Di usia 25 tahun, menjadi Head Of Advertising di perusahaan underware ternama di Amerika bukan perkara mudah bagi Nathania. Begitu banyak hal yang sudah dia lalui untuk mencapai posisi yang dia capai sekarang. Sudah lebih dari 5 tahun dia tinggal di negara Paman Sam ini. Mencoba membaur dengan kebudayaan yang berbeda jauh dengan negara asalnya.
Orang tua nya sudah lama tiada sejak Nath (Panggilan dia sejak kecil) masih duduk di bangku sekolah dasar. Setelah orang tua nya tiada Nath pun akhirnya tinggal dengan neneknya di desa, sampai akhirnya nenek nya tercinta pun meninggal saat Nath baru selesai lulus SMA. Berbekal uang hasil penjualan sawah dan perkebunan tebu di desa dan tekad tentunya, Nath memutuskan mengambil beasiswa sambil mencari kerja di New York. Beasiswa yang dia dapatkan dari sekolah mengantarkannya kesini. Ke kota yang mengubah seluruh hidupnya.
Pagi itu seperti biasa Nath bangun sejak pukul 05.30. Jogging kurang lebih 30 menit dan memasak untuk sarapan dan untuk membawa bekal ke kantor. Nath sudah melakukan kebiasaan ini sejak saat dia pertama kali menginjakkan kaki di NYC. Dia mencoba berhemat dengan uang yang dia bawa karena saat dia kehabisan uang, tidak ada keluarga lagi yang bisa membantunya. Bukan berarti saat ini dia kekurangan uang, gaji nya selama satu bulan amat sangat cukup sebenarnya. Belum lagi pendapatan dari bar yang dia dirikan bersama temannya. Tapi kebiasaan itu memang sulit dirubah kan? Jadi setiap paginya Nath biasa hanya membeli kopi di cafe sebelah kantor. Americano disana tiada dua baginya. Nath selalu sampai dikantor tepat pukul 08.30. Well, Los Angeles memang macet namun Nath mengendarai motor agar bisa ke kantor tepat waktu.
Saat ini Nath tinggal di salah satu apartment sederhana di kota New York. Nath sudah tinggal disini sejak ia masih menjadi mahasiswa. Sewa nya cukup murah, dan akses ke tempat ia bekerja pun tak terlalu jauh. Lokasi nya yang dekat dengan supermarket dan rumah sakit, membuatnya merasa mendapatkan jackpot. Dengan gaji nya sekarang sebenarnya Nath bisa tinggal di apartment yang jauh lebih bagus, namun Nath merasa untuk apa membuang uang lebih jika tinggal disini saja sudah membuatnya nyaman.
Untuk masalah percintaan sendiri, sebenarnya Nath pernah beberapa kali menjalin hubungan sejak kuliah dulu. Namun tidak ada yang bertahan lama. Sebagian karena Nath tidak bisa memberi apa yang diinginkan mantan-mantannya. Hingga akhirnya ia terbiasa melakukan segalanya sendiri hingga sekarang. Bukan berarti tidak ada laki-laki yang mengejarnya, dengan wajah yang cantik campuran Rusia-Indonesia, tubuh yang indah dan tinggi badan 176cm sudah tentu Nath banyak dikejar oleh pria. Bahkan di kantornya sekarang ada beberapa pria yang dengan jelas menunjukkan ketertarikannya kepada Nath, namun Nath selalu bersikap pura-pura tidak tahu. Prinsipnya tidak ada hubungan percintaan di kantor, hal itu akan membuatnya tidak nyaman. Well, katakanlah Nath kuno, namun dia meyakini bahwa petuah neneknya untuk menjaga harta nya yang paling berharga untuk suaminya kelak sudah menjadi bentuk pertahanan diri yang sudah dia terapkan selama ini.
Nath sampai di parkiran kantornya pukul 08.00. Dan seperti biasa memarkirkan sepeda motornya di parkiran sebelah kantor. Lalu berjalan pelan sambil menenteng 2 paperbag yang berisi bekal dan setelan kerjanya, Nath masuk ke cafe depan kantor. Saat akan mengutarakan pesanannya, barista cafe tersebut langsung menyahut.
