Senja, waktu yang tak pernah ia lewatkan kala pulang dari rutinitasnya. Saat awan biru berganti warna menjadi coklat keemasan siap meneduhkan hati seseorang yang tengah menikmatinya. Iya, dialah Gema Putra. Pemuda biasa yang 3 tahun ini bekerja di sebuah perusahaan travel kecil di kota Bandung. Awalnya Gema seorang backpacker, yaitu orang yang menyukai petualangan wisata karena biaya terbatas tetapi kesempatan tidak akan terbatas, menurutnya. Selama petualangannya, Gema selalu mengabadikan momen kala senja di setiap tempat yang selalu ia kunjungi. Karena Gema terlahir saat senja tiba, maka dari situlah Gema sangat menyukai senja hingga kini. Berawal sebagai backpacker saat ke Bandung, Gema bertemu dengan Pak Asep, pemilik sebuah perusahaan travel kecil di kota itu. Ia ditawari kerja di perusahaan itu sebagai pemandu wisata dan operator di kantor jika tidak ada kegiatan perjalanan wisata.
Dengan ditemani ibunya, Gema pindah dari Jogja ke Bandung karena di tempat kelahirannya itu Gema sudah tidak memliki kerabat lagi. Dari jerih payahnya bekerja di travel itulah Gema bisa memenuhi kebutuhan hidup ia dan ibunya. Karena memang ayah Gema telah lama meninggal sebelum Gema dilahirkan ke dunia. Ibunya berjuang seorang diri membesarkan seorang Gema hingga kini Gema tumbuh menjadi pemuda yang baik dan bertanggung jawab terhadap keluarganya.
*Pagi
Gema berangkat kerja tiap pagi dengan vespa kesayangannya. Tak lupa ia selalu mencium tangan ibunya sebagai restu Gema menjalankan tugasnya di kantor.
“Bu, Gema berangkat kerja dulu ya,” pamit Gema.
“Iya Nak, hati-hati di jalan. Semoga hari ini lancar,” kata Ibu Gema.
“Aamiin,” kata Gema seraya menyalakan vespanya.
Gema menyusuri jalanan pagi yang sejuk ditemani mentari yang masih malu-malu menampakkan senyumnya. Setibanya di kantor, Gema disapa oleh Pak Didin, office boy travel yang selalu hangat menyambut Gema setiap pagi.
“Mas Gema kok udah datang?” tanya Mang Didin dengan senyumnya.
“Iya Mang Didin, ada project baru dari Pak Bos. Gema masuk dulu ya” kata Gema seraya dibalas anggukan oleh Mang Didin.
Gema masuk ke ruangan kantornya yang masih sepi karena belum ada pegawai lain yang datang.Ia menyalakan laptopnya dan mulai mengerjakan paket wisata keluarga yang akan menjadi materi presentasi ke sebuah pabrik yang akan mengadakan acara gathering. Kemarin sebelum pulang, Gema mendapat kepercayaan dari Pak Asep untuk mengerjakan project tersebut. Gema masih memandangi layar laptopnya dengan ditemani secangkir kopi yang baru dibuatkan Mang Didin. Satu jam berlalu, salah satu pegawai datang langsung menghampiri Gema.
“Pagi Mas Gemaku yang ganteng,” sapa Rani dengan centilnya.
Siapakah Rani?.....
Rani adalah anak Pak Asep, bos Gema di travel. Gadis yang centil dan bersikap manja pada Gema. Tapi Gema tidak pernah menanggapinya bahkan sudah menganggap Rani seperti adiknya sendiri. Meskipun Rani termasuk gadis yang manis, tapi Gema tidak pernah tertarik dengannya. Karena Gema masih belum kepikiran menjalin hubungan dengan seorang gadis, apalagi dengan Rani, anak bosnya sendiri.
“Pagi juga, putri Pak Asep yang manja,” balas Gema sambil mengacak-acak rambut Rani.
“Ih kok diacak-acak sih rambut Rani. Habis dari salon lho kemarin,” kata Rani dengan cemberut.
