Dug.. Dug.. Dug..
" Tolong buka pintu nya !!! " Teriak seorang wanita dari balik pintu dengan suara sedikit bergetar, manik indah nya melihat ke kanan dan ke kiri.
Dug.. Dug.. Dug..
Wanita itu kembali menggedor-gedor pintu kamar apartemen, dengan wajah yang sudah dipenuhi oleh keringat dan nafas yang tersengal-sengal.
Klek
Pintu kamar terbuka, tanpa menunggu persetujuan sang pemilik kamar Mila langsung masuk ke dalam apartemen, lalu menutup kembali pintunya secepat kilat.
Ia meloloskan tubuhnya terduduk di lantai sambil menyandarkan punggungnya ke balik pintu, dengan nafas yang masih tersengal-sengal ia berusaha untuk menetralkan suasana hatinya.
Di sisi lain seorang pria tinggi tegap dengan melipat kedua tangannya di dada terlihat bingung. Ia memperhatikan wanita dihadapannya, ia masih belum mengerti apa yang terjadi pada Mila.
Setelah nafas Mila kembali normal, ia tersadar sesaat setelah melihat seorang laki-laki berada di hadapannya.
Mila membelalakkan matanya setelah netranya bertatapan dengan pria itu.
" Ma..ma..maaf.. saya sudah sudah lancang masuk ke kamar ini, sepertinya saya salah masuk kamar " ucap Mila seraya berdiri dari duduknya, ia sebenarnya bukan salah kamar melainkan memang sengaja untuk bersembunyi dari kejaran kekasihnya.
" Hmm.. kamu siapa ? apa kamu baik-baik saja ? " tanya pria itu.
" Maaf saya harus keluar.. terima kasih sudah memperbolehkan saya untuk masuk apartemen bapak " ucap Mila, karena ia rasa pria dihadapan nya memiliki usia jauh diatasnya, ia pun bingung harus memanggil apa sepertinya memanggil dengan sebutan Bapak akan dirasa sopan menurut Mila.
Apa ? Bapak ? Apa aku sudah terlihat seperti bapak-bapak ?
Batin pria itu.
Saat Mila membalikkan tubuhnya untuk membuka handle pintu, tiba-tiba pria itu menghalau tangan Mila dengan tangannya agar Mila tidak bisa meraih handle pintu kamar.
" Tunggu ! Kamu tidak bisa masuk dan keluar seenaknya dari apartemen ini " ucap pria itu yang bernama Sadewa.
Mila sedikit membelalakkan matanya setelah mendengar ucapan dari Dewa, ia melihat Dewa mulai melangkahkan kaki mendekati dirinya. Ia sedikit kesal saat Mila memanggilnya dengan sebutan Bapak, ia berniat untuk mengerjai wanita asing di hadapannya.
" Bapak mau apa ? jangan mendekat !! " Mila sedikit meninggikan suaranya, ia pun berjalan mundur beberapa langkah, terlihat tubuhnya sedikit bergetar, ia merasa dejavu ia kembali teringat kejadian sebelum ini.
" Mau apa ? ini kan apartemen saya, suka-suka saya dong " balas Dewa yang semakin mendekati Mila.
" Saya bilang stop ya ! " dengan suara yang kembali bergetar.
Mila mencari celah agar bisa keluar dari kamar apartemen ini, keringat kembali membasahi pelipisnya, pikirannya sudah tidak karuan, sebelumnya hampir saja kejadian yang tidak diinginkan menimpa dirinya, sekarang apakah kejadian itu akan terulang kembali.
Dewa pun yang melihat Mila dengan wajah sedikit pucat dan keringat yang bercucuran, semakin penasaran namun merasa iba.
" Sepertinya wanita ini wanita baik-baik " batin Dewa.
" Saya mohon.. saya mau keluar dari apartemen ini " ucap Mila memohon dengan menyatukan kedua tangannya di dada.
" Hmm.. kamu tidak boleh keluar "
" Kenapa ? Saya sudah bilang, saya salah masuk kamar kan ? " ucap Mila lagi, sedikit panik.
