NovelToon NovelToon

Ai To Fukushū (Love And Revenge)

AITOFU — BAB 76

TAK INGIN BERTENGKAR

Kelopak mata Koji terpejam rapat hingga suara ketukan di pintu membuatnya tersentak dan menoleh. Seketika kontak mata kedua insan itu saling bertemu dengan ekspresi berbeda.

“Wanita itu... Dia menunggumu.” Ucap Akira yang masih berdiri diambang pintu.

Meski tahu kebenarannya, Akira memilih diam seolah-olah dia tidak mengenal wajah dari seorang Lucy, kenapa? Apa alasannya untuk diam?

Sedangkan Koji yang mulai bisa mengendalikan dirinya saat melihat kehadiran istrinya di sana. Pria itu berjalan menghampiri Akira yang masih terpaku di sana.

“Soal surat tadi. Kita akan bicarakan nanti, aku mohon tetaplah di sini.” Pinta pria pirang itu menatap lekat seraya menyentuh pipi Akira dengan lembut dan kehangatan.

Melihat betapa tertekannya Koji, Akira tahu pria itu sedang menahan perasaannya sendiri dan menjaganya. Saat Koji menepuk pelan pipi Akira lalu berjalan melewatinya.

“Apa kau mengenal wanita itu?” pertanyaan Akira membuat langkahnya berhenti.

Tanpa berbalik, Koji menjawab singkat. “No.” Lalu berjalan lagi dengan tatapan tegasnya.

Akira terdiam sesaat setelah mendapat jawaban tersebut. Memang benar, Koji tidak mengenalnya, tapi setidaknya dia mengenal wajah tersebut. Seketika senyuman kecil mengembang di bibir kecil Akira.

Sambil menatap ke arah punggung Koji yang perlahan menghilang. “Aku tahu Koji!” gumamnya pelan.

.

.

.

Lucy duduk diam, menunggu hingga sang pemilik Mansion tiba kembali. Ya! Koji yang terpaksa harus menemuinya sebagai pemilik perusahaan Ji'Ez harus menyelesaikan kerjasama nya dengan ayah Lucy.

Sebisa mungkin pria itu bersikap sewajarnya saat melihat wajah Lucy yang sama seperti Mirei, kekasihnya dulu.

“Tuan Koji Rodriguez?!" tanya wanita itu saat melihat kehadiran pria tampan dengan Surai pirang dan safir biru yang sangat memikat.

Koji tak menerima jabatan tangan Lucy dan langsung duduk di sofa singel, sementara wanita ramah itu sama sekali tidak tersinggung dan hanya memakluminya saja dan kembali duduk.

“Jadi, kau putri Tuan Conor Harding?” tanya Koji seraya sibuk membolak-balikkan sejauh berkas kerjasamanya.

“Benar. Namaku Lucy Harding! Ayahku tidak bisa datang karena dia harus mengurus perusahaan di sana, dan soal kerjasama Anda dan ayahku, beliau sudah menjelaskannya bukan!” jelas wanita cantik itu yang masih fokus menatap wajah tampan Koji dengan tatapan tegasnya yang benar-benar pertama kalinya ia melihat pria sedingin itu.

Di sisi lain, Akira yang berdiri di ruangan lain, hanya mengamatinya dari jauh, melihat bagaimana Koji bersikap dingin kepada Lucy.

“Jadi kau hanya perlu menandatangani nya saja.” Pria itu memberikan beberapa secarik kertas ke Lucy. Dengan senang hati wanita itu melakukannya.

Namun Lucy sedikit penasaran saat melihat sebuah cincin melingkar di jari manis Koji. -‘Dia sudah menikah? Apa wanita tadi istrinya?’ Tanya Lucy dalam hatinya. Dia tak bermaksud yang aneh-aneh, hanya sebatas penasaran karena pria seperti Koji Rodriguez apakah ada yang berani mendekatinya?

“Kau bisa pergi, sisanya akan aku urus.” Ujar Koji yang merapikan kembali kertas-kertas penting itu.

“Tuan Koji... ”

Sekilas pria itu menatapnya.