“Biar nanti ke salon lagi dong,” balas Gema seraya menghindar ke ruang dapur untuk mengambil kue yang selalu disiapkan Mang Didin setiap pagi.
“Menyebalkan tau,” ketus Rani seketika duduk di meja kerjanya.
Gema kembali ke mejanya dan berkutat lagi dengan laptopnya. Gema lumayan mahir mengerjakan paket gathering keluarga karena ia sudah terbiasa membawa rombongan keluarga di setiap ada tour. Meskipun tergolong perusahaan travel kecil, tetapi travel Pak Asep cukup terkenal di kalangan pemilik perusahaan dan pabrik-pabrik besar di kota Bandung karena Pak Asep termasuk orang yang mudah bergaul dengan orang-orang tertentu. Dari situlah travelnya semakin terkenal dengan paket wisata yang murah dan terjangkau bagi semua kalangan. Tiba-tiba Pak Asep datang dengan gaya rambut klimis dan kumis tebalnya langsung menuju meja Gema.
“Gimana Gema, project gatheringnya apa sudah siap?” tanya Pak Asep.
“Hampir selesai Pak Asep, tinggal bikin Fixed Costnya aja. Satu jam lagi saya bawa ke ruangan Bapak,” kata Gema.
“Baguslah. Kerjamu sangat gesit anak muda. Saya tunggu di ruangan. Segera selesaikan. Jika tidak ada refisi, segera kita presentasikan ke Alana Jaya Tekstil nanti siang,” kata Pak Asep.
“Siap Pak Bos,” balas Gema sambil bersikap hormat ibarat sedang upacara bendera hari Senin.
Tak lama setelah Pak Asep ke ruangannya. Gantian Rani si penguntit mulai mengganggu Gema. Dengan alasan mengajak Gema sarapan, Rani yang suka bergelayut manja di lengan Gema berkata dengan manjanya.
“Mas Gemaku yang ganteng. Mau sarapan bareng aku gak?” tanya si Rani pada Gema yang sedang fokus dengan kertas,pulpen dan kalkulatornya.
“Bentar anak manja. Ini aku lagi ngebut bikin presentasi buat nanti siang. Kamu duluan aja deh,” risih Gema sambil melepaskan tangan Rani dari lengannya.
“Aku kan pengen sarapan sama Mas Gema,” Rani mengerucutkan bibirnya sambil duduk lebih dejat dekat Gema.
“Satu jam lagi harus aku bawa ke Pak Asep ini materi. Udah kamu duluan aja cari sarapan. Tuh Riko dan Lina udah datang. Kamu sama mereka aja atau sama yang lain dulu deh,” kata Gema masih fokus ke layar laptopnya.
“Iya udah deh. Tapi Mas Gema janji nyusul kan?”
“Iya nanti aku nyusul,” jawab Gema singkat.
(Kapan si penguntit itu berhenti menggangguku,batin Gema).
Riko menghampiri Gema yang kelihatan sedikit frustasi setiap kali Rani yang selalu ingin mencari perhatian darinya. Karena memang hanya dia satu-satunya cewek paling aneh dan super manja di kantor itu. Ya memang tidak salah dia bersikap seperti itu karena dia anak pemilik travel.
"Gema aku nyusul Rani sama yang lain ya. Kamu tenang aja, aku bakalan ajak dia ngobrol yang agak lama supaya kamu lebih fokus ngerjain project itu," kata Riko yang melihat Gema tengah melamun.
"I..Iya di Riko. Aku kurang fokus kalo digangguin dia terus. Makasih banyak Bro," ujar Gema sedikit lega.
"Siap Bro. Aku duluan yaa," pamit Riko kemudian meninggalkan meja Gema.
(Semoga mereka agak lama biar aku bisa menyelesaikan ini dan segera direview Pak Asep).
