NovelToon NovelToon

Pengawal Tampan

Episode 1 ARTIS CANTIK ANDINI

"Hah, bosan sekali hampir tiap hari hanya makan semangkuk bakmie saja," ucap Varel sambil memakan mie dengan lahap.

Walaupun bakmie di tempat ini terkenal begitu enak, tapi tetap bosan juga jika harus memakannya setiap hari.

"Sudah tiga bulan aku belum mendapatkan pekerjaan, jika terus seperti ini aku juga bakalan di usir oleh pemilik rumah karena tidak bisa membayarkan uang sewa," sambung Varel sendiri.

Beberapa saat kemudian Varel juga telah selesai makan dan meminum sebotol air mineral.

Varel bangkit dari tempatnya dan mulai berjalan menuju ke meja kasir untuk membayar makanannya.

"Berapa semuanya?" tanya Varel kepada penjaga kasir.

"Seperti biasanya," jawab penjaga kasir sambil tersenyum.

Penjaga kasir itu adalah seorang gadis muda dengan menggunakan kacamata yang lumayan cantik dan bernama Rini. Rini harus mengakui bahwa Varel terlihat sangat tampan walau hanya menggunakan sebuah kaos dan celana pendek saja.

Varel mulai merogoh ke dalam saku celana dan mulai mengeluarkan beberapa lembar uang. Akan tetapi beberapa lembar uang itu hanya senilai 150 ribu saja.

"Hah uangku benar-benar akan segera habis," pikir Varel menghela nafas.

Varel mulai memberikan pecahan uang 50 ribu kepada Rini untuk membayar makanannya. Akan tetapi Rini justru mengembalikannya kepada Varel.

"Tidak usah hari ini biarkan aku yang mentraktir saja," ujar Rini tersenyum kepada Varel.

Rini juga mengetahui bahwa Varel sedang kekurangan uang dan belum mendapatkan pekerjaan.

"Wah, kalau begitu terima kasih, lain kali aku akan mentraktir mu balik," jawab Varel sambil tersenyum.

Seketika pipi Rini sedikit memerah mendapatkan senyuman dari Varel ini dan membuatnya menjadi grogi.

Namun tiba-tiba saja di luar kedai terdengar suara orang berteriak dengan keras. Varel yang penasaran juga langsung menuju ke luar untuk melihat apa yang sedang terjadi.

"Pencuri!" teriak salah seorang yang sedang berlari mengejar.

"Cepat kejar dia," teriak orang yang lain yang juga ikut mengejar.

Varel yang sudah berada di luar kedai melihat seorang pria berlari dengan cepat sambil membawa sebuah tas mewah berwarna hitam.

Dalam sekejap Varel juga langsung mengetahui apa yang telah terjadi, dimana pria itu sudah mencuri dan sedang di kejar oleh beberapa orang.

Varel secara tiba-tiba saja sudah muncul dan berada di hadapan si pencuri itu. Alhasil pencuri itu tampak terkejut dengan kemunculan Varel dan menghentikan langkahnya.

"Brengsek, bocah beraninya kamu menghalangiku," ujar pencuri itu.

"Cepat kembalikan tas yang kamu ambil itu kepadaku!" ujar Varel.

"Bocah beraninya kamu, apa kamu sudah bosan hidup," balas pencuri.

Beberapa orang yang mengejar pencuri itu juga telah sampai dan mulai berhenti di belakangnya.

"Kamu sudah terkepung, cepat menyerah lah!" teriak salah seorang di sana.

Mengetahui dirinya sudah tidak bisa melarikan diri lagi, pencuri itu mulai mengeluarkan sesuatu dari balik pakaiannya.

Sebuah parang yang cukup panjang di keluarkan dan di acungkan kepada semua orang.

"Gawat dia memiliki senjata," ucap salam seorang perlahan mulai berjalan mundur.

"Kita jangan gegabah," ucap orang yang lain.

"Sial, apa kita harus membiarkannya pergi begitu saja?" ucap orang yang lain lagi.