“Begini, ayahku sudah mengatakannya kepada asisten Anda sebelumnya, bahwa aku harus menginap beberapa hari sampai penggalian tambang selesai. Seharusnya ayahku yang menginap tapi.... Aku sudah menjelaskannya bahwa dia tidak bisa hadir.” Ujar Lucy sangat lembut dan ramah, berbeda jauh dari wanita-wanita nakal.

Sikapnya hampir sama seperti Mirei.

Namun, Koji yang mendengar itu langsung memasang wajah garang. “Sebentar.” Ucapnya beranjak dari duduknya dan segera menghubungi Tomi selaku asistennya.

Tanpa membutuhkan banyak waktu, pria bernama Tomi itu langsung mengangkat panggilan dari Koji.

[“Kenapa kau tidak mengatakannya dulu padaku jika dia dia akan menginap di sini sampai penggalian tambang selesai?”] Tegas Koji yang berkerut alis.

[“Maaf Tuan Koji, bukankah aku sudah mengatakannya kepada Anda bahwa klien yang akan datang juga akan menginap. Aku sudah mengatakannya sebelumnya. ”]

[“Ya, tapi aku masih belum memberikan jawabannya.”]

[“Aku minta maaf Tuan Koji, tapi aku juga tidak bisa menolaknya karena mereka adalah klien Anda. ”]

Penjelasan Tomi malah membuat Koji geram hingga menutup panggilan tersebut secara tiba-tiba. Sambil menutup matanya, ia meremas ponselnya sendiri lalu menoleh ke kanan dan melihat keberadaan Akira di sana.

Kekesalan serta emosi seketika meredam saat melihat wanita cantik berponi yang saat ini masih berdiri menatap ke arahnya.

-‘Bagaimana aku bisa mengatakannya kepadanya? ’ Batin Koji.

Tak ada ada kata-kata lain ataupun senyuman. Pria itu pergi dan kembali menemui Lucy dengan keterpaksaan yang sangat-sangat membuatnya geram sendiri.

Bisnisnya membutuh kerjasama dengan Harding karena itu sangat mencangkup keluasan nya di Barat nantinya.

Sambil berdiri, Koji memberikan tatapan tajamnya ke Lucy yang kini juga berdiri.

“Menginap lah sesuai perjanjian. Senang bekerjasama dengan Harding.” Setelah mengatakannya, pria itu langsung pergi begitu saja meninggalkan Lucy yang tak tahu harus pergi ke mana.

Bahkan para pelayan di sana tak ada yang berani mendekatinya karena bosnya masih belum memberikan perintah.

Namun dengan senang hati, Akira menghampirinya dengan senyuman tipis. Melihat Lucy rasanya seperti bertemu dengan Mirei. “Kau akan menginap di sini?” tanya Akira.

“Iya. Tapi sepertinya aku merusak suasana hatinya.” Ujar Lucy seraya cemberut.

“Dia memang seperti itu! Aku akan mengantarmu!” ajak Akira yang masih sangat ramah.

Lucy diam-diam mencuri pandang ke arah jari manis Akira yang tidak terdapat cincin di sana. Lalu siapa istri Koji? Mungkin seperti itulah yang saat ini Lucy pikirkan.

Sambil berjalan menuju kamar yang Akira maksud, kedua wanita tadi saling berbincang mengenai mansion indah Koji. Tak sesekali Lucy juga bertanya soal kepribadian pria itu.

“Lalu kau di sini bekerja sebagai apa?” tanay Lucy yang membuat Akira tersenyum tipis.

“Aku bodyguard pribadinya!” jawab Akira santai.

“Apa kalian memiliki hubungan spesial? Maaf, maksudku— ”

“Dia istriku.” Jawab Koji yang tiba-tiba saja muncul dari belakang sehingga Lucy dan Akira menoleh bersamaan.

Pria itu berdiri di samping Akira, menatap lekat ke mata hijau Lucy yang sama persis dengan milik Mirei. “Kami sudah menikah.” Lanjut Koji tanpa malu ataupun keberatan bila ada yang tahu mengenai pernikahan mereka yang diam-diam.

