NovelToon NovelToon

Di Dunia Lain? : Lalu Sekarang Bagaimana?

Kehancuran dan Transisi

Di ruang kelas yang tenang di lantai dua Sekolah Menengah Atas Gayura, Leon duduk di bangku paling belakang dan dekat dengan jendela kelas dengan tatapan kosong mengarah keluar jendela. Suara teman temannya yang bersemangat tentang rencana akhir pekan terdengar samar samar di sekitarnya. Dia merenung, memikirkan kebosanan yang menyelimuti hidupnya.

"Bagaimana kalau seandainya dunia ini hancur saja?" gumamnya pelan, hanya untuk dirinya sendiri.

Tidak ada yang merespon, dan dia menggelengkan kepala sendiri, membuang pikiran itu.

"Ah, sudahlah... hanya khayalan kosong, kehidupanku yang membosankan".

Namun, sebelum Leon bisa melanjutkan pikirannya, terdengar suara gemuruh dahsyat dari luar. Semuanya terasa bergetar dan lantai kelas bergoyang. Dari jendela, Leon melihat objek besar bercahaya terang berwarna biru jatuh dari langit seperti meteor.

Ah, apa itu...? gumamnya, matanya dengan ekspresi biasa saja. " Apakah itu meteor?"

Sebelum dia bisa merespon lebih lanjut, objek itu mendarat dengan kekuatan besar di lapangan sekolah. Detik berikutnya, ledakan dahsyat terjadi, menghancurkan segala sesuatu yang ada disekitarnya dan perlahan semakin besar kehancurannya. Jendela pecah dan puing puing terbang ke dalam kelas. Dan akhirnya menghancurkan semuanya termasuk sekolahnya. Saat itu Leon kemudian bergumam,

"ini pasti mimpi...." sambil tenang dan biasa saja.

Sesaat setelah itu Leon kemudian tiba tiba terbangun dari posisi tidur terlentang. Saat dia bangun, dia melihat pemandangan di sekitarnya, dia terkejut dan bergumam

"Loh, eh... " menemukan bahwa dia tidak lagi di dalam kelas.

Di depannya terbentang pemandangan yang sama sekali berbeda pemandangannya yang mirip seperti cerita komik dalam cerita cerita fantasy yang dia baca.

Leon terdiam, matanya memerhatikan dunia baru yang tampaknya menanti di luar sana. Dia meraba-raba dirinya sendiri, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi.

"Tadi itu kan aku sedang tidur di kelas melihat meteor dan... " Tunggu, tunggu, apa berarti aku sudah mati dan bereinkarnasi ke dunia ini?, tapi, kenapa tubuhku seperti berusia sama dengan yang dulu? gumamnya dengan ekspresi terkejut tapi tidak berlebihan.

Dia mencoba memahami dan beradaptasi untuk menerima kenyataannya. Dibalik kepribadiannya yang anti sosial,tenang,dan begitu populer di semua kalangan, sifatnya yang tidak terlalu peduli pada siapapun, dia hanya mau melakukan sesuatu yang benar benar penting untuk dirinya, dia sangat cerdas di sekolahnya dulu. Dia selalu juara kelas, padahal dia tidak terlalu memerhatikan penjelasan gurunya. Kalau ada yang benar benar harus dilakukan akan kulakukan dengan cepat, itulah prinsipnya.

Kembali lagi ke kejadian saat ini, Leon kemudian mencoba mengeluarkan skillnya, dia mencobanya karena di dunia ini pasti ada semacam sihir. Dia berdiri di atas hutan gunung dan sudut depannya terbuka dengan pemandangan yang luas. Dia mengarahkan tangannya dan menunjuk ke arah luas itu,

"",

Tiba tiba sebuah kekuatan berwarna ungu tajam seperti tembakan petir hitam legam menghancurkan pemandangan dengan skala sangat besar hingga membuat semuanya lenyap dan terbakar.

"Wah, sepertinya aku menghancurkannya..., Aku harus pergi sebelum dicurigai," pikir Leon sambil bergegas.

Leon kemudian bergegas pergi dan ingin pergi ke sebuah kota terdekat, dan harus melewati hutan yang luas dulu. Leon, kemudian merasa,

"ini mungkin sama seperti dalam game, dimana karakter bisa mengeluarkan skill tertentu."