“Ice Americano dengan 2,5 shot espresso + 1 slice jeruk lemon” Barista yang bernama Niguel menyebutkan pesanan Nath seperti biasa dengan aksen Spanyolnya yang khas.
Nath pun tersenyum lebar. Sambil menunggu pesanannya disiapkan, Niguel mengajak Nath mengobrol.
“Aku selalu penasaran Miss Helene, kenapa harus 2.5 shot espresso?” Tanya Niguel sambil meletakkan telapak tangannya di dagu.
“Nath saja, Please. Karena 2 shot terlalu encer, dan 3 shot terlalu pekat. Bukankah 2,5 terdengar sempurna?”
“Lalu mengapa harus plus 1 slice lemon?” Niguel masih menatap Nath dengan penasaran.
“Anggap itu pengganti gula. Kebanyakan orang-orang di Indonesia meminum kopi yang dicampur dengan gula dan ditemani dengan gorengan. Ya tuhan, membayangkannya membuatku rindu.” Nath memejamkan mata sambil tersenyum lebar.
“Gorengan? Apa maksudnya?” Niguel bertanya sambil meracik pesanan Nath.
“Makanan yang digoreng dengan tepung. Bisa sayur-sayuran, pisang, umbi-umbian juga bisa.” Nath menatap Niguel.
“Sayur-sayuran yang digoreng? Aku tidak bisa membayangkanya.” Niguel bergidik ngeri.
“Nanti saat aku membuatnya aku akan memberimu. Dan percayalah kau akan menyukainya, Sir.” Nath tersenyum bangga.
“Aku tidak sabar, Madam. Dan ini pesananmu. Jangan sampai terlambat, kau kan karyawan teladan.” Mata Niguel bersinar jenaka.
“Oh ya tentu saja, aku kan belajar darimu, Sir. Bye Niguel!” Nath menyeringai membalas ejekan Niguel lalu pergi dari cafe sambil melambaikan tangan itu dan masuk ke kantornya.
Nath selalu datang sebelum karyawan lain datang. biasanya para cleaning service mendahulukan membersihkan ruangan Nath sebelum membersihkan ruangan lain. Begitu sampai di ruangannya, Nath langsung mengeluarkan kotak bekalnya dan meletakkan di atas kulkas kecil di sudut ruangan. Lalu ia akan mengambil paperbag satunya untuk mengambil pakaian kerja yang sudah ia siapkan dirumah. Nath langsung saja melepas pakaiannya dan dengan bergegas mengenakan pakaian kerjanya. Biasanya ia akan ke kamar mandi untuk berganti pakaian, namun karena kantor masih sangat sepi jadi aman baginya untuk berganti pakaian diruangannya tanpa khawatir ada yang masuk.
Setelah berganti pakaian dan makeup tipis yang sudah dia bubuhkan ke wajahnya yang cantik, Nath pun segera duduk di meja kerja nya dan seperti biasa tenggelam dalam pekerjaannya sampai nanti waktu makan siang tiba. Biasanya Nath akan makan dikantin kantor bersama dengan rekan-rekan kerjanya. Tak lupa kalau Nath sedang membawa bekal masakan Indonesia rekan-rekannya ikut mencicipi dan memuji kalau makanan Indonesia sangat enak dan Nath jago memasak. Dan beberapa pria pun terkadang melancarkan aksinya dengan memuji Nath. Mengatakan Nath cantik, pintar memasak, dan banyak hal lainnya yang hanya dibalas Nath dengan senyuman kecil.
Hari ini berlalu seperti biasanya, sepulang dari kantor kadang-kadang Nath akan mampir ke bar nya untuk sekedar bertegur sapa dengan Alessia –sahabat Nath yang sama-sama dari Indonesia sekaligus pendiri bar ini. Nath dan Alessia memutuskan mendirikan bar ini 4 tahun lalu karena mereka pikir investasi ini cukup menjanjikan. Bar ini mereka beri nama "NATHALE". Bar mereka selalu ramai pengunjung setiap harinya, sampai saat ini mereka mempunyai empat bartender termasuk Ale (Panggilan Alessia) dan tiga bartender lain yang sudah bekerja dengan mereka sejak dua tahun lalu.
