NovelToon NovelToon

My Teacher My Husband | Jaehyuck

Bab 1

Pagi ini di sebuah kamar bernuansa pink, kontras dengan kepribadian sang pemilik kamar yang cantik, polos, dan periang. Seorang perempuan paru baya dibuat kelimpungan untuk membangunkan sang anak.

Tennia Pov

"Adek bangun, sekarang hari pertama adek masuk sekolah!" Ujarnya sambil menarik selimut yang dipakai anak gembul nya.

"Sebentar mae, adek masih ngantuk" ucap seseorang dibalik selimut hangatnya.

"Sekarang udah jam 6 dek, kamu harus siap-siap pergi sekolah"

"Sebentar mae" ucap gadis itu sambil terus memejamkan matanya.

"Ya sudah kalau adek tidak mau bangun"

"Padahal tadi mae memasak makanan kesukaan adek untuk sarapan" ucapnya sambil pura-pura pergi dari kamar sang anak.

Ia tau kalau sang anak tidak akan kuat jika diiming-imingi dengan makanan kesukaannya. Dan benar belum sampai ia beranjak dari ranjang sang anak, tangannya sudah lebih dulu ditarik, dan pelakunya siapa lagi kalau bukan Acha.

"Apakan mae memasak nasi goreng dan ayam goreng kesukaan adek?"

"Tentu, tapi berhubung adek tidak mau, jadi makanannya biar mae berikan saja pada tukang kebun" jawabnya menggoda sang anak

"Adek mau kok mae, kata siapa adek ga mau" ucap Acha, sambil mempoutkan bibirnya.

"Ya sudah kalau adek mau, sekarang adek mandi, habis itu siap-siap ke sekolah. Ini ranjangnya biar mae saja yang rapikan" ucapnya sambil merapikan ranjang sang anak yang berantakan.

"Siap mae, setelah adek mandi dan siap-siap adek akan turun kebawah untuk sarapan" ucap Acha sambil berlari kearah kamar mandi.

"ACHA JANGAN LARI SAYANG, NANTI JATUH"

Ia terlanjur panik saat melihat sang anak yang terlalu bersemangat untuk mandi dan cepat-cepat memakan makanan kesukaannya.

"Hehehe.. maaf mae" ucap Acha sambil menjembulkan sedikit wajahnya keluar pintu kamar mandi. Ten pun tersenyum untuk menanggapi permintaan maaf sang anak barusan.

Setelah selesai membersihkan kamar sang anak, ia juga menyiapkan baju yang akan anaknya kenakan saat sekolah nanti. Setelah dirasa selesai ia pun segera bergegas turun kebawah, menuju meja makan yang sudah terdapat sang suami.

Tennia pov end

***

"Selamat pagi sayang" ucap Tennia sambil mencium pipi sang suami. Ia baru saja turun ke lantai bawah setelah berhasil membuat sang anak bangun dan bersiap ke sekolah.

"Pagi juga sayang" balas Johnny sambil mencium balik pipi sang istri.

Setelahnya Johnny pun mengedarkan pandangannya ke kanan dan ke kiri tetapi tetap tidak mendapati apa yang sedari tadi ia cari. Tennia yang melihat gelagat Johnny seperti itu pun mulai bertanya.

"Sedang mencari apa dad? Kok kelihatannya bingung"

"Aku sedang mencari tuan putri kita. kemana tuan putri kita?! Bukankah tadi kau berucap akan membangunkannya?! tetapi mengapa kau turun sendirian?!"

" Ah.... Kau mencari tuan putri kita, Kukira kau sedang mencari apa karena menoleh tidak tentu arah. Tuan putri kita masih mandi dan bersiap-siap berangkat sekolah, mungkin sebentar lagi dia akan turun kebawah dan makan" ucap Tennia, sambil duduk di kursi sebelah sang suami.

"Ah... Seperti itu" jawab Johnny untuk menanggapi ucapan sang istri barusan.

30 menit kemudian...

" Pagi mae, pagi daddy" ucap Acha sambil turun dari tangga.

"Pagi juga tuan putri mae dan daddy" ucap Tennia dan Johnny.

Setelah sampai dilantai bawah, Acha pun langsung bergegas ke ruang makan dan memposisikan dirinya untuk duduk didepan sang mae.

