Pertama, nama-nama di Karya ini, sebagian besar terinsipirasi dari nama-nama member BTS, Dan perlu di garis bawahi Karakter di cerita ini bukan mencerminkan member BTS yang sebenarnya di kehidupan nyata, ini murni khayalan Author sendiri, atau tepatnya kehaluan Author🙈
Kedua, mungkin ada beberapa kata yang asing bagi sebagian pembaca. Namun, tenang saja Author akan memberikan penjelasan sesuai dengan pengetahuan Author yang sedikit ini, apa bila ada yang salah Author mohon maaf, sebelumnya🙏
Ketiga, spesial buat, para madu, kakak ipar dan adik ipar Author, penggemar BTS (Para ARMY). Jangan baper ya, Ini cuman cerita fiktif belaka. Tapi kalau nyata miminnya bakal maju paling depan🙈💜
...........................................
...****************...
......................
Shin Dami adalah kekasih Min Yoongi yang tinggal di desa. Min Yoongi adalah salah satu member idol K-Pop, BTS. Shin Dami dan dirinya, sudah menjalani hubungan selama hampir 4 tahun dan kini sikap Min Yoongi mulai berubah 380°.
Hari ini Dami memutuskan untuk menghampiri apartemen milik Min Yoongi yang ada di kota, untuk memberitahunya bahwa dirinya sedang mengandung buah hati mereka tanpa sepengetahuan Min Yoongi.
Apartemen Min Yoongi 🌆
“Untuk apa kau datang? Bukankah sudah ku bilang tunggu saja di sana.” Ujar Yoongi dingin.
“Maafkan aku, Yoon. Tapi sudah beberapa bulan ini kamu tidak menemui ku, ataupun memberikan kabar padaku. Apa kau tahu kalau saat ini aku sedang hamil anakmu?” Ungkap Dami sambil menggigit bibir bawahnya.
“Jangan bicara omong kosong, lebih baik kau pulang sekarang!” Bentaknya.
“Dan..., mari kita akhiri hubungan ini.” Ujar Yoongi sambil membelakangi Dami.
“Kamu bilang apa?” Tanya Dami berharap apa yang di dengarnya itu salah, namun kekasihnya itu malah terdiam.
“Min Yoongi, apa kau sudah gila?!” Teriak Dami tak percaya.
“Pergilah!”
“Dan jangan mencari ku lagi, Kau mengerti kan!” Seru Yoongi sambil menunjuk pintu keluar untuk Dami.
Hati Dami terasa sangat sakit bagaikan ribuan belati menusuknya secara bersamaan, mendengar ucapan tak berperasaan dari seorang Min Yoongi, kekasihnya selama 4 tahun terakhir. Dirinya tak habis pikir dengan kekasihnya itu. Bagaimana bisa Yoongi berkata seperti itu, setelah mengetahui Dami sedang mengandung buah hati mereka?
Karena mendapatkan perlakuan dingin dan kejam seperti itu dari Min Yoongi, Dami memutuskan untuk segera pergi dari sana. Dami yang baru saja keluar dari apartemen Yoongi, dengan perasaan yang berkecamuk itu. Berjalan sambil melamun di jalanan, hingga tak menyadari ada mobil yang melaju ke arahnya.
“Huft! Hampir saja.” Ucap seseorang yang tidak lain adalah pengemudi mobil tersebut.
Pengemudi itu langsung turun dan menghampiri Dami, untuk memeriksa keadaannya.
“Nona, kamu tidak apa-apa?” Tanya pengemudi itu lembut.
Dami yang sedang tidak baik-baik saja saat itu, tidak menjawabnya melainkan tiba-tiba menangis. Dan membuat pengemudi itu kalang kabut, melihat reaksinya yang seperti itu.
“Aduh, Nona, kenapa kamu malah menangis. Apa ada yang luka?” Ujarnya bingung.
“Ikutlah dengan ku dulu.” Ujar pengemudi itu kemudian, sambil membantu Dami masuk ke dalam mobilnya.
Setelah selesai memasangkan sabuk pengaman pada Dami, pengemudi itu pun langsung melajukan mobilnya berniat mengantar Dami pulang. Melihat dan mengingat kondisi Dami yang tampak tidak baik-baik saja.