"Kalau begitu"

Leon dalam pikirannya, dia mencoba menutup mata dan merasakan sesuatu,

"" ucap Leon dalam hatinya.

Dia merasakan ada beberapa hawa kehadiran,

"itu mungkin monster atau semacamnya", ucap Leon.

......................

Di Dunia Lain

Leon menyusuri hutan yang lebat, mencoba mencari jalan menuju kota terdekat. Cahaya matahari yang redup menyinari pepohonan, menciptakan bayangan yang bergerak-gerak seiring angin. Suara gemerisik dedaunan dan kicauan burung-burung aneh mengisi udara. Leon berhenti sejenak, mendengar suara-suara aneh dari kejauhan.

"Mungkin ada monster di sekitar sini," pikirnya.

Dia merasakan hawa kehadiran yang semakin mendekat. Tiba-tiba, dari balik pepohonan muncul sekumpulan makhluk berbulu dengan taring tajam.

"Ini seperti monster dalam game RPG," pikir Leon, mencoba mengendalikan rasa gugupnya.

Leon mengangkat tangannya, mengingat bagaimana dia menggunakan kekuatan sebelumnya. "," ucapnya dengan tenang.

Cahaya terang muncul dari tangannya, menyilaukan para monster dan membuat mereka mundur.

Namun, salah satu dari mereka masih berani mendekat, menggeram dengan ganas. Leon tetap tenang, "," katanya lagi.

Ledakan energi ungu menghantam monster itu, menghancurkannya menjadi debu.

"Ini akan memerlukan lebih banyak latihan," pikir Leon, dia merasa kekuatannya terus meningkat dan lebih berkembang.

Leon kemudian mencoba melihat statistiknya...

“Hmm, kalau tidak salah, dalam game seperti ini”....ucap Leon.

Sebuah statistik muncul yang mungkin hanya bisa dilihat oleh penggunanya saja.

Disitu menampilkan statistik, seperti HP, MP, Speed, Skill, Stamina, dan lainnya.

Leon terkejut melihat statistiknya yang menampilakn tanda tanya semua.

“Ini...,yah apakah ini semacam bug yang ada seperti di game?”,ucap Leon.

“Yah, mungkin semacam itu”, ucap Leon sambil berpikir.

“Kalau begitu, mungkin gue coba ah”, ucap Leon sambil membayangkan sesuatu.

“Mungkin jika aku berpikir untuk mengeluarkan semacam sihir aku hanya perlu membayangkannya...gumamnya.

(Molekul air tersusun dari dua atom hidrogen yang berikatan secara kovalen dengan satu atom oksigen sehingga akan membentuk H2O...,ucap Leon).

Tak lama kemudian Leon mengumpulkannya dan membentuk elemen air.

“Bagus, sepertinya berhasil...,ucap Leon. Kalau aku membuatnya jadi sangat kecil dengan tekanan tinggi, mungkin akan menghasilkan....

(air memancar yang terpusat di satu titik dengan tekanan tinggi, hingga membuat seluruh yang ada di depannya hancur).

“Hmm, menarik", Ucap Leon.

Leon kemudian menghabiskan waktu beberapa hari untuk mengeluarkan berbagai jenis sihirnya, bahkan semuanya tanpa merapal mantra, dengan kata lain dia langsung mengeluarkan sihirnya.

Pagi harinya dia melanjutkan perjalanannya, mencoba mengingat peta yang dia lihat sekilas di buku sejarah dunia.

("Hmm, sepertinya pakaianku agak mencolok di dunia ini, aku akan mencoba menggunakan sesuatu", Ucap Leon).

Leon merentangkan kedua tangannya dan mencoba sebuha skill.

"....

Tiba tiba Leon mengubah semua penampilannya supaya tidak mencolok.

"Kota terdekat seharusnya ada di sebelah barat," gumamnya, mengarahkan langkahnya ke arah yang benar.

Saat senja tiba, Leon akhirnya melihat dinding kota di kejauhan. Kota itu terlihat ramai dengan aktivitas, orang-orang berlalu lalang di gerbang utama.

Leon mendekati gerbang dengan hati-hati. Penjaga di gerbang mengamatinya dengan curiga. "Siapa kamu?" tanya salah satu penjaga, dengan bahasa yang berbeda.