Kemudian Gema segera melanjutkan kembali pekerjaannya agak tidak mengecewakan Pak Asep. Gema berusaha sebaik mungkin agar paket wisata ini berkesan untuk gathering yang akan dilakukan bulan depan. Gema mencari lokasi-lokasi wisata baru yang belum pernah atau mungkin sedikit asing di mata wisatawan, karena memang akhir-akhir ini banyak lokasi wisata baru yang ada di kota Jogja. Dengan begitu, Gema berharap Pak Asep menyukai paket wisata terbarunya kali ini, tentunya dengan nuansa yang baru pula.
Tepat jam 10 pagi, Gema selesai menyelesaikan materi presentasi dan langsung dibawa ke ruangan Pak Asep. Gema mengetuk pintu dan masuk ke ruang Pak Asep.
”Punten Pak Asep, materi saya sudah selesai.”
“Oh iya Gema, mangga,silakan duduk,” pinta Pak Asep dengan antusias ingin segera melihat materi presentasi Gema. Gema pun langsung duduk di depan meja Pak Asep dan menyerahkan laptopnya.
“Silakan Bapak baca terlebih dahulu,” kata Gema.
10 menit kemudian...
“Gema, saya sangat setuju materi presentasi kamu. Destinasi wisatanya sangat cocok untuk keluarga seperti di Candi Ratu Boko, biar gak melulu Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Di tebing Breksi Jogja juga menarik bagi anak dan remaja. Selanjutnya wisata edukasi juga sangat sesuai untuk keluarga di Museum Ulen Sentalu dan Merapi Landmark. Baru tujuan terakhir untuk wisata belanjanya tetap Malioboro punya,” ujar Pak Asep menjelaskan materi dari Gema.
“Baik Pak, saya akan menambahkan sedikit di slide terakhir agar penutupnya lebih menarik,” jawab Gema seraya berdiri dan pamit kembali ke mejanya.
Gema menyempatkan sarapan terlebih dulu menyusul Rani dan kawan-kawan. Di kedai Mang Ujang si penjual bubur ayam terenak di sekitar kantornya, ternyata mereka belum juga selesai makan karena kalau sudah ngobrol seakan gak ingat kerjaan di kantor.
“Kalian makan bubur apa makan batu sih? Udah setengah jam lebih gak balik kantor, kena marah Pak Bos lagi rasain tuh,” kata Gema sambil memesan semangkuk bubur dan kopi susu pada Mang Ujang.
“Kita kan nungguin kamu Mas Gemaku,” jawab Rani manja.
“Kita apa kamu Ran yang nungguin Mas Gema,” balas Riko dan Lena berbarengan.
“I..Iya aku sih yang nungguin dia. Tapi dianya gak merasa lagi ditunggu tuh.”
“Udah kalian duluan aja. Aku juga buru-buru, siang ini aku ada presentasi keluar sama Pak Bos,” jawab Gema datar sambil menghabiskan bubur dan kopinya.
*Di Alana Jaya Tekstil
Gema dan Pak Asep telah tiba di lobby Alana Jaya Tekstil dan menuju ruang resepsionis untuk menanyakan ruang Direktur, yaitu Pak Alex Jaya selaku pemilik Alana Jaya Tekstil.
“Selamat siang mbak, kami dari Bandung Holiday Tour and Travel ingin bertemu dengan Pak Alex, apa beliau ada di tempat?” tanya Gema pada salah satu resepsionis.
“Selamat siang mas, apakah sudah membuat janji sebelumnya?” kata si resepsionis.
“Kami sudah ada janji jam satu siang ini akan mempresentasikan materi tour keluarga ke Jogja,” jawab Gema.
“Baik, ditunggu sebentar ya mas.”
Setelah si resepsionis menyambungkan telepon, Gema dan Pak Asep diantar menuju ruang meeting dan kebetulan Pak Alex dan asistennya sudah menunggu mereka. Setelah mengetuk pintu dan mengucapkan salam, Gema dan Pak Asep dipersilahkan masuk.
“Apa kabar Pak Asep? Lama tidak berjumpa dengan Anda,” sambut hangat Pak Alex seraya menjabat tangan Pak Asep.