“Nona siapa nama mu? Dan sepertinya kamu sedang ada masalah?” Tanya pengemudi itu di tengah perjalanan.
“Namaku Shin Dami, Tuan. Tidak, Tuan. Saya tidak apa-apa.” Jawab Dami yang mulai tenang.
“Tidak perlu sungkan seperti itu, Nona. Jika kamu ada masalah kamu bisa menceritakannya padaku, itu pun kalau kamu tidak keberatan. Dan lagi kamu seharusnya tidak berjalan dengan melamun seperti tadi, akan berbahaya untuk semuanya.” Ujar pengemudi.
“Aku, Kim Seokjin. Kamu bisa memanggilku, Seokjin, atau Oppa, karena, kelihatannya kau lebih muda dari ku.” Ujar Seokjin, yang memperkenalkan dirinya. Berusaha mencairkan suasana.
*Oppa, panggilan dari wanita untuk pria yang lebih tua.*
“Ah, baiklah..., Oppa.”
“Ngomong-ngomong dimana rumah mu? Aku akan mengantarmu pulang.”
“Aku tinggal di Desa H, Oppa. Kamu bisa menurunkan ku di halte bus saja.”
“Tidak, tidak, itu sangat jauh dari tempat tinggal mu dan lagi ini sudah sangat larut. Tidak mungkin ada bus yang masih beroperasi.” Ujar Seokjin.
“Tidak apa-apa, Oppa. Aku akan menunggu di halte saja. Dan lagi, Aku tidak punya kenalan di daerah sini.” Ujar Dami.
“Yasudah, kamu menginap lah semalam di apartemen ku. Kebetulan di sana kosong, dan Aku juga jarang tidur di sana.” Saran Seokjin.
“Tidak usah, Oppa. Aku tidak ingin merepotkan siapa pun.” Tolak Dami sopan.
“Hust! Diam dan ikut saja, Aku hanya ingin membantumu.” Ujar Seokjin dengan jari telunjuk didepan bibirnya.
Setelah berkata seperti itu, Seokjin langsung melajukan mobilnya ke arah apartemen miliknya. Sedangkan di apartemen Yoongi, terlihat Yoongi mulai gelisah dan khawatir terhadap kondisi Dami saat ini.
Dirinya pun tahu bahwa Dami tidak memiliki kenalan siapapun di sini, dan ini sudah cukup larut untuk mendapatkan bus menuju rumah Dami. Entah apa yang ada di pikirannya tadi sampai bisa berkata seperti itu pada Dami, wanita yang di cintainya.
“Aishh! Kenapa jadi kepikiran begini!”
“Apa Aku sudah sangat keterlaluan? Ahh, sudahlah bodo amat!!”
Ucap Yoongi sambil mengacak-acak rambutnya, dan segera berjalan ke kamar tidurnya.
Apartemen Seokjin 🌆
Setelah sampai apartemen miliknya. Seokjin segera menarik tangan Dami untuk duduk di sofa ruang tamu. Dan meminta Dami untuk memberi tahu masalahnya.
“Baiklah, sekarang tolong katakan yang sebenarnya, apa masalah mu?” Ujar Seokjin duduk di sebelah Dami.
Dami, merasa mungkin tak apa jika dirinya mengatakan yang sebenarnya pada orang yang telah menolongnya. Dami pun mulai menceritakan semuanya, mulai dari sikap Yoongi yang berubah bahkan memberi tahu Seokjin soal kondisinya yang saat ini berbadan dua. Sampai akhirnya Dami kembali menangis. Dan tanpa sadar menyandarkan kepalanya, di dada bidang milik Seokjin.
“Sudah,sudah, jangan menangis. Memangnya siapa lelaki brengsek itu? Kali saja aku mengenalnya. Aku akan memberikan pelajaran padanya.” Ucap Seokjin sambil mengelus surai milik Dami untuk menenangkannya.
Karena merasa lelah setelah menangis, tanpa sadar Dami malah tertidur di pelukan Seokjin.
“Dami, Shin Dami...? Hei-“ Ucap Seokjin terhenti dan langsung menengok ke arah Dami.
“Hm, sudah tidur? Cepat sekali. Huft, Benar-benar wanita yang malang.” Gumam Seokjin.