"Wahhh.... makanannya banyak sekali dan terlihat sangat enak. Mae tolong ambilkan adek nasi goreng dan ayam gorengnya" ucap Acha sambil memberikan piringnya pada sang ibu. Memang benar, ibunya kali ini memasak banyak sekali menu makanan kesukaan sang anak.

"Sebentar ya adek, biar mae ambilkan daddy dulu setelah itu mae ambilkan special untuk adek" ujar Tennia sambil menerima piring yang barusan anaknya serahkan.

Setelah menyerahkan piring Johnny pada pemiliknya, ia pun mengambilkan sang anak makan juga. Mengambilkan beberapa menu yang menurutnya sang anak suka. Merasa sudah, Tennia pun menyerahkan piring itu pada pemiliknya.

"Ini makanan punya adek, makan yang banyak ya dan jangan lupa baca doa dulu sebelum makan" ucap Tennia sambil memberikan piring tersebut pada sang anak.

"Terimakasih mae" ucap Acha sambil tersenyum manis pada sang ibu.

"Sama-sama sayang, ayo cepat habiskan makanannya, agar nanti tidak telat berangkat sekolahnya" balas Tennia sambil mengusap rambut sang anak.

Melihat interaksi sang istri dan anaknya, johnny pun tersenyum dan berterimakasih pada tuhan karena selalu memberikan keluarga kecilnya kebahagiaan.

'Terimakasih tuhan atas kebahagiaan yang selalu kau berikan pada keluarga kecilku' ujar Johnny dalam hati.

***

" Adek, apakah tidak ada barang yang tertinggal lagi?!" tanya Tennia sambil mencium dahi sang anak.

"Tidak mae, semua kebutuhan untuk sekolah sudah adek masukkan semua ke dalam tas"

"Ya sudah kalau memang tidak ada. Adek semangat ya belajarnya! Daddy juga semangat kerjanya dan hati-hati ya bawa mobilnya" ucap Tennia pada kedua orang tersayangnya.

"Siap mae/sayang" ucap Acha dan Johnny hanya sebelum masuk ke mobil untuk berangkat sekolah dan berangkat ke kantor.

Ya, memang Acha masih diantar sang daddy untuk berangkat sekolah, karena sang daddy melarang dia membawa mobil sendiri dengan dalih 'adek masih terlalu pendek untuk membawa mobil sendiri, nanti takutnya kaki adek tidak sampai saat akan mengerem'. padahal dia kan tinggi, tingginya saja sudah 155cm ia juga sudah berumur 18 tahun jadi ia juga sudah bisa membuat SIM untuk dirinya sendiri.

Tapi setiap ia mengajak sang daddy untuk mengurus SIM pasti sang daddy akan berucap 'kantor pembuat SIMnya sedang tutup jadi adek masih tidak bisa membuat SIM' dan jika ditanya lagi sang daddy pasti akan mempunyai banyak alasan lain agar ia tidak membuat SIM dan membawa mobil sendiri.

Setelah 15 menit perjalanan. Acha pun sampai di sekolah barunya.

"Sudah sampai, sini biar daddy bukakan seatbelt nya" ucap Johnny sambil membukakan sabuk pengaman milik sang anak.

"Terimakasih daddy" ucap Acha sambil mencium pipi daddy nya.

"Sama-sama adek, sana cepat masuk agar adek tidak telat" ucap sang daddy, sambil mencium dahi sang anak.

"Siap daddy, adek masuk dulu ya, daddy juga hati-hati ke kantor nya" Acha pun turun dari mobil sang daddy.

"Siap adek"

"Nanti kalau pulang jangan lupa telepon Pak Harto ya supaya dijemput" ucap Johnny memberitahu sang anak.

"Siap daddy"

Setelah itu acha pun masuk ke dalam sekolah barunya dengan perasaan senang. Melihat sang anak sudah masuk kedalam sekolahnya, Johnny pun segera berangkat menuju kantor.

Saat sedang berjalan masuk kedalam sekolah, Acha tidak sengaja bertabrakan dengan seorang murid laki-laki.

"Kalau jalan lihat-lihat dong, lihat nih handphone gue jadi jatoh kan" ucap anak laki-laki yang tidak sengaja bertabrakan dengan Acha.

