NovelToon NovelToon

Ketulusan Hati Zia

Permintaan Sahabat

"Apa??? Kamu udah gila ya Alma??? " Zia terkejut dengan permintaan Alma sahabatnya yang tak bisa di terima akalnya.

Zia bela-belain datang mengebut, takut terjadi apa-apa pada sahabatnya, saat bilang meminta tolong dengan begitu menyayat hati, namun saat tiba di rumah sahabatnya justru permintaan konyol yang dia terima.

"Please Zia... Ku mohon... Aku tak punya siapa pun yang lebih aku percaya selain kamu... " Kata Alma yang masih memohon, Alma menggenggam tangan Zia dengan kuat penuh dengan permohonan yang sangat dalam.

Zia masih menggelengkan kepalanya, dirinya masih tak habis pikir dengan permintaan sahabatnya yang sudah seperti saudara baginya itu. Permintaan yang tak akan dia turuti sampai kapanpun karena tidak layak untuk dia turuti.

"Zia... please... " Mohon Alma lagi dengan wajah sendunya.

"Maaf Alma... aku tak bisa minta yang lain saja... tapi bukan hal konyol seperti tadi... " Zia berkata lalu menyeruput coklat cappucino di hadapannya. Jujur mendengar permintaan konyol Ini membuat tenggorokannya panas dan haus rasanya.

Alma menunduk nampak murung dengan kaca-kaca di matanya, kemudian air mata itu menerobos sudut matanya hingga Zia merasa bersalah.

"Ya Allah Alma.. please lah... jangan nangis... aku gak bisa... kamu tu aneh tau gak??? masa nyuruh aku nikah sama suami kamu sih??? dimana-mana gak ada yang mau suaminya nikah lagi... gak ada yang sanggup di madu... kamu malah minta aku begitu... Astaghfirullah... !!" Dia meraup wajahnya frustasi dan bingung dengan jalan pikiran sahabatnya itu.

Alma menunduk lalu menaruh kepalanya di meja, menangis sesenggukan hingga bahunya terguncang, membuat Dia semakin tidak karuan perasaannya.

"Aku mencintai Mas Azzam sangat dalam... Aku amat sangat mencintainya dengan segenap jiwa dan ragaku... namun Zia... Usiaku tak lama lagi... Aku masih punya Nana yang masih kecil... Baru satu tahun coba... mana tega aku meninggalkan mereka begitu saja... tanpa adanya istri dan ibu yang baik..." Tutur Alma sedih dan pilu, Zia merasa ikut tersayat rasanya saat mendengar curhat hati Alma

Zia sudah tau jika Alma memiliki sakit kanker otak dari awal masuk kuliah, bahkan sering menemani saat Alma kemoterapi akhir-akhir ini, Azzam suami Alma juga begitu mencintai Alma jadi sekalipun tahu Alma mengidap kanker otak dia tetap menikahinya.

Sekarang Alma sudah memasuki stadium akhir dan usia Alma di perkiraan tidak akan lama lagi, bahkan rambut Alma yang panjang itupun sudah habis, wajahnya juga sudah semakin kurus dan pucat, Nana juga dari awal tidak pernah minum Asi karena Alma dari awal sebenarnya tidak di ijinkan hamil karena beresiko, namun keajaiban Allah mengirim bayi cantik yang amat mirip dengan dirinya itu membuat kebahagiaan di rumah tangganya.

"Sudah jangan bersedih... kita tidak tau usia kita... kamu bisa sembuh... bismillah... nanti kita besarkan Nana sama-sama... aku bisa jadi Uminya Nana tanpa harus menikah dengan suamimu... " Kata Zia lalu memeluk Alma penuh rasa kasih dan sayang.

Zia amat tulus saat berteman dengan Alma, Ini yang membuat Alma yakin jika meninggalkan Suami dan anaknya pada Zia, maka mereka tidak akan merasa kehilangan dirinya, bahkan Zia bisa mendidik Nana dengan baik dan menyayangi Nana dengan baik, karena Zia seorang guru tentu mudah bagi Zia mendidik seorang anak.

Zia menguatkan Alma yang semakin rapuh, Zia ikut menangis sedih dengan cobaan sahabatnya yang begitu berat, Zia berdoa selalu agar Allah beri keajaiban untuk Alma supaya sembuh dan bahagia bersama anak dan suaminya.

