Di mana takdir akan membawa cinta..
Di mana langkah akan membawa diri..
Aku masih di sini, terbelenggu akan hubungan yang membuat ku semakin tenggelam..
Entah sudah berapa kali pukulan demi pukulan dia layang kan kepada ku, sejenak aku termenung dalam luka yang masih bertahta manis di wajah ku.
Sudah menjadi hal yang biasa, bila nanti akhir nya akan jadi pertanyaan banyak orang, ketika melihat wajah ku penuh luka lebam begini, dan sial nya aku tak bisa untuk pergi dari belenggu yang semakin merulit ku ini. Tuhan, mohon kuat kan diri ini dalam menjalani semua yang sudah di garis kan untuk ku.
" Dira, kemari kamu.. " panggil ibu mertua ku,
" Iya bu, ada yang perlu Dira bantu.. " jawab ku datar
Dalam hati, aku sudah menduga pasti mas Aji sudah mengadu dengan ibu nya. Entah apa yang dia adukan, selalu saja nanti aku yang akan di salah kan.
Begini banget rasa nya, tinggal serumah dengan mertua, sebaik apa pun kita, pasti akan terlihat buruk bagi mereka. Meski kita berada di jalur yang benar, pasti akan di salah kan. Memang tidak semua mertua seperti mereka, masih banyak di luar sana, mertua atau orang tua yang baik bahkan super baik, tapi sayang nya itu bukan mertua ku.
Ha ha ha, hidup ini lucu ya, terkadang kita menertawakan hal yang lucu, namun tanpa kita sadari, terkadang kita yang menjadi bahan tertawaan. Seperti kehidupan ku, setelah memutus kan meningkah dengan mas Aji, semua harapan yang ku kira indah pada waktu nya, nyata nya hanya menjadi sebuah bayang.
Bahkan dalam mimpi pun tak dapat aku temui harapan ku, hidup ku hanya selebar kata pasrah pada apa yang mereka lakukan terhadap ku. Yah, mau bagaimana lagi semua sudah terjadi, aku juga tak bisa mengembalikan waktu yang telah berlalu.
" Kamu ini, bisa nya hanya membuat kesal suami mu saja. Sudah nganggur nggak punya pekerjaan, eh di rumah hanya malas - malasan saja kerjaan nya, lihat istri nya mas Nanung si Shita itu, sudah cantik, rajin, baik lagi sama orang tua, harus nya kamu contoh itu Shita, jangan malah bisa nya hanya jadi beban suami. " teriak nya terdengar nyaring di telingga ku, sudah menjadi kebiasaan ibu mertua ku, bila ngomong selalu dengan nada keras.
" Maaf, mansud ibu apa ya.. Bila memang ada kelakuan Dira yang nggak baik di mata mas Aji, harus nya mas Aji ngomong langsung saja ke Dira, di mana letak kurang baik nya atau yang mas Aji tidak sukai dari Dira, dan kami bisa mencoba memperbaiki nya sama - sama, tapi kenapa setiap ada yang tak mas Aji suka, malah langsung ngadu ke ibu. Bukan kah ini masalah rumah tangga Dira dan mas Aji ya, tapi kenapa ibu selalu saja ikut menyalah kan Dira, atas kesalahan yang Dira sendiri nggak tahu itu apa. " jawab ku masih dengan nada datar, biasa nya aku hanya akan diam saja bila ibu mertua ku menyalah kan aku seperti hari ini. Namun untuk kali ini, entah keberanian dari mana aku bisa berkata apa yang memang seharus nya aku kata kan sejak dulu.
" Dira, sungguh keterlaluan kamu dia ini ibu aku, nggak seharus nya kamu berkata begitu terhadap ibu. Nggak ada salah nya kan kalau ibu masih mengurusi aku, itu adalah hal yang wajar bukan. Semua ibu di dunia ini juga pasti akan selalu memperhatikan anak nya, walau pun anak nya sudah meningkah. Lagian rumah yang kita tempati saat ini adalah rumah milik ibu, kita itu di sini hanya numpang jadi jangan banyak pertingkah, dan berani menentang ibu. " sela mas Aji suami ku, yang malah terkesan membela ibu nya.
Selalu saja begitu, aku merasa tak pernah di anggap oleh suami ku sendiri, yang lebih mengutama kan perasaan ibu nya di banding kan dengan istri nya. Walau pun keluarga adalah yang utama, namun seorang istri yang dia ambil dari keluarga nya itu juga penting.
" Sudah lah Aji, jangan buang - buang waktu untuk menceramahi istri mu yang nggak berguna itu. Sampai kiamat pun dia juga nggak akan sadar dengan kesalahan nya yang segunung itu. Dari pada kamu kesal - kesal nggak jelas seperti ini, lebih baik kamu berfikir bagaimana cara untuk segera berpisah dengan istri kamu ini. Rasa nya ibu sudah nggak kuat tinggal lama - lama dengan perempuan pembawa sial seperti dia, tiap hari kerjaan nya cuma buat orang emosi saja. " balas ibu yang membuat sakit gendang telinga ku, perkataan nya selalu saja menyudut kan aku.
" What, mansud ibu apa ya, kok bisa ibu segampang itu ngucapin kata pisah. Tolong ya bu, sebenci - benci nya ibu sama Dira, tolong jangan pengaruhi mas Aji untuk berpisah dari Dira, lihat bu luka - luka ini ada karena ulah mas Aji, yang tanpa aku tahu di mana letak kesalahan ku, sampai mendapat kekerasan seperti ini, tapi aku masih memaafkan mas Aji bu, dan tidak ada niat sedikit pun bagi ku untuk berpisah dan mas Aji. Meningkah itu bukan perkara yang bisa di buat mainan, yang mana bila sudah bosan lalu di tinggal, dalam hidup ini aku hanya ingin meningkah sekali untuk selama nya bu, aku juga tidak ingin sampai mama ku sedih bila tahu anak nya sampai berpisah. " ucap ku setengah terisak.
" Halah, kamu ini jangan sok muka - muka kasihan begitu Dira, kalau kamu tanya salah mu apa, sebenar nya kesalahan mu itu banyak, nggak cukup sehari bila aku jabar kan semua nya. Sudah untung dulu Aji itu mau meningkahi mu, siapa sih yang mau dengan perempuan sial seperti mu selain putra ku yang sempurna ini. Hah, buah jatuh nggak jauh dari pohon nya, hubungan ke dua orang tua mu saja sudah hancur, Dira.. Bagaimana kamu bisa bermimpi setinggi itu untuk memiliki hubungan yang langgeng seumur hidup, jangan banyak berhayal. Aku malas melihat gaya mu itu, " timpal ibu mertua ku yang masih saja menyudut kan aku, setiap kali bicara pasti tidak ada ucapan ibu yang enak di dengar.
" Maaf Dira, bukan orang yang seperti itu bu, coba ibu tanya kan ke putra ibu yang sempurna itu. Bukan aku yang minta mas Aji untuk ningkahin aku bu. Jadi apa untung nya buat aku, wong ya dari awal ningkah sampai sekarang malah aku yang di rugi kan kok, mas Aji tolong jelas kan sama ibu bagaimana dulu perjuangan kamu untuk mendapat kan aku jangan hanya diam saja, aku ini istri kamu mas, seharus nya kamu membela ku, bukan malah senang melihat aku di injak - injak oleh ibu mu, selama ini aku diam ya mas. Tapi untuk kali ini tidak lagi, bukan kah kamu yang dulu mohon - mohon untuk jadi suami ku, kenapa sekarang malah aku yang di tuduh mengejar kamu mas, aku belum lupa bagaimana awal nya bisa sampai meningkah dengan mu mas, kamu juga pasti masih ingat semua nya kan mas. " ucap ku berusaha untuk menjelas kan kenyataan nya,
" Diam kamu Dira, jangan pernah kamu berteriak di depan ku. Jangan harap aku akan membela kamu, meski pun kamu meminta aku untuk memilih antara kamu atau ibu, aku dengan tingkat kesadaran penuh pasti akan memilih ibu. Jadi bila kamu masih ingin tinggal di rumah ini, sebaik nya jangan banyak bicara, tidak perlu untuk menjelas kan hal yang sudah lewat, bahkan aku saja sudah lupa bagaimana kita bertemu, paham. " teriak mas Aji geram.