“Kabar saya baik Pak Alex, bahkan sangat baik sekarang bisa bertemu lagi dengan Anda,” jawab Pak Asep. “O iya perkenalkan ini Gema, karyawan saya yang akan mempresentasikan materi tour ke Jogja untuk bulan depan,” lanjut Pak Asep.
“Selamat siang Pak Alex, saya Gema, asisten Pak Asep di travel,” kata Gema memperkenalkan diri.
“Selamat siang mas Gema. Silakan duduk. Saya dengar mas Gema ini karyawan paling hebat di travel Pak Asep ya karena paket wisata yang dibuatkan sungguh menarik dan memuaskan,” kata Pak Alex seraya menjabat tangan Gema dan mempersilahkan duduk.
“Ahh tidak juga Pak, saya hanya berusaha sebaik mungkin untuk melayani pelanggan,” ujar Gema malu. “Apakah saya sudah bisa mempresentasikan materi tournya?” tanyanya pada Pak Alex.
“Silakan mas Gema,” jawab Pak Alex dengan senang hati.
“Baik, Pak Alex. Saya akan memulai presentasi untuk tour keluarga Alana Jaya Tekstil. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada Bandung Holiday Tour and Travel untuk dipercaya membuat paket wisata bagi rombongan keluarga besar Alana Jaya Tekstil dalam perjalanan ke Jogja pada tanggal 15 sampai 17 Agustus bulan depan. Paket wisata yang kami buatkan bertema Jogja Fun Holiday selama 3 hari 2 malam. Jadi pada tanggal 15 Agustus, kita berangkat dan berkumpul di lapangan parkir pabrik pukul 8 malam, kemudian tepat jam 9 malam kita memulai perjalanan ke Jogja selama 7 jam dengan bus pariwisata berkapasitas 44 seat dengan formasi 2-2 agar nyaman untuk rombongan keluarga. Ada snack keberangkatan sebagai menu pembuka perjalanan. Hari pertama, setiba di Jogja pada jam 4 pagi, kita melaksanakan sholat subuh terlebih dahulu dan istirahat di lokasi transit Pantai Parangtritis. Jam setengah 7 pagi kita sarapan selama satu jam untuk mempersingkat waktu menuju perjalanan selanjutnya yaitu wisata paling tepat untuk keluarga. Kalau biasanya kita terbiasa berkunjung ke Candi Borobudur atau Candi Prambanan, kali ini kita akan berwisata di Candi Ratu Boko. Dilanjutkan ke Tebing Breksi yang cocok untuk remaja dan anak-anak dan wisata belanja ke Malioboro, selanjutnya istirahat di hotel sampai pagi. Hari kedua, kita berwisata di Museum Ulen Sentalu, selanjutnya ke Merapi Landmark dan Taman Wisata Kaliurang, setelah itu kembali ke hotel. Hari ketiga yaitu hari terkahir dilanjutkan wisata di Keraton Jogja, Kampung Wisata Taman Sari dan De Mata Museum Jogja lalu perjalanan kembali ke Bandung. Sekian presentasi saya. Semoga perjalanan ke Jogja bulan depan berkesan bagi rombongan keluarga besar Alana Jaya Tekstil. Terima kasih,” ujar Gema mempresentasikan materi tournya.
Pak Alex dan yang lainnya begitu terkesan dengan paket wisata terbaru yang disuguhkan oleh travel Pak Asep kali ini.
“Saya setuju dengan paket wisata ini, terlihat begitu baru dan tidak monoton seperti wisata lainnya. Baik Pak Asep dan mas Gema. Terima kasih atas presentasinya. Cukup menarik dan saya akan mempercayakan perjalanan wisata keluarga karyawan saya kepada Bandung Holiday Tour dan Travel. Untuk persetujuan ulang dan pembayaran dp, Anda bisa datang kembali minggu depan. Nanti saya adakan pertemuan kembali untuk kepastian data karyawan yang akan berangkat,” kata Pak Alex dengan bangga.