Orang-orang mulai mundur perlahan karena merasa takut terhadap pencuri itu.

"Jika ada yang berani ikut campur, aku akan membunuh kalian!" ujar pencuri dengan mengacungkan parangnya.

Orang-orang pun semakin berjalan mundur dan tidak ada yang berani mendekat kecuali Varel yang masih terlihat tenang dan begitu santai.

"Kamu lebih baik menyerah saja sekarang," ujar Varel kepada pencuri itu tanpa ada rasa takut sedikitpun.

"Haha, sialan kamu masih berlagak sok jadi pahlawan," balas pencuri itu.

"Karena kamu sangat ingin mati, maka matilah!" teriak pencuri itu.

Pencuri itu langsung menuju ke arah Varel dan menyerang dengan parangnya.

"Gawat pria itu akan segera mati," ujar salam seorang yang melihat itu.

"Pria itu begitu gegabah, seharusnya dia biarkan saja pencuri itu pergi," ujar orang yang lain lagi.

Sebuah tebasan parang dari pencuri itu langsung melayang ke arah Varel. Akan tetapi Varel dengan santai menggeserkan tubuhnya ke samping, sehingga parang itu tidak mengenainya dan hanya menebas angin saja.

Dengan cepat Varel langsung melayangkan tinjunya ke arah wajah pencuri itu.

"Buk," tinju Varel menghantam wajah pencuri itu dengan keras.

Seketika pencuri itu langsung terpental dan menggusur jalan hingga beberapa meter. Pencuri itu langsung tergeletak dan tidak sadarkan diri.

"Hebat sekali," ujar salah seorang yang terkejut melihat itu.

"Tidak di sangka ternyata pria itu sangat hebat dalam berkelahi," ujar orang yang lain juga kagum dan terkejut melihat itu.

Varel mulai menghampiri pencuri yang tergeletak itu dan mengambil tas berwarna hitam.

Dari kejauhan seorang wanita tampak mendekat dengan tergesa-gesa. Wanita itu terlihat begitu cantik dengan rambut sebahu dan kemeja berwarna putih.

Wanita cantik itu bernama Andini dan merupakan pemilik dari tas yang dicuri.

"Apakah ini tas nona?" tanya Varel kepada andini.

"Iya, itu milikku," jawab Andini.

"Kalau begitu ambillah," Varel memberikan tas itu kemudian mulai berbalik badan hendak berjalan pergi.

"Eh, tunggu!" panggil Andini.

"Ada apa?" tanya Varel kembali menoleh ke Andini.

"Ada baiknya jika mungkin dia memberikan beberapa lembar uang sebagai imbalan," pikir Varel setelah dirinya berhasil mengembalikan tas milik Andini.

"Terima kasih, namaku Andini," jawab Andini sambil memajukan telapak tangannya.

"Eh, aku Varel."

Mereka mulai berjabat tangan dan Varel seketika merasakan kulit tangan Andini yang begitu halus dan lembut.

"Bukankah itu Andini, artis tercantik di kota ini," ujar salah seorang di sana.

"Pria itu beruntung sekali bisa menyentuh tangannya," ujar orang yang lain.

Andini adalah seorang artis yang sangat terkenal dengan kecantikannya dan perannya yang begitu memukau. Sementara Varel sama sekali tidak mengenal dan mengetahui tentang Andini.

"Sebagai rasa terimakasih ku bagaimana jika aku mentraktir mu makan, bagaimana?" tanya Andini.

"Aku baru saja selesai makan, lain kali saja," jawab Varel kemudian mulai berjalan pergi.

Varel masih harus segera mendapatkan pekerjaan agar bisa segera menghasilkan uang.

"Pria itu benar-benar bodoh, bagaimana dia bisa menolak ajakan seorang wanita cantik seperti Andini," ujar salah seorang melihat Varel telah pergi.

"Aku rasa dia idiot," ujar orang yang lain.

Sementara Andini terlihat kesal, ini pertama kali baginya mengajak seorang pria untuk makan bersama. Akan tetapi pria itu justru menolaknya di depan banyak orang.