Melihat Dami yang tertidur seperti itu, Seokjin perlahan memindahkan kepala Dami sebentar dan berniat memindahkan tas yang masih di kenakan Dami. Namun baru saja Seokjin mengangkat tas tersebut, tiba-tiba saja satu lembar foto keluar dari sana dan membuat Seokjin benar-benar terkejut.
“Min Yoongi, sialan! Bagaimana bisa dia memperlakukan wanita seperti ini!” Gumam Seokjin yang benar- benar kesal.
Foto yang di lihat oleh Seokjin adalah foto Dami bersama Yoongi saat mereka kencan pertama kalinya. Setelah melihat wajah adiknya di foto itu,Seokjin langsung memasukkan kembali foto tersebut dan mulai memindahkan Dami ke dalam salah satu kamar tamu di sana.
“Ajumma tolong rapihkan kamar tamu sekarang, ya. Dan siapkan beberapa baju untuknya.” Pinta Seokjin kepada salah satu pelayan di tempat tinggalnya.
*Ajumma, sebutan untuk bibi atau tante. Juga sebutan untuk wanita paruh baya.*
“Baik tuan.” Jawab Ajumma dan bergegas menjalankan tugasnya.
Beberapa saat kemudian, Ajumma pun selesai dengan tugas yang di minta oleh Tuannya. Seokjin segera memindahkan Dami ke atas kasur secara perlahan.
“Bagaimana bisa, Yoongi melakukan hal seperti itu? Ahh! Pokoknya kau tenang saja, Nona. Aku akan memberikan pelajaran pada lelakimu itu.” Gumam Seokjin sambil memandang wajah Dami lalu keluar dari sana.
...........................................
...****************...
......................
Hari ini, 09 July!
Happy Army Day💜
APOBANGPO 💜
Keesokan paginya, Dami terbangun dan melihat Seokjin baru saja menaruh makanan di atas meja, yang ada di kamar tersebut.
“Aigo! Apa Aku berisik, sampai membangunkan mu?” Tanya Seokjin yang melihat Dami terbangun.
*Aigo! Berarti aduh!*
“Ti-tidak, tidak, Oppa, Aku memang terbiasa bangun jam segini.”
“Ahh, syukurlah. Aku kira kamu terbangun karena Aku masuk kesini.” Ucap Seokjin Lega.
“Tidak Oppa. Ta-tapi Oppa... siapa yang memindahkan ku ke sini?” Tanya Dami hati-hati.
“Aku sendiri, maaf, ya.”
“Kenapa minta maaf? Justru Aku mau berterima kasih, karena Oppa sudah memberikan tumpangan untuk ku, dan juga membiarkan Aku menginap di sini semalam.”
“Aisshh, tidak usah difikirkan. Lebih baik sekarang kamu mandi lalu makan. Aku sudah membuat sarapan untuk mu.” Ujar Seokjin menunjuk nampan makanan yang ada di meja.
“Dan juga baju nya ada di lemari sebelah kanan. Aku akan menunggumu di ruang tamu.” Ucap Seokjin tersenyum hendak melangkah keluar.
“Terima kasih banyak, Oppa. Kalau gitu Aku akan mandi sebentar.” Ujar Dami.
Seokjin pun hanya tersenyum mendengarnya dan melangkah keluar.
Setelah selesai mandi dan sarapan, Dami bergegas menghampiri Seokjin yang sejak tadi menunggunya di ruang tamu.
“Hm, kau sudah siap? Ayo Aku akan mengantarmu pulang.” Ucap Seokjin begitu melihat Dami.
“Eh, tidak usah repot-repot, Oppa. Aku akan pulang sendiri.” Tolak Dami sopan.
Seokjin yang mendengar itu langsung menarik tangan Dami dan keluar dari sana, tanpa mengindahkan perkataan Dami.
“Oppa, gak perlu mengantar ku. Aku bisa pulang sendiri.” Ujar Dami saat di dalam mobil.
“Ck! Aku tidak suka ada penolakan. Pokoknya tunjukan saja arah tempat tinggal mu.” Decak Seokjin.
“Aishh, Oppa ini benar-benar.” Pasrah Dami.
“Benar-benar apa? Benar- benar tampan, kan. Aku sudah tahu itu.” Ucap Seokjin dengan bangganya.