Acha yang mendengar suara bentakan itu pun seketika terdiam dan menangis.

"Hiks...hiks... maaf kak, Acha tidak sengaja" ucap acha sambil terus terisak.

Mendengar suara tangisan Acha, laki-laki itu pun menoleh dan terdiam sejenak 'kenapa dia nangis? Seharusnya kan gue yang nangis karena handphone gue jatoh' batin laki-laki itu.

Setelah ia sadar dari keterdiamannya ia pun bertanya pada gadis itu "hey, kenapa kau menangis?" Ucap laki-laki itu.

"Hiks...maaf, karena Acha, handphone kakak jadi rusak, maaf, hiks... nanti sebagai permintaan maafnya biar hiks.. Acha ganti handphone kakak" ucap Acha sambil terus sesenggukan.

"Tidak perlu minta maaf, itu juga kesalahanku karena berjalan sambil bermain handphone, jadi berhentilah menangis. Dan untuk handphone ku yang rusak tidak perlu diganti nanti biar aku beli sendiri" ujar laki-laki itu.

"Tapi itu juga kan salah Acha, jadi biar Acha menggantinya" ucapnya sambil mengusap air matanya yang masih ada di wajah.

"Sudah ku bilang tidak perlu, dan jangan menangis lagi. Btw kau anak baru ya?" Tanya laki-laki itu.

"Ah... Iya kak, perkenalkan nama aku, Achana Candra Soediningrat pindahan dari sekolah luar, kakak bisa panggil aku Acha salam kenal ya kak" Acha menjabat tangan laki-laki itu.

"Ohh pantas saja aku tidak pernah melihat wajahmu disekolah ini. Oh iya perkenalkan aku Markana Alvino Lexander bisa dipanggil Marka" ucap laki-laki yang bernama Marka itu, sambil menjabat tangan Acha.

" Maaf ya kak untuk yang tadi, Acha tidak bisa lama-lama disini, Acha harus ke ruang kepala sekolah dulu, bye bye Kak Marka" ucap Acha sambil berlari dan melambaikan tangan ke Marka.

Marka yang melihat kelakuan Achana pun hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala.

Setelah itu ia mengingat sesuatu 'Shit...aku lupa meminta nomer Achana. semoga saja aku segera bertemu lagi dengannya' batin Marka sambil berjalan menuju kelasnya.

***

Setelah sampai didepan ruang kepala sekolah, Acha pun segera mengetuk pintu ruangan tersebut.

"Permisi" Tidak ada sautan sama sekali

'apakah tidak ada orang di dalam ruangan ini ya?' batinnya.

"Permisi, ada orang di dalam? Ini Acha murid baru" ucap Acha sambil meninggikan suaranya sedikit, tidak ada jawaban sedikit pun. Karena lelah berdiri, Acha pun memberanikan diri masuk ke dalam ruang kepala sekolah dan duduk di sofa ruangan tersebut.

"Ahh....akhirnya bisa duduk juga" ucapnya sambil menutup mata.

Tanpa diketahui ada sesosok laki-laki yang melihat perilaku Acha tersebut, tapi Acha tidak mengetahuinya karena terlalu menikmati empuknya sofa di ruang kepala sekolah dan dinginnya AC.

Saat sedang asik menikmati itu, tiba-tiba.....

Bab 2

"Ehmmm...." laki-laki didepan Acha pun berdehem.

Mendengar suara itu, acha sontak membuka matanya dan refleks berdiri tanpa tau siapa orang yang ada tepat di depannya, dan jika ia berdiri otomatis ia dan orang tersebut akan berbenturan dan terjatuh secara bersamaan.

Dan benar saja ia dan orang tersebut sama-sama terjatuh dengan posisi Acha jatuh telentang di sofa dengan laki-laki itu jatuh diatasnya, dengan posisi tangannya merengkuh pinggang kecil Acha.

Keduanya sempat terdiam beberapa saat sampai Acha sadar ada sesuatu yang menempel di pipinya,

"Aaaa...." teriak Acha dengan suara melengkingnya dengan pipi yang merah merona.