" Kamu tidak boleh keluar, kalau kamu belum menjelaskan apa yang terjadi dan kenapa tiba-tiba kamu menggedor-gedor pintu apartemen saya " susul Dewa, karena ia merasa curiga ada sesuatu yang terjadi pada Mila.
" Saya salah kamar, tadi... s..aya dikejar itu... "
" Dikejar apa ? dikejar kucing, anjing, ayam, kodok ? " ucap Dewa memotong pembicaraan Mila.
" Lebih tepatnya Anj...... " Mila tidak melanjutkan ucapan nya.
" Hmm... " Dewa mengernyitkan dahinya.
" Mmh.. nggak... bukan.. bukan.. permisi.. terima kasih banyak, maaf jika mengganggu waktunya "
Dengan secepat kilat Mila sedikit berlari menuju pintu apartemen Dewa, ia lalu membuka pintu apartemen berjalan setengah berlari menuju lift.
Dewa hanya bengong memperhatikan tingkah wanita dihadapan nya.
" Wanita aneh ! " gumam Dewa.
***
" Ya Tuhan.. terima kasih engkau telah menyelamatkan ku hari ini " batin Mila sesaat ia sudah sampai di rumah sahabat nya.
" Mil, kenapa Lo ? gimana acara ulang tahun David tadi seru ? " tanya Ara sahabat Mila.
Mila hanya terdiam, ia sepertinya enggan mengingat kejadian tadi di apartemen David.
" Kok diem Mil ? " tanya Ara lagi seraya memperhatikan wajah sahabatnya.
Terlihat raut wajah Mila tidak seperti biasanya, netranya mulai berkaca, itu membuat Ara sedikit khawatir Ara langsung mendekati Mila.
" Mil, ada apa ? " tanya Ara semakin penasaran.
Tiba-tiba Mila langsung memeluk sahabatnya, ia menumpahkan air mata di bahu sahabatnya.
Ara mengerti sepertinya Mila sedang tidak baik-baik saja, ia pastikan ini ulah David. David adalah kekasih Mila, mereka sudah berpacaran sekitar 2 tahun, David adalah kakak tingkat mereka berdua di kampus, Ara kurang begitu suka kepada David karena perangai David yang agak temperamen, namun bagai dibutakan oleh cinta, Mila masih tetap bertahan menjalin hubungan dengan David.
" Lo puasin dulu, baru Lo cerita sama gue " ucap Ara.
Setelah merasa tenang, Mila mulai menceritakan kejadian yang ia alami di apartemen kekasihnya.
" Kurang ajar kan si David ! " Ara terlihat geram setelah mendengar apa yang Mila ceritakan.
" Mil, Lo masih mau bertahan sama David ? Kalau saran gue udah lah.. Lo cantik Mil, gak pantes Lo sama David, sungguh ! " susul Ara.
" Gue gak tau Ra, tapi kayaknya gue gak mau lanjut sama David, gue takut.. " ucap Mila.
" Hmm.. Lo tenang aja sekarang, kalau Si David macem-macem lagi, Gue bantu Lo " ucap Ara merangkul sahabat nya.
" Thank You... " balas Mila seraya membalas rangkulan Ara.
" Tapi... satu lagi.. Lo masih hutang penjelasan sama gue, tadi Lo kabur ke apartemen siapa ? Buat ngehindar dari David " tanya Ara menyelidik.
" Itu nanti aja deh cerita nya, gue mau balik udah sore, nanti tante gue ngomel-ngomel lagi "
" Hmm.. oke.. Lo hati-hati dijalan, sorry gue gak bisa nganter "
" It's ok gak masalah.. thanks ya Ra "
Ara hanya mengangguk tersenyum lalu mengantarkan Mila hingga pintu pagar rumahnya.
Di lain tempat Dewa sedang duduk di balkon kamar apartemen nya, pikiran nya masih terganggu pasca kejadian tadi.
