Sebuah surga impian yang baru saja dibangun terpaksa hancur karena kehadiran orang ketiga. Nadia Mustika Wijayanto harus menelan kenyataan pahit jika sang suami pulang dengan membawa seorang wanita yang merupakan madunya. Pernikahan yang dia kira sebagai surga, nyatanya berubah menjadi neraka. Padahal baru satu minggu yang lalu pria itu melafazkan ijab kabul atas namanya.
Nadia yang sedari awal tidak ingin dipoligami memutuskan untuk bercerai daripada harus berbagi hati dan suami. Keputusannya itu sudah sangat bulat hingga permohonan sang suami tidak dihiraukannya lagi.
Mengasingkan diri ke luar negeri dengan alasan ingin melanjutkan pendidikan menjadi pilihan Nadia setelah perceraian. Hingga akhirnya dia bertemu dengan sahabat lamanya tanpa sengaja. Devano Kazim Ravendra, pria dengan senyum lembut yang bisa membuatnya tertawa lepas setelah sekian lama.
***
" Terima kasih sudah menghancurkan surga yang aku impikan, Mas " ~ Nadia Mustika Wijayanto.
...~~~...
" Nadia, aku harus pergi ke Palembang sekarang. Seseorang baru memberikan kabar kalau kedua orang tua kandungku sudah ditemukan. Mereka sudah menungguku dan aku harus ke sana " ucap seorang pria pada sang yang baru dinikahinya beberapa jam yang lalu.
Nadia yang sedang menghias diri di depan cermin langsung menoleh ka arah pria yang merupakan suaminya, Anwar Malik. Dia adalah pria yang Nadia pilih untuk menjadi teman hidupnya. Salah satu santri di pondok pesantren kakeknya yang sekarang juga menjadi tenaga pengajar di sana.
Keindahan fisik dan sifatnya membuat Nadia jatuh hati. Dia mengagumi sosok Anwar secara diam-diam hingga sekitar tiga bulan yang lalu pria itu datang ke rumah kedua orang tuanya dan meminta izin untuk menikahinya. Nadia sangat bahagia karena cintanya ternyata bersambut dan puncaknya adalah hari ini, dimana Anwar sudah sah menjadi suaminya.
" Benarkah, Mas? " tanya Nadia sangat terkejut mendengar ucapan Anwar.
Pasalnya, sudah sejak lama Anwar mencari keberadaan kedua orang tuanya karena mereka terpisah sejak kecil. Kedua orang tua Anwar menjadi TKI di Arab Saudi dan tidak pernah ada kabar selama puluhan tahun. Sedangkan Anwar dibesarkan oleh mendiang neneknya hingga dewasa dan belajar agama di pondok pesantren.
" Iya Nadia, akhirnya aku akan bertemu dengan kedua orang tua kandungku " jawab Anwar tersenyum bahagia.
" Alhamdulillah, Mas. Aku sangat senang mendengarnya " ucap Nadia sangat bersyukur karena sang suami bisa bertemu kembali dengan kedua orang tuanya.
Anwar pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
" Kalau begitu aku akan bersiap-siap untuk pergi ke bandara. Aku sudah memesan tiket pesawat dan jadwal penerbangannya satu jam lagi, jadi aku harus cepat " ucap Anwar pada Nadia.
" Maaf, aku tidak bisa mengajak kamu untuk saat ini. Semuanya sangat mendadak dan di sini juga masih banyak keluarga kamu yang menghadiri pernikahan kita, tidak enak kalau kita tidak ada satu pun yang menemani mereka. Besok pagi juga kamu harus ke rumah Ayah dan Bunda untuk menemui mereka. Aku akan secepatnya kembali ke Jakarta dan membawa kedua orang tuaku untuk memperkenalkan kamu pada mereka " lanjut Anwar mengusap lembut rambut Nadia yang tergerai indah.