"Alma... dengarkan aku... jangan berpikir yang terlalu jauh... kamu masih punya peluang untuk sembuh... coba bayangkan betapa hebatnya kamu sudah berjuang melawan penyakit ini begitu lama... bahkan kamu juga sudah melahirkan bidadari cantik seperti Nana... Allah mungkin menguji kamu dengan penyakit tapi Allah kirim juga Nana dan juga suami yang begitu hebat seperti Mas Azzam... " Zia mengusap tangan Alma yang sudah mulai keriput karena kurusnya itu.

"Karena Itu Zia... aku ingin kau menjaga mereka untuk Aku... Agar jika usiaku sudah tiba waktunya, aku masih bisa tersenyum melihat mereka bersamamu... " Keukeh Alma.

"Bodoh..., Jangan konyol yang ada kamu justru makin sedih dan menderita... mana udah sakit di tinggal suami nikah lagi pula... udah deh... jangan aneh-aneh... " Zia masih keras dengan pendiriannya.

"Terserah kalau kamu mau tidak mau Zia... berarti kamu tega sama aku... aku butuh kamu untuk menjaga mereka di sini tapi kamu gak mau... " Alma menangis lagi, sungguh Zia tak tega namun apa yang diinginkan sahabatnya ini di luar nalar menurutnya.

"Justru aku tidak tega Alma... mana ada sahabat yang tega menikah dengan suami sahabatnya sendiri... apa kata orang??? aku tak mau di bilang memanfaatkan keadaanmu... aku bisa di cap pelakor dalam rumah tangga mu... " Jelas Zia perlahan.

"Siapa yang akan mengatakan itu pada wanita shalihah sepertimu Zia... kamu justru menyelamatkan keluargaku... aku sudah tak bisa menjadi istri di rumah tanggaku dalam hal apapun... aku tak bisa melayani suamiku... aku bahkan sudah tidak mampu melayaninya sejak Nana lahir... bayangkan betapa tak bergunanya aku... jika ada kamu kamu bisa menggantikan peranku sebagai istri Mas Azzam sekaligus ibu untuk Nana... " Mohon Zia lagi makin gak bisa di terima Zia.

"Astaga... Alma... jangan konyol deh... suami kamu juga paham kondisi kamu... jadi gak usah mikir sampai kesana juga... " Zia menyanggah pikiran Alma yang menurutnya terlalu ngawur.

Zia berpikir mana mungkin Mas Azam tega memakai wanita lain sebagai istri sementara istri pertamanya saja setiap waktu berjuang melawan penyakit yang mematikan nyaris membuat istrinya merenggang nyawa.

Zia tak habis pikir dengan pola pikir Alma yang bisa berpikir seperti itu, mana ada juga suami yang mau melihat istrinya terluka melihat suaminya menikah dan berhubungan dengan wanita lain.

Zia mengingat penghianatan Ayahnya saat menikah dengan tante Kiara dulu saja, membuat Bundanya begitu sakit, apa lagi ini, istri sakit namun malah suaminya di minta menikah lagi tentu itu kalaupun terjadi benar-benar menyakitkan.

Di belakang mereka, ada Azzam yang sembunyi di balik pintu, mendengar semua obrolan istri dan sahabat istrinya itu, dadanya bergemuruh, tangannya mengepal, sedih, marah dan kecewa bercampur menjadi satu.

Sedih atas kondisi istrinya yang semakin buruk, marah atas permintaan istrinya untuk menikah dengan Zia sahabat istrinya itu dan kecewa dengan keadaan yang membuat semuanya terasa begitu sulit dan berat untuk di rasakan, kecewa dengan takdir yang membawanya mengukir rumah tangganya begitu pahit.

***

Yang belum tau siapa Zia bisa lihat di kisah Air mata yang kering ya... sama Di novel kesepakatan di atas buku nikah...

Bagi yang udah setia di semua karya aku terimakasih sekali... 🙏🙏🙏❤❤❤

Zia

Satu minggu kemudian.

Udara begitu segar saat Zia terbangun di sepertiga malamnya, ucapan sahabatnya selalu terngiang di telinganya. Hari ini adalah hari ke tujuh bagi Zia yang dia gunakan untuk mengambil waktu.