" Siapa ya wanita tadi, kenapa jadi kepikiran gini sih ? Apa dia tinggal di apartemen ini juga ? ck... sial kenapa tadi gak nanya namanya.. hmm.... "
Lamunan Dewa dibuyarkan oleh suara dering telepon, ia langsung menoleh ke arah sumber suara, lalu ia berjalan meraih ponsel nya yang tergeletak tidak jauh dari ia duduk.
Mama Coming ....
Terlihat pada layar ponsel Mama nya menghubungi.
" Halo Ma.. "
" Sadewa bisa kamu pulang ke rumah Mama, ada yang ingin Mama dan Papa bicarakan "
" Perihal apa Ma ? "
" Sudah kamu pulanglah dulu, kita bicarakan disini "
" Baik Ma "
" ........... "
Klik
Sambungan telepon ditutup.
Setelah dihubungi oleh Mama nya Dewa kembali masuk kedalam, ia akan bersiap untuk pergi ke rumah kedua orangtuanya, karena sudah hampir 5 tahun ini Dewa tinggal sendiri di apartemen nya.
🌼🌼🌼
Mila sudah sampai di rumah, ia tinggal bersama tante dan sepupunya di rumah peninggalan kedua orang tua Mila, kedua orang tua Mila sudah meninggal beberapa tahun lalu saat Mila masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, mereka meninggal karena kecelakaan saat sedang perjalanan dinas.
Karena pada saat itu Mila masih sekolah sehingga tante nya menawarkan diri untuk merawat Mila, namun seiring berjalannya waktu, sepertinya tante dari Mila tidak tulus merawat Mila, melainkan itu hanya sebagai senjata tidak lain dan tidak bukan agar harta peninggalan kakaknya jatuh kepada dirinya.
Karena tante nya Mila ini seorang janda beranak satu, usia anak nya tidak jauh dari usia Mila. Hanya beda 2 tahun dibawah Mila. Sepupunya yang bernama Tari baru tahun ini masuk kuliah namun berbeda kampus dan jurusan dengan Mila.
" Assalamu'alaikum " ucap Mila sesaat setelah masuk kedalam rumah.
" Wa'alaikumussalam, dari mana saja kamu, pulang sudah sore seperti ini, kamu kan libur kuliah, ngapain juga masih kelayapan keluar " balas tantenya yang sedang duduk sambil menonton televisi di ruang tengah.
" Maaf Tante, tadi Mila ada tugas kampus yang harus diselesaikan " ucap Mila berbohong, ia terpaksa berbohong karena bisa-bisa ia diamuk habis oleh tantenya jika ia jujur.
" Hmm... alasan nya selalu tugas.. tugas.. tugas.. kapan sih kamu selesai kuliah, uang peninggalan orang tua kamu sudah hampir habis dipakai biaya kuliah kamu ! kalau kamu belum selesai-selesai kuliah sepertinya kamu harus mencari kerja untuk menambah uang kuliah kamu " susul tante Bertha.
Tanpa membalas lagi ucapan tantenya, Mila bergegas menuju kamar nya yang berada di lantai dua, namun saat baru menaiki anak tangga, Tante Bertha kembali memanggil nya.
" Mil, kamu masak ya buat makan malam kita "
" Iya tan, Mila bersih-bersih dulu " ucap Mila melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga.
" Hmm... " Tante Bertha kembali menonton televisi sambil memindahkan chanel dengan remote yang ia pegang.
Klek
Saat pintu kamar Mila buka tiba-tiba sepupunya Tari menghampirinya.
" Kak Mila baru pulang ? " tanya Tari
" Iya Tar " Mila hanya tersenyum sekilas.
" Kak, maafin Mama ya, kayaknya tiap ke Kak Mila Mama selalu seperti itu " ucap Tari karena tadi ia mendengar Mama nya berbicara kepada Mila.
" Gak apa-apa Tar, aku sudah biasa kok " ucap Mila lalu masuk kedalam kamar.
" Hmm... " Tari hanya mengangguk, ia pun ikut masuk kedalam kamar Mila, karena memang sudah biasa Tari masuk ke kamar Mila, walau begitu perangai Tari berbeda dengan Mama nya Tari baik dan menghormati Mila sebagai kakak.