Tak bisa berkata-kata, selain diam. Akira menahan emosinya hingga Lucy yang tertegun pun tak bisa membalas apapun. Dia merasa tak enak hati setelah mengatakan hal pribadi seperti itu kepada Akira.

“Pelayan akan mengantarmu ke kamar tamu.” Ujar Koji yang langsung meraih tangan Akira dan membawanya pergi.

Lucy hanya memandanginya dalam diam. Sungguh, dia sangat suka dengan kepribadian pria seperti Koji, tapi bukan berarti dia ingin menjadi pelakor.

“Apa yang kau lakukan? Sikapmu sangat aneh.” Ucap Akira sehingga langkah mereka terhenti.

Koji berbalik menatapnya, “Aku hanya ingin membenarkannya, tidak ada yang aneh.”

“Apa kau mengenalnya? Atau kau mengenal wajahnya?” desak Akira yang sengaja memancing emosi Koji agar pria itu mengatakannya soal Mirei.

Bukannya menjawab, Koji yang tak ingin membahas masa lalu apalagi wajah Lucy yang sangat mirip dengan Mirei membuatnya kesal sendiri.

Dengan lembut, ia meraih kedua pipi istrinya dan mendekatinya hingga memojokkan nya ke dinding kaca.

“Aku tidak ingin bertengkar denganmu, maafkan aku.” Ucapnya untuk pertama kalinya dia meminta maaf. Tentu hati wanita manapun akan luluh akan ucapan maaf yang lembut dari pria yang mereka cintai bukan.

AITOFU — BAB 01

AWAL PERTEMUAN

Hentakan larian dari tiga pasang kaki meninggalkan jejak setapak akibat mereka yang keluar lewat saluran pipa air bawah tanah. Bersamaan dengan suara sirene polisi yang membuat keadaan semakin mendebarkan dari arah Barat kota Osaka.

Tunggu! Siapa mereka?

(“Breaking news! Tiga Illegal spying kembali beraksi dan kini mereka telah berhasil mengambil sebuah kalung berharga dan kalung terkenal di seluruh dunia— Heart of the Ocean dengan harga $20jt US Dollar. Tanpa jejak dan tanpa bukti, tidak diketahui identitas dari ketiga mata-mata tersebut namun pihak polisi saat ini sedang mencari keberadaan mereka. Apakah—”)

Belum berakhir berita tadi menyampaikan pemberitahuan nya, sebuah tab sudah di lempar begitu saja, tepat di sebelahnya.

“Cih, sungguh pria bodoh.” Ujar seorang pria tampan, berkulit Tan dengan mata biru laut khas orang eropa serta rambut pirang yang menambah kesan wow pada karismanya. Seorang pria yang saat ini duduk di kursi belakang mobil sambil menyeringai kecil setelah membaca berita yang membuatnya ingin mengumpat.

“Siapa?” tanya seorang pria dengan rambut pendek terkuncir ala genji yang duduk di kursi depan samping pengemudi. Pria yang selalu setia menemani bosnya kemanapun dia pergi.

“Siapa lagi kalau bukan pria bodoh pindahan dari Amerika itu. Aku sudah pernah menawarkan harga tiga kali lipat untuk berlian itu, tapi dia menolaknya. Kini para mata-mata itu mengambilnya cuma-cuma.” Jelas pria tampan bernama Koji Rodriguez (30th) itu mendengus penuh ejekan.

Siapa yang tidak kesal bila tahu berlian mahal dan mendapat julukan sebagai jantung lautan itu telah dicuri secara terus terang. Jika kalian pernah melihat Titanic, maka jawabannya— itulah berlian milik Rose.

Pria yang masih menyanggah kepalanya sambil menutup kedua matanya itu malah terkekeh kecil mendengar bos sekaligus temannya sedang mencaci maki kebodohan seseorang. “Tapi para mata-mata itu memanglah cukup cekatan dan lincah, dan akhir-akhir ini mereka menjadi topik utama.” Ujar pria bernama Tomi Nara (30th).

Bukannya berdecak kagum, Koji malah menyorot tajam sambil membuka jendela mobil beserta kemeja hitamnya yang ia lempar keluar tanpa memperdulikan harga selangit. “Dua diantara nya adalah wanita, tinggal kau kecup mereka akan hilang fokus!” balas Koji berhasil membuat Tomi terkekeh kecil.