Zia sudah seminggu ini mengambil waktu untuk melakukan shalat Tahajud sekaligus shalat istikharah untuk meminta jawaban atas permintaan sahabatnya namun setiap waktu justru mengarahkan dirinya mantap untuk menerima padahal hatinya menolak.

Zia teringat setiap malam Zia bermimpi ubun-ubunnya di kecup seorang laki-laki dan perutnya di peluk oleh Nana, sementara di ujung sana Alma tersenyum begitu bahagia.

Zia meraup wajahnya rasanya begitu membingungkan, entah apa yang akan di lakukan namun Zia juga tak tega jika mengingat bagaimana kondisi Alma saat ini.

Pernikahan yang akan di jalaninya bukan pernikahan yang di landasi oleh cinta, namun lebih ke langkah mengambil beban dan tanggung jawab yang berat yang akan di jalani seumur hidupnya.

Zia juga yakin kalaupun dirinya meminta ijin pada keluarganya tentu akan di tentang. Zia meraup wajahnya lalu bangkit dan melanjutkan langkah mengambil mushaf dan membacanya agar lebih tenang.

Setelah azdan subuh berkumandang Zia meletakkan Mushaf dan menunaikan shalat subuh lalu berdzikir dan berdoa setelah shalat hingga kantuk kembali menghampiri.

Dering telepon di handphone miliknya membuat Zia segera bangkit dan mengangkat telfonnya.

"Assalamualaikum... " Salam Zia dan ternyata suara Azzam yang menghubunginya.

"Waalaikumsalam... Maaf merepotkan... Alma drob jadi tolong ke rumah dan jaga Nana untuk kami..." Ucap Azzam lalu memutus panggilan.

Zia menarik nafas dalam, belum juga menjawab sanggup dan tidaknya, namun panggilan itu sudah kadung terputus sepihak.

Zia pun bangkit dan mandi kemudian bersiap untuk sarapan, Zia menuju dapur dan ternyata sudah ada Zea di sana.

"Mau kemana Zi?? Tumben jam segini udah rapi aja... gak lupakan hari ini libur kerja... " Ucap Zea.

"Ini barusan dapat telfon Alma drop lagi... jadi mau jagain Nana... kasian dia... " Ucap Zia lalu mengambil makanannya di letakan di piringnya.

"Ckk kamu lama-lama udah kaya istri kedua aja..." Seloroh Zea namun tak sengaja tepat pada hati Zia.

"Astaghfirullah... iya aku bukan siapa-siapa tapi mereka butuh aku... " Batin Zia sambil makan.

"Udah Gih makan... ngomong muluk... " Putus Zia lalu memakan makanannya lebih cepat.

Keduanya pun makan dengan pikiran masing-masing, Zia memikirkan langkah apa yang akan di lakukannya. Seandainya Alma bisa sembuh seperti kakaknya yang memiliki keajaiban, mungkin kah Alma bisa sembuh dan bisa seperti Kakaknya yang dulu pernah koma hampir satu tahun.

Zia ingat tahun lalu Alma pernah memintanya untuk menikahi Azzam saat dirinya baru saja melahirkan Nana dan dirinya berhasil meyakinkan Alma jika semua akan baik-baik saja.

Sekarang saat Nana sudah berumur satu tahun, kondisi Alma kembali drop dan kembali memintanya untuk menikah dengan suaminya, permintaan yang Alma lontarkan waktu itu bukanlah hal yang pertama namun yang terakhir itu nampak keputusasaan yang terlihat di mata Alma.

"Ckk udah deh Zia... kamu tu kalau mau nikah ya udah nikah aja sama Azzam... pindah rumah sana dari pada wara-wiri gitu... apa coba kata tetangga Azzam lihat kamu di sana sementara Alma di rumah sakit... " Ucap Zea mengejutkan lamunan Zia, Zea sebenarnya paham bagaimana perasaan Zia, namun jika itu berada di posisi Zea, dia tidak mau jika menikah dengan suami orang meski bagaimanapun keadaannya.

"Ze... Kamu tau aku kan??? aku mana bisa ikuti kemauan Alma itu terlalu berat... aku sayang sama Nana seperti anak aku sendiri, tak perlu menikah dengan Mas Azzam untuk menjadi ibu Nana, anggap aja aku ibunya... " Kata Zia lalu berdiri tak ingin berdebat masalah ini lagi.

***

Di rumah Alma.