Diawal pembukaan, bar ini hanya memiliki dua bartender yaitu Ale dan Nath. Well, Ale adalah salah satu bartender terbaik yang pernah Nath temui. Sudah puluhan kompetisi bartender Ale menangkan. Tujuh tahun bekerja menjadi bartender dari mulai pekerja part time sampai sekarang memiliki bar sendiri bersama Nath. Sedangkan Nath sendiri pernah bekerja part time di bar saat ia masih kuliah, bar tempat Ale bekerja. Ale jugalah yang mengajari Nath menjadi bartender sampai mereka berdua memutuskan membuka bar mereka sendiri.
Nath memutuskan berhenti menjadi bartender di "NATHALE" karena ia di terima kerja di kantor tempat Nath bekerja sekarang. Saat Nath bercerita kepada Ale tentang kebingungannya memilih tetap menjadi bartender atau menerima pekerjaan di kantor, Ale bergurau sambil mengatakan "Sudahlah ambil saja kerjaan itu. Gajinya besar dan kau tidak perlu menyia-nyiakan ijazahmu dengan menjadi bartender sepertiku." Gurauan Ale di balas Nath dengan ejekan.
"Cih, ijazahmu pun berharga kalau kau gunakan dengan benar. Kamu kan lulusan cumlaude universitas ternama disini. Tapi ujung-ujungnya menjadi bartender juga"
"Menjadi bartender juga butuh keahlian khusus tau. Lagipula aku menjadi bartender di bar ku sendiri dan sudah dipastikan aku lebih kaya dari perkerja kantoran pada umumnya."
"Ya..ya.. baiklah orang kaya. Aku akan menggantungkan hidupku padamu kalau begitu." Nath mencoba memeluk dan bermanja-manja pada Ale yang seketika membuat Ale menjauh.
"Jangan coba-coba memelukku, kau bau matahari. Sana mandi." Nath merengut kesal dan masuk ke dalam kamar mandi apartmentnya.
Betul kata Ale, bar masih menjadi sumber pendapatan terbesar bagi Nath dan itulah yang membuat Nath hampir tiap hari datang ke bar nya. Karena kebanyakan teman-teman Nath mengajaknya ke bar untuk sekedar merilekskan pikiran dengan minuman yang enak, Nath selalu mengajak mereka ke bar nya. Di bar nya sendiri Nath bisa menutupi ketidakmampuannya minum-minuman keras, karena di barnya sendiri dia akan meracik minuman untuk dirinya sendiri yang tidak mengandung alkohol tentunya. Ale dan bartender lalinya tahu tentang kelemahannya. Kadang mereka menjuluki Nath "Looser". karena Nath akan pusing hebat dan terkadang sakit keesokan hari nya jika dia mabuk.
Biasanya 2 minggu-1 bulan sekali Nath akan mengunjungi Bar nya yang terletak di Boston. Ya, mereka mempunyai cabang lain di Boston. Bar mereka yang di Boston baru di buka setahun yang lalu dan ternyata berjalan dengan sangat baik. Bar tidak pernah sepi pengunjung setiap harinya. Bar di Boston memiliki empat pekerja juga. Nath akan kesana untuk mengecek persediaan minuman dan hal-hal lainnya yang memang perlu diurus. Sebenarnya dengan dua bar yang dimiliki, Nath sudah bisa bertahan hidup namun Nath merasa tidak terlalu betah berlama-lama di bar karena banyak pengunjung yang berlaku tidak senonoh padanya.