Memang saat ini keduanya berada di rumah yang dipersiapkan oleh Anwar untuk mereka tinggali setelah menikah. Mereka langsung menempati rumah itu karena ingin lebih leluasa untuk saling dekat. Walaupun sudah saling mengenal cukup lama, tetapi Nadia dan Anwar tidak pernah sedekat itu. Selama ini mereka selalu menjaga batasan hingga menjadi pasangan yang halal.
" Apa tidak bisa besok pagi saja, Mas? Ini sudah cukup malam " tanya Nadia pada Anwar.
" Tidak bisa, Nadia. Aku harus pergi sekarang, lagipula aku sudah memesan tiket pesawat ke Palembang " jawab Anwar.
" Ya sudah, Mas, tidak apa-apa. Yang terpenting sekarang kamu bisa bertemu kedua orang tua kandung kamu " ucap Nadia mengerti.
Meski sedikit kecewa karena malam ini adalah malam pengantin mereka dan sudah menghias diri untuk sang suami, tetapi rasa bahagia yang Nadia rasakan lebih besar. Masih ada malam-malam berikutnya untuk mereka bersama dan sekarang suaminya itu harus menemui kedua orang tuanya dulu.
" Aku akan siapkan baju ganti untuk kamu " ucap Nadia segera berlalu dari hadapan Anwar.
Nadia mengambil pakaian yang akan dikenakan oleh Anwar dan dua pasang pakaian yang mungkin akan dibutuhkan di sana. Dia memberikan pakaian itu pada suaminya dan juga memasukkannya ke dalam semua tas ransel.
Kemudian, Anwar segera masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Sedangkan Nadia mendudukkan tubuhnya di tepi tempat tidur sembari menunggu sang suami.
***
Tidak sampai lima menit, Anwar sudah keluar dari kamar mandi dan sudah terlihat rapi. Pria itu melangkah dengan terburu-buru karena mungkin sudah hampir terlambat untuk pergi bandara.
" Nadia, aku pergi ya. Kamu tidak usah mengantarku keluar, tapi jangan lupa mengunci pintu dari dalam ya " pamit Anwar lalu mengecup kening Nadia.
" Iya Mas, kamu hati-hati ya. Salam juga untuk kedua orang tua kamu " jawab Nadia tersenyum dan mencium tangan suaminya itu.
Anwar pun menganggukkan kepalanya.
" Assalamualaikum " salam Anwar sembari mengambil tas ransel yang sudah disiapkan Nadia.
" Walaikumsalam " jawab Nadia.
Setelah itu, Anwar pun langsung pergi keluar dari kamar meninggalkan Nadia sendiri. Nadia melangkah kakinya mendekati jendela untuk melihat mobil suaminya yang melaju menuju bandara.
" Semoga kamu selamat sampai tujuan, Mas. Aku ikut senang kamu akhirnya bisa bertemu orang tua kandung kamu. Aku akan menunggu kamu pulang " gumam Nadia melihat mobil yang dikendarai oleh Anwar sudah menghilang.
Nadia menutup tirai jendela kamar itu lalu keluar untuk mengunci pintu utama. Sebenarnya dia cukup sedih ditinggal pergi di malam pertamanya seperti ini. Dia bahkan sudah menggunakan pakaian dan merias diri untuk suaminya walaupun sekarang tidak berguna sama sekali. Tapi bagaimana lagi, sangat penting untuk suaminya itu pergi ke Palembang dan menemui kedua orang tuanya.
Beruntung resepsi pernikahan mereka masih satu minggu lagi sehingga tidak terlalu masalah jika Anwar pergi. Nadia sangat berharap perginya sang suami tidak akan lama dan cepat kembali.
Wanita itu kembali ke kamar dan segera naik ke atas tempat tidur dan menutup tubuhnya dengan selimut hingga sebatas dada. Dia akan berusaha untuk tidur, lagipula hari sudah semakin malam.