Leon entah bagaimana dia bisa menggunakan bahasa di dunia ini dan memahaminya, seakan seperti kemampuan terjemahan instan.

"Aku... Leon. Aku baru saja tiba di sini," jawabnya dengan tenang.

Penjaga itu mengangguk, masih melihatnya dengan curiga.

"Dari mana asalmu?"

Leon berpikir sejenak. Dia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya.

"Aku berasal dari desa di sebelah timur. Aku sedang mencari pekerjaan."

Penjaga itu mengangguk lagi dan mengizinkannya masuk. Leon memasuki kota dengan perasaan campur aduk. Dia berjalan menyusuri jalan-jalan yang ramai, melihat toko-toko dan pedagang yang menjajakan dagangannya.

"Aku harus mencari tempat untuk bermalam dan makanan," pikirnya. Dia melihat sebuah penginapan kecil di ujung jalan. Leon masuk dan mendekati pemilik penginapan.

"Selamat malam. Ada kamar kosong?" tanya Leon.

Pemilik penginapan, seorang pria tua dengan senyum ramah, mengangguk. "Ada, anak muda. Berapa malam kau akan menginap?"

"Untuk malam ini saja," jawab Leon.

Pria tua itu memberikan kunci kamar dan Leon menuju kamarnya. Setelah tiba di dalam, dia duduk di tepi tempat tidur, memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya.

"Aku harus mencari tahu lebih banyak tentang dunia ini dan bagaimana caranya kembali," pikirnya.

Keesokan paginya, Leon bangun dengan tekad baru. Dia harus menemukan cara untuk beradaptasi dengan dunia ini dan mencari jawaban atas pertanyaannya.

Dia meninggalkan penginapan dan memulai petualangan barunya di dunia yang asing ini. Jalanan kota yang sibuk dipenuhi dengan orang-orang yang melakukan berbagai aktivitas.

Ada pedagang yang menjajakan barang dagangannya, anak-anak yang bermain di jalan, dan prajurit yang berpatroli.

Leon berjalan menuju pusat kota, berharap menemukan informasi lebih lanjut. Dia berhenti di sebuah kios kecil yang menjual peta.

"Berapa harga peta ini?" tanyanya kepada penjual.

Penjual itu menatapnya sebentar sebelum menjawab dengan suara yang datar, "Lima koin perak, anak muda."

Leon merogoh saku dan menemukan beberapa koin yang berbeda dari dunia asalnya. "Maaf, koin ini," ucap Leon ragu-ragu.

Penjual itu menatap koin-koin tersebut dengan ekspresi bingung.

"Ini bukan mata uang yang biasa kami terima di sini," katanya dengan nada yang jelas menunjukkan ketidakyakinannya.

Leon mengangguk paham. "Maafkan aku, sepertinya ini satu-satunya yang kupunya," ucapnya sambil mengembalikan koin-koin tersebut ke dalam saku.

Dia menyerahkannya kepada penjual itu dengan harapan penjual itu menerima koin-koin tersebut.

Penjual itu menerima koin tersebut dari Leon dengan terima kasih.

Setelah itu, ia memberikan peta tersebut kepada Leon tanpa memungut bayaran apapun.

"Terima kasih," ucap Leon dengan sopan sebelum berjalan pergi. Dia membuka peta itu dan mulai memeriksa wilayah sekitarnya.

"Terdapat beberapa tempat yang mungkin memberi petunjuk," gumamnya sambil memandangi peta. Dia bisa memahami dan membaca tulisan yang ada di peta tersebut, seolah-olah kemampuan itu tumbuh di dalamnya sejak tiba di dunia ini.

"Dalam dunia yang begitu asing ini, aku harus belajar mengenali lebih banyak hal," pikir Leon.

Keesokan paginya, dia memutuskan untuk mengunjungi perpustakaan kota yang terletak tidak jauh dari pusat kota.

Masuk ke dalam bangunan tua yang berisi bau buku kuno yang khas, Leon melangkah dengan hati-hati. Dia melewati rak-rak penuh dengan berbagai buku, mencari informasi yang mungkin bisa membantunya memahami dunia ini.

Di sudut ruangan, dia menemukan sebuah buku besar berjudul "Sejarah Dunia Aetheria."