“Oppa..., kamu benar-benar pede. Aku baru menemukan orang yang seperti mu.” Ucap Dami sambil tertawa.
Melihat Dami tertawa, Seokjin hanya menatap sambil tersenyum. Dan segera melajukan mobilnya ke jalan. Karena jarak tempat tinggal Dami yang sangat jauh dari kota. Di butuhkan beberapa jam sebelum tiba di sana. Dan saat sudah di pertengahan jalan....
“Ngomong-ngomong Dami, kau tinggal dengan siapa di desa?” Tanya Seokjin.
“Aku hanya tinggal berdua dengan Ibu, Oppa. Ayahku sudah meninggal dari Aku masih kecil.”
“Ahh, jadi begitu....”
“Yasudah, ini kemana lagi?” Ujar Seokjin mengalihkan pembicaraan takut membuat Dami merasa sedih.
“Di depan belok kiri, Oppa. Rumah yang paling ujung adalah rumah ku.”
Mendengar arahan dari Dami, Kim Seokjin langsung melaju dan menepikan mobilnya tepat di depan rumah Dami. Dami melihat rumahnya yang sepi segera mengetuk pintu rumahnya.
Tok! Tok! Tok! Dami mengetuknya berulang- ulang tapi tidak ada respon apapun dari dalam.
“Sepertinya tidak ada siapapun di rumah, apa mungkin Ibu mu sedang keluar?” Ucap Seokjin.
“Aku juga berfikir seperti itu, Oppa. Oppa, kalau memang ingin langsung pulang, silahkan. Aku akan menunggu Ibuku pulang, di sini.”
“Tidak, Aku akan menunggu sampai Ibumu pulang. Jadi kamu tidak menunggu sendirian.”
Mendengar itu Dami pun mengajak Seokjin untuk duduk bersama di depan pintu rumah. Beberapa saat kemudian ada seseorang pemuda yang tiba-tiba menghampiri keduanya.
“Kakak! Kamu kemana saja, Aku dan Ibuku telah mencari mu semalam!” Seru Pemuda itu begitu melihatmu.
“Ahh, maaf Aku tidak bisa pulang semalam karena kehabisan bus. Memangnya ada apa? Dan juga apa kau tahu di mana Ibuku?” Tanya Dami.
Pemuda itu tiba-tiba terdiam dan hanya menunduk, setelah mendengar pertanyaan Dami.
“Ada apa? Kenapa kamu malah terdiam begitu?” Tanya y/n yang mulai tak tenang.
“I-ibu... ibumu ada di rumah sakit, noona. Ibumu mengalami kecelakan mobil semalam, dan sekarang kondisinya sedang kritis.”
*Noona, panggilan dari pria ke wanita yang lebih tua.*
Seketika Dami terdiam membeku. Begitu mendengar ucapan pemuda tersebut.
“Yak! Jangan bercanda. Dan cepat katakan di mana Ibunya Dami di rawat?” Tanya Seokjin yang sedikit membentak karena khawatir melihat Dami yang hanya terdiam.
“Ibunya ada di rumah sakit S, di ruang ICU.” Jawab pemuda.
Setelah mendapat jawaban dari pemuda itu, Seokjin langsung menggandeng tangan Dami segera membawanya untuk menemui ibunya, di rumah sakit.
“Lelaki yang bersama Dami noona sepertinya tidak asing?” Gumam pemuda itu, sambil menatap punggung keduanya.
Tidak butuh waktu lama Dami dan Seokjin sampai di rumah sakit yang di sebutkan pemuda tadi. Mereka berdua pun langsung keruang ICU. Di sana, terlihat dokter yang baru saja keluar dari ruangan tersebut.
“Dok, Bagaiman keadaan Ibu saya?” Tanya Dami langsung.
“Apa Anda putri dari nyonya Shin?”
“Iya, Dok. Saya putrinya. Jadi bagaimana, Dok?”
“Baiklah, nona. Sebelumnya, kami ingin meminta maaf pada nona, dan dengan berat hati menyampaikan kalau ibu nona, nyonya Shin, tidak bisa di selamatkan. Kami dan seluruh tim sudah berusaha semaksimal mungkin.” Ujar Dokter.
