NovelToon NovelToon

Tetaplah Disini Sayang

BAB 1

Di pagi hari yang cerah seorang istri yang tengah sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk suaminya sebelum berangkat bekerja. Dia sangat semangat karena bekal yang kemarin dia bawakan untuk suaminya habis tak bersisa. Hingga atensinya teralihkan karena terdengar suara kursi yang di dorong.

"Kamu sudah siap mas?" Ruby nama sang perempuan menghampiri suaminya dan mengecek penampilannya.

"Aku sudah siap kok dan kamu bisa lihat sendiri kan?" jawab Arzan nama suami Ruby tanpa minat.

"Sudah siap apa nih coba lihat dasi kamu miring begitu" tangan Ruby berniat membenarkan dasi Arzan tapi langsung di tepis olehnya.

'Selalu begitu' batin Ruby jengkel dengan penolakan Arzan terus menerus.

"Aku bisa benerin sendiri kok" Arzan memegang dasinya dan menggoyangkan dasinya ke kiri ke kanan agar tidak miring lagi.

"Duduk dulu mas aku ambil kan sarapannya dulu ya" meski jengkel Ruby tetap tersenyum dan melayani sang suami dengan sebaik mungkin. Ruby mulai menata sarapan satu persatu ke atas meja.

"Ini mas sarapan kamu roti panggang yang di dalamnya ada telur setengah matang, selada, tomat dan timun. Sarapan ke sukaan kamu dan ini jangan lupa kopinya di minum juga tapi habis sarapan ya" oceh Ruby tanpa henti yang mana malah membuat Arzan emosi.

"Bisa tidak kamu kalau pagi-pagi jangan banyak omong begitu itu malah membuat saya tidak nafsu makan" Arzan meninggalkan meja makan tanpa menyentuh makanan sama sekali.

Melihat suami yang pergi begitu saja tanpa sarapan Ruby pun langsung mengambilkan bekal yang di buatnya tadi dan berlari mengejar suaminya ke depan. "Tunggu dulu mas ini bekalnya di bawa ya buat sarapan di kantor" Ruby menyerahkan wadah bekal itu dengan senyum senang sedangkan Arzan menerima dengan menyautnya secara kasar.

"Jangan lupa di habiskan ya mas bekalnya!" jerit Ruby saat mobil mulai meninggalkan rumah.

Melihat mobil suaminya yang sudah tak terlihat lagi akhirnya Ruby kembali masuk ke dalam rumah kembali melakukan aktifitas seperti ibu-ibu pada umumnya. "Huft...semangat Ruby ayo kita membersihkan rumah ini hingga kinclong."

Ruby mulai menyapu, mengepel dan membersihkan taman di belakang rumah sendirian. Rumah Ruby dan Arzan itu termasuk rumah yang cukup besar, memang lebarnya tidak terlalu besar tapi terdapat tiga lantai di rumah itu.

Awalnya Ruby tidak masalah membersihkan rumahnya sendiri tapi berjalannya waktu tubuh Ruby mulai pegal-pegal setiap hari di karenakan sering naik turun tangga terus. Sebenarnya Ruby ingin memperkerjakan ART tapi mengingat pendapatan Arzan yang pas-pasan membuat Ruby mengurungkan niatnya itu.

"Akhirnya selesai juga, kering banget tenggorokanku ambil minum dulu ah habis itu mandi" Ruby berjalan menuju dapur dan mengambil minum lalu menegaknya berkali-kali hingga dahaganya hilang.

Tiba-tiba suara teleponnya berbunyi setelah di lihat ternyata dari Luli sahabat baiknya, di telepon Ruby terdapat banyak notifikasi panggilan tidak terjawab dari Luli.

"Hallo Li ada apa?"

"Kamu kemana aja sih dari tadi aku telpon kok enggak di jawab?" di sebrang telepon terdengar suara Luli yang kesal.

"Aku tadi ada di belakang bersih-bersih taman, ada apa sih sebenarnya kok sepertinya begitu penting?" Ruby menjawab dengan suara yang lembut.

