontonnya yang tadi sempat tertunda.

"Chaca, nanti malam kita dinner bareng keluarga calon suami kamu, jadi tolong nanti siap-siap ya" ucap Tannia sambil duduk disebelah sang anak.

"Iya mae, kalau begitu Chaca ke kamar dulu ya mau siap-siap" ucapnya sambil berlalu dari ruang keluarga, meninggalkan sang daddy dan mae.

Saat Chaca sampai di kamar ia pun memutuskan untuk langsung mandi dan bersiap untuk nanti. Ia akan dandan secantik mungkin agar tidak mempermalukan sang mae, daddy dan oma nya.

Di sisi lain.....

"Mas apakah tak seharusnya kita batalkan saja perjodohan ini?" tanya seorang perempuan.

"Aku juga berfikir seperti itu, aku tau anak kita masih terlalu kecil untuk merasakan bagaimana sulitnya membangun rumah tangga, tapi aku tidak bisa menolak keinginan ibu" ucap sang laki-laki sambil memeluk istrinya.

"Aku merasa jika Chaca semakin menjauhi kita mas, apakah kita terlalu jahat ya terhadap dia?" tanya Tannia.

"Aku juga merasa seperti itu sayang, kita terlalu sibuk dengan pekerjaan kita, sampai kita lupa mempunyai anak yang harus kita jaga dan didik bersama" ucap Johnny.

"Bagaimana kalau setelah ini kita lebih mendekatkan diri pada chaca? Kita kurangi porsi kerja kita, dan kita perbanyak waktu bersama chaca, bagaimana?" tanya Johnny

"Aku setuju mas" ucap Tannia sambil memeluk sang suami.

"Ya sudah kalau begitu ayo segera siap-siap, sebentar lagi sudah masuk jam makan malam" ucap Johnny sambil menggiring sang istri menuju ke kamar mereka berdua.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!