Deg! Lagi-lagi hati Dami terasa sesak setelah mendengar bahwa sang ibu, wanita yang paling mencintainya, meninggal dunia. Meninggalkannya seorang diri!
“Ti-tidak... Tidak! Jangan bercanda seperti itu, Dok! Itu tidak benar-benar lucu!” Isak Dani.
“Dami, Shin Dami! Tenang lah!” Ucap Seokjin.
“Tidak, Oppa! Ibuku tidak mungkin meninggalkan ku sendirian! Dia satu-satunya keluarga ku....” Isak Dami makin histeris dan terduduk di lantai.
“Sekali lagi kami minta maaf yang sebesar-besarnya, nona. Jenazah nyonya Dami akan segera di pindahkan. Saya permisi dulu.” Ucap Dokter, berlalu pergi meninggalkan Dami dan Seokjin.
Mendengar isak tangis Dami yang semakin kencang membuat Seokjin merasa kasihan dan langsung menarik Dami dalam dekapannya.
“Hei, aku mohon jangan menangis, lagi. Ayo kita urus semua berkas dan keperluan ibumu.” Ujar Seokjin menenangkan.
“Aku belum siap kehilangan ibu, Oppa. Hanya ibu satu-satunya orang yang Aku punya.” Lirih Dami dalam pelukan Seokjin.
“Tenanglah, mulai sekarang kamu akan hidup bersama ku. Oppa, akan menjagamu menggantikan ibumu.” Ucap Seokjin sungguh-sungguh.
Seokjin terus memeluk Dami sampai akhirnya wanita muda itu terlihat tenang. Melihat Dami sudah mulai tenang. Seokjin langsung membawa Dami pulang ke rumahnya untuk membereskan semua berkas dan keperluan untuk pemakaman ibunya.
Sedangkan di sisi lain, terlihat ke-6 member Bangtan, menunggu kedatangan Seokjin di tempat latihan.
“Eh, ini beneran gak ada yang lihat Seokjin hyung? Dari awal latihan sampai jam makan siang dia belum kesini sama sekali?” Tanya Jeon Jungkook, alias Jungkook, member termuda di sana.
*Hyung, panggilan dari pria untuk pria yang lebih tua.*
“Gak tahu juga, gue? Gue kan dari tadi sama kalian.” Sahut Jung Hoseok, alias J-hope, Lead Dancer dalam grup.
“Hooh, sama. Gue juga sempet spam chat.” Ujar Kim Namjoon, alias RM, leader grup.
“Terus di bales gak, sama Seokjin hyung?” Ujar Park Jimin, alias Jimin Main Dancer dalam grup.
“Nggak. Gak ada satu pun yang dia bales.” Ujar Namjoon menggelengkan kepalanya.
“Mungkin Seokjin hyung, ada urusan. Tungguin aja entar juga nongol.” Ucap Hoseok.
“Gue sependapat sama Hoseok Hyung.” Celetuk Kim Taehyung, alias V, Visual dalam grup.
“Lu mah, emang ngitilin orang mulu Tae.” Celetuk Min Yoongi, alias Suga Rapper di dalam grup.
“Dahlah gue pengen mandi, terus jemput Jasmine kesini.” Sambungnya.
“Cih, dasar bucin.” Ujar Jeon Jungkook.
...........................................
...****************...
......................
Pukul 06:00 sore, Langit pun mulai terlihat gelap, Dami baru saja selesai mengurus pemakaman sang ibu berdua dengan Seokjin. Karena telah lelah seharian, Dami mengajak Seokjin untuk istirahat terlebih dahulu di rumahnya.
“Oppa, aku benar-benar berterima kasih, padamu. Karena Oppa sudah sangat membantuku hari ini.” Ucap Dami.
“Aishh, tidak usah difikirkan Dami, Aku sangat senang bisa membantumu.”
“Dan lebih baik sekarang kamu rapihkan barang-barang mu, dan ikut Aku tinggal di apartemen.” Ujar Seokjin.
“Tidak, Oppa. Tidak perlu sampai seperti itu. Aku akan tetap tinggal di sini.” Tolak Dami.
“Tidak, Aku tidak setuju kalau kamu tinggal di sini sendiri. Terlebih lagi Kamu sedang hamil. Sudah! Cepat bereskan saja barang-barang mu.” Ujar Seokjin kekeh dengan ajakannya.