Ucapan bosnya itu memang benar, meski Koji terkenal akan tegas, dingin dan cueknya terhadap karyawan, tapi pria itu nampak berbeda bila bersama teman dekatnya meskipun tak sepenuhnya berbeda. Tapi setidaknya tidak sejahat yang para karyawan itu katakan tentang bosnya.

Pria dengan suara serak nan berat itu baru saja bersandar sambil memejamkan matanya. Sungguh, karismanya benar-benar memikat para kaum hawa. Seorang pria blesteran Jerman—Jepang, sangat berpadu menjadi tampan berupa Koji Rodriguez.

“Bagaimana dengan hasil meeting tadi?” tanya Koji yang kini beralih pembicaraan.

“Seperti biasa. Mereka hampir saja menggunakan tipu muslihat!” jelas Tomi.

Namun saat tidak ada perbincangan lagi, tiba-tiba mobil berhenti mendadak hingga hampir saja Koji dan Tomi terjungkal ke depan. “Apa yang terjadi hah?” sentak Koji kepada sang sopir yang langsung ketakutan dan ciut karena sudah berani mengejutkan bosnya.

“Astaga!" Tomi terkejut karena dia melihat seseorang baru saja tertabrak cukup keras.

“Maaf Tuan Koji. Tapi— ” belum sempat menjelaskannya. Sepasang mata mereka tertuju ke seorang berpakaian serba hitam, pakaian khusus ala mata-mata dengan topi hitam dan masker hitam sehingga hanya terlihat sepasang mata cantik yang saat ini menatap lekat ke dalam mobil.

Kontak mata antara Koji dan orang asing tadi cukup dalam. Pria itu tahu bahwa orang tersebut adalah seorang wanita.

“GO!” teriak seseorang dari kejauhan sehingga wanita tadi berlari menjauh secepat mungkin tanpa memperdulikan tubuhnya yang sedikit sakit akibat tabrakan tadi.

“Siapa mereka ?” tanya Tomi yang masih penasaran.

Bukannya menjawab, Koji malah menyeringai kecil saat pertama kali melihat salah seorang mata-mata ilegal dengan sorot mata tajam nan indah bersinar bak rembulan. “Spy!" gumam Koji.

...***...

“Hampir saja kita tertangkap!” ucap lega seorang pria tinggi berkulit putih yang baru saja melepas topinya.

“Akira! Apa kau baik-baik saja? Kau tadi tertabrak cukup keras.” Kata seorang wanita cantik dengan rambut khasnya terkuncir kuda nan panjang bernama Ino Tanaka yang kini mendekati teman perempuannya yang baru saja membuka seluruh pakaian khususnya.

“Hm. Tidak ada yang luka tenang saja!” jawab wanita bernama Akira Nakano (29th) itu tersenyum tipis. Ino ikut lega mendengarnya.

“Sekarang kita apakan berlian indah ini?” tanya Ryuu selaku seorang pria satu-satunya yang juga termasuk anggota mata-mata ilegal itu.

“Hubungi tuan Roberto, katakan bahwa kita sudah mendapatkannya.” Jelas Akira yang kini sudah bersiap mengemasi barang-barangnya sebelum pulang.

“Jangan lupakan bayarannya? Ada uang ada barang!” sambung Ino tersenyum ke arah Ryuu, sekedar mengingatkan saja. Mereka menjadi mata-mata ilegal hanya demi mendapatkan uang lebih walaupun harus berurusan dengan bahaya dan hukum.

“Aku harus pulang! Izumi sudah menungguku.” pamit wanita cantik bernama Akira yang memiliki rambut hitam pekat panjang dan berponi ala gadis cute Jepang.

.

.

.

Beberapa jam kemudian, menempuh dari Osaka ke Tokyo dengan kereta. Akira sampai dengan selamat, di rumah sederhana tinggal bersama sang adik tercinta. Keluarga satu-satunya yang harus dia lindungi dan jaga dengan baik setelah kedua orang tuanya meninggal.