Mendengar suara teriakan Acha yang melengking. akhirnya laki-laki itu pun sadar, setelah itu ia pun berdiri dari atas badan acha dan membantu Acha untuk duduk juga.

Setelah kejadian tadi keduanya sama-sama terdiam beberapa saat sampai ada seseorang yang mengetuk pintu ruang kepala sekolah.

Tok....tok.....tok.....

"permisi" ucap seseorang yang diperkirakan adalah seorang guru yang mengajar disekolah ini.

"Ya, masuk" ucap laki-laki yang ada diruang kepala sekolah tadi, yang diperkirakan sebagai kepala sekolah, sekolahan ini.

"Ada apa?" Ucap kepala sekolah tadi.

"Begini pak saya ingin menjemput acha, murid baru dikelas saya" ucap Bu Irene dengan suara lembutnya.

"Jadi dia murid baru itu?" Ucap sang kepala sekolah sambil menunjuk Acha. Sedangkan yang ditunjuk hanya diam sambil terus memproses apa yang telah terjadi tadi pada pipinya tadi. Mengingat peristiwa itu, seketika pipi acha menjadi merona lagi.

"Iya pak, dia Acha murid baru itu" ucap Bu Irene.

"Ya sudah bawa dia ke kelas, jam pelajaran kedua akan segera dimulai" ucap sang kepala sekolah sambil mempersilahkan Bu Irene menemui Acha.

"Baik pak, kalau begitu kami akan kembali ke kelas" pamit Bu Irene saat ia sudah didepan pintu ruangan tersebut bersama Acha.

"Ya" ucap sang kepala sekolah, sambil menutup pintu ruangannya dengan keras, sampai membuat Bu Irene dan Acha yang berada di depan ruangan itu pun kaget.

***

Saat berjalan menuju ruang kelasnya ia pun memberanikan diri untuk mengajak Bu Irene berbicara.

"Maaf Bu Irene, apakah saya boleh tanya?" Ucap Acha yang meminta izin bertanya pada Bu Irene.

" Ya silahkan, memang apa yang ingin kamu tanyakan?"

"Yang tadi diruang kepala sekolah itu siapa ya bu? Kenapa dia bersikap arogan pada ibu, padahal kan kalau dilihat dari wajahnya ia terlihat lebih muda dari ibu" ucap Acha dengan suara yang menggebu-gebu.

"Ah....dia kepala sekolah kita, namanya Jeffery Abid Djuanda, biasa dipanggil Pak Jeff oleh murid-murid disini. Pak Jeffery memang memiliki sifat sedikit arogan dan irit bicara, jadi mohon dimaklumi saja ya cha"

"Ah....iya bu, terimakasih atas penjelasannya bu, oh iya saya dikelas apa ya bu? Soalnya saya lupa bu hehehe..." ucapnya sambil tertawa canggung.

"Iya sama-sama, kamu dikelas 12 IPA 5, kebetulan wali kelas kamu adalah saya sendiri"

"Ohhh...iya bu" ucap Acha,

"Ya sudah ayo segera masuk ke dalam kelas" ucap Bu Irene.

Suasana kelas yang awalnya ricuh seketika berubah menjadi sunyi senyap.

"Selamat pagi anak-anak" ucap Bu Irene menyapa anak kelas 12 IPA 5.

"Pagi bu" jawab semua murid secara serentak.

"Baik anak-anak, disini kita akan mendapatkan teman baru pindahan dari sekolah luar, baik acha perkenalkan diri kamu" ucap Bu Irene.

"Halo teman-teman, perkenalkan aku Achana Candra Soediningrat pindahan dari sekolah luar. Salam kenal ya teman-teman, semoga kita bisa jadi teman untuk hari-hari selanjutnya" ucap Acha sambil senyum menyapa teman-teman barunya.

"Halo Acha, semoga betah ya di sekolah ini" ucap murid bernama Hyunjin.

"Halo Acha, semoga kita bisa berteman ya" ucap murid bernama Ryunjin. Acha hanya bisa menanggapi semua itu dengan senyuman.

"Baik Acha, kamu silahkan duduk dibangku kedua dari depan dan duduk disebelah jasmine, tolong Jasmine angkat tangan" ucap Bu Irene.

Mendengar ucapan Bu Irene sontak Jasmine pun mengangkat tangan dan melambai pada Acha.