"Kamu tetap mengerjakan semua itu sendiri? kenapa sih kamu tidak memperkerjakan seorang ART di rumah kamu, aku mendengar kamu mengerjakan itu semua sendiri membuatku sedih"

"Kamu kan sudah aku beritahu bahwa gaji mas Arzan kurang cukup untuk membayar seorang ART, aku bisa makan aja syukur"

"Lagian kenapa sih kok kamu dulu mau nikah sama Arzan dan hidup pas-pasan seperti itu?"

"Luli aku tidak mau ya kamu ngomong seperti itu terhadap suamiku" nada bicara Ruby sudah mulai berubah.

"Iya maaf kelepasan, lagian emang benar apa yang aku katakan" ucap Luli lirih di akhir kalimat.

"Oh iya kamu nelpon aku ada apa ya? enggak mungkin dong cuman mau jelekin suami aku"

"Hampir lupa aku, kamu tadi mendapat undangan pesta ulang tahun dari Brigitta nanti malam undangannya ada di aku tapi karena aku enggak bisa nganterin aku foto aja ya undangannya dan aku kirim ke kamu" tidak lama notifikasi pesan masuk.

"Udah masukkan foto yang aku kirim? gimana kamu pasti bisa datang ke sana kan?" lanjut Luli.

"Nanti coba aku tanya dulu ke suami aku boleh apa enggak"

"Pokoknya harus bisa ya kamu hadir nanti malam karena nanti malam kabarnya Brigitta akan mengumumkan tunangannya di hadapan umum yang katanya anak tunggal kaya raya" ucap Luli menggebu-gebu.

"Iya nanti aku usahain dateng ya, ya udah aku tutup dulu teleponnya aku mau mandi dulu" ucapan Ruby hanya di balas deheman oleh Luli di seberang telepon.

Selesai berteleponan dengan Luli Ruby lanjut menelpon suaminya untuk meminta izin pergi bersama dengan Luli nanti malam. Ruby berusaha menelpon suaminya tapi beberapa panggilan tidak kunjung di jawab oleh Arzan. Melihat telponnya yang tidak di jawab-jawab oleh Arzan Ruby pun mengirimkan pesan kepada Arzan.

"Mandi dulu habis itu istirahat habis itu masak makan malam buat mas Arzan lalu lanjut siap-siap buat nanti malam" Ruby berjalan riang menuju ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya.

Saat akan mulai memejamkan mata Ruby teringat sesuatu dan itu membuatnya terjaga kembali. "Haduh aku lupa belum nyiapin hadiah buat Brigitta" Ruby tidak jadi memejamkan mata dia pun bangun dan bergegas mengganti baju dan pergi ke mall seorang diri.

Sampai di mall Ruby melihat-lihat barang-barang yang sekiranya cocok untuk di berikan kepada Brigitta. Setelah puas mencari dan memutari mall beberapa kali akhirnya Ruby membeli sepatu untuk Ruby. Saat akan turun ke lantai satu Ruby melihat suaminya yang sedang berdiri sendirian seperti menunggu seseorang, Ruby pun menghampiri suaminya.

"Mas kamu ngapain di sini?" mendengar suara Ruby membuat Arzan kaget dan seketika membalikkan badannya menghadap Ruby. Arzan menengok ke kanan dan ke kiri beberapa kali seperti memastikan sesuatu.

"Aku ada metting di sini sedangkan kamu kenapa berada di sini? kenapa kamu enggak izin aku dulu kalau mau pergi?" merasa di posesifkan seperti itu membuat Ruby senang dia berpikir bahwa suaminya sudah mulai mempunyai perasaan kepadanya.

"Tadi sebenarnya aku sempat nelpon kamu tapi tidak kamu angkat, aku ke mall karena mencari suatu barang. Oh iya nanti malam aku keluar ya dengan Luli mau menghadiri pesta ulang tahun temanku, aku boleh pergi kan?"

"Mungkin kamu nelpon pas aku lagi meeting, kalau kamu mau pergi dengan Luli pergi saja tidak apa-apa lagian nanti malam sepertinya aku tidak akan pulang ke rumah."

