Dear Barra
Pulang
Barra Hanif
"Bund, Barra udah di bandara."
Cowok itu membawa Koper miliknya memasuki mobil hitam, lalu mobil hitam itu berjalan dengan laju menuju sebuah rumah.
Saat mobil berhenti, Mata cowok itu menatap sekeliling sebuah rumah besar. Cowok itu berdiam diri di depan pintu rumah dengan menyunggingkan senyuman.
Barra Hanif
*mengetuk pintu
Barra Hanif
"Assalamu'alaikum."
Suara yang terdengar dari arah luar pintu, seperti kebahagiaan yang datang bagi orang yang di dalam rumah. Suara yang sangat dirindukan, sosoknya yang selalu di rindukan.
Bunda Maya
"Waalaikumsalam."
Barra Menatap seorang wanita yang menjadi cinta pertama dalam hidupnya
Seketika air mata bahagia menetes dan membasahi mata, seorang ibu yang merindukan putra semata wayangnya.
Bunda Maya
"Barra, bunda kangen."
Bara tersenyum menampilkan giginya yang berderet,
Barra Hanif
"Iya bun, Barra juga kangen dengan bunda."
Seorang pria keluar dari dalam rumah menatap ke arah pintu luar, perasaan pria itu menjadi campur aduk, perasaan rindu, sayang dan gengsinya.
Ayah Farid
"Sudah ingat pulang kamu?."
Barra menundukkan kepalanya,
Barra Hanif
"Maafin Barra, semua ini karena Barra harus mengurus perusahaan di sana."
Bunda Maya
"Ayah, putra mu ini baru pulang."
Bunda Maya
"Kamu masuk dulu ya,"
*wajah ayah cemberut karena cemburu dengan putranya
*ayah Farid menatap kesal ke anaknya,
Permintaan
Barra adalah pria matang, berusia 27th. Sejak lulus sekolah ia di kirim keluar negeri untuk meneruskan bisnis di sana, selain meneruskan bisnis yang sudah ada ia juga membuat bisnis baru dengan kerja kerasnya.
Barra adalah pria dengan wajah yang tampan, bentuk tubuhnya tinggi, memiliki rahang yang kuat dengan garis wajah tegas dan mata berwarna biru.
Saat sedang berkumpul bersama di ruang keluarga, Ayah dan bunda menatap Barra dengan wajah serius.
Suasana yang semula biasa saja menjadi tegang, dan Canggung.
Ayah Farid
"Kamu ingat Pesantren milik Eyang mu?."
Barra Hanif
"Ingat, memang kenapa?."
Ayah Farid
"Eyang mau cucunya yang ngurus pesantren milik nya."
Bunda Maya
"Maksud ayahmu, Eyang mau kamu."
Barra mencoba memikirkan jawaban yang akan ia sampaikan untuk keinginan dari eyangnya.
Barra Hanif
"Apa Barra bisa, bun."
Bunda Maya
"InsyaAllah, asalkan bara siap."
Barra Hanif
*menatap bunda dan ayah
Barra Hanif
"InsyaAllah Barra siap bunda, ayah."
Ayah Farid
" Alhamdulillah, ayah akan kasih kabar dulu."
Bunda Maya
"Bunda seneng, di sana kamu harus jaga Eyang juga."
Di dalam rumah, Barra dibantu oleh bunda untuk menyiapkan barang bawaan.
Bunda menatap putra nya dengan mata berkaca-kaca
Bunda Maya
"Sebenernya bunda sedih, kita baru bertemu dan kamu harus pergi lagi."
Barra Hanif
"Jujur bara pulang hanya karena permintaan bunda."
Barra Hanif
"Tapi ini adalah permintaan Eyang, Barra mau memenuhi keinginan Eyang."
Barra Hanif
"Sekalian menjaga Eyang untuk bunda."
Sammira
Keesokan harinya Barra membawa barang bawaannya menuju mobil pribadinya, sambil berpamitan dengan kedua orang tuanya.
Di dalam mobil Barra di temani oleh supir, perjalanan memakan waktu lama sekitar seharian.
Saat sudah sampai di tempat, Barra mengeluarkan semua barang bawaan.
Barra Hanif
"Permisi, kenal dengan Eyang Darus?."
Warga
"Kenal mas, mas ini siapanya Eyang?."
Barra Hanif
"Cucunya, saya Barra pak."
Warga
"Oh begitu, Masnya nanti lurus aja."
Warga
"Lalu belok kanan, Di sana baru pondok milik Eyang."
Warga
" Namanya pondok Darus Sholihin."
Barra Hanif
"Makasih ya pak,"
Warga
"Sama-sama mas Barra."
*Bara menelusuri jalan yang sudah di beritahu oleh warga sekitar
Barra Hanif
"Assalamu'alaikum."
Semua mata tertuju kepada barra,lalu seorang wanita datang dengan perlahan.
Sammira
"Waalaikumsalam, Nyari siapa mas?."
*Mata Barra tak lepas dari wanita yang mengobrol dengan nya
Barra Hanif
"Maaf, saya mau cari Pemilik pesantren ini."
Sammira
"Ada perlu apa dengan Eyang?."
Barra Hanif
"Saya Barra, cucu dari Eyang Darus."
Sammira
"Maaf banget mas barra, saya gak tau."
Eyang Darus
"Ada apa ini Samira."
Sammira
"Ini Eyang, katanya mas ini adalah cucu eyang. "
Eyang Darus
"Ayo masuk, Eyang senang kamu Terima permintaan eyang."
Barra memasuki rumah yang tepat berada di samping Pesantren.
Sammira
"Silahkan minumnya mas Barra."
Barra Hanif
"Terimakasih."
Eyang Darus
"Perkenalkan, ini Samira."
Eyang Darus
"Dia inilah yang membantu Eyang mengurus pesantren."
Eyang Darus
"Samira dan kembarannya itu sangat rajin, mereka juga menjaga Eyang di sini."
Barra Hanif
"Saya seneng jika Eyang di sini ada yang membantunya."
Barra Hanif
"terimakasih,"
Sammira
"Sama-sama mas, permisi."
Eyang Darus
"Jangan buat dia gak nyaman."
Eyang Darus
"Kamu mirip sekali dengan ayah mu dulu,"
*Barra dan Eyang saling tatap tatapan dan tertawa bersama
Barra Hanif
" Iya Eyang, Barra hanya penasaran dengan nya."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!