Pak Asep mengucapkan terima kasih atas kepercayaan mereka kepada travelnya. Ia berjanji akan berusaha sebaik mungkin melayani rombongan keluarga Alana Jaya Tekstil bulan depan. Setelah berpamitan dan meninggalkan ruang meeting Pak Alex, Gema dan Pak Asep segera kembali ke kantor travel untuk menyiapkan kebutuhan perjalanan bulan depan.
Setibanya di kantor, Gema disambut oleh Riko dan memberitahukan bahwa projectnya berhasil. Dan mereka segera bersiap-siap untuk memesan bus, booking hotel, restoran dan tiket masuk wisata untuk bulan depan.
(Semoga perjalanan kali ini membawa kesan khusus bagi seluruh karyawan dan keluarga Alana Jaya Tekstil, ujar Gema dalam hati).
*Dari kantor
Sepulang dari kantor Gema mampir dulu ke sebuah apotek membeli obat untuk ibunya. Gema segera membayar ke kasir dan tidak sengaja Gema menabrak seorang gadis hingga gadis itu terjatuh.
“Aduhh,” kata gadis itu menahan sakit di tangannya.
“Maaf mbak, saya tidak sengaja,” kata Gema seraya mengulurkan tangan untuk menolong gadis itu. Namun gadis itu menolak pertolongan Gema dan dengan susah payah bangkit sendiri.
“Kalo jalan matanya dipake dong mas, gak liat apa ada orang mau lewat!” Gadis itu marah-marah pada Gema.
“Saya kan udah minta maaf mbak dan udah niat mau bantuin berdiri lho. Tapi mbaknya malah marah-marah.”
“Udah minggir sana, makin sakit tau liat muka kamu masih disini,” ketus gadis itu lagi.
“Sekali lagi maaf ya mbak,” ulang Gema dan langsung pergi meninggalkan gadis itu.
Dalam perjalanan Gema masih merutuki dirinya mengingat gadis yang tak sengaja ia tabrak tadi.
(Udah minta maaf dan mau niat bantuin kok malah marah-marah, dasar cewek gak jelas,batinnya).
Gema segera melajukan vespa kesayangannya dengan kecepatan tinggi agar segera tiba di rumah karena ibunya sudah menunggu obat yang Gema dibelikan tadi.
Gema memakirkan vespanya di sebelah rumah, ia masuk ke dalam rumah dengan wajah yang muram namun sesaat wajahnya berubah saat menemui ibunya yang berbaring di ranjang tidurnya. Gema mencium tangan ibunya.
“Bu ini obatnya, Ibu sudah makan apa belum?” Gema meletakkan obat ibunya di atas meja di samping ranjang ibunya.
“Sudah, Nak. Mandi lah dulu, ibu akan meminum obatnya nanti,” pinta ibu Gema. Gema hanya menganggukkan kepalanya dan berjalan keluar kamar ibunya dan masuk ke kamarnya sendiri. Ia melepaskan tas ranselnya di atas kasur, pikirannya masih terganggu dengan sikap gadis yang tidak sengaja ia tabrak tadi. Entah kenapa gadis itu lebih menyebalkan dari Rani.
*1 minggu kemudian
Gema sangat antusias bertemu dengan Pak Alex di ruang meeting Alana Jaya Tekstil. Gema diutus Pak Asep untuk mengajukan surat persetujuan tanpa ditemani Pak Asep karena Pak Asep sedang mengajukan proposal wisata ke pabrik lain. Setengah jam Gema menunggu, Pak Alex tak kunjung datang. Sesaat terlihat sosok gadis memasuki ruangan itu. Dan pada saat yang bersamaan Gema menerima pesan singkat dari Pak Asep yang menyatakan bahwa Pak Alex berhalangan hadir karena sedang ada urusan di luar kota dan digantikan oleh putrinya. Dan ternyata dia adalah Alana Putri Jaya, yang biasa disapa Alana.