Mengetahui itu, Acha pun segera berjalan menuju Jasmine dan duduk disebelah Jasmine.

"Hay Acha, kenalin gue Jasmine" ucap anak perempuan yang bernama Jasmine.

"Hay acha kenalin gue Renjuni dan yang sebelah gue Yanjuni, salam kenal ya" ucap anak yang bernama Renjuni sambil tersenyum, dan Yanjuni pun ikut tersenyum juga.

"Hai, salam kenal ya" ucap Acha sungkan.

"Baik anak-anak untuk sesi perkenalannya nanti saja ya, sekarang kita lanjutkan saja materi yang sebelumnya. Untuk Acha bukunya bisa gabung ke Jasmine dulu ya, nanti kalau jam istirahat baru kamu minta buku ke perpustakaan" ucap Bu Irene untuk memulai pelajaran hari ini.

"Baik bu" ucap Acha.

Jam pelajaran pun dimulai dengan hikmat, Acha dan ketiga teman barunya (Jasmine, Renjuni, Yanjuni) pun mengerti tentang pelajaran yang dijelaskan Bu Irene, karena mereka berempat memang tergolong murid yang cukup pandai.

Setelah beberapa saat, akhirnya bel istirahat berbunyi.

"Wahhh....akhirnya istirahat juga otak gue" ucap Jasmine sambil meregangkan badannya.

"Baik anak-anak untuk pelajaran hari ini saya akhiri, terimakasih" ucap Bu Irene sambil keluar kelas.

"Terimakasih kembali bu" ucap semua murid yang ada dikelas.

"Acha ayo ke kantin sama kita" ucap Renjuni, sambil merapikan bukunya.

"Maaf Renjuni tapi acha harus mengambil buku di perpustakaan" ucap Acha sedikit sungkan karena menolak ajakan teman barunya.

"Ambil bukunya nanti aja waktu jam istirahat kedua, nanti kita bertiga anterin kok, iya gak guys?" Ucap Renjuni sambil bertanya pada kedua temannya.

"Bener kata Renjuni cha, nanti kita anterin kok jadi gak usah khawatir" ucap Yanjuni membenarkan ucapan sang kakak kembaran.

"Yaudah deh, acha ikut kalian aja" ucap Acha sambil berdiri dari bangkunya.

"Nah gitu dong, ayo girls kita berangkat ke kantin" ucap Jasmine, keluar kelas sambil berjalan bak model.

"Mohon dimaklumi ya Cha, dia memang seperti itu" ucap Yanjuni kepada Acha.

"Tidak papa kok, Acha malah seneng, karena kalian mau jadi teman Acha"

"Ya udah yok cari duduk, biar nanti gue sama Yanjuni yang pesen makan" ujan Renjuni sambil berjalan mencari tempat duduk yang pas untuk mereka berempat.

Setelah mendapatkan tempat duduk, Yanjuni dan Renjuni pun berangkat memesan makanan sesuai dengan pesanan kedua temannya.

"Hello guys, ini makan untuk para teman-temanku tercintahhh~ silahkan di nikmati ya" ucap Yanjuni sambil menaruh makanan dimeja teman-temannya

Mendengan ucapan Yanjuni mereka bertiga hanya bisa tertawa. Setelahnya mereka pun mulai memakan makanan mereka sendiri-sendiri dan segera kembali ke kelas karena jam istirahat akan segera selesai.

***

Saat bel pulang Acha dan ketiga temannya keluar kelas secara bersamaan. Saat berjalan menuju ke gerbang depan, mereka sedikit berbincang masalah random, mulai dari kenapa ular tidak punya kaki, sampai membahas apakah gajah bisa berenang.

Sesampainya di gerbang depan, ternyata ketiga temannya sudah dijemput oleh supir mereka masing-masing, tapi Acha belum dijemput karena sang supir tidak bisa di telpon.

"Acha beneran lo gak mau pulang bareng gue? Kan kita satu jalur cha" ucap Jasmine menawari Acha untuk pulang bersamanya.

"Tidak perlu Jasmine, kamu pulang duluan aja, biar nanti acha telpon daddy acha saja" ujar Acha.

"Beneran Cha?" Tanya Jasmine pada Acha.