"Sudahlah," ucap Andini sendiri kemudian juga berjalan pergi dari sana.

Malam hari Varel sedang berada di kamar kontrakannya. Varel sedang berbaring di atas ranjang sambil memegang beberapa lembar koran di tangannya.

"Sial sekali, seharian pergi mencari pekerjaan akan tetapi sama sekali tidak mendapatkan pekerjaan yang cocok untuk diriku," ucap Varel sendiri.

Varel mulai membaca koran dan melihat sebuah kolom pengumuman. Di mana di kolom itu tertera tulisan.

"Sedang di butuhkan seorang pengawal profesional dengan kemampuan hebat untuk bekerja dengan gaji 100 juta."

Begitu membaca itu seketika Varel menjadi langsung bersemangat kembali. Menjadi seorang pengawal adalah sesuatu yang sangat cocok untuknya.

"Wah besar sekali bayarannya, aku harus mendapatkan pekerjaan ini," ucap Varel.

episode 2 PENGAWAL CINTIA

Esok hari Varel juga telah sampai di alamat yang tertera pada koran yang dia baca semalam.

Varel tampak kagum melihat sebuah rumah mewah dan besar juga begitu megah dengan halaman yang luas dan kolam renang.

Begitu Varel hendak masuk ke dalam gerbang rumah, seketika dua orang penjaga dengan badan besar berotot langsung menghalanginya.

"Siapa kamu?" tanya salah seorang pria berotot.

"Aku datang untuk melamar bekerja sebagai pengawal," jawab Varel.

Mendengar itu seketika kedua orang itu langsung tertawa sambil melihat tubuh Varel yang tampak biasa saja dan tidak terlihat seperti seseorang yang bisa berkelahi.

"Apakah kamu tahu, ada begitu banyak orang yang datang untuk menjadi pengawal di sini itu semua karena bayaran yang mahal?" ujar salah satu penjaga.

"Iya aku juga ingin karena bayaran yang besar," jawab Varel.

"Haha, tapi mereka semua di tolak karena tidak mampu mengalahkan kami, atau dengan kata lain mereka tidak lulus tes dan hanya tertarik dengan bayarannya saja," ujar penjaga.

"Jadi maksudmu aku harus mengalahkan kalian terlebih dahulu?" tanya Varel.

"Itu kurang tepat, karena kamu tidak akan mungkin bisa mengalahkan kami dan sebaiknya kamu pergi saja," jawab penjaga.

Sementara itu di teras rumah seorang pria paruh baya sedang duduk sambil minum teh menyaksikan keributan itu.

Pria paruh baya itu bernama Lukas Darmono, Lukas Darmono yang membuat pengumuman di koran itu sebelumnya. Walaupun dirinya sudah memiliki beberapa pengawal yang hebat, tapi Lukas masih harus mencari pengawal yang hebat untuk menjaga keselamatan putrinya.

"Tapi aku tetap harus mendapatkan pekerjaan ini," ujar Varel kepada kedua penjaga itu dan mulai berjalan masuk.

"Kalau begitu bersiaplah, kami akan menghajarmu sampai beberapa tulangmu patah," ujar penjaga.

Kedua penjaga itu langsung melayangkan tinjunya ke arah Varel. namun Varel sudah lebih dulu melayangkan pukulannya dengan sangat cepat.

"Buk,buk," pukulan Varel menghantam kedua perut penjaga itu dengan keras.

Kedua penjaga itu langsung merasakan sakit yang luar biasa di perutnya. Pukulan Varel ini tepat mengenai uluh hati mereka berdua.

Dan kedua penjaga itu matanya terbelalak dan seketika jatuh ke bawah dan langsung tidak sadarkan diri.

Lukas Darmono yang melihat itu juga langsung sangat terkejut melihatnya.

"Apa, bagaimana bisa?" ucap Lukas langsung berdiri dari kursi.

Lukas sangat kaget bagaimana mungkin dua orang penjaga yang telah dia bayar mahal bisa di kalahkan oleh seorang pria muda hanya dalam sekejap saja.