Bagaimana dengan Ale? Well Ale juga sangat cantik, dengan rambut hitam bergelombang yang indah, mata coklat gelap yang dingin dan tubuhnya pun memiliki lekukan sensual yang membuat Nath sendiri iri. Kalau almarhum mama Nath mengatakan dia menamai Nath dengan Helene karena mama Nath menyukai Helene yang menurut mitologi Yunani dianggap wanita tercantik pada masanya. Tapi menurut Nath Ale adalah Aphrodite. Namun Ale selalu bersikap dingin dan tanpa ekspresi jika bertemu dengan orang asing, itulah yang kadang membuat laki-laki menjadi mundur saat pertama kali bertemu. Namun Ale bisa berubah sangat drastis jika sudah kenal dekat. Contohnya saja dengan Nath, Ale selalu jail, konyol, namun dewasa jika dimintai saran. Ale akan menjadi tameng paling depan saat Nath tersakiti. Begitupun dengan Nath, Nath akan menjadi tameng paling depan untuk Ale jika ada seseorang yang menyakiti Ale.
Kembali ke masa sekarang, Nath sedang bersama teman-temannya di bar dekat kantor. Mereka merayakan setelah menyelesaikan pekerjaan yang menguras pikiran serta tenaga mereka. Dan Nath pun mentraktir anak buahnya untuk minum-minum di bar. Tadinya Nath menyarankan untuk mengunjungi bar nya yang tentu saja tidak ada satupun karyawan di kantornya mengetahuinya namun Mike (salah satu rekan kerjanya) menyarankan untuk ke bar dekat kantor yang baru buka 1 minggu yang lalu saja karena lebih dekat. Nath sedikit gugup karena mau tidak mau dia harus minum hari ini dan dengan 3 orang laki-laki dan 5 orang wanita, ini sama sekali bukan ide yang bagus. Pada akhirnya Nath pasrah. Dia akan memilih minuman yang paling rendah saja alkoholnya untuk meminimalisir rasa pengar besoknya. Saat di depan bartender tampan berambut hitam legam, yang menatap Nath dengan pandangan genitnya. Nath menoleh ke rekan-rekannya sambil berkata.
"Kalian boleh pesan apa saja".
Lalu Nath berpaling ke bartender tampan tersebut.
"Aku pesan French Kiss Shots extra whipped cream". Nath menyebutkan pesanannya. Bartender itu mengangkat sebelah alisnya seolah mengejek lalu tersenyum smirk dan berkata. "Besok pagi berat badanmu akan naik, Beauty." Nath hanya mengangkat bahu menanggapinya.
Sedangkan rekannya yang lain juga menyebutkan pesanannya. Yang tidak Nath ketahui adalah, Mike mempunyai niat lain kepada Nath. "Malam ini kau harus menjadi milikku, Nath. Sudah lama sekali aku menantikan hari ini tiba". Batin Mike sambil memperhatikan Nath yang sedang memainkan ponselnya. Pesanan Nath selesai dibuat, Melisa salah satu rekannya berkata.
"Seriously, Miss Helene? Aku tidak bisa membedakan itu minuman alkohol atau ice cream."
"Nath saja, Please! Kalau diluar kantor kalian bisa memanggilku Nath agar tidak terasa terlalu formal. Dan aku sedang tidak ingin mabuk hari ini."
"Ayolah, Nath. Besok kan libur. Harusnya kita mabuk-mabukan hari ini untuk melepas penat yang kita alami karena deadline dari Mr. Anderson." Mike menyela.
"Ada hal yang harus aku kerjakan besok, aku harus bangun pagi." Nath mulai menyesap minumannya secara perlahan. "Apa kau ada pekerjaan dihari libur, Nath?". Melisa bertanya lalu ikut menyesap minumannya lalu menoleh ke arah Nath.
"Tidak juga. Biasanya aku menghabiskan waktu liburanku dengan diam dirumah. Hanya saja besok pagi aku harus membantu sahabatku." Nath mengalihkan perhatiannya ke minumannya.
Dia menjilat-jilat whipped cream sampai habis lalu menyesap minumannya. Hal yang tidak luput dari perhatian Mike. Nath tidak menyadari kalau Mike memperhatikannya dengan tatapan mesumnya. Nath menerima telepon dari Ale, karena bar sangat berisik Nath memutuskan ke toilet untuk menerima telepon. Mike yang melihat itu, langsung bergeser ke tempat Nath dan memperhatikan sekeliling lalu mengambil botol berisi bubuk putih dari kantong jaketnya, dan menaburkannya di minuman Nath. Mike tersenyum jahat sambil membatin
"Malam ini kau akan menjadi milikku seutuhnya Nath".