"Iya gapapa, kamu pulang aja dulu" ujar Acha menyuruh Jasmine pulang terlebih dahulu.

"Yaudah gue duluan ya Cha, lo hati-hati ya, nanti kalau udah sampai kabarin gue ya" ucap Jasmine.

"Iya nanti kalau udah sampai Acha kabarin kok" ucap Acha sambil tersenyum.

"Ya udah bye bye Acha" ucapnya sambil melambaikan tangan lewat jendela mobilnya.

***

Sampai pukul 17.00 WIB, Ia belum juga dijemput padahal jam pulang sekolah seharusnya pukul 15.00 . Ia sudah menelepon supirnya tapi panggilannya tidak di angkat, kemudian ia juga menelpon daddy nya, tapi tidak diangkat juga.

Sampai akhirnya ada seseorang......

Bab 3

Sampai akhirnya ada seseorang yang membunyikan klakson mobilnya. Acha yang mendapati itu pun merasa ketakutan karena ia sedang sendirian digerbang depan sekolah.

Perasaan acha mulai tak karuan ia takut diculik dan dijual organ dalamnya pada pasar gelap, karena kata mae nya sekarang marak sekali penculikan anak, jadi Acha semakin was-was. Ia juga merasa tidak mengenal mobil yang tadi mengklaksonnya.

Karena merasa takut ia pun berlari bersembunyi dibelakang gerbang sekolahnya yang belum ditutup, dia bersembunyi sambil berjongkok memeluk lututnya sendiri sambil sedikit terisak.

" Hikss.....mae adek takut, gimana kalau adek diculik terus adek gak bisa ketemu mae sama daddy hikss... adek ga mau, adek harus gimana hiksss..." Ucap Acha pelan sambil terus terisak dan menunduk memeluk lututnya sendiri

Acha merasa ada seseorang yang berdiri didepannya, tapi ia tidak berani melihat wajah penculik tersebut, ia terlalu takut, walaupun hanya untuk melihat wajah penculik itu. Ia hanya bisa menangis ketakutan.

"Om penculik, tolong jangan culik adek hikss.... Adek gak mau diculik, kalau om penculik butuh uang, om penculik bisa menghubungi daddy adek untuk meminta uang hikss.... Jangan minta pada adek, karena adek ga punya uang, jadi om minta pada daddy adek saja" ucap Acha sambil terus menyembunyikan wajahnya. Tanpa tau siapa orang yang ada didepannya.

Orang yang didepan Acha pun hanya bisa menghela nafas melihat kelakuan gadis yang diperkirakan berumur 18 tahun itu. Karena tidak kuat dengan racauan gadis didepannya orang itu pun mencolek bahu Acha agar ia menoleh padanya.

Saat ia mencolek gadis itu, ia hanya mendapatkan jawaban yang menurutnya jawaban paling random untuk ukuran gadis berusia 18 tahun.

"Om penculik jangan pegang adek, beneran deh om, adek gak punya apa-apa, adek hanya punya handphone ini tapi handphonenya sedang lowbat, kalau om penculik mau om penculik bisa ambil" ucap Acha sambil menyerahkan handphonenya pada orang didepannya.

Jengah melihat kelakuan gadis di depannya, akhirnya ia angkat bicara "hey, saya bukan penculik" ucap orang itu dengan suara tegasnya.

Mendengar suara yang menurutnya familiar akhirnya ia pun memberanikan diri untuk mendongak melihat orang di depannya, saat tau orang didepannya bukan penculik akhirnya ia pun berdiri dan memeluk orang didepannya. "Hiksss.... adek pikir tadi penculik, eh tenyata Pak Jeff" ucap Acha terisak sambil terus memeluk tubuh Jeffery.

Orang yang dipeluk pun hanya bisa terdiam mematung. Setelah itu berucap, "Diam lah saya bukan penculik seperti yang kau pikirkan" ucapnya sambil menenangkan Acha.

"Terimakasih pak, untung ada Pak Jeff, jadi adek tidak takut lagi, dan maaf memeluk bapak sembarangan" ucap Acha,

Karena terlalu takut ia sampai tidak sadar bahwa ia menyebut namanya sendiri dengan sebutan adek.