Apalagi Lukas tahu betul bahwa kedua penjaga itu adalah dua orang petarung terbaik tinju bebas bawah tanah yang sangat terkenal.

Lukas dapat menyimpulkan bahwa pria muda yang datang ini jelas memiliki kemampuan yang luar biasa.

Lukas segera berjalan menghampiri Varel sambil bertepuk tangan.

"Hebat, aku sudah melihatnya," ujar Lukas.

"Apakah kamu datang untuk melamar menjadi pengawal di tempatku?" tanya Lukas.

"Ya, aku membacanya di koran," jawab Varel.

"Bagus, kamu langsung di terima, besok kamu sudah bisa datang kemari untuk bekerja," ujar Lukas.

Lukas juga tidak ragu untuk menerima Varel, apalagi setelah melihat Varel mampu mengalahkan dua orang penjaganya dengan mudah.

"Jangan khawatir, aku akan membayar mu 100 juta perbulan di luar daripada bonus," ujar Lukas.

"Eh, baiklah," balas Varel.

Varel tidak menyangka dia akan mendapatkan pekerjaan ini dengan begitu mudah dan juga mendapatkan gaji yang besar.

Kemudian mereka berdua mulai mengobrol untuk beberapa saat. Dapat di lihat bahwa Lukas sangat tertarik dengan sosok Varel ini, di usianya yang masih cukup muda tapi sudah memiliki kemampuan yang luar biasa.

Setelah sejam berlalu, Varel juga telah kembali dan besok baru mulai untuk bekerja sebagai pengawal dari putri Lukas.

Malam hari di rumah Lukas, Lukas sedang makan malam bersama putrinya yang bernama Cintia. Setelah selesai makan malam sebelum mereka kembali untuk beristirahat Lukas mulai berbicara kepada Cintia.

"Cintia, ayah telah memilihkan seorang pengawal untuk menjagamu," ujar Lukas.

"Apa?" Cintia terlihat terkejut.

"Ayah, aku sudah katakan bahwa aku bisa menjaga diriku sendiri.

"Cintia, bukankah kamu tahu bahwa sedang ada seseorang yang mengincar keluarga kita, ayah tidak ingin terjadi sesuatu kepadamu," jelas Lukas.

"Tapi..." ujar Cintia belum selesai tapi sudah di potong.

"Tidak ada tapi-tapian, besok dia akan datang dan menjagamu," potong Lukas.

Lukas langsung berjalan pergi begitu saja menuju ke kamarnya. Sementara Cintia terlihat masam dan kesal dengan keputusan ayahnya ini.

Cintia adalah seorang wanita yang sangat cantik dan juga seorang presiden direktur di perusahaan miliknya sendiri di bidang kecantikan.

Cintia tidak terbiasa dengan seorang pengawal di sisinya sehingga akan membuatnya risih dan tidak nyaman.

Cintia juga mulai berjalan pergi masuk ke kamarnya untuk beristirahat.

Pagi hari jam menunjukkan pukul 8 pagi, Cintia telah selesai sarapan dan bersiap untuk pergi ke perusahaannya.

Cintia berjalan menuju ke luar rumah dan terlihat begitu sangat cantik dengan sedikit rambut terikat.

Ketika Cintia hendak membuka pintu rumah, seketika Cintia terkejut seseorang membuka dan mendorong pintu dari luar.

Alhasil pintu itu tanpa sengaja mengenai tubuh Cintia dan mengakibatkan tubuh Cintia oleng dan akan terjatuh ke lantai.

Segera seseorang dari luar pintu langsung meraih dan menangkap tubuh Cintia agar tidak terjatuh. Seseorang itu adalah Varel yang datang untuk bekerja sebagai pengawal.

"Nona kamu tidak apa-apa?" tanya Varel sambil menangkap tubuh Cintia dan membantunya untuk berdiri.

Mengetahui seseorang telah menyentuh tubuhnya dengan segera Cintia langsung melepaskan diri.