Dengan hati-hati, dia membukanya dan mulai membaca.Kerajaan ini disebut Aetheria... ada banyak ras dan kerajaan yang berbeda... sihir merupakan bagian yang sangat penting dari kehidupan sehari-hari," gumamnya sambil membenamkan diri dalam bacaannya.

Waktu berlalu dengan cepat di perpustakaan itu. Leon menghabiskan beberapa jam untuk mencerna sebanyak mungkin informasi dari buku-buku yang ada.

Saat sedang asyik membaca buku lain, dia tak sengaja bertabrakan dengan seorang perempuan muda yang juga sedang mengambil buku yang sama.

"Oh, maaf," ucap Leon seraya mengulurkan tangan untuk membantu perempuan itu berdiri. Rambut peraknya yang indah berkilau di dalam pencahayaan redup perpustakaan.

Perempuan itu tampak terkejut dan sedikit malu.

"Ma-maafkan aku," ucapnya sambil tersenyum kecil.

"Tidak apa-apa, aku yang seharusnya lebih hati-hati," balas Leon sambil tersenyum.

Perempuan itu tampak sedikit terkejut melihat Leon dengan penuh perhatian.

"Terima kasih," ucapnya seraya menerima tawaran bantuan Leon untuk mengambil buku yang sempat jatuh dari tangannya.

"Aku Leon," sambung Leon, mencoba memulai percakapan. "Aku baru saja tiba di kota ini."

"Aku Archalia," jawab perempuan itu dengan lembut, sambil menatap Leon dengan tatapan perhatian.

"Kamu tampaknya baru di sini."

Leon mengangguk. "Ya, benar. Aku mencari informasi tentang kota ini dan kerajaan di sekitarnya."

Archalia tersenyum. "Kamu bisa memulai dari perpustakaan ini. Banyak buku yang menceritakan sejarah dan budaya Aetheria."

"Mungkin aku bisa memulai dengan membaca sejarah kota ini," saran Leon, membalas senyuman Archalia.

"Kamu tinggal di sini lama?"

Archalia menggeleng pelan.

"Aku sering datang ke sini untuk belajar. Aku juga belajar sihir di sini."

"Sihir?" tanya Leon, tertarik. "Aku juga sedang mencoba memahami tentang sihir di dunia ini. Aku memiliki beberapa kemampuan, tapi sepertinya ada banyak hal yang masih belum kupahami."

Archalia mengangguk mengerti. "Sihir di Aetheria memiliki berbagai bentuk dan jenis. Setiap ras memiliki ciri khasnya sendiri dalam menggunakan sihir.

Apa kemampuan yang kamu miliki?"

Leon menggaruk kepalanya.

"Aku masih mencoba memahami itu sendiri. Aku bisa menggunakan beberapa elemen, seperti air dan api,ucap Leon."

(Leon menyembunyikan bahwa dia sebenarnya bisa mengeluarkan semua skill hanya dengan membayangkannya, Leon berpikir pasti akan menimbulkan masalah jika aku memberitahunya).

Archalia terlihat tertarik. "Itu menarik. Kamu bisa melatih kemampuan itu di pusat akademi sihir kerajaan ini. Di dalam kota ini terdapat tempat melatih anak anak yang berbakat ataupun yang memiliki potensi untuk jadi penyihir hebat.

"Hmm, gitu ya?, tapi sepertinya aku orang baru di kota ini, jadi ya, sepertinya perlu proses yang rumit jika aku kesana", Ucap Leon.

"Begitu, eng... bagaimana kalau kamu tinggal di rumahku untuk sementara?. Kamu bisa mudah mendaftarkan ke akademi sihir, Ucap Archalia tanpa pikir panjang.

"Hmm, aku kan baru disini, apa kau tidak keberatan membawa orang asing?, Bagaimana kalau terjadi salah paham? ", Ucap Leon.

Agak lama, Archalia baru menyadari apa yang telah dikatakannya, dan langsung merah, dan pingsan.

"Loh, eh, apa aku mengatakan sesuatu yang salah?".Ucap Leon.

"Gawat, gimana nih". Ucap Leon.

Kemudian tiba tiba ada yang datang ke perpustakaan itu...

Dan itu adalah pengawal pribadi Archalia.

Leon tidak menyadari bahwa Archalia adalah seorang putri. Dan saat itu pengawal itu kemudian tiba tiba menyerang Leon dengan pedangnya.