"Kamu mau kemana mas?" tanya Ruby penasaran.

"Aku ada perjalanan bisnis keluar kota."

BAB 2

"Ya sudah ayo kita pulang buat nyiapin keperluan kamu di luar kota" Ruby menggeret tangan Arzan berniat mengajaknya pulang tapi di tolak olehnya.

"Enggak usah, nanti aku beli keperluan aku di sana saja."

"Kenapa harus beli sih mas sedangkan kamu sudah punya, mending uang kamu di simpan saja."

"Kamu jangan berani mengatur keuangan aku ya, yang penting uang jatah bulanan kamu ada kamu enggak perlu aturin keuangan aku!"

"Tapi mas apa yang aku omongin itu buat masa depan kita nanti kalau sudah memiliki anak pasti kebutuhannya banyak."

"Memang aku mau punya anak dari kamu? udah aku mau pergi kamu urus rumah aja yang benar" Arzan berlalu meninggalkan Ruby begitu saja.

Ruby mendengarkan ucapan Arzan menjadi sedih ternyata Arzan tidak menganggap Ruby sepenuhnya sebagai seorang istri. 'Semangat Ruby mungkin kamu harus lebih bersabar lagi untuk mendapatkan cinta dari suamiku' batin Ruby untuk menyemangati dirinya sendiri.

Sesudah itu Ruby langsung pulang ke rumahnya dan bersiap-siap untuk ke pesta Brigitta nanti malam. Selesai mandi telepon Ruby berbunyi setelah di lihat ternyata yang menelponnya adalah Luli, Ruby pun langsung mengangkatnya.

"Hallo Ruby sekarang kamu ada di mana?" suara Luli di seberang sana yang kelihatannya begitu sibuk karena terdengar suara grasak-grusuk dari sana.

"Lagi di rumah, kamu lagi ngapain sih Li kok sepertinya sibuk sekali?"

"Iya ini aku lagi bungkus kado buat nanti malam mana susah banget lagi nih, Ruby tolongin aku ya bungkusin kado di rumahku itu sekarang enggak ada siapa-siapa para pelayan sedang libur semua sedangkan orang tuaku sedang pergi keluar negri makanya enggak ada yang bantu aku" terdengar suara Luli yang sangat frustasi itu.

"kesini aja nanti aku bantuin, kamu udah siap apa belum?"

"Belum Ruby, gimana dong?"

"Ya udah gini aja kamu bawa semua perlengkapan kamu nanti kamu siap-siap di sini aja dan nanti aku bantu kamu bungkus kado."

"Enggak enak lah aku nanti pasti ada suami kamu di rumah."

"Tenang aja enggak ada suami aku kok di rumah dia pergi keluar kota hari ini."

"Seriusan?" di jawab deheman oleh Ruby di seberang telepon.

"Ok aku langsung gas ke sana ya."

"Iya hati-hati di jalan enggak usah ngebut ya" di balas deheman oleh Luli dan telepon pun di matikan oleh Luli.

Ruby menaruh teleponnya ke kasur dan mulai makeup lalu menata rambut dengan gelungan modern yang terlihat sangat anggun. Selesai dengan urusan rambut tiba-tiba bell pintu berbunyi, Ruby bergegas mengganti bathrobe yang masih dia pakai dengan baju rumahannya.

Ruby pun jalan ke lantai satu dan membukakan pintu yang ternyata sudah ada Luli di depan pintu. "Kok kamu cepat banget sampai sini perasaan baru beberapa menit kita selesai ngobrol" Luli malah cengengesan.

"Kamu ngebut naik mobilnya?" Ruby menyipitkan matanya dan menatap Luli intens.

"Hehehe...iya" Luli tersenyum sambil memperlihatkan giginya.

"Kamu ini memang kebiasaan kalau di bilangin enggak pernah nurut, ayo sini masuk barang-barang kamu."

"Bantuin Ruby aku enggak bisa kalau bawa sendiri" Ruby menurut dan membantu membawakan barang-barang Luli.