"Plak," tanpa basa-basi Cintia langsung menampar Varel dengan keras.

"Hei, apa yang kamu lakukan, kenapa kamu menamparku?" varel terlihat terkejut.

"Kamu siapa, beraninya kamu kurang ajar kepadaku?" marah Cintia.

Selama ini belum ada seorang pria yang berani menyentuh tubuhnya seperti ini, apalagi Cintia sama sekali tidak mengenal Varel.

"Kamu pasti berniat jahat, cepat pergi atau aku akan menghajarmu lagi!" ujar Cintia dengan keras.

Varel tampak bingung dia baru saja membantu wanita ini, tapi mengapa dia justru di katai yang tidak-tidak.

Sementara Cintia melihat Varel sama sekali tidak berniat untuk pergi, Cintia segera melayangkan tangannya lagi untuk menampar Varel.

Akan tetapi kali ini Varel langsung menangkap tangan Cintia ini dan tidak membiarkan dirinya di tampar lagi.

"Nona hentikan, aku tidak akan segan bila kamu terus seperti ini," ujar Varel sambil menatap Cintia dengan dalam.

"Lepaskan tanganku, dasar brengsek!" Cintia memberontak.

Varel juga melepaskan tangan Cintia dan berpikir Cintia akan berhenti, akan tetapi Cintia justru bersiap untuk menyerang Varel lagi.

"Hentikan!" teriak Lukas yang muncul dari belakang.

"Ayah," ujar Cintia melihat kedatangan Lukas.

"Cintia hentikan, pria ini bernama Varel, dia yang akan menjadi pengawal mu," ujar Lukas.

"Apa?" Cintia tampak terkejut.

Cintia mulai melihat ke arah Varel yang hanya menggunakan sebuah kaos dan celana pendek, sehingga tidak terlihat seperti seorang pengawal melainkan seperti seorang pengemis.

Apalagi setelah kejadian barusan, sehingga Cintia juga berpikiran bahwa sebenarnya Varel juga seorang pria mesum.

"Ayah pokoknya aku tidak mau dia menjadi pengawalku," ujar Cintia.

"Kenapa, Varel ini cukup hebat dan memiliki kemampuan," balas Lukas.

"Pokoknya aku tidak mau," ujar Cintia.

"Tidak bisa, semua sudah ayah yang memutuskan, Varel akan menjadi pengawal mu terlepas kamu setuju atau tidak," tegas Lukas.

"Ayah masih ada urusan, semua sudah di putuskan," sambung Lukas berjalan pergi.

"Ayah, tapi..." Cintia tidak bisa menerimanya tapi ayahnya sudah pergi begitu saja.

episode 3 ALEX SUKMAWAN

Cintia sendiri juga tidak bisa langsung menerima keputusan ayahnya ini dan juga memikirkan cara agar bisa menyingkirkan Varel ini.

Beberapa saat kemudian mereka pergi menuju ke perusahaan Cintia. Cintia dan Varel mengendarai sebuah mobil mewah berwarna merah. Cintia duduk di depan mengemudikan mobil, sementara Varel duduk di belakang. Cintia tidak mau jika harus duduk bersebelahan dengan Varel.

"Hei kenapa kamu terus memperhatikan ku?" tanya Cintia dengan kesal melihat Varel dari kaca terus melihat ke arahnya.

"Aku hanya ingin menjaga keselamatanmu saja," jawab Varel.

"Aku rasa kamu hanyalah seorang pria mesum yang tidak mempunyai kemampuan apa-apa," ujar Cintia.

"Entah kenapa ayahku begitu ngotot menjadikanmu sebagai pengawalku?" sambung Cintia.

"Harus aku akui kamu cukup cantik, tapi sayang sifat mu sangat buruk dan akan membuatmu cepat tua," ujar Varel dengan pelan.

"Apa kamu bilang?" tanya Cintia.

"Tidak, aku tidak mengatakan apa-apa," jawab Varel.