(Apa yang kau lakukan pada tuan putri sialan, Ucap pengawal itu).

Saat hendak diserang, Leon selau menghindarinya,

"Gerakannya sangat cepat, tapi... "

Sambil menghindarinya dan Leon berhasil menghempaskan pedang pengawal itu.

Kemudian Aechalia yang tadinya pingsan, sudah bangun, dan menyuruh mereka segera menghentikannya.

Pengawalnya itu tiba tiba pergi ke Archalia.

"Anda tidak apa apa tuan putri?, Apa anda tidak terluka?, Apa yang telah orang itu lakukan kepada anda, sambil menunjuk Leon"

"Aku minta maaf, Rosia, dia hanya membantuku. Dia tidak bermaksud menyakitiku, Ucap Archalia.

Rosia memandang Leon dengan curiga, tetapi kemudian mengangguk dengan terpaksa.

"Seperti yang Anda katakan, Tuan Putri," katanya pada Archalia.

"Terima kasih, Leon. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan tanpamu, Ucap Archalia.

Leon tersenyum lega. "Tidak masalah, Archalia. Aku senang bisa membantu."

"Mari kita pulang sekarang, Tuan Putri," kata Rosia sambil mengawasi sekeliling mereka dengan hati-hati.

Archalia dan Leon meninggalkan perpustakaan bersama-sama, berjalan menuju kediaman Archalia yang terletak tidak jauh dari pusat kota.

"Jadi, bagaimana perasaanmu dengan pertarungan tadi?", Tanya Archalia, menatap Leon dengan penuh keingintahuan.

Leon menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Itu pertama kalinya aku menghadapi orang seperti itu, dia sangat kuat. Tidak terduga, tapi aku senang semuanya berakhir baik."

"Kamu benar-benar terampil dalam menghindari serangan," puji Archalia. "Di mana kamu belajar itu?"

Leon menggaruk kepalanya. "Aku... memiliki beberapa pengalaman di dunia luar. Aku tidak terlalu pandai bertarung, tapi beruntungnya aku bisa mengandalkan kemampuan alami."

Archalia mengangguk, sepertinya menerima penjelasan Leon.

"Mari kita segera sampai ke rumah," kata Archalia sambil mempercepat langkahnya. "Rosia pasti khawatir."

Mereka tiba di depan sebuah bangunan besar yang terbuat dari batu putih, dikelilingi oleh taman yang indah.

"Inilah kediamanku," kata Archalia sambil membuka pintu dan mempersilakan Leon masuk.

Dalam rumah itu, mereka disambut dengan hangat oleh pengurus rumah tangga yang membantu mereka melepaskan mantel dan menyediakan minuman hangat.

"Terima kasih, Hilda," kata Archalia sambil memberikan mantelnya. "Kami akan berada di ruang tamu."

Leon mengikuti Archalia ke ruang tamu yang luas dan indah. Perabotan mewah menghiasi ruangan yang dilengkapi dengan perpustakaan kecil di salah satu sudutnya.

"Mohon duduk," kata Archalia, menunjuk ke sofa besar yang nyaman di depan perapian.

Leon duduk dengan rasa takjub, mengagumi keindahan ruangan itu.

"Eh, maaf, saya tidak tahu bahwa anda adalah tuan putri kerajaan", Ucap Leon dengan ekspresi sedikit formal.

"Jangan terlalu kaku, seperti biasa saja", Ucap Archalia.

"Aku tidak terlalu suka dengan sikap formal, jadi santai saja", Ucap Archalia.

("Baik...", Ucap Leon)

"Rumahmu sangat indah, Archalia," puji Leon. "Ini jauh lebih besar dari apa yang aku bayangkan."

Archalia tersenyum bangga. "Terima kasih, Leon. Aku tinggal di sini sejak lama. Ini adalah tempat yang aku panggil rumah."

"Mengagumkan," kata Leon, menatap sekitar dengan penuh kekaguman. "Sangat berbeda dari rumah-rumah di desa tempat aku tinggal."

"Tapi aku juga merindukan desaku," kata Leon,.

Archalia mengangguk. "Aku bisa membayangkan betapa sulitnya meninggalkan rumahmu dan datang ke dunia yang begitu asing."

Leon mengangguk. "Benar-benar sulit. Tapi aku juga merasa ada alasan mengapa aku berada di sini."