" Kak, kamu disuruh masak untuk makan malam ya sama Mama ? " tanya Tari lagi seraya duduk di sofa kamar.
Mila hanya mengangguk.
" Aku bantuin Kak " ucap Tari bersemangat.
" Gak apa-apa gak usah Tar, aku aja, nanti Mama kamu ngomelin aku lagi kalo kamu ikut masak bantuin aku " balas Mila.
" Udah tenang aja Kak, aku tunggu di bawah ya "
" Hmm.. " Mila hanya mengangguk.
Setelah kepergian Tari, Mila hanya tersenyum kecut, hanya Tari yang mengerti dirinya saat ini, namun ia pun tidak tahu jika kedepannya ada sesuatu yang terjadi kepada dirinya apakah Tari akan berpihak kepadanya atau tidak.
Tidak lama Mila keluar kamar membuat makan malam untuk mereka bertiga, sebelum Tante nya ngomel-ngomel lagi karena makan malam untuk mereka belum tersaji.
***
“ Dewa, kapan kamu akan menuruti keinginan Papa ? “ Tanya Pak Irwan.
“ Keinginan Papa yang mana lagi sih Pa ? “ Dewa balik bertanya
“ Posisi Direktur di Perguruan Tinggi yang Kakek kamu rintis, lalu turun ke Papa sedang kosong, ia menunggu seseorang yang seharusnya sudah siap mengisi posisi itu, kamu Papa minta untuk menjadi pengacara di kantor yang Papa rintis juga kamu tidak mau, untuk yang satu ini jangan ada lagi penolakan “ ucap Pak Irwan.
“ Hmm.. Pa.. Dewa sedang fokus pada bisnis-bisnis Dewa “
“ Papa mengerti, Papa paham usaha dan bisnis kamu sedang berkembang, coffee shop kamu sudah tersebar di berbagai kota, Papa sangat mengapresiasi kerja keras kamu untuk itu, tapi apa salahnya kamu juga bisa merangkap sebagai Direktur Perguruan Tinggi menggantikan Papa kan ? Papa sudah tua Dew “
Dewa terdiam mencerna ucapan Papa nya.
“ Silakan kamu pikirkan ucapan Papa, jika kamu bersedia minggu depan kamu sudah bisa memulai menggantikan Papa di kampus, Papa mau istirahat dulu “ Pak Irwan beranjak dari duduknya, meninggalkan Dewa dan Mama nya yang masih duduk bersebelahan.
Hening suasana, tidak lama Bu Desi Mama dari Dewa menghampiri anak semata wayangnya.
“ Sadewa, apa salahnya kamu mengikuti keinginan Papa, untuk bisnis kamu kan sudah banyak karyawan, kamu bisa memantau bisnis kamu kapan saja kan ? “ ucap Bu Desi.
Dewa hanya mengangguk perlahan.
“ Oke ya.. “
“ Iya Ma, Dewa akan menuruti keinginan Papa "
“ Dewa.. thank you sayang.. “ Bu Desi langsung memeluk putra semata wayangnya.
“ Setelah ini, Mama jangan dulu paksa Dewa untuk cepat-cepat menikah “ ucap Dewa datar.
“ Hmm.. kok gitu, ya menikah juga harus dong “
“ Tapi gak sekarang Ma.. “
“ Oke.. oke… Mama ngalah yang penting sekarang kamu turuti dulu keinginan Papa ya setelah itu baru keinginan Mama “ ucap Bu Desi tersenyum menang.
Dewa hanya mengangguk tersenyum kecil. Memang sudah dari setahun lalu Dewa diminta oleh Orang tua nya untuk menggantikan Papa nya di kampus sebagai Direktur disana, namun Dewa belum dapat menurutinya karena ia sedang fokus pada usahanya untuk membuka beberapa cabang Coffee shop.