Christopher Robert Evans yang akrab dipanggil Chris seorang aktor ternama saat ini sedang memarahi managernya di dalam mobil. Jadwalnya yang gila-gilaan, tidak adanya liburan hampir selama 3 bulan, bahkan tidak ada sex selama itu membuat emosi Chris naik turun. Managernya yang bernama Sam pun mau tidak mau memutar otak untuk meredakan emosi Chris.
"Aku sudah siapkan wanita untukmu malam ini Chris, Relax!". Chris menarik napas dalam lalu menoleh ke arah Sam sambil menggerutu
"Kau membuatku seolah aku seseorang yang kecanduan sex."
"Lalu, kau ingin aku membatalkannya?". Sam menjawab dengan nada yang sarkastis.
Melihat respon Chris yang diam, Sam tersenyum mengejek.
"Aku kira jawabannya tidak".
"Antarkan saja aku ke bar Anthony yang baru, aku ada janji dengannya". Chris menyenderkan kepalanya agar lebih nyaman dan menutup matanya.
Sam pun mengarahkan sopir menuju ke tempat yang Chris minta.
Nath baru saja menerima telepon dari Ale perihal bar di Boston. Ale bilang Ale sendiri yang akan berangkat besok pagi dan mengurus masalah disana. Ale meminta Nath untuk mengurus bar yang disini karena esok Nath libur bekerja. Nath pun meyetujuinya dan berpesan untuk membawakan roti krim melon yang ada di dekat bar mereka di Boston. Saat Nath kembali ke tempatnya, beberapa rekannya sudah terlihat mabuk dan Mike menyarankan untuk menyewa ruang vip di bar itu. Nath menyetujuinya, toh ia sudah berjanji untuk mentraktir mereka malam ini. Nath menghabiskan minumannya sambil menunggu Mike memesan ruang vip. Saat mendapat tempat mereka diarahkan ke ruangan vip yang sedikit lebih tenang. Di dalam ruangan vip sudah ada beberapa botol wine dan makanan kecil yang sudah dipesan oleh Mike.
Nath pun minum minuman yang sudah tersedia di meja. Sekilas Nath lihat ada beberapa Beer biasa, Maker's Mark, Myers's Rum, Soju dan beberapa merk minuman lainnya.
"Sialan, aku pasti mabuk hari ini. Semoga besok tidak ada drama sakit segala." Batin Nath.
Melisa yang melihat Nath berhenti sejenak di dekat pintu langsung menggandeng Nath untuk duduk disebelahnya.
Mike yang bertugas menuang minuman dari botol ke beberapa gelas yang sudah tersedia dan meletakkan di meja. Nath mengambil salah satu gelas berisi Maker's Mark lalu mencampurnya dengan es batu.
"Aku memang akan merasa pusing hebat esok hari, tapi setidaknya aku harus minum dengan nikmat malam ini." Batin Nath.
"Woahh... Nath, akhirnya kau minum minuman keras yang sebenarnya." Melisa memuji Nath.
"Well, tidak ada salahnya juga mabuk. Deadline kemarin memang menguras waktu dan otakku." Nath memutar sedikit cairan berwarna coklat di gelasnya lalu meminumnya hingga tandas.
Mike yang melihat itu menyeringai.
"Mabuk dan bergairah" adalah kombinasi yang tepat. Aku hanya perlu bersabar selama satu jam lagi. Teruskan cantik! Minum yang banyak. Aku tidak akan melepaskan mu malam ini." batin Mike.
Nath sudah menghabiskan hampir 1 botol minuman dan matanya sudah mulai berkunang-kunang dan dia harus segera pulang. Dia tak ingin ketiduran di bar ini. Dia pun izin pamit ke kamar mandi kepada rekan-rekannya yang juga sudah terlihat mabuk. Bahkan Melisa sudah terlihat tidur di sofa beludru hitam itu. Mike menawarkan diri untuk mengantar Nath. Nath menolaknya dengan halus dan berkata kalau ia akan segera kembali. Nath membawa tas kecilnya lalu bergegas keluar dari ruangan itu, entah mengapa Nath merasa sesak ada didalam ruangan itu.