" Apalah arti nya aku bagi mu mas, " desah ku lirih.
" Nggak akan ada habis nya bila kamu meladeni istri mu itu Aji, sudah malam ayo sebaik nya kita istirahat, biari kan saja istri mu itu berfikir, masih mau nurut sama kita atau mau jadi pembangkang. Ya nggak heran sih kalau dia jadi seperti ini, berani sama ibu mu, orang yang sudah melahir kan kamu ke dunia, tanpa ibu kamu juga nggak akan ada Aji. Sekarang sudah terlihat kan warna asli dari istri sial mu ini, gadis kampungan. Jadi nyesel dulu ibu merestui hubungan kalian, kalau tahu begini mending ibu terus kan perjodohan kamu dengan putri teman ibu. " sahut ibu mertua ku.
" Maaf, kalau memang begitu pandangan ibu terhadap Dira, dan mas Aji juga sudah tidak peduli lagi sama Dira, maka aku tidak perlu banyak berfikir lagi. Sekarang juga aku akan angkat kaki pergi dari rumah ini, biar ibu dan mas Aji juga bapak tenang, bila aku tak ada di rumah ini. Selama ini aku sudah nurut sama ibu, juga mas Aji, tapi apa yang aku dapat kan, malah hinaan, cacian, makian, bahkan yang lebih apes nya lagi, selama ini aku hanya jadi samsak tempat untuk melampias kan amarah mu itu mas, aku ini istri kamu mas bukan barang yang bisa kau pukuli seenak nya, kalau memang kamu sudah nggak mau sama aku, sudah bosan, ya akan lebih baik bila kamu kembalikan aku ke mama. Beliau siap kok nerima kembali diri ku, juga keadaan aku, yang memang tidak beruntung karena telah mau di ningkahi orang yang sudah tidak memiliki hati seperti mu mas. oke aku pamit. Assalamualaikum, " ujar ku dengan linangan air mata yang tiada mau berhenti terus menerobos melalui ke dua mata ku.
Ibu dan suami ku hanya diam mendengar perkataan ku.
Setelah ku kemasi barang - barang ku, yang memang hanya beberapa potong baju saja, aku tidak mau repot untuk membawa banyak barang. Berat ku langkah kan kaki untuk pergi dari rumah suami ku, dan ku lihat mas Aji dan bu Wati hanya diam saja tanpa mencegah ku.
Sampai ketika aku akan melangkah kan kaki ke luar pintu, mas Aji menegur ku.
" Selangkah lagi kaki mu keluar dari pintu rumah ini, maka kamu bukan lagi istri ku Diravilia Hayu Purnomo. Sekali saja kaki mu keluar dari rumah ini, maka jangan harap kamu bisa kembali lagi. Aku tak akan ragu lagi, untuk secepat nya menceraikan kamu Dira.. "
DEG,
" Kata - kata itu, Ya Tuhan.. Apa yang telah aku lakukan, bagaimana ini. Apa keputusan ku ini sudah benar, apa yang aku lakukan ini baik. Mendadak hati ku menjadi ragu, nyali ku ciut, hanya dengan mendengar satu kata cerai dari nya, sebenar nya aku hanya pura - pura, mencoba mengertak mereka saja. Siapa sangka bila akhir nya jadi begini, ternyata memang sudah tidak ada lagi harapan untuk aku mempertahan kan semua nya. " batin ku
" Tunggu apa lagi Dira, kalau memang mau pergi dari rumah ini ya buruan cepat pergi dari sini, nggak usah pakai acara drama atau pura - pura ngambek begitu, nggak akan ada efek nya buat aku sama Aji, nggak ngaruh juga. " seru ibu mertua, meminta aku untuk buru - buru pergi.
Awal nya aku ingin mempertimbang kan kembali, keputusan ku, tapi ku rasa sekarang tidak lagi.
MAAF KAN DIRA MAH .....
***
Dalam keremangan malam yang semakin senyap membisu, bersama sang bayu ku titip kan nada dalam gelap, berisi syair - syair sendu. Akan kisah sedih, yang aku sendiri pun tak mampu meratapi nasib pedih ku ini. Meniup kan lara yang tak bersuara.
Suara jangkrik dalam gelap nya malam ini, membuat suasana semakin mencekam, apa lagi jalan yang ku lewati ini kiri kanan tidak ada rumah - rumah warga, hanya sawah yang membentang juga pohon - pohon kelapa yang tinggi menjulang.
Menambah lengkap penderitaan ku ini, tak ku sangka bila hari ini aku keluar dari rumah yang sudah beberapa tahun ini menjadi tempat tinggal ku.
Kini akhir nya, aku yang kalah, aku fikir mas Aji akan mengejar ku, saat aku keluar dari rumah nya, niat ku ingin mencoba menguji respon dia, siapa tahu tadi dia cuma khilaf mengucap kan kata cerai pada ku.
Namun yang terjadi, kenyataan nya.. Sekarang aku sendirian, menyusuri jalan yang entah masih berapa kilo lagi untuk sampai ke rumah penduduk, aku dan mas Aji memang masih satu kota, namun berbeda wilayah, tempat tinggal mas Aji, masih terhitung di desa. Jauh dari keramaian, seperti di rumah ku, yang walau pun desa tapi sudah teritung kota, bahkan kehidupan orang - orang di sekitar tempat tinggal ku pun, sudah mengikuti perkembangan jaman, tidak seperti orang desa mas Aji, yang masih sangat jauh tertinggal.
Entah aku yang bodoh, atau hati ku yang sudah tak sanggup lagi. Aku memutus kan pergi dari rumah tanpa uang sepeser pun, dan dengan tega nya mas Aji juga tidak memberi ongkos sekedar untuk aku sampai di rumah.
Ya, nggak kaget sih, selama jadi istri nya saja, aku belum pernah di beri nafkah sama mas Aji, mau itu nafkah berupa uang atau nafkah batin, lahir batin tersiksa jadi istri nya.
Lalu untuk apa dia meningkahi ku, bila dia saja tak pernah menyentuh ku, ya awal nya dulu kita bertemu tak sengaja, ketika di sekolah ada lomba antar sekolah, dan sekolah ku yang menjadi tuan rumah dari pertandingan lomba bola voli antar sekolah, dan dia menjadi salah satu pemain dari peserta yang mengikuti lomba.
Sejak kita bertemu tak sengaja itu, hari - hari berikut nya kita semakin dekat setelah perkenalan pertama. Setelah sekian lama purnama, akhir nya dia menyatakan perasaan nya kepada ku.
Waktu itu, aku yang sudah merasa nyaman dengan nya, dan mama ku juga sudah mengenal mas Aji, akhir nya aku menerima nya dengan syarat kalau orang tua nya datang melamar ku, karena aku nggak mau pacar - pacaran, kalau pun harus menjalin hubungan aku ingin itu yang serius. Mas Aji bilang tak keberatan dengan persyaratan yang aku ajukan.
Benar saja, satu minggu sejak pernyataan cinta itu, keluarga mas Aji datang untuk melamar ku. Rasa nya ingin nangis, terharu, dan nggak nyangka banget, kalau mas Aji benar - benar melamar ku. Begitu lah kisah yang sebentar lagi hanya akan menjadi kenangan.
Huft, setelah sekian lama berjalan akhir nya aku menemukan sebuah warung kopi kecil di pinggir jalan, aku lihat ada beberapa orang yang masih nongkrong di sana. Tanpa berfikir panjang, aku berani kan diri untuk menghampiri orang - orang di sana. Siapa tahu dari sekian orang, ada yang mau menolong ku.
" Punten mas, apa saya boleh minta minum putih, saya kehausan mas. " pinta ku pada abang penjual di warung itu.