"Sudah tenanglah, tidak ada yang akan menculik mu. Lagian mengapa sampai jam segini masih berada disekolah?" Tanya Jeffery pada acha.

"Ade...eh..Maksudnya Acha, sebenarnya Acha pulang dari tadi, tapi daddy dan pak supir tidak bisa di telpon. Jadi Acha menunggu sampai daddy bisa di telpon, tapi sampai sekarang daddy tidak bisa dihubungi dan baterai handphone Acha lowbat, jadi Acha tidak bisa menghubungi daddy" ucap Acha menjelaskan mengapa ia masih ada di sekolah sampai jam segini.

"Lalu mengapa Pak Jeffery sendiri masih ada disekolah?" ucap Acha penuh tanda tanya.

"Ah...saya harus mengerjakan berkas sekolah karena besok akan digunakan untuk rapat" jawab Jeffery santai.

"Ya sudah, ayo saya antar pulang, sebelum hari semakin larut. Pasti kedua orang tuamu juga sedang mengkhawatirkan kamu" ucap Jeffery lagi.

"Tidak perlu pak, biar Acha menunggu taksi lewat saja, lagian juga Acha takut merepotkan bapak" tolak Acha dengan lembut, karena ia sungkan pada sang kepala sekolah.

" Tidak papa, memangnya kau mau menunggu taksi lewat sampai jam berapa? Disini jarang ada taksi lewat, dan yang pernah saya dengar, di area ini banyak hantu yang berkeliaran saat malam" ucap Jeffery sambil menakut-nakuti Acha. Mendengar itu pun seketika bulu kuduk Acha menjadi berdiri.

Padahal Jeffery sendiri tidak tau apakah informasi yang ia ucapkan pada Acha itu benar atau salah, ia hanya berucap seperti itu supaya Acha mau ia antarkan pulang.

Entah mengapa ia khawatir pada Acha saat melihat wajah ketakutannya tadi. Padahal ia tidak pernah sekalipun peduli pada siapa pun kecuali pada satu orang yang sangat special yang pernah ada di hidupnya dulu.

"Ya sudah pak, tolong antar Acha pulang dan maaf jika merepotkan bapak" ucap Acha sungkan.

"Ya sudah ayo masuk ke mobil saya" ucap Jeffery sambil berjalan meninggalkan Acha ke dalam mobil.

"Pak Jeffery, Acha jangan ditinggal dong, Acha takut" ucap Acha sambil lari mengimbangi langkah besar jeffery.

"Makanya jadi anak jangan pendek-pendek, jadi ketinggalan kan" ucap Jeffery dengan sedikit meledek Acha.

Yang diledek pun hanya bisa menyangkal ucapan Jeffery barusan, "Acha ga pendek ya, acha itu mungil, memang bapak aja yang ketinggian makanya Acha jadi ketinggalan langkahnya bapak" ucap Acha sambil mempoutkan bibirnya.

"Iya-iya terserah kau saja" ucap Jeffery mengalah

"Ya kan memang ucapan Acha benar" ucap Acha yang tidak mau kalah.

"Ya sudah, ayo cepat masuk. Saya akan mengantarmu pulang" ucap Jeffery

Keduanya pun masuk dan mulai memasang seatbelt masing-masing. Saat diperjalanan keduanya hanya diam termenung, tidak ada yang memulai pembicaraan. Jeffery hanya fokus menyetir, dan Acha fokus pada jalanan yang terlihat sangat indah di sore hari.

"Dimana alamat rumahmu?" Tanya Jeffery pada Acha.

Acha yang sedari tadi hanya fokus pada jalan pun seketika menoleh pandangannya pada lawan bicaranya. "Di komplek dream pak" ucap Acha.

"Baiklah" ucap Jeffery sambil terus menyetir.

"Tidurlah jika kau mengantuk, mungkin kita akan sampai 30 menit lagi karena jalanan sedang macet" ucap Jeffery pada Acha yang terlihat sedang menahan kantuknya.

"Tidak pak, saya tidak mengantuk kok" ucap Acha menyangkal ucapan Jeffery.

Beda ucapan beda juga perbuatan, nyata sekarang Acha tengah tertidur pulas, dengan mulut yang sedikit mangap, tapi sialnya malah membuatnya terlihat semakin menggemaskan. Jeffery yang melihat itu pun hanya bisa tersenyum tipis, sampai tidak ada seorang pun yang tau kalau dia sedang tersenyum.