"Mungkin ini adalah awal dari petualangan yang lebih besar," saran Archalia. "Kamu tiba di Aetheria untuk tujuan tertentu."

Leon mengangguk perlahan, merenungkan kata-kata Archalia.

"Kamu benar," ucapnya perlahan. "Aku harus mencari jawaban atas pertanyaanku kenapa aku bisa ada di dunia ini. Dan mungkin ada sesuatu yang harus aku lakukan di sini."

Archalia tersenyum. "Aku yakin kamu akan menemukan jawaban itu, Leon. Aku akan membantumu sebisa mungkin."

"Terima kasih, Archalia," kata Leon dengan tulus. "Aku beruntung bisa bertemu denganmu."

"Mari kita bersantai sejenak," ajak Archalia, menawarkan Leon secangkir teh. "Kemudian aku akan membantumu mendaftar di akademi sihir jika kamu mau."

Leon tersenyum dan menerima tawaran itu dengan hangat. Mereka duduk bersama di ruang tamu yang hangat, bercerita tentang dunia mereka masing-masing, dan merencanakan langkah-langkah selanjutnya di perjalanan Leon di Kerajaan Aetheria yang baru baginya.

Tinggal Di Istana?

Setelah beberapa hari tinggal di istana Archalia, Leon semakin terbiasa dengan kehidupan di kota Aetheria.

Istana itu megah, dengan taman yang luas dan arsitektur yang indah.Archalia, putri dari Raja Aetheria yang terkenal akan kebijaksanaan dan kecantikannya, sangat ramah dan membantu Leon menyesuaikan diri.

Hari hari Leon diisi dengan belajar sihir dasar dari Archalia. Dia belajar tentang elemen-elemen dasar seperti api, air, angin, dan tanah, serta mengontrolnya dengan tepat.

Archalia yang memiliki bakat alami dalam sihir air dan api, dan memiliki kemampuan dalam berbagai teknik sihir, menjadi mentornya dengan sabar.

"Sihir tidak hanya tentang mengeluarkan kekuatan, tetapi juga tentang bagaimana kita memahami dan menyatukan diri dengan energi alam", kata Archalia sambil memperlihatkan gerakan tangan yang halus untuk memanggil air dari sebuah kolam kecil di taman istana.

Leon terkesan dengan kecerdasan dan kemampuan Archalia dalam sihir. Setiap hari, dia berlatih dengan tekun di halaman belakang istana, mencoba mengontrol dan memanfaatkan kekuatan dalam dirinya.Archalia terkesan dengan Leon karena bisa mengeluarkan sihir tanpa mantra. Leon menunjukkan kemajuan yang sangat pesat dalam memahami dan menguasai sihir, meskipun masih banyak yang perlu dipelajari.

Pada suatu hari, saat mereka sedang duduk di taman belakang istana, Leon bertanya, " Archalia, apakah di Aetheria ada tempat artefak kuno atau rahasia tersembunyi di Aetheria?"

Archalia merenung sejenak sebelum menjawab, "Terdapat banyak cerita dan legenda tentang artefak kuno yang memiliki kekuatan besar, tetapi keberadaan mereka belum pernah dibuktikan. Beberapa penyihir berpengalaman percaya bahwa ada sumber daya alam yang luar biasa tersembunyi di dalam hutan atau di bawah tanah".

Leon mengangguk, mencerna informasi itu dalam hati. Ada sesuatu yang menarik dalan gagasannya tentang menjelajahi tempat tempat terlarang dan mencari pengetahuan baru tentang dunia ini. Dia merasa semakin dekat dengan tujuannya untuk memahami sihir dan memahami dunia yang sedang di tinggalinya.

Malam itu Leon duduk sendirian di kamar, sambil menikmati keindahan bulan purnama. Dia memikirkan dunia ini sepertinya tidak buruk juga.

Suatu pagi cerah, ketika Leon sedang berlatih mengendalikan kekuatan sihirnya di halaman belakang istana, Archalia datang dengan ekspresi serius di wajahnya dengan sedikit khawatir.

"Leon, ayahku ingin bertemu denganmu sekarang juga, " kata Archalia dengan suara yang tenang tetapi tegas. "Beliau meminta agar kamu menghadapnya di ruang istana kerajaan".