Di sebuah ruangan dengan furniture klasik, Chris dan Anthony sedang berbincang-bincang mengenai rencana Chris menggantikan ayahnya di perusahaan untuk sementara waktu sampai ayahnya kembali dari Irlandia.
"Kau yakin melakukannya?" Anthony bertanya sambil menyesap minumannya secara perlahan.
"Mau tidak mau. Walau ini bukan pertama kalinya, tapi tetap saja aku tidak terbiasa duduk diam selama berjam-jam." Chris pun menyesap minumannya.
"Percayalah Bung. Kalau kau mau, kau tidak akan diam saja. Kau bisa saja sedikit menggoda karyawanmu dan dalam sekejap mereka akan ada di pangkuanmu." Anthony menggoda Chris.
"Sialan kau! Aku tidak ingin ada hubungan dengan karyawan ayahku. Lagipula mereka akan selalu mencari kesempatan untuk menghancurkan karirku." Chris merengut.
"Tidak semua wanita seperti itu Chris. Apa kau ingin seperti ini terus? Kau tidak ingin menikah? Apa kau hanya ingin bersenang-senang dengan wanita bayaran yang bahkan mereka tidak tahu siapa kau." Nada suara Anthony berubah serius.
Chris menghela napas sejenak lalu meletakkan gelasnya dan mata biru indahnya berubah terlihat menerawang. Anthony mengetahui kebiasaan Chris yang selalu melakukan sex dengan wanita bayaran yang ditutup mata dan telinganya agar tidak mengetahui bahwa Chris sang aktor terkenal yang menggauli mereka.
"Tidak. Tentu saja tidak. Aku ingin menikah tentu saja. Tapi aku masih belum menemukan wanita yang terasa tepat."
"Bagaimana kau bisa menemukan yang tepat? Wanita yang kau incar selalu saja pela cur. Kau perlu membuka hatimu Chris. Umurmu sebentar lagi 40 tahun. Kau tidak mungkin terus hidup begini. Berpindah dari satu kewanitaan ke kewanitaan lain. Apa kau tidak ingin tiap kau pulang bekerja ada istri yang menyambut mu? Ada orang yang bisa menjadi tempat berkeluh kesah. Bukan hanya tempat melampiaskan nafsumu saja!" Chris diam saja mendengar nasehat Anthony sambil memutar-mutar gelas minumannya. Mau tidak mau Chris mengakui bahwa Anthony ada benarnya.
"Sepertinya aku masih belum menginginkannya." Chris bergumam pelan.
"Bukan belum, tapi kau tidak ingin melakukannya." Anthony berkata dengan tegas.
Chris merasa tertohok lalu meminum sisa minumannya sekali tenggak.
"Aku pergi dulu. Aku harus menyiapkan diri untuk menjadi pekerja kantoran mulai Senin besok." Chris berdiri dan berpamitan kepada Anthony.
"Jaga kesehatan,Man! Jangan terlalu lelah." Dari mata Anthony terlihat jelas kalau dia mengkhawatirkan kesehatan sahabatnya itu.
"Kau tahu? Kau mulai terdengar seperti ibuku." Chris mengejek.
"Memangnya ibumu sekekar aku? Anthony tersenyum geli.
Chris tertawa menanggapi kata-kata Anthony dan beranjak pergi dari ruangan itu.
Nath merasa ada yang salah dengan tubuhnya. Saat ia keluar dari kamar mandi dan sedang berkaca di wastafel ia merasa tubuhnya mulai terasa panas dan gatal dibeberapa bagian.
"Apa ini karena aku minum terlalu banyak? Tapi aku sudah pernah minum lebih banyak dari hari ini dan aku tidak merasa panas begini."
Nath membasuh wajahnya dengan cepat. Matanya makin berkunang-kunang karena efek minuman makin terasa. Berdiri pun rasanya sudah tidak lurus lagi. Dengan sedikit sempoyongan Nath berusaha keluar dari bar menembus sebagian besar orang yang sedang menari. Aroma rokok dan minuman makin terasa dan mulai mempengaruhi Nath, Nath merasa pusing dan mual, kepalanya terasa sedikit pening. Begitu sampai di luar pintu bar, Nath melihat mobil dengan pintu belakang yang terbuka.