Kedua matanya mulai terpejam sangat berusaha untuk tidur, meski pikirannya kini tertuju pada sang suami. Dalam hatinya terus berdoa untuk keselamatan dan kelancaran perjalanan Anwar menuju Palembang.
" Ya Allah, lancarkan perjalanan suamiku menuju Palembang dan tanpa halangan suatu apapun " doa Nadia di dalam hati.
Beberapa saat kemudian, Nadia pun sudah mulai bisa tertidur dan masuk ke alam mimpinya. Kasihan sekali nasib Nadia, tinggal pergi oleh suaminya di malam pertama. Jika sanak saudaranya tahu mungkin dia akan menjadi bahan pergunjingan.
***
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘
Pagi-pagi sekali, Nadia sudah rapi dengan gamis dan hijab pashmina yang menutupi kepalanya. Dia akan pergi ke rumah orang tuanya untuk menemui sanak saudara dari keluarga ayah dan ibunya serta mendiang ibu kandungnya, memang rencana mereka akan berkumpul di sana. Walaupun masih tinggal di kota yang sama tetapi karena kesibukan masing-masing sehingga jarang bertemu, jadi momen pernikahan Nadia ini menjadi ajang mereka untuk berkumpul.
Nadia segera keluar ketika mendengar suara sebuah mobil berhenti di depan rumah itu. Memang Nadia akan dijemput oleh Om Bimo, seseorang yang sudah menjadi supir dan bodyguard pribadinya sejak kecil.
" Assalamualaikum, Om Bimo " salam Nadia tersenyum melihat Om Bimo yang sudah berdiri di samping mobil.
" Walaikumsalam, Nona Nadia " jawab Om Bimo tersenyum.
Sebenarnya Om Bimo ini termasuk orang yang berwajah datar dan dingin, tetapi pengecualian jika pada keluarganya dan Nadia. Keduanya memang sangat dekat karena sedari usia Nadia 10 tahun, dia akan kemana-mana bersama Om Bimo. Apalagi kedua orang tuanya juga saat itu sedang sibuk-sibuknya mengurus kedua adik kembarnya yang nakalnya luar biasa.
" Silahkan, Nona " ucap Om Bimo membukakan pintu mobil untuk Nadia.
"Iya, terima kasih, Om " jawab Nadia masuk ke dalam mobil.
Nadia akan duduk di kursi penumpang dan Om Bimo akan menyetir di belakang, tapi tidak jarang juga Nadia duduk di samping pria itu. Nadia sudah menganggap Om Bimo sebagai ayahnya karena sangat menyayangi, begitu juga sebaliknya. Terlebih lagi Om Bimo tidak dikaruniai seorang anak dari pernikahannya dengan sang istri, jadi dia sangat menyayangi dan menjaga Nadia.
Kemudian, mobil itu melaju meninggalkan rumah itu menuju kediaman kedua orang tua Nadia yang tidak terlalu jauh. Nadia juga bisa pergi ke sana sendiri tetapi kedua orang tuanya tidak mengizinkannya dan mengirim Om Bimo untuk menjemputnya.
***
Sekitar dua puluh menit menempuh perjalanan, Nadia sudah sampai di rumah kedua orang tuanya yang sudah terlihat sangat ramai. Nadia langsung keluar dari mobil saat Om Bimo membukakan pintu mobil untuknya. Dia tersenyum melihat anak-anak yang sedang berlarian di taman samping, padahal mereka sudah beranjak remaja.
" Anak-anak itu memang tidak bisa diam kalau sudah berkumpul " gumam Nadia menggelengkan kepalanya, apalagi disana juga terdapat dua adik kembarnya.
Dia pasti akan merindukan kedua adiknya itu nanti setelah tinggal bersama dengan sang suami, karena mereka berdua sangat dekat dan manja kepadanya.
" Om, Nadia masuk dulu ya " pamit Nadia pada Om Bimo.
" Iya Nona " jawab Om Bimo.