"Kamu ini mau pindahan ke sini kok bawa barangnya banyak banget sih?" Ruby dan Luli mulai mengeluarkan barang bawaan Luli satu persatu.

"Ya gimana lagi kamu tahukan kalau aku itu harus sempurna dalam setiap acara yang jadinya aku bawa semua gaun-gaun aku yang masih baru untuk aku coba satu persatu si sini."

"Repot amat sih kamu itu, kenapa enggak dari rumah aja kamu coba bajunya?"

"Enggak sempat, kalau aku coba baju di rumah pasti nanti bakal lama banget. Oh iya kamu kok udah makeup aja sih kenapa enggak nungguin aku terus nanti kita makeup bareng aja sih?"

"Kalau aku makeup bareng sama kamu malah bakal lama jadinya aku makeup dulu, ayo kita bawa barang-barang kamu ke kamar aku."

"Enggak mau nanti ganggu privasi kamu sama suami kamu lagi."

"Enggak kok, lagian aku sama suamiku tidurnya beda kamar kok."

"Astaga kenapa bisa begitu sih? seharusnya kan kamu tidur satu kamar sama dia?"

"Mas Arzan enggak mau kita tidur satu kamar, eh tapi tentang ini jangan kamu ceritain sama siap-siap ya apalagi ke orang tua aku nanti mereka bisa marah"

"Iya tenang aja aku enggak bakalan ember kalau masalah begituan" mereka pun mulai membawa barang-barang Luli menuju kamar Ruby yang berada di lantai dua.

"Udah selesai semua nih mending kamu mandi sana nanti kita telat lagi sampai di sana, kamu kan kalau dandan lama banget" cibir Regita dan di balas lirikan mau oleh Luli.

"Idih ngapain lirik-lirik udah sana mandi" Ruby mendorong pelan badan Luli ke arah kamar mandi.

"Luli mana kado yang akan aku bungkus?!" tanya Ruby dengan sedikit teriak.

"Itu di kantung warna hitam!" ucap Luli juga dengan berteriak.

Ruby pun mencari kantung warna hitam di antara banyak kantung, saat sudah ketemu di bukanya kantung itu ternyata isinya tas dari merek ternama yang berharga miliaran rupiah dan hanya bisa di dapatkan apabila kita menjadi langganannya dan menghabiskan puluhan miliar di tokonya.

"Wah hadiah dari Luli memang tidak pernah main-main selalu dengan harga yang fantastis" Ruby tidak heran sih dengan apa yang akan di kado oleh Luli karena Luli berasal dari keluarga kaya raya, Ruby pun mulai membungkus kado yang Luli bawa dengan seepik mungkin.

Luli keluar dari dalam menggunakan bathrobe Ruby. "Ruby aku pinjam bathrobe kamu ya."

"Ngapain izin lagian udah kamu pakai juga kok" cibir Ruby hanya di balas kekehan oleh Luli.

"Wih udah kamu bungkus kado ku?" Luli melihat hasil bungkusan kado Ruby sambil memutar-mutarnya.

"Iya gimana bagus enggak hasil bungkusan aku?"

"Seperti biasa apa yang kamu kerjakan selalu bagus, terima kasih ya Ruby."

"Iya sama-sama, sana kamu dandan dulu aku mau ganti baju dulu."

"Memang ini jam berapa sih Ruby kok buru-buru amat?"

"Ini sudah jam lima lebih lima belas menit, kita kalau enggak cepat-cepat pasti telat."

"Waduh Iya lagi" Luli langsung kalang kabut, dia mengambil koper kecil yang di dalam terdapat alat makeup set terlengkap yang bisa di taksir harga mencapai ratusan juta.

"Ruby tolong makeup in aku sih, aku kalau buru-buru enggak bisa makeup dengan benar" Luli mulai merengek dan Ruby pun siap membantunya padahal dia saja belum sempat berganti pakaian.