"Terima kasih Tuhan! Aku langsung menemukan taksi." Nath merasa tubuhnya semakin terasa panas. Dia bergegas lari dengan sempoyongan dan masuk ke dalam taksi dan langsung menutup pintu mobil.
*****
"Sial! Siapa kau?" Chris bertanya dengan nada setengah berteriak saat Nath masuk ke mobilnya.
Samar-samar Nath melihat pria itu. Pria bermata biru yang indah.
"Oh. Ternyata ada penumpang lain di taxi ini." Nath berkata dengan tawa cekikikan.
"Aku benci ketika diriku mabuk, aku akan cekikikan seperti anak sekolahan." Nath bergumam pelan sambil mulai memejamkan mata.
"Ini bukan taxi. Keluarlah!" Chris sudah akan membuka pintu mobilnya namun dihalangi Nath. Nath bergegas naik ke pangkuan Chris dan menoleh ke arah sopir lalu menepuk pundak sopir.
"Jalan pak." dan sopir Chris pun mengangguk mulai menjalankan mobilnya
Saat mendengar Chris akan protes, Nath langsung membungkam Chris dengan ciuman. Chris yang terkejut hanya diam tak merespon. Nath menatap Chris dengan pandangan sayu.
"I'm not a good kisser, right?" (aku bukan pencium yang handal ya?).
Ibu jari Nath menyentuh bibir bawah Chris dengan sensual dan perlahan. Nath menunduk dan mencium ujung bibir Chris lalu perlahan-lahan ia membawa bibirnya bergeser ke arah dagu dan leher Chris.
Chris yang perlahan-lahan merasa terpancing menegakkan badan Nath lalu menatap Nath dengan intens. Lalu berkata dengan serak.
"Kau wanita yang dikirim Sam?".
Melihat Nath yang diam saja dan hanya menatapnya, Chris segera merogoh kantongnya untuk mengambil ponselnya dan menyadari kalau ponselnya tertinggal di kantor Anthony.
"Sial! Bagaimana aku menghubungi Sam sekarang?" Chris merutuk keras.
Nath yang merasa tubuhnya merasa panas dan gatal menggesekkan tubuhnya ke paha Chris.
"Shit! Bisakah kau diam." Chris menyengkeram tubuh Nath. Nath yang merasa benar-benar kepanasan berbisik pelan di telinga Chris.
"Aku tidak bisa menahannya. Rasanya enak sekali menggesekkan tubuhku ke tubuhmu."
Dan Nath mengulangi siksaannya lagi. Chris mengerang pelan. Lalu menangkup dagu Nath dan memaksa Nath menatap matanya.
"Apa kau kenal siapa aku?"
"Pria bermata biru yang indah." Ucap Nath menatap langsung ke mata Chris. Tangan Nath menjelajah dada bidang Chris.
"Pria sexy dengan dada yang bidang dan lebar."
Chris berpikir cepat. Dia pikir wanita ini tidak mengetahui identitas aslinya karena ia mabuk. Mungkin Sam memberiku kejutan. Wanita yang berbeda dengan biasanya. Wanita yang diberikan Sam biasanya wanita dewasa dengan payudara besar dan wajah yang menurut Chris banyak dipermak dengan tujuan kecantikan. Tapi wanita ini berbeda sekali dengan biasanya. Wanita ini tampak polos. Dan dilihat dari wajahnya, umur wanita ini kelihatan masih muda. Dengan mata hijau yang cantik, bibir yang pink alami, wajah polos tanpa make-up.
Chris pun menepuk pundak sopirnya dan berkata kepada sopirnya untuk pergi ke salah satu hotel mewah di Los Angeles. Hotel dengan tingkat privasi yang tinggi. Hotel tempat ia biasa melakukan kebiasaannya dengan wanita-wanita lainnya.
Nath menyentuh Chris semakin jauh. Tangannya menjelajah hingga ke bagian depan celana Chris. Membelai milik Chris naik dan turun dengan perlahan. Chris mendongakkan kepalanya ke belakang dan mengerang. Tanganya mencengkeram lengan Nath.