Nadia pun segera masuk ke dalam rumah untuk menemui kedua orang tuanya terlebih dahulu. Mungkin nanti dia akan membantu menyiapkan makanan dan minuman untuk dibawa ke taman samping karena tempat berkumpul di sana.
" Assalamualaikum " ucap Nadia memasuki ruang keluarga.
Di sana ada kedua orang tuanya serta kakek dan neneknya dari kedua ibunya, sedangkan dari pihak ayahnya sudah meninggal dunia karena kecelakaan jauh sebelum dia lahir.
" Walaikumsalam " jawab semua orang langsung menoleh ke arah Nadia.
Nadia menghampiri mereka dan menciumi tangan mereka satu per satu lalu mendudukkan tubuhnya di samping sang ibu.
" Sayang, kamu sendiri? Dimana suamimu? " tanya Bunda Siska, ibu sambung Nadia.
Walaupun hanya ibu sambung, tetapi Bunda Siska sangat menyayanginya seperti anak kandungnya sendiri. Bahkan ibunya itu lebih menyayangi dan perhatian kepadanya ketimbang kedua adiknya yang merupakan anak kandungnya.
" Mas Anwar tidak ikut, Bun " jawab Nadia dengan memaksa senyumnya.
Sebenarnya Nadia sedikit tidak siap mendapat pertanyaan seperti itu. Apa kata orang jika mengetahui dirinya di tinggalkan di malam pertama ya walaupun dengan alasan yang jelas.
" Memangnya Anwar kemana, Sayang? " tanya Nenek Fatimah yang merupakan ibu dari ibu kandungnya, Bunda Annisa.
" Mas Anwar ke Palembang, Nek. Tadi malam dia mendapatkan telepon dari seseorang yang memberitahu kalau kedua orang tua kandungnya sudah ditemukan dan langsung berangkat ke Palembang " jawab Nadia.
Semua orang yang ada di sana cukup terkejut mendengar jawaban itu seperti yang sudah mereka duga.
" Jadi, Anwar meninggalkan kamu di malam pertama kalian? Kamu ditinggal pergi di rumah itu sendirian? " tanya Bunda Siska pada Nadia dengan wajah tidak percaya.
Nadia pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
" Benar-benar keterlaluan ya si Anwar itu, bisa-bisanya dia meninggalkan kamu sendiri, di malam pertama kalian lagi. Baru satu hari menikah saja sudah tidak bertanggung jawab seperti ini, apalagi seterusnya. Sedari awal Bunda itu memang sedikit tidak suka dan tidak setuju kalau kamu menikah sama dia, tetapi karena kamu menerima dan yang lainnya seperti ya Bunda tidak bisa apa-apa. Lihat sekarang, apa yang dia lakukan sama kamu! Bisa-bisanya dia begini, setidaknya kalau mau pergi tunggu pagi atau bisa dia mengantarkan kamu pulang ke sini " ucap Bunda Siska sangat emosi.
Bunda Siska sangat menyayangi Nadia melebihi apapun sehingga dia tidak terima putrinya diperlakukan seperti itu oleh Anwar. Apalagi memang wanita itu tidak menyukai Anwar walaupun menantunya itu memang pria yang baik, tapi entah mengapa dia merasa ada yang mengganjal saja menyerahkan Nadia pada Anwar.
Sebelumnya Bunda Siska hanya diam dan tidak berani berbicara karena ada yang lebih berhak atas diri Nadia yaitu sang suami. Terlebih lagi dia juga sungkan pada kedua orang tua istri pertama suaminya yang menjadi wali dari Anwar, tapi sepertinya sekarang tidak perlu lagi.
Nadia hanya menunduk kepalanya mendengar apa yang dikatakan oleh Bunda Siska dan mulai membenarkannya. Jika suaminya itu adalah seorang pria yang bertanggung jawab, maka dia tidak akan akan meninggalkan di malam pertama mereka, setidaknya bisa menunggu keesokan paginya. Anwar juga tidak berpamitan kepada kedua orang tuanya, bukankah lebih baik seharusnya suaminya itu mengantarkannya ke rumah kedua tuanya daripada meninggalkannya di rumah itu sendirian.