Sesampainya di komplek yang Acha sebut tadi, Jeffery menoleh pada perempuan disebelahnya. Ia ingin membangunkannya tapi ia tak tega, karena melihat wajah Acha yang terlihat kelelahan dan sedikit sembab karena kejadian penculikan tadi. Tapi jika ia tidak membangunkan Acha pasti ia akan pulang lebih larut lagi dan membuat khawatir orang yang sedang menunggunya pulang ke rumah.

Akhirnya dengan sedikit terpaksa Jeffery pun membangunkan Acha.

"Acha, bangunlah kita sudah sampai di komplek mu" ujar Jeffery sambil sedikit mencolek lengan Acha.

Acha yang dibangunkan pun seketika kaget dan terbangun dari tidurnya, "maaf pak, Acha ketiduran" ucapnya sambil sedikit menunduk.

"Tidak apa, rumahmu di blok nomer berapa biar saya antar" ujar Jeffery.

"Tidak perlu pak, biar Acha turun disini saja, lagi pula rumah Acha dekat dari sini kok" ucap Acha menolak tawaran Jeffery.

"Benar tidak apa?" Tanya Jeffery

"Tidak papa pak, anda pulang saja, biar Acha pulang jalan kaki aja"ucap Acha sambil melepas seatbelt yang tadi ia pakai.

Setelah itu ia keluar dari mobil, tidak lupa berterimakasih pada sang kepala sekolah karena bisa meluangkan waktu untuk mengantarnya pulang.

"Ya sudah kalau begitu saya pulang dulu ya" ucap Jeffery lalu keluar dari komplek dream dan menuju rumahnya sendiri.

Setelah melihat mobil Jeffery menghilang dari pandangannya, ia pun segera berjalan pulang, takut membuat maenya khawatir karena sekarang sudah pukul 18.00 WIB tapi ia belum pulang-pulang juga

Setelah sampai di depan pintu rumahnya ia pun segera masuk. "Adek pulang" ucapnya agar semua orang tau kalau ia sudah pulang ke rumah.

Mendengar suara sang anak, Tennia pun segera berlari ke depan dan memeluk anaknya. Dan Acha pun membalas pelukan sang mae. "Adek, adek kemana aja hikss... kenapa adek baru pulang? Bukankah jam pulang adek pukul 15.00 tapi kenapa baru sampai?" Tanya Tennia bertubi-tubi.

"Tadi waktu adek pulang, adek telpon Pak Harto gak diangkat, terus adek telpon daddy juga gak diangkat, terus pas adek mau telpon lagi ternyata handphone adek lowbat, jadi adek gak bisa hubungi daddy dan Pak Harto lagi" jelasnya pada sang mae tentang kejadian tadi.

Mendengar jawaban itu, Johnny tiba-tiba merasa bersalah pada sang anak, "maafkan daddy ya sayang, tadi handphone daddy tertinggal di ruangan daddy, sedangkan daddy sedang meeting diluar jadi tidak tau jika adek menelpon daddy, maaf ya sayang" ujar Johnny sambil terus mengucapkan kata maaf pada sang anak.

"Tidak papa daddy, yang terpenting adek kan sudah ada di depan mae dan daddy, jadi daddy dan mae tidak perlu khawatir lagi"

Kedua orang tuanya pun mengangguk dan memeluk putri mereka satu-satunya ini. Setelah berpelukan, mereka pun makan malam bersama dan menonton tv sambil bercerita tentang hari pertama Acha masuk sekolah barunya.

Jam menunjukkan pukul 21.00 akhirnya mereka mengakhir sesi bercerita mereka dan masuk ke dalam kamar mereka masing-masing untuk tidur.

"Adek, ayo segera kembali ke kamar, besok adek masih harus sekolah jadi tidurnya jangan malam-malam, dan jangan lupa menyikat giginya karena adek tadi mam banyak ice cream coklat" ucap Tennia kepada sang putri.

"Baik mae" ucapnya sambil mencium pipi mae dan daddy nya sebelum ia berlari ke tangga untuk menuju kamarnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!