"Shit!"
Chris yang tak ingin tinggal diam akhirnya meloloskan Nath dari blouse coklat dengan paksa. Disitulah Nath duduk dipangkuannya dengan rok yang tersingkap hingga setengah paha. Bibirnya mencari-cari bibir Nath dan langung menciumnya dengan ganas. Nath membalas ciuman Chris dengan menggebu-gebu. Lidah mereka bersatu seolah tak ingin melepaskan satu sama lain. Tanpa melepaskan ciumannya Chris menyentuh bagian atas tubuh Nath dengan sensual. Dengan tidak sabar, Chris meloloskan tanktop yang digunakan Nath dan menatap gundukan indah yang ditutupi bra berwarna coklat di hadapannya.
"Touch me more!" Nath mendesis pelan sambil mendorong bagian atas tubuhnya seakan meminta sentuhan lebih. Chris yang mendengar itu semakin menggila. Dia merasa celananya terasa semakin sesak.
Sentuhannya di bagian atas tubuh Nath semakin merajalela.
Ketika sopir berkata kalau sudah sampai di hotel, Chris bergegas memakaikan blouse Nath lagi dan dia memakai masker dan topi untuk menyamarkan diri. Lalu mereka keluar dari mobil sambil menggandeng tangan Nath dan berjalan dengan tergesa-gesa. Nath yang masih dalam pengaruh obat dan alkohol kewalahan mengikuti langkah kaki Chris sehingga langkah kakinya terseret-seret.
Chris bahkan tidak menghiraukan petugas hotel yang berjaga di depan yang menunduk menyambut kedatangan Chris. Resepsionis menyambutnya dengan senyuman profesional. Sebelum sang resepsionis berkata apapun, Chris sudah mendahului.
"Presidential suite room". Chris menyerahkan kartunya dan setelah berkutik sebentar dengan pembayaran, resepsionis memberikan kuncinya kepada Chris dan mengarahkan Chris ke lift khusus menuju lantai 82 kamar nomor 1018.
Saat di dalam lift, Nath mendorong Chris ke ujung dan mencium bibir Chris. Ciumannya perlahan turun ke leher Chris. Tangannya dengan perlahan meraba tubuh Chris. Menyentuh dengan lembut bisep Chris dan perlahan turun menuju ke miliknya. Chris segera menangkap tangan Nath dan mencium bibirnya dengan kasar lalu berkata dengan nafas kasar.
"Easy, you will get what you want" (Tenang, kau akan segera mendapatkan apa yang kau mau).
Begitu sampai di kamar, Chris langsung mendorong Nath hingga telentang ke tempat tidur. Nath dengan tidak sabar berusaha membuka blouse dan roknya dengan susah payah.
"Sssttttt.. Biar aku yang membukanya." Chris dengan cekatan membuka blouse dan tanktop Nath sekaligus. Gundukan indah milik Nath hanya tertutup bra pun dibuka oleh Chris dan branya dilemparkan entah kemana. Chris menatap tubuh setengah polos dihadapannya dengan seksama. Dengan perlahan ia mengulurkan jarinya, menyentuh kulit Nath yang halus lalu bergumam pelan.
"Ya tuhan. Aku bahkan bukan remaja, tapi melihat tubuh wanita ini saja sudah membuatku menggila hingga sakit rasanya. Bahkan aku menyalahi aturan yang ku buat sendiri untuk tidak mencium wanita malam yang aku tiduri" Batin Chris.
Nath menarik leher Chris dan menciumnya dengan menggebu-gebu. Dengan tidak sabar Nath berusaha membuka gesper dan resleting celana Chris untuk segera membebaskan milik Chris yang sekeras batu. Chris mengerang kasar. Chris membalas ciuman Nath dengan menggebu-gebu pula. Jari-jarinya menyentuh semua bagian tubuh Nath. Nath terasa pas dibawah Chris. Hangat, Cantik, dan indah. Chris rasa ia tidak akan cukup sekali saja.
Enjoy guys! Sorry for typo luvv^^
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!