" Siska, mungkin saja ada sesuatu yang membuat Anwar harus segera pergi. Bukankah Nadia mengatakan kalau Anwar ingin menemui kedua orang tuanya " ucap Kakek Umar, suami Nenek Fatimah.
Pria itu masih membela Anwar yang di mata Bunda Siska sudah sangat keterlaluan, mungkin karena Anwar sudah seperti cucunya sendiri.
" Iya Abi, Siska tahu, tapi tidak seharusnya begini. Dia bisa mengantar Nadia ke sini sebelum pergi, bukan pergi begitu saja tanpa memperdulikan istrinya " jawab Bunda yang sangat kecewa.
" Sayang, tenang dulu ya. Nanti kita bicara dengan Anwar setelah dia kembali dari Palembang " ucap Ayah Reno, ayah dari Nadia, menenangkan istrinya.
" Terserah " jawab Bunda Siska langsung bangkit dari duduknya.
Bunda Siska langsung pergi meninggalkan mereka semua dengan kemarahan dan rasa kecewa.
" Bunda " panggil Nadia pelan melihat kepergian ibunya dengan wajah sedih.
" Jangan terlalu dipikirkan ya. Bunda begitu karena terlalu menyayangi kamu " ucap Ayah Reno mengusap bahu sang putri.
Nadia pun menganggukkan kepalanya. " Iya Ayah " jawab Nadia pelan.
Sedangkan Opa Smith dan Oma Amelia yang merupakan kedua orang tua dari Bunda Siska hanya diam karena tidak ingin terlalu ikut campur karena mereka tidak memiliki hak apa-apa. Walaupun begitu, mereka tetap tidak tega melihat Nadia yang terlihat sangat sedih.
***
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘
Walaupun sudah dikatakan Ayah Reno untuk tidak terlalu memikirkan ucapan Bunda Siska, tetapi Nadia tetap saja merasa tidak tenang. Nadia segera menyusul Bunda Siska yang naik ke lantai dua dan sepertinya pergi ke kamarnya. Entah mengapa dia merasa sangat bersalah tidak mendengarkan nasehat dari ibunya itu di malam sebelum pernikahannya, padahal sebelumnya dia sudah memantapkan hati untuk menerima pinangan Anwar untuk menjadi istri dari pria itu.
Memang malam itu Bunda Siska datang ke kamarnya untuk berbicara berdua. Ibunya itu menanyakan keyakinan dirinya untuk menjadi istri dari seorang Anwar dan tanpa keraguan Nadia menjawabnya dengan sangat yakin. Akhirnya Bunda Siska pun menerimanya walaupun memang sempat mengutarakan pendapat dan keraguannya tentang sosok Anwar. Nadia berhasil menyakinkan Bunda Siska jika Anwar adalah pria yang baik dan tidak akan menyakiti, tetapi hari ini dia menjadi ragu.
Apa benar Anwar memang pria yang baik? Atau Anwar adalah pria yang tidak bertanggung jawab seperti yang dikatakan oleh Bunda Siska? Jika dipikir-pikir lagi, ucapan Bunda Siska tidak salah, apalagi melihat tindakan yang diambil Anwar tadi malam. Suaminya itu juga belum ada menghubunginya lagi sedari pagi dan hanya memberikan kabar jika sudah tiba di Palembang.
Nadia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengusir semua pikiran itu, dia akan berusaha berpikiran baik pada suaminya itu. Nadia menganggap kepergian Anwar yang langsung meninggalkannya di malam pertama dan di rumah sendiri itu karena suaminya itu tidak sabar ingin bertemu dengan orang tua yang puluhan tahun lamanya terpisah.
" Mas Anwar pasti melakukan itu karena ingin cepat menemui orang tuanya " gumam Nadia meyakinkan dirinya sendiri.