" Oh, ya boleh neng, silah kan ini minum dulu, " jawab abang penjaga warung itu sembari memberikan aku segelas minum yang berisi air putih hangat.
Langsung saja tanpa basa - basi ku teguk habis air yang penjual itu berikan. Maklum saja sedari tadi aku belum sempat minum seteguk air pun. Dalam hati aku berharap ada keajaiban dari Tuhan, mengirim malaikat nya untuk menolong ku. Bismillah...
" Mbak, malam - malam begini mau kemana, gadis kok keluar sendirian bahaya lho mbak, lebih baik mbak telfon saudara atau keluarga nya untuk menjemput. Nggak baik gadis di jalan tengah malam begini. " tanya abang penjaga warung itu.
Ku tatap mata bening itu masih terus melihat ku tak berkedip, entah apa yang di fikir kan nya. Sampai mengira aku ini gadis, padahal aku ini istri orang, ya hanya saja benar pernyataan dia kalau aku memang masih gadis, tapi di status aku ini istri orang. Apa tak nampak ya, tampang - tampang kalau aku sudah meningkah, he he.
Ya wajar sih, kan secara look aku ini masih imut, lucu, dan mengemas kan. Seperti badut saja, hi hi.
" Justru itu kang, saya tidak bisa menghubungi keluarga saya, karena saya sendiri juga nggak punya ponsel, sedang nomer mamah saya juga nggak hafal. Saya mau pulang nggak ada ongkos kang, jadi saya jalan kaki saja. " jawab ku jujur.
" Astaga, jaman sekarang masih ada orang yang nggak punya ponsel. Emang mbak dari mana sih sampai pulang selarut ini, sudah ayo saya antar saja pulang nya. Mau pulang kemana mbak,,, " sahut pemuda dengan ketampanan tingkat dewa itu, meski tampan namun tidak di pungkiri aku pun merasa ngeri bila nanti nya di antar pulang sama orang asing yang sama sekali tak ku kenal.
" Eh, hati - hati loe Nan bawa anak orang. " Teriak seorang pemuda di sebelah nya, mendengar perkataan nya aku jadi bingung harus gimana, antara bersyukur atau takut. Di sisi lain aku merasa bersyukur ada yang sudi mau mengantar ku sampai rumah, namun dalam hati aku juga takut bila ternyata orang itu berniat tidak baik terhadap ku, dan mau memanfaat kan situasi untuk berbuat jahat pada ku.
Namun keraguan ku tak berlangsung lama, penjaga warung kopi ini seakan bisa membaca atau mengerti ketakutan ku, dia pun langsung meyakin kan aku bahwa pemuda yang ingin menolong ku ini, bukan orang jahat.
" Tidak usah takut neng, biar di anter sama mas Adnan, aman kok dia nggak akan berani untuk macam - macam, mas Adnan ini putra nya pak lurah Deden, semua orang desa ini mengenal nya, jadi nggak usah khawatir sama mas Adnan neng. " jelas penjaga warung itu.
" Baik kalau memang kang Adnan tidak merasa keberatan, sebelum nya terima kasih banyak ya semua nya, terima kasih kang Adnan sudah mau menolong saya, " balas ku yang akhir nya mau tidak mau di antar oleh pemuda yang bernama Adnan itu, meski sempat ragu namun setelah mendengar nama orang tua nya, keraguan itu menghilang seketika.
" Sudah, terima kasih nya nanti saja, setelah sampai di rumah. Sekarang yang penting kamu kata kan saja di mana alamat rumah mu. " tanya kang Adnan.
" Rumah nya di puri kencana kang, " sahut ku
" Lha, jauh banget, habis main dari mana sih bocil bisa sampai nyasar di sini malam - malam begini. Cepat ayo naik.. " balas nya dengan pandangan aneh menatap ku.
" Hah, bocil kurang ajar banget dia bilang aku bocil, kalau saja nih dia nggak nolongin aku, sudah aku amuk - amuk tuh orang. " batin ku.
Di sepanjang jalan menuju ke rumah, kang Adnan hanya diam, aku pun sama, nggak tahu mau ngomong apa, nggak tahu juga bagaimana harus bersikap dengan orang yang baru pertama kali nya ketemu. Sampai di tengah jalan, kang Adnan yang akhir nya membuka pembicaraan terlebih dulu..
" Siapa nama kamu, " tanya kang Adnan dengan nada datar.
" Kenalin nama saya Dira kang, " balas ku.
" Jadi nama kamu Dira, ya kamu juga pasti sudah tahu nama ku kan, oh ya bisa nggak ngomong nya, pakai aku kamu saja, dari tadi kamu bilang, saya, saya, saya, sampai gatel tahu nggak telinga ku mendengar nya, " protes nya.
" Oke deh kang Adnan, saya.. eh aku nggak bilang saya lagi, mending juga sayang.. he he " jawab ku asal,
" APA .... " sahut nya.
" Bukan apa - apa kang,,, " balas ku.
***
" Aji, kenapa kamu biarin istri kamu itu pergi dari rumah, apa lagi sudah malam begini, apa kalian nggak mikirin apa kata orang nanti, kamu sama ibu mu itu sama saja, selalu saja seenak nya sendiri sama Dira, memang si Dira itu punya salah apa sih sama kalian sampai kalian setega itu sama dia. Kamu ini sebagai seorang suami, harus nya lebih tanggung jawab, menjaga, melindungi, bukan malah semena - mena begini, benar - benar keterlaluan. " seru bapak nya Aji setelah mengetahui Dira baru saja pergi dari rumah.
" Begitu ya, selalu saja belain mantu kesayangan mu itu pak, orang Dira sendiri yang mau pergi dari rumah ini, kok bapak malah nyalahin Aji, yang anak bapak itu Aji bukan Dira. Dari dulu selalu saja, Dira lagi Dira lagi yang bapak ribut kan. Kalau bapak masih peduli sama gadis kampungan itu, susulin saja ke rumah nya. Palingan juga dia sudah molor di rumah nya, gadis itu kan hidup nya nggak jauh - jauh dari bantal. " sahut ibu Aji.
" Jangan sembarangan bicara buk, Dira itu nggak paham daerah sini, apa lagi dia pasti nggak pegang uang saat ini. Ya Allah, keterlaluan sekali kalian ini, kalau sampai terjadi sesuatu dengan Dira. Kalian yang pertama harus di salahkan.. " jawab pak Medi.
" Bapak ini ngomong apa sih, itu sudah resiko dia kalau dia nggak pegang uang atau apa. Bukan kah dulu bapak juga nggak suka dengan anak itu. Kenapa sekarang malah, terkesan membela mati - matian tuh anak, sudah di kasih apa bapak sama dia, hah.. Ibu jadi curiga, kalau ternyata selama ini diam - diam bapak ada main sama bocah itu, iya kan ngaku saja pak. " tuduh bu Wati, penuh rasa curiga.
" Hah, apa bener yang di kata kan ibu itu pak, kalau bapak ada main sama istri ku. " tambah Aji bikin panas suasana.
" Kalian ini sudah salah, sekarang malah dengan gampang nya menuduh orang tanpa bukti, mana mungkin aku punya hubungan dengan menantu ku sendiri, gila.. kalian saja yang fikiran nya sudah kotor, aku masih waras untuk melakukan hal serendah itu. Aku memang nggak suka dengan Dira, tapi meski tidak suka nya aku sama Dira, aku masih bisa menerima dia jadi menantu ku, memang apa salah nya, Dira anak yang baik, rajin, dan selama ini dia tulus sama kita bu, " ucap pak Medi menahan kesal akibat tuduhan istri dan putra nya itu.
" Halah bagaimana kita nggak berfikiran begitu, kalau setiap ada apa - apa sama si Dira itu, bapak yang paling pertama membela nya, lihat si Aji saja yang suami nya, cuek - cuek saja lho, bahkan Aji sudah memutuskan untuk berpisah dari Dira. " sahut bu Wati tak mau kalah.