Tok

Tok

Tok

Zia mengetuk pintu di rumah ini hanya ada Nana, Azzam dan Alma. Alma gadis piatu, Ibunya meninggal karena kanker otak juga saat Alma duduk di bangku kuliah. Ayah Alma meninggalkan Alma sejak Alma di kandungan, Alma sendiri pernah bercerita jika tak pernah melihat Ayah kandungnya.

Azzam ini seorang Dosen di sebuah fakultas gajinya habis untuk mengobatkan Alma, sementara Alma yang sebelumnya seorang guru di SMA tempat Zia juga mengajar sekaligus bernaung di bawah yayasan pendidikan yang di miliki Keluarga Zia, semenjak sakit parah Alma berhenti bekerja.

Rasa Cinta yang di miliki Azzam begitu dalam untuk Alma meski bagaimanapun kondisinya dirinya tetap sabar dan merawat Alma dengan baik. Sekarang keadaan ekonomi Azzam sedang menipis karena jam kerjanya menipis sementara dirinya harus merawat Alma juga.

Alasan Ini yang membuat Zia tak keberatan menjaga Nana.

"Assalamualaikum... " Salam Zia setelah mengetuk pintu.

"Walaikum salam... masuk Zia... Nana sedang tidur... maaf merepotkan kamu lagi, Alma semakin parah kondisinya, aku akan membawanya kerumah sakit tolong jaga Nana ya... " Kata Azzam yang kemudian.

"Ya... Hari ini aku libur... Fokuslah pada Alma, serahkan Nana padaku... " Ucap Zia, tak masalah dirinya menjaga anak kecil, sudah biasa baginya, karena saat adik bungsunya lahir dulu dirinya terbiasa menjaga juga, anak-anak Kakaknya saat Kakak sulungnya sakit hingga koma dirinya juga membantu merawatnya.

Azzam membopong Alma dan membawa keluar, Zia membantu membukakan pintu mobil, terlihat betapa telatennya Azzam mendudukkan Alma dan memasang sabuk pengaman, lalu di akhiri kecupan di kening pucat itu.

Zia menoleh saat keromantisan itu terjadi, Zia segera masuk ke dalam rumah, dirinya berharap agar Alma segera pulih dan sembuh seperti dulu kala.

Di kamar Nana masih terlelap sambil meminum susu di dotnya, hati Zia teriris rasanya, gadis sekecil itu harus mengalami kurangnya kasih sayang seorang ibu.

Air mata Zia mengalir tak terbendung, lalu memeluk Nana yang terlelap, dirinya berharap Nana merasakan pelukan kasih sayang seorang ibu meski bukan ibu sungguhan.

"Nana... Ini Umi... nanti jika sudah besar jadi anak yang kuat ya... " Kata Zia yang di balas pelukan oleh Nana di perut Zia.

Sementara itu, Azzam sampai di rumah sakit, Alma langsung di tangani perawat dan di bawa ke ruang ICU karena kondisinya yang amat memprihatinkan.

"Bagaimana Dok??? " Azzam menghadap ke dokter yang menangani Alma.

"Dari Awal saya sudah jelaskan bagaimana kondisi Pasien... Ini masih terbilang keajaiban, bagaimana perjuangan Bu Alma dalam penyakit ini... " Kata Dokter.

"Glioblastoma tetap merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan...Rata-rata penderitanya memiliki harapan  hidup rata-rata 15 bulan... Hanya 5,5% pasien bertahan lima tahun setelah diagnosis... Dan bu Alma sudah melewati masa 4 tahun setelah di vonis... kita hanya bisa berdoa akan ada harapan untuk bu Alma... " Ucap Dokter membuat Azzam menunduk menahan sesak di dadanya.

***

Mau dong jejaknya bagi yang udah mampir... 🙏🙏😍

Rumah Sakit

Waktu berjalan begitu cepat, Zia sudah seperti setrikaan yang mondar mandir dari Rumahnya, sekolah tempat mengajar, Rumah Alma dan kadang masih di mintai Kak Intan jika Kakak sulungnya itu ada urusan bersama suaminya.

Selama satu bulan ini Zia kadang terpaksa membawa Nana ke Rumah jika Azzam tidur di rumah sakit menunggu Alma yang masih harus terus menjalani pengobatan.