Nadia segera mempercepat langkahnya menaiki tangga dan menuju kamar kedua orang tuanya.
Tok, tok, tok.
" Bunda, ini Nadia. Nadia boleh masuk ya " ucap Nadia di depan pintu.
" Masuklah, Sayang " terdengar jawaban dari dalam.
Perlahan, Nadia membuka pintu kamar itu lalu langsung masuk ke dalamnya. Terlihat Bunda Siska yang sedang duduk di tepi tempat tidur dengan menatap ke arah jendela yang menghadap langsung ke arah taman.
" Bunda " panggil Nadia sembari berjalan mendekati Nadia.
" Iya Sayang " jawab Bunda Siska tersenyum.
Nadia mendudukkan tubuhnya di samping Bunda Siska dan langsung memeluk tubuh ibunya itu.
" Bunda jangan marah ya. Nadia tidak bisa kalau Bunda marah seperti ini " ucap Nadia dengan suara pelan.
" Bunda tidak marah, Sayang, Bunda cuma kesal. Bisa-bisanya si Anwar itu memperlakukan kamu seperti itu, dia pikir dia siapa, hah. Sepertinya dia belum tahu siapa Bunda, pasti akan Bunda kasih pelajaran sama dia " jawab Bunda Siska sangat geram.
Kedua sudut bibir tertarik membentuk sebuah senyuman karena ibunya itu terlihat sangat lucu jika sedang kesal seperti itu. Hampir setiap hari sebenarnya Bunda Siska mengomel dan merasa kesal karena kelakukan kedua adiknya, terutama Hendri. Jika yang satunya yaitu Hendra lebih kalem dan bisa diatur.
" Bunda lucu deh kalau sedang kesal seperti ini " ucap Nadia mengeratkan pelukannya dan sedikit menggoyangkannya.
" Mana ada begitu, Bunda sedang kesal bukan melucu " jawab Bunda Siska mengerucutkan bibirnya.
Nadia tertawa kecil melihat itu karena wajah Bunda Siska sangat lucu. Sama sekali tidak terlihat seperti ibu dengan tiga anak karena wajahnya ya awet muda. Eh, bukan awet muda tapi memang Bunda Siska masih muda, usianya saja baru 34 tahun dan selisih 10 tahun saja dengannya. Bunda Siska menikah dengan ayahnya di usianya yang masih sangat muda dan langsung memiliki anak sambung yang cukup besar.
" Aku tahu Bunda sangat menyayangi Nadia dan Nadia sangat bersyukur akan hal itu. Bunda jangan khawatir ya, Nadia yakin kok kalau Mas Anwar itu adalah laki-laki yang baik. Dia sangat senang karena bisa bertemu dengan orang tuanya, jadi dia pergi dengan terburu-buru. Bunda jangan marah ya sama Mas Anwar " ucap Nadia pada Bunda Siska.
Terlihat Bunda Siska menghela napasnya panjang. " Hmm, baiklah, Bunda akan menganggapnya seperti itu " jawab Bunda Siska.
" Tapi sekali lagi dia memperlakukan kamu seperti ini atau mau menyakiti kamu, jangan larang Bunda untuk memberikannya pelajaran " lanjut Bunda Siska yang akan menjadi garda terdepan untuk putrinya itu.
Nadia langsung menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
" Terima kasih ya, Bunda " ucap Nadia lalu memberikan kecupan di pipi sang ibu.
" Sama-sama, Sayang " jawab Bunda Siska mengusap lembut punggung tangan Nadia yang memeluknya.
" Kalau begitu sekarang kita keluar yuk, Bun. Semua orang pasti sudah menunggu kita di taman " ajak Nadia pada Bunda Siska.
Bunda Siska pun mengangguk-anggukkan kepalanya mengiyakan. Mereka tidak bisa terus berada di kamar dan mengabaikan sanak saudara yang sedang berkumpul di rumah mereka.