" APA .... PISAH, yang benar saja, " balas pak Medi kaget.
" Iya pak, Dira sendiri yang memutuskan untuk pergi dari Aji, lagian selama ini aku juga nggak bahagia sama Dira, bapak lihat sendiri kan kalau kita itu sama sekali nggak cocok. " jawab Aji menjelas kan.
" Kalau begitu, lalu kenapa kamu meningkahi nya Aji.. Berpisah itu bukan perkara yang mudah, jangan sampai besok kamu menyesal akan perbuatan mu ini, karena bapak yakin, setelah hari ini kamu tak akan bisa kembali sama Dira meski kamu menangis darah sekali pun. Terserah kamu, mau perbaiki atau malah ngikut sama ibu mu yang nggak jelas itu.. " sahut pak Medi sembari berlalu dari hadapan Aji dan ibu nya.
***
Malam semakin larut membisu, dalam diam aku malah asyik mengingat secuil kenangan yang menyesakan dada...
Apakah rindu itu masih ada..
Apakah kisah kita itu nyata..
Apakah semua janji manis yang kau ucapkan kala itu adalah palsu..
Mengapa semua keindahan itu hanya bisa ku rasa ketika kau sedang berusaha mengetuk pintu di antara dinding hati ku, yang beku..
Mengapa setelah meningkah kamu menjadi orang yang sangat berbeda, bahkan aku sendiri merasa tak mengenal mas Aji yang sekarang, alih - alih berkata manis, kini sikap mas Aji pun sangat jauh, tiap hari kerja nya hanya marah - marah, dan selalu saja tubuh ku menjadi sasaran pukulan amarah nya.. Tidak hanya sekali ini bahkan terjadi sejak pertama aku menginjakan kaki di rumah mertua ku.
Ya, kini aku sadar bahwa apa yang aku lihat saat ini belum tentu itu nyata. Seperti aku yang dengan bodoh nya bisa tertipu dengan orang yang selalu memakai topeng di wajah nya, bila di depan orang lagak nya sok iyee.. Pasang akting jadi malaikat agar orang melihat nya manusia paling baik sejagad raya, tapi nyata nya hanya aku yang tahu wajah asli mereka..
Bertahun - tahun aku memendam perasaan ini sendiri, rasa nya bersyukur banget bisa kembali ke rumah ku yang damai ini, bahkan saat ini aku masih merasa seperti mimpi, LEGA .. Entah apa yang akan terjadi setelah ini, aku hanya bisa pasrah kan semua kepada Tuhan yang mengatur kehidupan.
Bukan kah, udara yang ku hirup semua nafas ini adalah milik Nya, maka aku pun juga milik Nya, bagaimana aku bisa mengatur jalan ku, sedang pemilik ku telah menyiapkan alur cerita yang lebih menarik, hufftttt
Jangan pernah berfikir ini adalah akhir dari hidup mu, perjalanan mu, bahkan mimpi mu, memang semua orang sudah mempunyai takdir hidup masing - masing, tapi jangan pernah lupa untuk mewujud kan apa yang menjadi cita - cita dan keinginan kita, selagi Tuhan masih memberi kita nafas kehidupan, bagaimana nanti yang akan terjadi, jalani saja semua dengan ikhlas...
Meskipun semua orang membenci mu, menjauhi mu, merendahkan mu, seakan kamu menjadi orang paling nista dan hina, jangan sedih, jangan menyerah, karena kamu tak sendiri, ada Tuhan dan juga keluarga mu.. Seperti burung tak akan pernah lupa rumah nya, sejauh apa pun dia terbang pasti rumah akan menjadi tempat nya kembali. Begitu juga dengan kita sejauh apa pun kita pergi, keluarga adalah tempat untuk kita kembali, dan rumah selalu menjadi tujuan untuk kita pulang...
" Selamat pagi sayang, ayo sarapan dulu mama sudah masak makanan kesukaan kamu, " ajak mama dengan senyum manis nya, rasa nyaman langsung menjalar memenuhi syaraf bati ku. kehangatan ini yang tak pernah aku dapat kan di rumah mas Aji,
" Terima kasih Tuhan .. telah membawa ku kembali ke mari, pulang ke rumah yang ku rindu kan. " batin ku penuh rasa syukur.
" Lho kok malah bengong sih, ayo ke bawah kita sarapan dulu. " Tambah mama ketika aku hanya terdiam mendengar ajakan mama untuk sarapan. Aku yang memang belum bisa fokus dengan keadaan ku saat ini, tak sadar lebih banyak bengong nya. seperti jiwa kesadaran ku belum pulih sepenuh nya, he he.
" Eh, iya mah ayo.. Dira pengen tanya sasuatu sama mamah, tapi Dira harap mama jawab dengan sejujur - jujur nya, apa nanti mamah nggak akan malu bila pada tahu jika Dira tidak lama lagi akan menjadi janda.. " Tanya ku menyelidik, jujur dari semalam pertanyaan ini sukses membuat ku tak bisa tidur. Resah, gelisah, berkecamuk menjadi satu, bayang akan perkataan orang yang membuat ku berfikir seperti orang gila.
Aku tak peduli akan perasaan ku, karena memang sudah hancur sejak dulu. Tapi tidak dengan perasaan mamah, aku sampai tak bisa bayang kan, gimana perasaan mamah ketika mendengar tangapan orang - orang tentang ku, yang pasti nya orang akan mencemooh, memandang rendah, hina seorang janda, tanpa mereka tahu sebab atau alasan nya, tetap saja di mata mereka itu hal yang buruk.
" Kamu ini ngomong apa sih sayang, justru mama akan semakin malu bila melihat putri kecil mama hancur. Tidak ada orang tua yang akan malu hanya karena putri nya menjadi seorang janda. Karena tidak ada yang bisa memilih takdir hidup nya kan seperti apa, dan menurut mama menjadi janda juga bukan menjadi pilihan semua orang kan. Mama akan ngerasa malu ketika tidak bisa menjadi seorang ibu yang baik untuk putri nya, seorang ibu yang tidak mengerti keadaan putri kecil nya di rumah suami nya, apa lagi putri nya tidak di perlakukan layak nya seorang manusia kan, oleh mertua dan suami nya. Ketika mendengar itu, mama sangat marah, mama sangat kecewa sama diri mama sendiri yang malah tidak ada di samping putri nya saat di butuh kan. Kini yang terpenting bagi mama adalah kebahagiaan mu sayang, mending menjadi janda dari pada kamu tetap menderita menjadi istri Aji. Mama sama sekali tak peduli dengan omongan orang tentang kamu, tentang mama, dan tentang kita. Walau seluruh dunia membenci kita, itu tidak ada arti nya sama sekali bagi mama, karena mama bahagia punya kamu sayang. Satu - satu nya harta yang paling berharga buat mama, jadi mulai sekarang Dira jangan berfikir aneh - aneh lagi ya, kita hadapi semua ini sama - sama. " Tutur mama panjang lebar,
Membuat aku semakin kagum dengan perempuan yang melahirkan ku delapan belas tahun yang lalu itu, kini aku menyesal kenapa dulu memilih meningkah muda tanpa memikir kan akibat nya bila menentang orang tua. Apalah arti nya, bila nasi sudah menjadi bubur, hanya bisa memperbaiki untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama..
" Makasih mam, selama ini sudah menjadi ibu juga ayah yang sempurna buat Dira, maafin Dira selama ini hanya menjadi beban buat mamah. " ungkap ku tak terasa buliran bening menerobos luruh tanpa mampu ku cegah, membanjiri pipi caby ku yang pasti saat ini terlihat memerah ketika menangis.
Bayang masa lalu ketika ayah meninggalkan ibu membesarkan aku seorang diri, sekilas menari di pelupuk mata ku, ya ayah ku lebih memilih perempuan lain dan meninggalkan mamah, ketika aku masih berada di dalam kandungan. Perselingkuhan, penghianatan, yang sampai saat ini aku tak bisa menerima nya.