Alana adalah putri kedua Pak Alex yang baru seminggu ini tiba di Indonesia setelah 2 tahun lamanya menempuh pendidikan di luar negeri . Dan dia juga gadis yang tak sengaja ditabrak oleh Gema pada saat di apotek seminggu yang lalu.
Gema merasa tak asing setelah menatap wajah gadis itu.
(Aku kayak pernah liat ini cewek,tapi dimana ya?batinnya).
“Selamat siang. Maaf saya terlambat, saya akan menggantikan Papa saya karena beliau masih di luar kota. Apa Pak Asep sudah menerima pesannya?” Alana langsung duduk dan berkata panjang lebar tanpa melihat siapa yang diajak bicara.
“Selamat siang mbak. Saya juga baru menerima pesan dari Pak Asep bahwa Pak Alex tidak bisa hadir hari ini,” jawab Gema sambil memperhatikan Alana yang sibuk main ponsel dan tidak menoleh kepadanya sama sekali.
“Oh maaf saya kira Pak As.....sep.. Lho kamu???” Alana terkejut setelah melihat ternyata Gema yang ada di depannya. (Dia kan cowok yang nabrak aku di apotek minggu lalu, batin Alana).
“Kamu kan yang di apotek waktu itu?” kata Gema setelah ingat wajah gadis yang ada di apotek waktu itu.
“Iya, memang aku. Kamu siapa kok ada disini?”
“Aku Gema, aku menggantikan Pak Asep bertemu dengan Pak Alex untuk menyerahkan surat persetujuan dari presentasi minggu lalu,” jelas Gema sambil menyodorkan map yang berisi berkas persetujuan kepada Alana.
“Kenapa aku harus berurusan sama kamu lagi sih?” gumam Alana sambil membuka map itu dan mulai membaca isi berkas itu.
(Siapa juga yang mau ketemu lagi sama cewek aneh kayak kamu, batin Gema).
“Maaf siapa nama kamu tadi? Oh iya Gema,” pertanyaan yang dijawab-jawab sendiri. “Setelah aku baca surat persetujuan ini, menurutku untuk biayanya terlalu mahal ya bagi rombongan keluarga,” lanjut Alana.
“Maaf, maksud mbak mahal bagaimana ya? Harga paket segitu sudah harga spesial dari kami untuk Pak Alex dan Pak Alex juga sudah menyetujuinya dan tinggal tanda tangan kontrak saja,” sahut Gema santai.
“Itu kan menurut Papa saya, tapi menurut saya lain. Karena saya yang diperintahkan untuk tanda tangan surat persetujuan ini. Termasuk gathering yang akan diadakan oleh pabrik, itu sudah dialihkan ke saya semua untuk persetujuannya,” jawab Alana ngotot.
“Tapi mbak, Pak Alex hanya meminta kami untuk mengirim berkasnya untuk ditanda tangani dan langsung pembayaran dp-nya,” balas Gema tak kalah ngotot juga.
“Saya mau kamu refisi pengajuan ini, dan saya mau besok sudah selesai. Temui saya besok siang di Cafe O saja, jangan di kantor ini” kata Alana sambil meninggalkan Gema di ruang meeting itu.
“Lho, lho, mbak.. Gak bisa gitu dong?” kata Gema sambil berlari mengejar Alana keluar ruangan.
(Ini gimana sih, kok malah jadi rumit gini ya.. Huftttt).
“Mbak.. mbak.. tolong jangan gini dong mbak,” Gema memelas pada Alana yang makin sibuk dengan ponselnya. Alana tiba-tiba menghentikan langkahnya dan tak sengaja Gema menabraknya lagi membuat Alana terjatuh namun dengan sigap Gema menangkap tubuh Alana dan tak sengaja kedua mata mereka saling memandang. Gema tak menyadari ia begitu menikmati tatapan itu, begitupun dengan Alana. Seorang office boy lewat secara tiba-tiba.
“Permisi mbak mas, boleh saya bersihkan lantainya?” tanya office boy itu dengan sopan hingga membuyarkan tatapan Gema dan Alana.