Sebetulnya Dewa seorang pengacara, sama seperti Papa nya, namun karena Pak Irwan lebih banyak di kampus sehingga ia sudah jarang terjun langsung menangani klien yang membutuhkan pendampingan hukum, Pak Irwan serahkan semua ke anak buahnya.
Harapan Pak Irwan pun ada pada Dewa, namun setelah Dewa melanjutkan pendidikan untuk menjadi advokat, ia lebih memilih meneruskan bisnis nya di kedai kopi dibandingkan menjadi pengacara.
Dewa menyenderkan tubuhnya ke senderan sofa, ia sedikit memijat-mijat pelipisnya, ia merasa hari ini sangat menguras emosinya, belum lagi kejadian tadi di apartemen nya tiba-tiba ada seorang wanita asing yang menggedor-gedor dan masuk tanpa ia tahu apa maksud dan tujuannya.
" Gak ngapa-ngapain tapi kerasa lelah hari ini " batin Dewa.
Dewa memutuskan untuk bermalam di rumah kedua orangtuanya, karena malam pun sudah semakin larut, ia langsung masuk ke dalam kamar yang sudah lama tidak ia tinggali, suasananya masih sama, sama seperti saat terakhir kali ia tidur disana.
Ia langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur, dalam hitungan detik saja ia langsung terlelap tidur, ia berharap esok pagi ia mendapatkan kabar gembira jika omset dari beberapa kedai kopinya semakin merangkak naik.
🌼🌼🌼
Jangan lupa untuk selalu dukung author dengan vote like dan komennya ya ❤️
“ Gue harus cari kerja deh Ar “ ucap Mila kepada Ara sahabat nya.
“ Kok ? Emangnya peninggalan nyokap bokap Lo udah habis ? “ Tanya Ara.
Mila menggeleng.
“ Gue gak tahu Ar, tapi Tante Bertha bilang kalo uang peninggalan Orang Tua Gue udah habis dipake biaya kuliah Gue, mana kuliah belum kelar.. ck… Gue gak mau ngebebanin Tante Bertha, dia udah rawat Gue semenjak kedua orang tua Gue udah gak ada “ Mila berdecak sambil menyeruput es teh yang mereka beli di kantin kampus.
“ Hmm.. Bokap Lo kan punya usaha Mil ? Apa Lo gak tau, sekarang usaha Bokap Lo gimana ? Gue tau persis keadaan keluarga Lo Mil, gue yakin gak mungkin banget kalo peninggalan-peninggalan Bokap Lo habis cuma buat biaya sekolah, kuliah dan kebutuhan sehari-hari, ya tapi sorry ya Mil.. kecuali duit orang tua Lo dipake juga sama Tante Lo itu “ ucap Ara.
Mila dan Ara memang bersahabat sedari kecil, mereka bertemu saat mereka sama-sama disekolahkan oleh kedua orang tua mereka di taman kanak-kanak, hingga SMA mereka selalu sekolah di sekolah yang sama bahkan kuliah pun mereka memilih untuk berkuliah di kampus yang sama.
Sehingga Ara sangat mengetahui keluarga Mila yang amat sangat berkecukupan, bahkan lebih karena kedua orang tua Mila memiliki usaha yang cukup maju, namun setelah kedua orang tua Mila kecelakaan, entah bagaimana nasib usaha milik kedua orang tuanya, karena sama sekali Mila tidak diberitahu oleh Tante nya, pada saat itu Mila masih SMP ia belum mengerti walaupun Mila sebagai pewaris tunggal mempunyai hak penuh atas peninggalan-peninggalan kedua orangtuanya.
“ Entahlah Ar “ Mila hanya mengangkat kedua bahunya, lalu mereka beranjak dari duduknya, menuju ke ruang kelas, karena sekitar 15 menit lagi perkuliahan akan dimulai.
Saat mereka berdua telah sampai di depan kelas, tiba-tiba Mila dan Ara dihadang oleh David.
“ Ehem.. “ David menghentikan langkah Mila.
Ya Tuhan
Batin Mila.
Mila tercekat, ia membalikkan badan berusaha lari dari hadapan David. Ia tidak menyangka David akan mencarinya hingga ke kelas.