Sial nya, kini hal yang sama menimpa ku.. Mas Aji lebih memilih bermesraan dengan perempuan lain, di banding dengan ku yang notaben nya istri nya sendiri, istri yang sah menurut hukum dan agama, namun sampai detik ini mas Aji tak pernah mau menyentuh ku, entah apa yang menjadi isi kepala nya itu, bahkan dia tahu bila aku selalu mendapat pertanyaan perkara anak karena sampai sekarang aku tak kunjung hamil. Bahkan sebagian dari mereka mevonis aku mandul karena belum juga hamil setelah dua tahun perningkahan ku dengan mas Aji.
Namun apa yang di lakukan mas Aji waktu itu, mendengar orang - orang biang gosip julid sama aku, alih - alih membelaku mas Aji malah semakin memanas - manasi agar mereka lebih membuly ku, bahkan tak sedikit yang akhir nya menyebar hoax yang tidak benar tentang ku. Heran nya hal itu malah bisa membuat mas Aji tertawa lepas, melihat orang - orang menghina dan menyakiti hati ku.
Entah kesalahan apa yang aku perbuat kepada nya, mungkin tanpa sadar dulu aku pernah menyakiti nya. Sehingga mas Aji sakit hati dan menyimpan dendam kesumat itu sampai kini. Atau mungkin ini adalah karma dari orang tua ku, di mana ayah ku yang selalu menjadikan wanita menjadi mainan nya, sehingga kini putri nya juga hanya di jadikan mainan laki - laki.
Tak ada habis nya bila aku mengingat tentang kelakuan ayah, salah nggak sih kalau aku sampai berfikir bila semua lelaki itu sama saja, brengsek.. Ya, seperti nya aku memang salah bila berfikir demikian, tidak semua laki - laki itu brengsek, hanya kebetulan yang hadir dalam kehidupan ku, semua brengsek.. Bukan tidak ada yang baik, pasti ada laki - laki yang baik di luar sana, hanya saja aku belum menemukan nya.
" Sudah ah, kok malah jadi melow gini sih.. Sudah berapa kali mama bilang, kamu ini bukan beban untuk mama, tapi selalu menjadi berkah untuk mama, udah ya sayang sebaik nya kita makan dulu saja, setelah itu baru nanti lanjut cerita, mau satu buku full juga nggak ada masalah, tapi untuk bercerita panjang lebar itu kan juga butuh tenaga He he. " balas mama mencoba menghibur ku.
" Iya deh, mamah nih paling bisa deh bikin Dira seneng. Makasih mam.... " sahut ku sembari memeluk lembut tubuh harum nan wangi mama, di mana wangi nya yang selalu ku rindu kan.
" Sama - sama sayang... " bisik lembut mama tepat di daun telinga ku, membuat ku semakin mengerat kan pelukan ku.
***
Di kampung Aji berita tentang kepergian Dira telah santer terdengar di seantero desa. Berita itu sedang menjadi tranding topik yang sedang hangat - hangat nya bagi emak - emak pecinta gosip. Apalagi bu Yuyun dan anak buah nya yang sudah terkenal menjadi penyebar gosip di kampung itu.
Karena mulut lemes bu Yuyun pula, kini berita itu sudah sampai ke desa - desa tetangga, bahkan di kantor kelurahan semua orang sedang membicarakan hal itu. Hingga berita itu pun sampai terdengar ke telinga pak Deden lurah di desa tersebut.
Malam hari nya, di kediaman pak lurah Deden saat sedang makan malam bersama, pak Deden pun mencerita kan berita yang sedang santer beredar itu, pasal nya jadi timbul banyak komentar dari warga, yang menyeret kasus penganiayaan yang di lakukan Aji terhadap Dira, tak sedikit warga yang menyimpulkan kalau Dira pergi dari rumah mertua nya itu karena sudah tidak tahan dengan kelakuan Aji yang ringan tangan. Meski selama ini Dira selalu menutupi nya, namun fakta nya semua orang juga bisa lihat kalau luka yang selama ini bertahta di tubuh Dira itu, adalah luka akibat pukulan seseorang bukan hanya luka karena kepentok sesuatu seperti alasan Dira selama ini.
" Eh, bu sudah dengar belum berita yang lagi viral di kampung sebelah. " ucap bapak mengawali percakapan.
" Berita apa pak, masalah menantu nya bu Wati yang kabur dari rumah itu ya, tadi pagi ibu ketemu mbak Yuyun di pasar, tetangga nya bu Wati .. Kata dia semalem menantu nya itu kabur dari rumah, karena nggak tahan selalu di pukuli sama si Aji, dan yang lebih parah nya lagi bu Wati itu malah diam saja melihat kelakuan putra nya, selama ini malah asyik membela si Aji yang nggak bener itu. " jawab ibu menangapi ucapan suami nya itu.
" Owalah, yang jadi berita itu menantu nya Wati to, bapak itu malah kenal sama Dira nya, nggak tahu kalau ternyata Dira itu istri nya si Aji, bukan kah Aji itu dulu teman sekolah Adnan ya bu, " sahut bapak sembari meneguk habis minuman nya.
" Iya pak, lha kok bapak malah kenal sama menantu nya bu Wati, ibu saja malah sudah nggak begitu paham dengan anak seusia Adnan ini pak.. " jawab ibu.
" Yo jelas, bapak ini kenal to bu lha wong Dira ini suka ngajari jahit anak - anak di balai kelurahan kok, itu lho anak yang bapak cerita kan jadi relawan di kelurahan. " jelas bapak pajang lebar.
" Oh, yang kata bapak anak nya rajin dan suka banget nolongin warga yang kesusahan itu pak. Wah kok ibu malah jadi penasaran ya sama anak nya. Dira itu kaya gimana sih orang nya pak, " ungkap ibu bersemangat.
" Dari tadi aku mendengar perbincangan ibu dan bapak tentang Dira, tunggu kok nama itu seperti nggak asing ya buat aku, lha kok aku jadi kefikiran sama bocil yang aku antar ke rumah semalam ya, bukan kah nama dia juga Dira. Hemmmm, mungkin nggak sih Dira yang sedabg di bicara kan itu sama dengan Dira si bocil yang aku anter semalem. Pas banget lagi Dira ini kabur dari rumah mertua nya, terus semalem aku juga ketemu bocil yang nama nya Dira. Tapi, ibu bilang Dira itu menantu bu Wati yang arti nya itu berarti istri Aji, lha mana mungkin si bocil itu istri orang. " batin ku.
Memikirkan nya malah membuat isi kepala ku seakan mau meledak saja, lagian ngapain juga aku mikirin si bocil nggak jelas itu, seorang gadis keluyuran malam - malam sendirian udah fix cewek nggak bener, hih aku berharap nggak akan ketemu lagi sama tuh cewek, kalau pun bener dia istri Aji, aku juga nggak peduli, bodo amat dengan itu. Eh, tapi aku agak penasaran sih Dira yang di mansud bapak itu beneran Dira si bocil itu apa nggak.
Ku lihat ibu sedang asyik melihat layar ponsel bapak, yang aku tebak pasti sedang melihat foto si Dira itu. Ehm, duh males banget deh malah jadi penasaran gini. Heran ngapain juga tuh bayangan si bocil muncul tiba - tiba, dalam fikiran ku huh..
" Emmmm coba deh bu, Adnan pengen lihat istri si Aji tuh kaya apa muka nya.. " kata ku
" Ini, nanti balikin ponsel nya ke bapak.. Cantik sih, tapi sayang sudah jadi menantu orang ya pak. Kalau belum mah ibu mau aja pak, punya menantu model neng Dira itu. Sudah cantik baik lagi, he he. " kata ibu sembari memberi kan ponsel bapak kepada ku.