“Kamu ini apa-apaan sih pegang-pegang? Kesempatan banget ya!!!" seru Alana terkejut dan langsung menjauhkan tubuhnya dari Gema.
“Maaf, maaf. Saya tidak sengaja, saya hanya mau menolong kamu biar gak jatuh,” ucap Gema.
“Mbak, mas. Permisi, boleh saya bersihkan lantainya?" ulang office boy itu lagi.
“O iya silakan mas,” kata Gema sopan kepada si office boy seraya melihat Alana hendak pergi dari tempat itu. Kemudian Gema mengejar Alana kembali. Namun Alana berlalu masuk ke dalam lift dan tidak memperdulikan Gema yang mengejarnya.
Gema tampak sangat frustrasi , ia kembali ke kantor dengan tangan hampa. Ia memikirkan harus bagaimana saat Pak Asep menanyakan hasil pertemuan hari ini. Gema meletakkan berkas yang ia bawa di atas meja kerjanya, ia duduk termenung. Ia memejamkan matanya sejenak, namun dari arah sebelah Rani datang menghampiri Gema.
“Mas Gema kenapa? Lagi pusing ya? Sini Rani pijitin kepalanya!” ucap Rani seraya mendekatkan tubuhnya pada Gema. Gema terkejut saat tangan Rani menyentuh kepalanya. Ia langsung melepaskan tangan Rani dari kepalanya.
“Ran, tolong untuk hari ini aja jangan ganggu aku dulu.” pinta Gema dengan wajah yang murung. Rani hanya bisa terdiam mendengar perkataan Gema kepadanya. Tak biasanya sikap Gema begitu berbeda. Rani berlalu meninggalkan Gema seorang diri.
*Sore hari
Terdengar ponsel Gema berdering. Rupanya Pak Asep tengah menelepon Gema menanyakan hasil pertemuan hari ini dengan putri Pak Alex. Dengan gugup Gema menjelaskan kejadian tadi siang di kantor Pak Alex. Gema meminta maaf kepada Pak Asep atas kegagalan pertemuan hari ini yang diputuskan Alana secara sepihak.
“Hallo Gema, kamu sudah bertemu dengan putri Pak Alex?”
“Iya Pak, saya sudah bertemu dengannya tadi siang. Tapi ada sedikit kendala Pak, Putri Pak Alex tiba-tiba meminta saya untuk merefisi ulang harga kesepakatan yang harusnya tinggal tanda tangan saja,” ujar Gema panjang lebar.
“Bagaimana bisa terjadi seperti itu? Bukankah minggu lalu Pak Alex sudah menyetujui harganya dan akan segera membayar dp?” tanya Pak Asep heran.
“Saya juga kurang tau penyebabnya Pak, saya diminta kembali besok dengan harga paket yang lebih murah. Apa yang harus saya lakukan Pak?” bingung Gema sambil mengusap wajahnya.
“Kamu sudah jelaskan bahwa itu sudah harga spesial untuk Pak Alex?”
“Saya juga sudah menjelaskan secara detail Pak, tapi Nona Alana tetap bersikukuh minta harganya diturunkan lagi.”
“Begini saja. Sore ini coba kamu buat paket cadangan dengan harga lebih rendah dari yang kemarin. Tapi kamu ajukan dulu paket yang pertama, kalau memang dia tetap tidak setuju. Kamu bisa berikan paket cadangan itu,” jelas Pak Asep memberi pendapat lain pada Gema.
“Baik Pak, saya akan coba perbaiki dengan mengurangi biaya restorasinya dulu. Kalau ada biaya lain yang bisa dipangkas nanti saya kabari Bapak kembali,” ucap Gema sedikit lega.
“Baik Gema, kamu kirim ke email saya nanti. Saya tunggu.”
“Siap Pak,” balas Gema saat Pak Asep menutup teleponnya.
(Alana, kenapa kau begitu menyusahkanku. Sekarang aku harus cari restoran yang lebih murah lagi dari paket yang lama, pikir Gema).
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!