Leon terkejut, tetapi dengan cepat mengumpulkan keberaniannya. Dia mengikuti Archalia melewati koridor koridor istana yang megah menuju ruang kerajaan yang dihiasi dengan gemerlap cahaya dari jendela jendela tinggi.

Raja Artheria duduk di singgasana di ujung ruangan, diapit oleh penasihat penasihatnya yang berpakaian mewah. Ketika Leon dan Archalia masuk, suasana hening turun di ruangan itu. Raja menatap Leon dengan tajam, memeriksa setiap detail dari tamu yang tidak dikenal ini.

"Kurasa aku harus memperkenalkan diri, Salam kenal aku adalah raja Aetheria yang ke 89, Vinsmo Van De Aetheria", kata raja dengan nada tegas dan berwibawa.

Leon kemudian segera memperkenalkan dirinya dengan sedikit gugup.

"Saya, saya Leon. Leon Voldea, " Ucap Leon dengan tegas.

"Leon, putriku memberitahuku bahwa kamu memiliki kemampuan sihir yang luar biasa," kata Raja dengan suara yang tenang tetapi berwibawa. "Kami tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentangmu dan maksud kedatanganmu di kerajaan ini".

Leon menelan ludah, berusaha menahan gugupnya. " Saya... Saya tiba di Aetheria tanpa sengaja, Raja Aetheria ", Ucapnya dengan hormat sambil berusaha membuat alasan.

"Saya mencari pemahaman tentang sihir dan tidak sengaja bertemu kota terdekat kerajaan ini

...(sambil membuat alasan lainnya...)...

Raja Aetheria mengangguk, menunjukkan pemahamannya. "Kami memahami maksudmu, Leon. Kami akan membantu kamu sebisa mungkin selama kamu bersikap jujur dan setia kepada kerajaan kami."

(Leon di dalam hatinya sedikit panik, dan bergumam sendiri)

Leon mengangguk, merasa bahwa dia tidak diberi hukuman atau diusir karena keberadaannya yang tak terduga di istana kerajaan ini. Archalia berdiri di sampingnya, memberikan dukungan dengan senyum kecil.

Setelah itu, Raja Aetheria berkata "Ngomong ngomong, bagaimana putriku Leon? ", Kata raja dengan ekspresi serius.

" Dia cantik, baik, cerdas, kemampuannya juga sangat luar biasa...."

(bla bla bla.... dan seterusnya dengan panjang lebar, dan Leon seperti kelepasan)

Archalia kemudian tersipu malu dengan wajah merah.

"Haha, begitu ya, apa kamu tidak keberatan menikah dengan putriku? " Ucap raja.

"Oi oi oi, menikah?... Hah? tunggu bentar..., " Ucap leon terus bergumam dalam hatinya, panik.

"Maaf yang mulia saya hanya orang asing, tidak pantas untuk itu yang mulia, saya juga bukan keluarga bangsawan. Selain itu, belum tentu Archalia mau dengan orang seperti saya. " Ucap Leon.

"Haha, bagaimana putriku, apakah kamu mau dengan Leon?, Ucap raja dengan nada tegas, tetapi ada kilatan humor di matanya.

"Ayahanda",Ucap Archalia dengan sedikit gugup dan malu..., segera pergi meninggalkan tempat itu.

Sementara itu Leon bergumam dalam hatinya " Eh, apakah aku buat kesalahan?, panik dengan ekspresi merasa bersalah ".

"Maaf yang mulia... " ucap Leon, merasa kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa.

Raja hanya tertawa kecil, "Santai saja, Leon. Aku hanya ingin melihat reaksimu. Tapi, ingatlah, kamu selalu diterima disini selama kamu setia dan jujur."

Leon tersenyum kaku, mencoba mengerti situasi yang baru saja dialaminya. Sesaat kemudian, dia berbalik dan mengikuti Archalia yang sudah keluar dari ruangan, meninggalkan Raja yang masih tertawa kecil.

Di luar ruangan, Archalia menunggu dengan wajah yang masih merah. "Ayahanda memang suka bercanda seperti itu. Jangan terlalu dipikirkan, Leon."

Leon mengangguk, mencoba meyakinkan dirinya bahwa semuanya baik-baik saja. "Terimakasih Archalia. Aku akan berusaha untuk tidak mengecewakan kalian."

......................

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!