" Iya bu, awal nya bapak malah ngira nya Dira itu belum nikah lho, tadi saja bapak sempat syok pas denger kalau Dira kabur dari rumah mertua nya, lha bapak malah jadi kaget nggak nyangka jika ternyata Dira itu sudah punya suami, padahal ya bu rencana nya bapak itu mau kenalin dia sama anak kita Adnan, eh malah sudah ada yang punya. " sahut pak Deden sedikit kecewa bila membahas tentang Dira, dalam hati nya tadi nya sudah sangat berharap punya menantu seperti Dira.
" Nama nya juga jodoh pak, kita kan nggak tahu.. Tapi ibu juga setuju sih sama pilihan bapak, he he seperti nya anak nya kalem dan nggak neko - neko, dari cerita bapak dulu itu saja aku sudah kagum sama anak nya, ini malah lihat gambar nya, emm jadi gemes ya pak. Kalau pengen sesuatu tapi sudah milik orang, kita doa kan saja pak siapa tahu besok bisa jadi jodoh nya mas Adnan, beneran. Semoga saja ya pak, " ucap ibu yang malah di Aminin sama bapak.
" Alhamdulillah, Amin Ya Allah.. Semoga ya bu, " sahut bapak sembari menegadah kan tangan nya.
Dag dig dug deerrrrrrr...
" Ya Tuhan, apa yang aku lihat ini kok bisa foto bocil ada di ponsel bapak, jadi bener kalau Dira yang di mansud bapak itu si bocil. Lah jadi bocil itu istri orang, hih ngapain juga sih aku pakai kepoin si bocil gini. Huh, menyebalkan..
Mana aku malah ingat kejadian semalem lagi, waktu nganter bocil. Dia tinggal di komplek perumahan elit, yang sudah termasuk kota beda banget dengan daerah sini yang masih jauh tertinggal. Lingkungan nya saja sangat jauh bila di banding kan dengan desa ini, heran aja kok bisa sih anak orang kaya mau tinggal di desa kaya gini. Apalagi aku lihat semalem dia nggak pegang uang bahkan ponsel, berarti di sini kehidupan nya sangat berbanding terbalik dengan kehidupan di sini.
Ahhhhh ngapain sih aku jadi mikirin si bocil, dia kan istri orang. Apa karena kemarin aku udah nuduh dia cewek nggak bener, eh tapi aku kan nggak salah orang dia yang keluyuran tengah malam sendirian, siapapun pasti juga berfikir sama seperti ku, hee lagian aku juga sudah berbuat baik ngaterin dia sampai ke rumah. Jadi impas kan, jangan merasa bersalah lagi Adnan, apa yang kamu fikir kan tentang dia selama ini, anggep saja nggak pernah ada di fikiran mu. Beres kan, hibur ku pada diriku sendiri...
Ha ha ha aku malah jadi tertawa mikirin kewarasan ku, yang seperti nya udah geser akibat bocil itu.. Semoga aku nggak pernah lagi ketemu sama si bocil istri orang itu, kalau pun suatu saat ketemu lagi aku anggep dia jodoh ku. Hi hi batin ku,
Entah mengapa saat pertama kali aku bertemu dengan si bocil, dalam hati ku sudah ada perasaan yang aneh, ada getaran yang belum pernah aku rasakan saat dengan lucu nya di sepanjang jalan dia berceloteh tak jelas, menceritakan tentang hal yang menurut ku tak ada yang menarik, tapi nggak tahu kenapa hal itu malah mampu membuat ku tersenyum geli seperti sekarang.
Hal yang sudah lama tak pernah ku rasa, sejak Risma kekasih hati ku, dengan enteng nya menduakan aku dengan sahabat ku sendiri, sejak saat itu aku tak percaya lagi sama perempuan. Semua terlihat sama manis saat di awal saja, maka nya sampai sekarang aku masih betah sendiri, padahal teman sebaya ku sudah pada meningkah. " fikir ku.
***
Sang raja kehidupan tersenyum indah menampakan cahaya nya, bias sinar nya menghangat kan bumi, yang masih basah akan sisa hujan semalam. Sang bayu menerobos masuk melalui celah daun jendela yang sengaja ku buka lebar setelah sholat subuh tadi.
Hembus semilir nya menyapa kulit tubuh ku, rasa sejuk seketika mengalir dalam dinding hati ku. Bersama sang mentari yang memberikan kehangatan nya tanpa pamrih, begitu pun aku ingin kembali menata hidup ku yang sudah hancur berantakan ini.
Dia yang aku fikir akan membawa kebahagiaan nyata nya malah menoreh kan luka yang membuat ku semakin terluka, bila mengingat setiap hinaan juga makian yang dia lontar kan pada ku, bukan hanya dia namun semua keluarga nya begitu membenci ku, mungkin di rumah itu hanya bapak mertua ku yang baik dan peduli sama aku selama ini. Yah, walau sebentar lagi akan menjadi mantan mertua, namun aku tetap bersyukur pernah ada di tengah - tengah keluarga mas Aji, yang jujur saja mengajarkan aku akan banyak hal.
Awal nya aku fikir gampang untuk merubah pandangan keluarga nya terhadap ku, karena ada seorang yang selalu mendukung langkah ku, namun nyata nya semua dukungan itu hanya palsu, dan aku harus berjuang sendiri untuk bisa terlihat baik bagi keluarga nya, sedang apa yang aku lakukan selalu salah. Well, aku berharap di kehidupan ku selanjut nya, aku tidak lagi bertemu dengan orang macam mas Aji itu.
Lama aku terdiam di depan cermin besar meja rias, menelisik tampilan yang terpantul dari sudut kaca.. Tak ada yang salah dengan penampilan ku,
" Eemmm sudah saat nya untuk bangkit, menjalani takdir yang tak lagi sama. " jerit ku dalam batin.
" Lho, Dira sayang kamu mau kemana pagi - pagi gini sudah rapi, baru juga mama mau ajakin kamu sarapan, eh malah putri mama yang cantik ini, sudah dandan rapi. " tanya mama membuat ku tersadar dari lamunan panjang ku di depan cermin kamar.
Kalau di fikir sudah seperti orang gila saja aku tiap hari hanya bisa menertawa kan kebodohan ku, yang membiar kan mereka terus memberdayai ku.
" Aduh maaf mah, Dira lupa ngasih tahu mamah.. Hari ini tuh Dira mau nyoba nyari kerjaan mah, tadi malem sudah janjian sama mbak Ajeng. " jawab ku menjelas kan.
" Nyari kerja kemana sayang, apa nggak sebaik nya kamu selesai kan dulu permasalahan dengan suami mu itu, kalau sudah selesai kan tenang mau ngapain juga, lagian tanpa Dira harus kerja pun, mamah masih mampu untuk mencukupi kebutuhan Dira. Apalagi pergi nya sama Ajeng, mamah ngerasa khawatir Dira, kamu ingat kan dulu kamu pernah hampir mati akibat tawuran pas pergi sama Ajeng, nggak mamah nggak izinin Dira pergi, mamah takut terjadi apa - apa sama kamu sayang.. " jawab mama dengan mimik wajah yang berubah terlihat khawatir.
" Masalah Dira sudah selesai mam, sejak malam dimana Dira pergi dari rumah mas Aji, sudah pasti mas Aji akan menceraikan Dira, dan aku nggak mau harus ngurus ini itu, jujur ya mah.. Selama ini mas Aji tuh nggak pernah kasih Dira nafkah dari pertama jadi istri mas Aji sampai detik ini, selama ini aku bertahan hidup di sana hanya dengan mengandalkan sisa tabungan sewaktu Dira kerja mah. Maafin Dira mah, selama ini nggak pernah cerita ke mamah, karena Dira nggak mau buka aib suami juga kehidupan rumah tangga ku. " sahut ku mencoba memberi pengertian ke mama.
" Ya Tuhan.. Jadi selama ini kamu bilang senang, bahagia, itu semua bohong Dira. Bagaimana bisa mama jadi seorang ibu yang baik bila putri nya menderita di luar sana, dia tak tahu apa - apa. Ya Tuhan, maafin mama sayang, mama nggak pernah tahu kesulitan kamu selama ini. Apa yang harus mama lakukan Dira, untuk bisa menebus kesalahan mama.. Selama ini mama sudah salah, dengan membiarkan putri kesayangan mama hidup kesusahan. " ucap mama lirih.