“Aiishh, Oppa ini, baiklah tunggu sebentar.” Pasrah Dami.
Karena telah setuju dengan ajakan Seokjin, Dami bergegas masuk dan mulai merapihkan kamarnya. Sambil menunggu Dami berkemas, Seokjin memutuskan untuk mengecek ponselnya, yang seharian ini tidak sempat dia buka.
Seokjin yang baru saja membuka ponselnya mendapatkan banyak notif pesan dari semua adik-adiknya di grup, dia pun membalas mereka satu persatu. Sedangkan di sisi lain terlihat beberapa orang itu ada di dorm dan terkejut melihat balasan hyung tertuanya itu.
“Wah benarkah? Jimin Hyung! Pesan Lu di bales gak?” Seru Jungkook.
“Di bales nih, tapi ini serius?” Sahut Jimin.
“Woii ada apaan sih? Ponsel gue lagi di cas soalnya.” Tanya Yoongi, yang baru saja keluar dari kamar.
“Seokjin hyung, mau nikah.” Ujar Hoseok.
“Nikah? Serius?” Kaget Yoongi.
...........................................
...****************...
......................
Di sisi lain, Dami baru saja sampai di rumah mewah milik Seokjin.
“Oppa, ini... rumah siapa lagi?” Tanya Dami, karena sebelumnya Seokjin membawa Dami ke apartemen dan bukanya rumah pribadi.
“Rumah kita. Setelah menikah nanti kita berdua akan tinggal di sini.” Ujar Seokjin membawa masuk koper milik Dami.
“Me-menikah?”
“Tunggu! Apa maksud, Oppa? Dan lagi, soal pernikahan, Oppa tidak memberitahuku apa pun sebelumnya....” Ujar Dami bingung.
“Memang, tidak. Tapi Aku sudah menyiapkan semuanya. Dari gedung, pakaian dan tamu undangan sudah Aku siapkan, kamu hanya perlu mendengarkan ku saja.” Ucap Seokjin sambil meletakan koper Dami, dan mengambil ponselnya yang sejak tadi berbunyi.
“Aishh, Oppa. Bagaimana bisa begitu..., Oppa, kau tidak perlu merasa kasihan padaku. Aku...” Ucapan Dami terpotong, karena tiba-tiba saja Seokjin menarik pinggangnya.
“Kenapa kamu cerewet sekali, nona. Sudah, lebih baik kamu masuk dan istirahatlah. Aku mau menemui teman-teman ku sebentar.” Ucap Seokjin dan melepas pelukannya.
“Ba-baiklah, Oppa.” Ucap Dami dan langsung masuk ke kamar.
Di sisi lain terlihat semua anggota sudah berkumpul di dorm kecuali, Seokjin.
*Dorm, sebuah tempat tinggal untuk semua member, atau bisa di sebut semacam asrama.*
“Hyung, bagaimana menurutmu? Siapa wanita yang akan di nikahi oleh Seokjin hyung.” Tanya Taehyung, pada Yoongi yang ada di hadapannya.
“Ehm, Aku juga tidak tau. Aku bahkan baru tau kalau Seokjin hyung mempunyai seorang kekasih.” Jawabnya.
“Menurutku wanita itu adalah masa lalunya.” Sahut Jungkook.
“Ya, Jungkook~a, bagaimana bisa kau berfikir seperti itu? Bagaimana kalau ternyata dia adalah wanita masa lalu mu?” Ucap Yoongi sambil tertawa.
“Yak! Yoongi~a, dan bagaimana kalau dia adalah wanita dari masa lalu mu.” Seru Seokjin saat memasuki ruangan.
“Oh! Bukankah akan makin seru.” Celetuk Taehyung terkekeh.
“Astaga anak ini, kau benar-benar julid sekali.” Ucap Jimin ikut terkekeh.
“Hei, sudahlah lebih baik kita lihat besok. Siapa wanita beruntung yang di pilih oleh Seokjin Hyung untuk dia nikahi.” Ujar Namjoon menengahi.
“Ya, Aku setuju dengan apa yang Namjoon ucapkan.” Ujar Hobi.