Namun belum juga Mila mengajak Ara untuk lari, David lebih cepat kembali menghadang Mila, sehingga Mila tidak dapat pergi kemana-mana.
“ Mau apa Lo ! “ Ucap Ara tanpa di komando, ia sudah tahu pasti David ingin bertemu dengan Mila.
“ Diem Lo, kuntilanak rese “ balas David.
Mila masih terdiam berdiri, lalu tangannya menggenggam tangan Ara, seolah pertanda jika dirinya dalam ancaman.
“ Aku masih nunggu penjelasan kamu, kenapa kamu tiba-tiba kabur di hari ulang tahun aku dan kamu blok nomor ponsel aku “ ucap David kepada Mila.
“ Aku mau putus, kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi “ balas Mila.
“ Apa kamu bilang ?! Hmm.. gak akan ! Kamu gak bisa seenaknya ya Mil ! “ David meraih tangan Mila lalu mencengkram nya dengan kuat.
“ David lepas ! Kamu udah mau lecehin aku ! “ Ucap Mila berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman David.
“ Hei.. lepasin gak ! “ Susul Ara yang melihat David sedikit kasad kepada Mila.
“ Apa Lo ! Gak usah ikut campur urusan Gue sama Mila “ ucap David.
“ Gue berhak ikut campur, gue sahabat nya Mila dan Gue tau kelakuan Lo ke Mila ! “ Balas Ara.
Mereka bertiga masih beradu mulut, hingga teman-teman satu kelas Mila dan Ara keluar.
“ Ada apa ? “
“ Ada apa ? Mila sama Kak David ? “
Tiba-tiba Dosen yang mengajar di kelas datang.
“ Ada apa ini ? Ribut-ribut, ini kawasan kampus ya.. kok bisa-bisanya kalian malah ribut-ribut seperti ini, ayo masuk kelas “ ucap Pak Bayu.
Secepat kilat seluruh mahasiswa dan mahasiswi masuk ke dalam kelas tanpa terkecuali Mila dan Ara. Mereka berdua pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk menghindar dari David.
“ Kamu David, sedang apa kamu disini ? Mau turun tingkat kamu ? “ Tanya Pak Bayu lagi.
“ Oh.. ti..dak pak, tadi saya hanya lewat, tapi ada ribut-ribut, tadinya saya mau melerai Pak, kalau begitu saya permisi Pak “ ucap David berbohong lalu ia berlalu meninggalkan Pak Bayu yang masih memperhatikan nya.
***
Setelah perkuliahan selesai Mila dan Ara memutuskan untuk langsung pulang, biasanya mereka akan ke perpustakaan terlebih dahulu atau kembali ke kantin, agar Mila sampai rumah sore, karena Mila sangat tidak nyaman berada di rumah, walaupun sebenarnya itu adalah rumahnya, rumah yang ia tinggali dari semenjak ia lahir, namun setelah kedua orangtuanya tiada, kenyamanan di dalam rumah itu hilang, tidak Mila rasakan.
" Taksi... !! " ucap Ara sedikit berteriak.
" Ra... Kok panggil taksi ? " tanya Mila.
" Kita kan mau pulang Mil " jawab Ara.
" Hmm... Duit Gue tinggal segini " Mila mengeluarkan dua lembar uang berwarna ungu.
" Ya udah tenang aja, Gue yang bayar "
" Gak ah.. Gak enak Gue, Lo aja klo Lo mau balik duluan, Gue mau jalan sampe simpang depan, biasanya suka ada angkot disana " ucap Mila.
" Mil, beneran ? Gue jadi sedih liat Lo " ucap Ara merangkul Mila.
" Udah Lo gak usah lebay ah.. Gue udah harus mulai hidup sederhana banget sekarang, Gue harus cari kerja, yang penting kuliah Gue cepet selesai, itu harapan kedua orangtua Gue, apapun keadaannya Gue harus bisa nyelesein kuliah " balas Mila.