" Mam Dira minta maaf, semua ini salah Dira karena telah salah memilih pasangan, mamah jangan ngerasa bersalah lagi ya sama Dira, semua ini sudah menjadi takdir ku harus begini mam, sekarang yang Dira butuhin hanya suport dari mamah untuk selalu semangatin aku mah, Dira mohon mamah izinin aku untuk nyari kerja sama mbak Ajeng, ya Dira tahu mamah mampu mencukupi semua kebutuhan Dira, tapi aku juga ingin kembali menjadi Dira yang dulu mam, yang selalu optimis, pantang menyerah, dan ingin belajar mandiri meski ujung - ujung nya merepotkan mamah, Dira mohon mam, menurut ku ini salah satu cara agar bisa melupakan mas Aji, melupakan semua kesialan Dira.. Please mam, kasih kesempatan untuk aku bisa buktiin ke mas Aji, jika tanpa mas Aji aku juga bisa mam.." pinta ku setengah memohon.
" Jadi itu mau kamu sayang, kalau begitu baik lah mama izinin Dira, dengan catatan bila Dira harus berjanji untuk selalu berhati - hati, tidak tawuran, tidak aneh - aneh, jadi anak yang baik di luar sana. Mama hanya bisa berdoa Semoga di beri kemudahan dan kelancaran dalam mencari pekerjaan sayang. Selama itu bisa membuat Dira bahagia mama dukung, tapi sebelum berangkat kita sarapan dulu ya sayang. Kebetulan mama sudah masak banyak hari ini. " kata mama.
" Makasih banyak mam, sudah izinin Dira. Mamah emang terbaik, tapi maaf Dira langsung berangkat sekarang aja ya mam, Dira janui besok kita sarapan bareng mam, " jawab ku
" Iya sayang tapi setidak nya minum susu dulu Dira sayang buat nganjal perut, jangan sampai perut dalam keadaan kosong, apa lagi nanti muter - muter di luar kan. " pinta mama yang tak putus asa menawari ku makan, sudah menjadi kebiasaan mama memastikan perut ku akan. Karena memang akh punya riwayat penyakit maag jadi gampang sakit perut bila telat makan. Atau makan nya nggak teratur.
" Aduh, maaf banget mam sebenar nya hari ini Dira mau berpuasa jadi lain kali ya kita sarapan bareng nya, nih mbak Ajeng sudah nunggu di gang depan mam, Dira berangkat dulu ya mam, maaf... " sahut ku memberi tahu mama kalau hari ini sudah niat ingin berpuasa.
" Subhanallah, Alhamdulillah kalau sedang berpuasa. kenapa Dira nggak bilang dari tadi kalau mau puasa kan mama jadi nggak nawarin Dira makan mulu. Ya sudah berangkat nya hati - hati ya, ingat pesan mama jangan aneh - aneh kalau pergi sama Ajeng, jangan seperti waktu itu berangkat mulus pulang bonyok - bonyok. Pokok nya jangan cari penyakit, pilih kerjaan yang Dira kuasai dan yang tidak memberatkan. " tutur mama menasehati ku.
" Iya, siap mam. Ya udah Dira berangkat dulu ya mam,
Assalamualaikum.. " ucap ku sembari mengecup punggung tangan mama.
" Waalaikum Salam, hati - hati di jalan. " jawab msms.
***
Ketika Dira sedang bersiap untuk melamar pekerjaan, Aji malah bersiap menceraikan Dira, semua berkas persyaratan pengajuan gugatan juga sudah Aji persiapkan tinggal tunggu proses persidangan saja.
" Mas, kamu sudah yakin mau menceraikan istri mu itu, apa nggak sayang dengan perjuangan mu mendapat kan Dira. Ingat dulu kamu sampai hampir mati di hajar sama cowok satu kampung nya yang suka sama Dira. " Ucap Farid adik sepupu Aji, anak dari adik nya bu Wati.
" Halah, kamu ini anak kecil tahu apa tentang perjuangan. Lebih baik kamu itu kuliah yang benar, biar jadi orang bener. Nggak usah ikut campur urusan rumah tangga orang, dulu ya dulu.. Sekarang ya sekarang, oke dulu emang aku bucin banget sama Dira, sampai aku berambisi untuk bisa dapetin dia, waktu itu aku hanya penasaran sama kata orang yang bilang Dira itu susah di deketin. Well nyata nya kamu lihat sendiri kan, dia dengan mudah nya bisa jadi istri aku. Setelah aku nikah ama tu anak, rasa nya biasa aja.. Bahkan aku merasa muak dan jijik untuk menyentuh nya, maka nya aku lebih milih melampiaskan nya ke cewek lain. " sahut Aji menjelas kan bagaimana perasaan nya ke Dira selama ini.
" What, mansud mas Aji.. Jangan bilang kalau mas Aji belum pernah menyentuh mbak Dira, itu nggak bener kan mas. Apa lagi mas Aji bilang melampiaskan ke cewek lain, jangan sampai deh kejadian seperti itu mas. " sahut Farid begidik merinding mendengar cerita Aji.
" Kejadian apa, memang itu kenyataan nya kok Farid. Udah ya, tugas kamu ini sekarang nganterin aku bukan malah ceramahin aku, males banget kalau harus berdebat sama kamu. " balas Aji.
" Ya Allah, nyebut mas, nyebut.. Apa yang mas Aji lakukan itu salah, jangan karena sudah bosan merasa biasa saja lantas mas bisa seenak nya mencampakan mbak Dira, ingat mas Aji itu meningkahi mbak Dira melalui perjanjian dengan Allah, dan itu tanggung jawab nya sangat besar mas. Seperti nya tidak ada alasan untuk mas Aji menceraikan mbak Dira, pasti ada jalan lain untuk memperbaiki semua nya mas, lebih baik di fikirkan dulu mateng - mateng, sebelum nanti nya menyesal di kemudian hari. Kesempatan itu nggak akan datang dua kali mas, tidak ada jalan kembali setelah perpisahan.. " ucap Farid yang masih mencoba kembali meyakin kan Aji.
" Hey, aku sudah bilang kan Farid kalau ini bukan urusan kamu, sebelum nya aku sudah menawarkan pilihan ke Dira, kalau dia pergi dari rumah itu arti nya dia siap untuk berpisah dengan ku selama nya, dan dia memilih pergi dari rumah. Jadi bukan salah ku bila akhir nya hubungan ini hanya akan berakhir di persidangan. Tidak ada yang bisa di perbaiki lagi Rid, aku dan Dira harapan nya tipis, bahkan menurut ku sudah tak ada lagi yang bisa di harap kan dari hubungan kita. Dari pada aku tidak bahagia lebih baik aku melepaskan nya, aku juga nggak mau terus menyakiti nya bila kita bersama. Kamu ingat itu Farid, aku tidak akan pernah menyesal dengan keputusan ku ini, tidak akan pernah... " balas Aji sesumbar.
" Baik lah bila memang itu sudah menjadi keputusan mas Aji, aku juga tidak akan ikut campur lagi. Dalam hukum alam ada sebab akibat, akan ada konsekuensi dari setiap perbuatan yang kita lakukan. Ingat mas, Tuhan itu akan selalu memberi apa yang kita minta, juga kita akan mendapat kan apa yang kita kerjakan. Setiap hal baik akan mendapat kan kebaikan, begitu pun sebalik nya.. Di setiap hal buruk akan mendatang kan keburukan pula. Karma itu berlaku, bagi semua umat manusia. " sahut Farid tak mau kalah.
" Halah, kebayakan teori kamu... Coba aja besok pas kamu sudah nikah, mungkin kamu juga akan mengalami hal yang sama kaya aku. Tidak semua manusia di dunia ini sempurna, termasuk aku. Tapi di sini aku ngerasa nggak ada yang salah dari aku, lalu kenapa aku harus takut akan karma yang kamu bicarakan itu. Ha ha ha teori emang mudah menjalani nya yang susah Rid.. " ucap Aji setengah berteriak.