"Lebih baik kamu menjaga jarak denganku, dan jika kamu berani macam-macam, aku akan membunuhmu," ujar Cintia.

Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di depan perusahaan milik Cintia. Cintia juga menurunkan Varel dan tidak membiarkannya untuk masuk ke dalam perusahaan.

"Kamu tunggu di sini saja, aku akan bekerja di dalam," ujar Cintia dan menjalankan mobilnya masuk ke dalam perusahaannya.

Varel juga menuruti perkataan Cintia dan menunggunya di luar perusahaan.

Beberapa jam telah berlalu, hingga tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 5 sore.

Cintia juga telah selesai bekerja dan bersiap kembali ke rumahnya.

3 hari telah berlalu begitu cepat, Cintia masih tidak bisa menerima Varel sebagai pengawalnya.

Kini Cintia sedang berada di rumahnya dan sedang mengobrol dengan ayahnya.

"Cintia, besok pagi sekali ayah akan pergi ke luar kota," ujar Lukas kepada Cintia.

"Kenapa mendadak sekali?" tanya Cintia.

"Ini demi bisnis dan ayah harus segera menyelesaikannya," jawab Lukas.

"Lalu berapa lama ayah akan kembali?" tanya Cintia lagi.

"Ayah juga belum tahu, setelah selesai ayah pasti akan segera kembali," jawab Lukas.

"Oh ya, ayah akan meminta Varel untuk tinggal di rumah dan menjagamu," ujar Lukas.

"Apa, aku tidak mau bila dia harus tinggal di sini," balas Cintia dengan tegas.

"Sudah di putuskan, ayah akan lebih tenang meninggalkan mu bila Varel berada di sini," tegas balik Lukas.

Cintia juga tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya dapat menerimanya saja sambil menggertakkan giginya.

Esok harinya pagi-pagi sekali Lukas juga sudah berangkat ke luar kota. Varel yang sebelumnya sudah di perintahkan untuk tinggal di rumah Lukas guna menjaga Cintia juga telah tiba pagi-pagi sekali.

Varel mulai menekan bel pintu rumah sambil menggendong ransel berisi pakaiannya.

"Lama sekali membuka pintu, apakah tidak ada orang di dalam?" pikir Varel.

Varel hendak menekan bel lagi, namun pintu rumah tiba-tiba saja terbuka.

Dari balik pintu muncullah sosok Cintia yang sangat cantik dengan menggunakan pakaian santai.

Seketika Varel sedikit terpesona melihat kecantikan dari Cintia ini dan tanpa sadar memandanginya untuk beberapa saat.

"Hei kenapa kamu justru diam saja?" tanya Cintia dengan kesal melihat kedatangan dari Varel.

"Jika bukan karena ayahku yang mengijinkan mu menjadi pengawalku, aku bahkan tidak ingin selalu bertemu denganmu," sambung Cintia.

"Mulut nona begitu tajam kalau berkata, jangan sampai kelak nona akan menelan perkataan nona sendiri," ujar Varel.

"Apa maksudmu, jangan bilang kamu berpikir kelak aku akan suka kepadamu, itu hanya dalam mimpi," ujar Cintia.

"Tunggu apa lagi cepat bawa masuk barang-barang mu, sebentar lagi kita akan pergi membahas kerja sama," sambung Cintia.

Cintia mulai berbalik badan dan berjalan pergi menuju ke kamarnya untuk berganti pakaian dan bersiap pergi.

Sementara itu Varel hanya menggaruk-garuk kepalanya saja. Varel tampak bingung di kamar mana dia akan tinggal.

"Sudahlah aku pilih kamar yang itu saja," ucap Varel sendiri.

Varel masuk ke dalam salah satu kamar yang berada di dekat dapur dan mulai merapikan tempatnya, Varel lalu bersiap untuk pergi menemani Cintia.

Setengah jam kemudian terlihat Cintia sudah siap dengan kemeja rapi dan Varel yang hanya menggunakan sebuah kaos dan celana panjang Levis.