" Ya udah Gue ikut Lo.. ayo " Ara menarik lengan Mila, ia memberi isyarat kepada supir taksi jika ia tidak jadi memesannya.
" Ikut kemana ? " tanya Mila.
" Ikut pulang pake angkot sama Lo "
Mila hanya tertawa sedikit menggelengkan kepalanya, melihat tingkah sahabatnya.
Mereka berdua berjalan menyusuri jalan mulai menjauhi kampus dimana tempat mereka menuntut ilmu, tidak lama terdengar suara motor yang sangat khas di telinga Mila dan Ara.
Tiiiinnnnnnnn
Suara klakson motor membuat Mila dan Ara terhenyak, mereka berdua menghentikan langkah nya.
" Mil.. Jangan pernah berharap kamu bakal lepas dari aku, sampai kapan pun aku gak bakal lepasin kamu ! " ucap David seraya kembali tancap gas meninggalkan Mila dan Ara.
" Ya Tuhan " Mila langsung mengusap-usap dadanya.
" Mil, sabar ya.. Lama-lama juga tuh orang bakal capek sendiri.. Gue gak bakal tinggalin Lo.. Tenang ya gak usah di dengerin omongan Si David itu " Ara mencoba menenangkan Mila.
Mila hanya mengangguk, mereka berdua kembali melanjutkan langkahnya.
Tiba-tiba dari kejauhan Mila melihat salah satu kedai.
" Ar.. Itu cafe baru ya ? " tanya Mila kepada Ara.
" Mana ? "
" Itu yang di ujung jalan sebrang toko roti " susul Mila lagi.
" Hmm.. Iya kayanya cafe baru, mau coba kesana ? " ajak Ara.
Mila menggeleng.
" Kalau mau kesana ayo, tenang Gue bandar " ucap Ara.
" Nggak Ar.. Makasih banyak.. Lo udah banyak banget bantuin Gue " balas Mila.
" Hmm.. Lo itu dari dulu banyak gak enakan Mil "
Mila dan Ara tertawa, tiba-tiba terlintas dipikiran Mila jika ia ingin mencoba melamar ke cafe itu, karena itu cafe baru dengan harapan masih membutuhkan karyawan disana.
" Eh Ar, jadi deh kita ke cafe, tapi bukan buat nongkrong ya, Gue mau nanya-nanya siapa tau ada lowongan disana " ucap Mila.
" Lo yakin mau kerja ? " tanya Ara.
Mila mengangguk.
" Ya udah ayo "
Mereka berdua berjalan menuju cafe yang di tuju, setelah sampai di depan cafe, mereka berdua menghentikan langkahnya.
" Ar.. coffe shop ternyata " ucap Mila.
" Hmm " Ara mengangguk.
" Gimana ? Mau coba nanyain ? " tanya Ara.
" Bismillah aja deh "
Mila yang ditemani Ara masuk kedalam Coffe shop itu, interior yang sangat unik namun nyaman, mereka berdua langsung disambut oleh salah satu pelayan yang berada disana.
" Sore Kak.. mau minum kopi disini atau di bawa pulang ? Ini ada menu best seller kita " ucap pelayan itu.
" Eu.. Kak.. Saya kesini bukan mau minum kopi tapi mau nanya, apa ada lowongan kerja kak ? " tanya Mila tanpa basa-basi.
" Oh kalau itu saya tanyakan dulu ya Kak, mohon tunggu sebentar "
" Iya terima kasih " Mila dan Ara lalu duduk menunggu.
" Mil, tunggu ya Gue ke toilet sebentar " ucap Ara.
Mila mengangguk mengiyakan.
Padahal Ara berniat untuk membeli dua es kopi untuk dirinya dan Mila, karena ia pun penasaran dengan rasa es kopinya.
Mila masih menunggu, tidak lama ia mendengar suara langkah dan membuyarkan lamunannya.
" Ehem.. Selamat sore "
Mila menoleh dan....
Jag.....
🌼🌼🌼
Jangan lupa selalu dukung author ya.. Dengan vote, like dan komennya ❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!