Kemudian Nadia melepaskan pelukannya pada sang ibu lalu mereka berjalan beriringan keluar dari kamar dan menuju taman.
" Kakak " panggil Hendra dan Hendri, kedua adik kembar Nadia.
Kedua remaja itu langsung menghampiri sang kakak yang baru tiba di taman bersama Bunda Siska. Hendra dan Hendri langsung memeluk Nadia bersamaan karena mereka sudah sangat merindukan kakaknya itu. Walaupun baru berpisah satu hari, mereka sudah rindu ya wajar saja sebelumnya mereka jarang sekali berpisah.
" Aku sangat merindukan Kakak " ucap Hendra di dalam pelukan Nadia.
" Aku juga " sambung Hendri.
Nadia pun tersenyum mendengar itu. " Kalian ini, baru satu hari tapi sudah rindu saja " ucap Nadia mengusap kepala kedua adiknya.
Sedangkan Bunda Siska sudah berlalu menghampiri ibu-ibu yang lain dan membiarkan kakak beradik itu menuntaskan rindu mereka.
" Jangan kan satu hari, satu jam saja tidak bertemu Kakak, kami itu sudah rindu " jawab Hendri.
" Aaaa manisnya adik-adikku ini " ucap Nadia terharu.
Meski tidak lahir dari rahim yang sama, tetapi ikatan mereka sangat kuat dan saling menyayangi.
" Ist, Hendra, Hendri, gantian dong. Aku juga mau peluk Kak Nadia " ucap seorang gadis di belakang mereka.
Hendra dan Hendri pun langsung melepaskan pelukannya dan membiarkan gadis yang merupakan sepupu mereka itu memeluk Nadia. Jika tidak, maka gadis itu akan merajuk dan menangis, pada akhirnya akan membuat mereka berdua pusing.
" Kakak rindu aku, tidak? " tanya Adelia setelah memeluk kakak sepupunya itu.
" Rindu dong, Lia " jawab Nadia tersenyum.
Nadia mencubit gemas salah satu pipi Adelia yang memang sangat chubby.
" Hai, Lio " sapa Nadia pada Adelio, kembaran Adelia.
Remaja laki-laki itu hanya tersenyum tipis tanpa membalas sapaan Nadia, maklum saja dia itu kulkas dua pintu persis seperti ayahnya.
" Nah, kebetulan ada Nadia, tolong ambilkan gelas dari dapur ya. Tadi sudah Tante siapkan kok " ucap seorang wanita yang merupakan istri dari sepupu Bunda Siska, yaitu Tante Yeni.
" Baik, Tante " jawab Nadia.
" Lia, kamu bantu Kak Nadia " ucap Yeni pada sang putri.
" Siap, Bunda " jawab Adelia.
Nadia dan Adelia pun segera masuk ke dalam rumah untuk mengambil gelas seperti yang diperintahkan oleh Tante Yeni.
" Lia, kamu bawa yang sedikit saja ya. Biar Kakak bawa yang banyak " ucap Nadia melihat gelas-gelas yang sudah tersusun di atas nampan.
" Iya Kak " jawab Adelia.
Nadia mengangkat nampan berisi gelas-gelas itu dan membawa ke taman. Tapi ketika mendekati pintu, entah kenapa tiba-tiba tangannya terasa licin hingga tidak seimbang memegang nampan dan akhirnya gelas-gelas itu terjatuh.
Prang, prang, prang.
Suara pecahan gelas saling bersahutan hingga menarik perhatian dari semua orang yang berada di dalam rumah maupun taman.
Deg.
" Astaghfirullah " gumam Nadia langsung memegang dadanya.
Perasannya menjadi tidak enak dan langsung teringat dengan Anwar. Nadia sangat takut terjadi sesuatu yang buruk pada suaminya, entah apa itu. Mendadak Nadia menjadi memiliki firasat yang buruk pada suaminya. Biasanya Firasatnya itu tidak pernah salah dan membuatnya menjadi sangat khawatir.
***
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!