" Inalillahi, jaga perkataan mu mas, karena Tuhan pasti mendengar nya. Bila Tuhan memberi aku kesempatan untuk bertemu dengan perempuan yang menjadi jodoh ku, semoga aku bisa membuat nya bahagia, semoga Allah memberi ku jodoh yang panjang. " jawab Farid.
***
Panas terik sang mentari membakar bumi dengan angkuh nya, peluh membasahi seluruh tubuh ku. Meski rasa lelah, letih, lemas, lesu, lahaus menyergap namun aku senang karena akhir nya telah selesai misi hari ini, tinggal nunggu panggilan kerja saja, entah di panggil di mana yang duluan manggil berarti itu rezki.
Di tengah siang bolong, dengan panas yang luar biasa begini enak nya rebahan di kamar, sambil dengerin lagu kesukaan. Lah ini aku malah masih terdampar di sebuah kedai es, yang terletak di taman kota. Akibat ulah mbak Ajeng yang sedari tadi ngereok minta es dawet ketan hitam. Huh, panas begini harus nya minum es buah, seger, ini malah minta dawet yang aku nggak begitu suka. Tapi demi sahabat gas aja lah, sekali - sekali.. Hi hi
Tadi nya hari ini aku berniat untuk berpuasa, tapi malah siang ini aku kedatangan tamu bulanan, hasil nya jadi gagal deh untuk berpuasa hari ini.
Aku perhatiin dari tadi mbak Ajeng malah asyik dengan ponsel nya, tahu deh lagi bertukar pesan dengan siapa, sampai senyum nya tak berhenti mengembang dari tadi. Jiwa ke kepoan ku meronta - ronta nih, karena penasaran akhir nya aku buka suara.
" Lagi chat ama siapa sih mbak, kelihatan nya seneng banget. " tanya ku.
" Eh, ini biasa Dir.. Masih sama kok seperti yang dulu, " jawab mbak Ajeng.
" Mas Abdul.. Ya Tuhan, masih awet aja sih sama dia mbak, beda banget sama aku. Padahal kan mbak Ajeng sama mas Abdul lebih dulu deket eh, ini aku malah gini banget nasib nya.. " sahut ku
" Suuuttthhh, jangan ngomong gitu dong dek.. Setiap orang pasti punya takdir hidup nya masing - masing, harus semangat dong, jangan mengeluh apa lagi meratapi takdir seperti ini, siapa yang tahu kalau setelah ini kamu akan bertemu dengan jodoh yang sebenar nya. " ungkap mbak Ajeng.
" Yaelah, mbak Ajeng ini, orang aku nggak ngeluh kok.. Hanya lucu aja, dengan keadaan ku yang sekarang mbak. " keluh ku.
" Emang si Aji sudah pasti akan ceraiin kamu dek.. " tanya mbak Ajeng.
" Aku juga nggak tahu mbak, waktu itu sebenar nya aku di kasih pilihan, mau tetep di sana jalani kehidupan seperti biasa jadi anak yang penurut dan nggak kebanyakan protes atau pergi dari rumah itu tapi konsekuensi nya mas Aji nyeraiin aku mbak. Jujur sebenar nya aku sudah nggak kuat banget untuk bertahan, sama mas Aji. Rasa nya hanya sia - sia gitu, nggak ada yang bisa aku lakuin juga untuk buat mas Aji dan keluarga nya nerima aku mbak. Rasa nya tuh mustahil banget, setiap apa yang aku lakukan selalu salah di mata mereka, setiap apa yang aku usahakan tidak pernah ada benar nya mbak, terlebih di mata ibu mertua ku itu. " sahut ku.
" Ya sudah dek, sekarang nggak usah di fikirin lagi yang kemarin, jangan sedih lagi ya dek.. Kita ikutin saja alur yang Tuhan berikan, kamu masih muda, masih punya banyak waktu untuk memperbaiki yang lalu, tidak ada yang kebetulan di dunia ini, siapa tahu sebentar lagi kamu akan bertemu jodoh mu kan. " hibur mbak Ajeng.
" Hah, apaan sih mbak Ajeng ini ngomongin apa ujung - ujung nya jodoh, heran dari tadi ngomong nya nggak jauh - jauh dari jodoh. " sahut ku yang masih merasa tak nyaman dengan kata jodoh.
" Lho, yang nama nya doa baik ya harus di Aminin to dek, he he kita pulang nya agak sorean ya, ini mas Abdul mau nyusul ke mari, tenang saja tadi aku sudah minta mas Abdul bawa teman cowok nya biar nanti kamu nggak ngerasa jadi obat nyamuk, walaupun kita cuma sekedar ngrobrol ngalor ngidul nggak jelas, setidak nya kamu ada teman nya, ini sebentar lagi nyampe kok, tadi sudah ngabari soal nya. " ujar mbak Ajeng.
" Hah, ih kok mbak Ajeng nggak bilang dulu sih tadi kalau mau ketemu dengan mas Abdul, pantes dari tadi wajah nya ceria kaya habis gajian. Tahu gitu kan tadi Dira pulang duluan aja, biar mbak Ajeng pulang nya di anter sama kekasih tercinta nya. " sahut ku gemas.
" Eh, ya sorry dek.. Tadi tu mas Abdul juga mendadak ngomong nya pas kita lagi di sini, kebetulan mas Abdul sama teman nya lagi ada kerjaan di sekitar sini, jadi mau sekalian ketemu walaupun sebentar, buat obat rindu... Maklum dek, kita kan jarang ketemu sekali nya ketemu juga nggak lama. Nggak masalah kan dek, " tanya mbak Ajeng menegas kan.
" Ya, aman mbak.. " jawab ku datar.
"Tak lama ku lihat mas Abdul berjalan menghampiri tempat duduk ku dan mbak Ajeng, yang dimana sengaja aku milih tempat yang lesehan. Tapi, seperti nya aku nggak asing sama temen nya mas Abdul.
" Hay, Assalamualaikum, sudah lama ya nunggu nya. " Sapa mas Abdul,
" Waalaikum Salam, baru saja kok, " jawab ku dan mbak Ajeng hampir bersamaan.
Ku lihat temen mas Abdul itu tak berhenti memandang ku dengan tatapan yang aneh. Kenapa sih tuh orang, ngelihatin aku sampai kaya gitu banget, aku tahu kalau aku cantik tapi di tatap kaya gitu malah geli, hiii..
" Kamu Dira kan, " kata temen nya mas Abdul,
" Lha kok dia bisa tahu nama ku ya, perasaan aku baru kali ini melihat nya, " batin ku.
" Iya, maaf apa kita pernah kenal atau bertemu sebelum nya. " tanya ku menyelidik.
" Oh, mungkin kamu lupa sama orang yang pernah nganterin kamu waktu malam - malam waktu itu.. " sahut nya.
" Kang Adnan.. " balas ku langsung teringat akan orang baik yang pernah menolong ku, saat perjalanan pulang dari rumah mas Aji.
" Sekarang udah inget, aku siapa.. " tanya nya.
" Ya, maaf kang waktu itu Dira nggak begitu perhatiin wajah kang Adnan, maklum gelap. Ya Tuhan ternyata teman nya mas Abdul itu kang Adnan.. Orang baik yang pernah nolongin aku, " jawab ku sembari tersenyum semanis mungkin agar kelihatan ramah. He he
" Jadi kalian sudah saling kenal, " tanya mas Abdul dengan tatapan heran melihat ku dan kang Adnan, sedang mbak Ajeng malah tersenyum penuh tanda tanya.
" Iya kang, Dira ini bocil yang aku pernah ceritain ke kang Abdul. " kata Adnan menjelas kan.
" Oh, yang kata kamu bocil itu istri orang. " sahut mas Abdul yang langsung membuat pipi Adnan memerah menahan malu.
" What, bocil.. " batin ku.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!