Seperti saat ini, Nana di ajak ikut dengan dirinya saat mengajar hingga dirinya di gosip kan oleh seluruh guru dan karyawan juga siswa-siswi.

Zia menarik nafas dalam berharap tidak ada omongan negatif tentang dirinya yang membantu merawat Nana. Zia bersyukur dirinya pemilik yayasan di sekolah ini, setidaknya tidak akan ada yang berani berpikir macam-macam tentang dirinya.

Saat ini Zia sedang istirahat siang dan sudah selesai mengajar, Zia makan sambil menyuapi Nana yang duduk di pangkuan ya, sudah nampak seperti seorang ibu dan anak sungguhan.

"Mi mi Nom... " Ucap Nana masih belum begitu jelas meminta minum pada Zia, Zia dengan sigap menaruh makanannya dan mengambilkan minum untuk Nana.

Naila teman mengajarnya datang dan duduk di hadapan Zia, lalu mengamati Zia yang tengah telaten menyuapi makanan pada Nana.

"Masya Allah... salut sama Bu Zia... sabar dan telaten sekali mengasuh Nana udah kaya anak sendiri... " Puji Naila yang hanya di jawab Zia dengan senyuman.

"Bu Alma masih sakit ya Bu?? kondisinya bagaimana sekarang?? " Tanya Naila peduli.

"Kita doakan saja ya Bu Naila... semoga beliau segera di beri kesembuhan... " Jawab Zia sambil merapikan tempat makannya.

Keduanya mengobrol hingga Nana tertidur di pelukan Zia, Karena waktu sudah menunjukkan waktu pulang, Zia pun pulang dan membawa Nana dalam gendongannya.

Saat tiba di depan mobil tiba-tiba ada siswa laki-laki yang membantunya, " Biar saya bantu Bu... " Ucap laki-laki itu membukakan pintu mobil.

"Ya Allah... terimakasih..." Ucap Zia lalu masuk dan menaruh Nana di posisi yang aman dan nyaman.

Zia menyalakan Mobilnya keluar dari area sekolah namun saat berada di lampu merah dirinya mendapat telfon dari Azzam. Zia pun akhirnya menepikan mobil ke tepi Jalan dan mengangkat panggilan itu.

"Assalamualaikum... Ya Mas?? Ada Apa?? " Tanya Zia langsung saja.

"Waalaikumsalam... Nana dimana?? " Tanya Azzam dari seberang.

"Nana bersamaku, ini tidur... Aku baru pulang dari sekolah..." Jawab Zia pelan agar tidak membangun Nana.

"Tolong datanglah Alma kritis dan memanggil namamu terus... " Ucap Azzam parau.

"Astaghfirullah... Iya... Kalau gitu aku bawa Nana ke rumah Bunda dulu... " Zia terkejut dan panik sekaligus khawatir dengan keadaan Alma.

Setelah panggilan itu berakhir, Zia melakukan kembali mobil menuju rumah Bundanya, pikiran berpikir yang tidak-tidak tentang Alma.

Setelah menempuh perjalanan Zia sampai di rumah Bunda Mutia, Zia menggendong Nana dan masuk ke rumah tanpa salam, tepat saat Bunda Mutia sedang duduk santai di depan TV bersama dedek Zayn.

"Loh... Zia..." Bunda Mutia bangkit dan menyiapkan kasur yang biasa di pakai Dedek Zayn berbaring untuk meletakkan Nana.

"Kenapa??? Alma drop lagi??? " Tanya Bunda yang sudah sering mendapatkan cerita dari Zea.

"Iya Bun... Alma Kritis... Zia di minta kesana... Zia nitip Nana ya Bun... " Ucap Zia parau, Bunda Mutia jadi terenyuh dan memeluk Zia.

"Biar Nana sama Bibi dan Zea, Zea baru aja datang tadi... Bunda temani kamu ya... " Bunda Mutia menawarkan diri kemudian mereka pun memutuskan untuk segera ke rumah sakit.

***

Di rumah sakit.

"Zia... Zia...Nana...Mas Azzam..." Suara lirih lemah Alma terdengar menyayat hati.

Alma tersadar dari kritisnya tepat di saat Zia dan Bunda Mutia tiba. Zia langsung menghambur ke pelukan Alma air matanya berderai membasahi pipinya.