Berbeda dengan member lainnya, Yoongi masih menatap tajam ke arah Seokjin. Karena dirinya merasa apa yang di ucapkan Seokjin barusan bukan sekedar candaan, melainkan pernyataan dari Seokjin.
Seokjin dan yang lainnya pun terus berbincang, sampai akhirnya mereka memilih kembali ke apartemen masing-masing dan mempersiapkan diri untuk menghadiri pernikahan madhyung mereka, besok.
*Madhyung, yang artinya kakak tertua dalam grup.*
Keesokan paginya seperti yang di ucapkan Seokjin semua persiapan pernikahan sudah selesai dan Dami hanya perlu mengikuti apa yang di ucapkan Seokjin. Karena hal ini untuk kebaikan Dami sendiri.
Terlihat Dami yang sedang bersiap-siap untuk acara pernikahannya. Telah selesai memakai gaun pernikahan yang sebelumnya di siapkan Seokjin. Begitu pun Seokjin yang terlihat telah selesai dengan pakaiannya dan sekarang sedang berdiri di depan cermin untuk memeriksa tampilannya sekali lagi.
“Oke Tuan Tampan, Ayo.” Ujar Seokjin, yang telah siap sepenuhnya.
Dami yang telah selesai bersiap , kin berdiri di depan pintu sebelum menuju altar pernikahan. Di satu sisi, terlihat semua member lainnya mulai memasuki, aula pernikahan madhyung mereka.
Beberapa saat kemudian, pintu dihadapan Dami mulai terbuka dan terlihat Seokjin sudah menunggunya. Karena Dami kini seorang diri, tanpa sanak saudara, maka Seokjin yang langsung berjalan menjemputnya, dan membawa Dami ke altar.
Saat Dami berjalan bersama Seokjin, pandangannya jatuh tepat kepada Yoongi, yang sedang duduk.
“Dami...?!” Ucap Yoongi pelan.
“Yoongi Oppa?!” Ucap Dami kaget.
“Oppa, kau mengenalnya?” Tanya Dami, pada Seokjin yang tetap fokus pada langkahnya.
“Nanti akan Aku ceritakan, sekarang Aku mohon fokuslah pada pernikahan kita.” Jawab Seokjin.
Dan akhirnya, Dami dan Seokjin sampai di depan dan mulai mengucapkan janji pernikahan. Setelah mengucapkan janji, Dami dan Seokjin saling bertukar cincin pernikahan. Melihat Seokjin yang memakaikan cincin pada jari manis Dami, membuat Yoongi di bawah sana terlihat kesal.
“Brengsek!” Umpatnya secara terus menerus.
Setelah semua ritual pernikahan selesai, kini Dami dan Seokjin hanya perlu berdansa dan menyapa para tamu undangan sampai acara selesai.
“Oppa, Aku ingin ke belakang sebentar.” Ucap Dami, saat acara telah selesai.
“Apa perlu Aku temani?”
“Tidak perlu, Oppa. Aku akan segera kembali.”
Ujar Dami lagi dan bergegas meninggalkan Seokjin. Namun, tanpa Dami sadari Yoongi yang sejak tadi memperhatikannya, langsung mengejar Dami.
“Dami~a!!” Teriak Yoongi.
“A-ada apa, Oppa?” Ucap Dami.
“Apa maksud ini semua? Dan bagaimana bisa kamu mengenalnya!” Ucap Yoongi.
“Itu bukan sesuatu yang harus di jawab bukan? Yang terpenting kita sudah tidak ada hubungan apapun, dan Aku sudah sah menjadi istri orang lain.” Ujar Dami menegaskan status mereka saat ini.
“Ikut dengan ku! Dan pergi dari sini.” Ucap Yoongi sambil menarik tangan Dami, namun, Dami berusaha menahannya.
“Min Yoongi! Lepaskan tanganmu dari istriku!” Ucap Seokjin yang langsung merebut tangan Dami.
Tanpa mengatakan hal lainnya, Seokjin langsung membawa Dami pergi dari sana dan meninggalkan Yoongi sendirian.
“Brengsek! Lihat saja Aku akan merebut kembali yang seharusnya menjadi milikku!” Gumam Yoongi sambil melihat kesal ke arah Dami dan Seokjin.
...........................................
...****************...
......................
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!