BAB 3

Setelah bergelut dengan kuas makeup dan beauty blender akhirnya Ruby selesai mendandani Luli dengan cantik. "Nah sudah selesai coba buka mata kamu."

"Wah perfect sekali Ruby, kenapa kamu tidak membuka salon saja kalau kamu bisa mendandani aku secantik ini?"

"Kamu terlalu berlebihan Luli aku tidak sejago itu untuk membuat salon sendiri lagian kalau membuat usaha itu harus memiliki banyak modal sedangkan aku tidak punya uang sama sekali."

"Untuk masalah modal mah gampang aku bisa membantu kamu untuk lagian orang tua kamu aja enggak kalah kayanya dengan keluargaku kenapa kamu enggak minta bantuan orang tuamu saja?"

"Aku tidak enak Li, aku sudah menikah tidak seharusnya aku kembali merepotkan kedua orang tuaku kembali."

"Gini aja kalau kamu kepikiran akan membuat suatu usaha mending kamu langsung ngomong sama aku, aku siap kok untuk ngasih kamu modal."

"Makasih ya Li kamu sering banget bantu aku" Ruby tersenyum tulus kepada Luli.

"Iya memang tugas sahabat saling membantu satu sama lain, kamu tahu tidak jasa kamu untuk hidupku itu tidak main-main. kamu ingat kan dulu pas waktu SMA aku seperti apa?"

"Iya udah jangan di ingat-ingat lagi nanti malah membuat kamu sakit kembali, mending sekarang kita segera ganti baju deh karena waktu berjalan terus kalau tidak cepat-cepat kita bisa beneran telat" ucap Ruby mencoba mengalihkan pembicaraan saat melihat mata Luli mulai berkaca-kaca dan raut wajahnya mulai ketakutan.

"Haduh jadi lupa kan aku, ayo Ruby kita ganti baju tapi pilihkan baju aku dulu. Aku bingung pakai baju yang mana" Luli sadar dan menghapus air mata yang mulai tumpah.

Ruby pun segera memilihkan baju untuk Luli, pilihan Ruby jatuh pada gaun berwarna olive yang panjang sampai mata kaki yang ada belahan pada bagian bawah sampai di atas lutut, berlengan panjang dan berbelahan dada cukup rendah.

"Kamu memilihkan aku baju ini?" tanya Luli memastikan.

"Iya gimana kamu suka atau tidak?"

"Gaun pilihan kamu itu terlalu tertutup Ruby, coba pilihkan yang lebih seksi untukku."

"Ini sudah cukup seksi Luli masa mau mencari yang lebih seksi lagi, acara ulang tahun Brigitta itu di lakukan di rumahnya bukan di club, di sana pasti akan ada orang tuanya makanya aku pilihkan gaun yang itu dari sekian banyak gaun kamu yang sangat seksi itu" mendengar ocehan Ruby akhirnya Luli menurut walupun dengan gerutuan.

Saat Luli berganti pakaian Ruby pun juga berganti pakaian, Ruby malam ini menggunakan gaun berwarna hitam yang memiliki panjang di bawah lutut sedikit mengembang dan berlengan panjang yang sangat pas pada badan Ruby.

Setelah selesai akhirnya mereka berdua berangkat menggunakan mobil Luli, sesampainya di sana keadaan sudah mulai cukup ramai dengan orang-orang yang bercengkrama dan mencoba menjilat satu sama lain dengan ucapannya.

"Ternyata tamunya bukan hanya anak muda saja kenapa para orang tua juga ikut berpesta di sini?" tanya Luli dengan raut wajah sebal.

"Biarkan saja mungkin para orang tua itu relasi dari kelurga Brigitta."

"Tapi kalau banyak orang tua begini pasti banyak yang mencoba menjilat satu sama lain dan aku tidak suka."

"Sudah biarkan saja jangan terlalu di hiraukan kita nikmati saja pestanya dan jangan pedulikan mereka, bisakan?" Luli menjawab dengan anggukan dan bibir yang mencebik kesal.