"Ayo... Semangat... Maaf Nana tidur di rumah bersama Zea... kamu jangan khawatir... Nana aman... lekas pulih dan pulang... Nana merindukan kamu... " Ucap Zia parau.

Alma menangis raganya seperti sudah lelah menahan sakit, jarinya sudah lemah seperti botak mampu memeluk Nana dalam gendongannya.

"Bun..., Alma mohon.. ijinkan Zia menikah dengan Mas Azzam... ku mohon... agar aku bisa pergi dengan tenang... " Ucap Alma dengan derai air mata.

Bunda Mutia terkejut dengan permintaan Alma begitu pun dengan Azzam, dirinya menggelengkan kepala tanda tidak setuju, Bunda Mutia pun ikut tidak setuju, dirinya tak akan mungkin membiarkan anaknya menjadi istri yang kehadirannya tak di harapkan.

Alma menangis hingga kondisinya melemah, semua orang pun panik di buatnya, Azzam memanggil dokter dengan segera untuk menangani Alma.

Dokter menggelengkan kepalanya, berkata jika sudah tak ada harapan lagi, Azzam meraung dan memeluk Alma dengan tangisannya.

"Bangun... bangun sayang... kamu benar-benar tega meninggalkan Mas... Hah???" Azzam menggoyangkan tubuh Alma dengan keras hingga tubuh lemah itu berguncang.

Zia menangis memeluk Bunda Mutia, hatinya merasa amat bersalah karena sampai Alma seperti itu akibat dirinya yang tak mau menikah dengan Azzam.

"Semua gara-gara Zia Ma... aku tak bisa mengikuti permintaan terakhirnya... Huhuhu... Zia salah Ma... " Zia menangis membuat hati Bunda Mutia terasa trenyuh dan ikut merasa bersalah.

"Bangun... Jika kau bangun aku akan menikah dengan Zia... kumohon... Kumohon!!!! Bangun!!!! minimal Sampai Nana bisa melihat dirimu dan memanggil juga mengenali dirimu!!! Bangun!!!! " Azzam makin meraung hingga suster memisahkan tubuh Azzam dari Alma.

Zia maju dan memeluk Alma, air matanya membasahi pipi Nana, "Maaf... maafkan aku Alma... apakah jika aku menikah dengan Mas Azzam kamu akan bangun??? Bangunlah... lihatlah kami dan bahagia bersama... Aku mau kau membesarkan Nana hingga dewasa... Aku ingin menuruti kemauan... tapi bangun dulu... " Ucap Zia membuat Bunda Mutia terkejut dengan keputusan Zia.

"Zia??? Kamu yakin??? " Bunda Mutia terkejut dengan ucapan Zia.

Namun detak jantung Alma berbunyi semakin membuat semua orang terkejut tidak menyangka Alma kembali berjuang melawan ketidakberdayaannya.

"Sayang..." Azzam memeluk Alma yang sudah mulai sadarkan diri, namun masih lemah dan belum bisa membuka mata.

Semua orang pun bersyukur atas keajaiban yang Alma terima, Zia memeluk Bunda Mutia dengan tangis bahagianya.

"Bunda... Mohon restui langkah Zia... " Ucap Lirih Zia pada Bunda Mutia.

"Ini berat sayang... apa kamu sanggup menanggungnya...?? " Tanya Bunda Mutia.

"Zia ikhlas Bun... jika ini jalan takdir Zia..." Ucap Zia sambil mengusap air matanya.

"Azzam mohon ijin Bun.. ini tidak akan lama... saya tidak akan menyentuh Zia, ijinkan Zia menikah sebagai istri saya sampai Alma sembuh... "Ucap Azzam memohon.

"Tidak jika itu yang akan kamu lakukan dengan menikahi putriku untuk menjandakan Anakku maka aku tidak rela!!! Zia sudah banyak membantumu dan keluargamu, tapi kau malah semakin memanfaatkan keadaan... Aku tidak bisa menikahkan putriku dengan laki-laki yang sudah berniat meninggalkan dirinya bahkan berniat tak menafkahi secara batin... Pernikahan macam apa yang akan dia tanggung...." Ucap Bunda Zia marah dengan permohonan Azzam.

Bunda Mutia pun pulang dan memaksa Zia untuk pergi, hatinya terluka sebagai ibu, dirinya merasa Azzam begitu tidak menghargai sikap baik Zia selama ini yang tulus.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!