Mereka berdua segera menaiki mobil menuju ke sebuah restoran mewah, di mana di restoran itu Cintia telah membuat janji dengan rekan bisnisnya.

Tidak lama berselang mereka berdua telah sampai di restoran, Cintia juga langsung memarkirkan mobil dan turun dari mobilnya.

"Kamu harus menjaga jarak denganku jangan sampai terlalu dekat!" ujar Cintia kepada Varel.

"Baiklah, nona duluan saja aku masih mau merokok sebentar," balas Varel.

"Aku tidak suka kepada pria perokok," ujar Cintia berjalan pergi.

Varel sendiri hanya asal bicara saja karena menyadari selama di perjalanan tadi mereka telah di ikuti oleh sebuah mobil. Varel tidak memberitahukan hal itu kepada Cintia karena tidak mau membuat Cintia panik dan mengganggu pembicaraan bisnisnya.

Varel mulai mencoba memperhatikan di sekitarnya dan menyadari bahwa mobil yang mengikuti mereka juga terparkir di seberang restoran tempat mereka berada.

"Tampaknya ini cukup menarik," ucap Varel mulai bergerak.

Sementara Cintia kini sudah berada di dalam restoran dan mulai menghampiri seorang pria muda yang sedang duduk di sana.

Pria itu adalah rekan bisnis Cintia yang juga merupakan teman satu kampus Cintia dahulu.

Pria ini bernama Alex Sukmawan, Alex sendiri sudah sejak lama menyukai Cintia, akan tetapi Cintia selalu menghindar darinya.

"Cintia, akhirnya kamu datang juga, silahkan duduk," ujar Alex langsung tersenyum melihat kedatangan Cintia.

"Maaf, aku sedikit terlambat," balas Cintia mulai duduk.

"Tidak apa-apa, aku juga baru tiba," ujar Alex.

"Cintia kamu makan apa?" tanya Alex.

"Tidak perlu repot-repot, aku sedang sibuk hari ini, langsung saja kita bicarakan masalah kerja samanya," jawab Cintia.

"Cintia, kenapa kamu selalu cuek seperti ini kepadaku, kamu tahu sudah sejak sekolah dulu aku sudah menyukaimu, tapi kamu tidak pernah memperdulikan perasaanku," ujar Alex.

Alex mulai menggerakkan tangannya hendak meraih tangan Cintia, akan tetapi Cintia langsung menghindari tangan Alex.

"Alex, kita di sini untuk membicarakan bisnis, tolong jangan sangkut pautkan dengan urusan yang lain," ujar Cintia.

"Hehe, bisnis itu masalah gampang, jika kamu bersedia bersamaku, aku akan memberikan semua bahan baku pembuat kosmetik hanya kepada perusahaan mu saja," ujar Alex.

"Cintia kamu juga tahu, tidak banyak perusahaan penyedia bahan baku seperti milikku ini, begitu banyak perusahaan yang berani membayar mahal untuk bahan baku ini, jika bukan kepadaku lalu siapa lagi yang akan membantu perusahaan mu," sambung Alex dengan percaya diri.

Alex sangat yakin dengan cara seperti ini dirinya pasti bisa mendapatkan Cintia. Apalagi Alex juga tahu bahwa Cintia sangat menyayangi perusahaannya, di karenakan perusahaan ini adalah jerih payahnya dari nol di luar bantuan ayahnya.

Alex juga tahu bahwa selama ini Cintia belum pernah sama sekali dekat dengan pria, apalagi sampai berpacaran. Memikirkan hal itu membuat Alex semakin bersemangat.

"Cintia, aku akan memberikan semuanya jika kamu bersedia bersamaku," ujar Alex lagi.

Sementara Cintia hanya diam saja dan menggigit bibirnya. Cintia tidak percaya Alex akan menggunakan cara seperti ini untuk mengancamnya.

"Aku tidak bisa membiarkan perusahaan ku bangkrut hanya karena tidak ada bahan baku, tapi aku juga tidak menyukai Alex," pikir Cintia.

Cintia terlihat bingung harus berbuat bagaimana sekarang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!