Mereka menghampiri Brigitta dan bercepika-cepiki lalu memberikan hadiah yang mereka bawa masing-masing. "Selamat ulang tahun ya Brigitta semoga sehat selalu dan senantiasa bahagia" ucap Ruby.

 "Ya ampun kalian repot-repot banget sih bawaan aku hadiah padahal kehadiran kalian di sini itu sudah cukup, pasti aku akan selalu bahagia" ucap Brigitta dengan menampilkan senyum menawannya.

"Selamat ulang tahun ya Brigitta semoga enggak julid lagi ya jadi orang" sindir Luli dengan menampilkan senyumnya.

Mendengar perkataan Luli, Brigitta yang semula tersenyum ceria langsung berubah menjadi sinis kepada Luli. "Apa maksud kamu! huh...omong-omong makasih ya hadiahnya sekali lagi, kamu enggak ngasih hadiah murahan kan?" Brigitta mencoba menahan emosinya sendiri agar tidak terpancing dengan perkataan Luli.

"Kan memang seharusnya datang ke ulang tahun itu membawa hadiah ya nanti di saat kita tidak membawa hadiah pasti akan di cibir oleh orang-orang, tenang aja hadiah yang aku bawa itu enggak murahan seperti harga dirimu" ucap Luli menusuk.

"Siapa memang yang berani mencibir kalian apalagi kamu Luli, kamu kan terkenal dengan julukan macam liar yang selalu mencari masalah dan tolong jaga omongan kamu ya Luli, aku bisa saja mempermalukan kamu saat ini juga di sini" bisik Brigitta pada akhirnya kalimat tepat di telinga Luli.

"Pemilik acara atau tamu undangan pun bisa jadi, bahkan itu pernah terjadi bukan begitu Brigitta?" ucap Luli menatap mata Brigitta.

Brigitta yang di tatap seperti itu oleh Luli pun mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Oh iya kalian sudah mencoba hidangannya belum? makanan yang aku pesan untuk pesta hari ini sekelas bintang lima pasti kalian belum mencobanya" ucap Brigitta mengalihkan pembicaraan dan menekankan kata belum, seolah-olah Ruby dan Luli belum pernah mencoba makanan bintang lima.

Saat Luli akan membalas perkataan Brigitta, Ruby lebih dulu menghentikannya dengan meremat tangan Luli agar berhenti membalas perkataan Brigitta. "Oh iya? baiklah kita kan mencoba makanannya dulu ya" Ruby menarik tangan Luli untuk segera mengikutinya pergi dari hadapan Brigitta.

Setelah menjauh dari Brigitta, Luli menghempaskan tangan Ruby dengan sedikit kasar. "Kamu kenapa sih cegah aku untuk ngelawan dia!"

"Aku nyegah kamu agar kamu tidak membuat keributan di pesta orang, aku enggak mau citra kamu buruk di hadapan banyak orang. Jadi tolong tahan emosi kamu ya" Ruby memohon sambil menampilkan puppy eyes yang mana paling ampuh menaklukkan amarah Luli.

"Baik aku akan mencoba menahan emosiku tapi aku tidak bisa berjanji ya" Ruby menghela nafas pasrah.

"Ayo kita coba makanannya siapa tahu bisa membuat emosi kamu turun dengan cepat" Ruby kembali menggeret Luli ke stand makanan. Ruby yang melihat banyak makanan berbinar bahagia dan sangat antusias sedangkan Luli tidak menampilkan raut berselera sama sekali.

"Sepertinya aku tidak selera dengan makanan yang di sediakan di sini."

"Kenapa? kamu tidak suka atau sedang diet saat ini?" Ruby bertanya dengan bingung karena tidak biasanya Luli tidak berselera dengan makanan. Biasanya Luli itu selalu antusias dengan semua makanan apalagi yang enak-enak begini.

"Aku enggak selera karena makanan itu dari Brigitta" ucap Luli malas.

"Astaga kamu jangan seperti itu dong, ayo sini kita icip-icip makanan di sini aku tahu kok kamu sebenarnya lapar" akhirnya dengan segala bujuk rayu Ruby Luli mau mencicipi makanan dengannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!