Wanita cantik berkulit putih bak susu itu tengah sibuk membalut perutnya yang rata dengan sebuah perban. Ya! Akibat tabrakan kerasa dari mobil Koji, pinggang Akira sedikit lebam.

Saat selesai mengobatinya, dia melihat ke arah pintu kamarnya, terlihat seorang gadis cantik dengan rambut belah tengah, berdiri mengamati sang kakak yang baru saja mengobati luka nya.

“Kakak terluka lagi?” kesal Izumi Nakano (20th).

Akira segara menurunkan kaos putihnya sembari beranjak dari duduknya dan melangkah ke arah adiknya sambil tersenyum tipis.

“Tidak cukup parah.”Balas Akira tersenyum tipis.

Dengan penuh khawatir dan rasa kesalnya, Izumi melangkah pergi menuju ruang makan sehingga Akira mengikutinya juga. Jika kalian bertanya siapa yang menyiapkan seluruh makanan lezat di atas meja saat ini? Dialah Akira. Seorang kakak sekaligus menjadi orang tua bagi Izumi.

Kedua wanita tadi selain duduk berhadapan sambil menikmati hidangan lezat di depannya. Namun Izumi malah diam sambil memainkan makanannya dengan sumpit.

“Kenapa kau tidak memakannya—”

“Apa Kakak tidak bisa berhenti menjadi seorang mata-mata? Bekerja normal saja Kakak, setidaknya itu tidak membahayakan nyawamu.” Ujar Izumi yang akhirnya berani mengatakan semua itu.

Tentu saja gadis itu khawatir, setiap kali pulang Akira selalu terlihat lelah dan dipenuhi lebam walaupun tidak setiap harinya.

Akira meletakkan sumpitnya, melipat kedua tangannya di atas meja dan menatap lekat adiknya yang terlihat marah.

“Jika saja aku tidak bekerja sebagai mata-mata, kita tidak akan bisa makan enak setiap harinya dan kau juga tidak akan bisa kuliah di perguruan tinggi. Jadi berhenti mengeluh dan makanlah!” jelas Akira tanpa banyak bicara. Sekali bicara maka itu adalah skakmat.

Izumi terdiam sambil menunduk sampai Akira tersenyum tipis meraih tangan adiknya.

“Setelah kuliah jadilah seorang dokter yang kau inginkan dan rawatlah kakakmu ini. Setelah kau menjadi dokter maka aku akan berhenti” Ujar Akira membuat Izumi terkejut hingga menatapnya penuh tanya.

“Kenapa seperti itu?”

“Karena itu akan menjadi giliranmu mencari nafkah!!” canda Akira yang berhasil membuat adiknya tertawa kecil hingga melupakan permasalahan tadi.

...°°°...

Hai guyss!!!!! Saya kembali lagi dengan cerita yang lebih menarikkkkk!!! Maaf ya jika awal bab mungkin rada membosankan bagi kalian, tapi ini adalah awal penting dari cerita AITOFU, percayalah!

Dan...... Dicerita ini saya pastikan anda akan lebih dag-dig-dug, terkejotttttt dan syokkk 😎

Ikuti kisah mereka dan mari kita tebak bersama-sama guysssss......

Jangan lupa tinggalkan jejak semangatnya!!!!

LIKE ☑️

COMENT ☑️

VOTE ☑️

RATE 🌟 5 ☑️

FAVORIT ☑️

Thanks and See Ya ^•^

AITOFU — BAB 02

RENCANA

Sepasang kaki berjalan menelusuri koridor kantor seusai ia turun dari mobil mewahnya. Dengan ditemani tangan kanannya, pria berambut pirang itu berjalan dengan tatapan tegas, tubuh yang selalu tegap dan langkah panjang.

“Selamat pagi Tuan Koji!”

“Selamat pagi Tuan Koji!”

“Semoga harimu menyenangkan Tuan Koji!”

Sapa para karyawan setiap kali mereka melihat keberadaan bos pemilik perusahaan Ji'Ez Goldmine melangkah di depan mereka, namun Koji tak membalas sapaan tersebut dan hanya melangkah dengan anggukan kecil saja. Tak salah jika para karyawan menganggapnya bos Kitsune yang artinya adalah Rubah dalam bahasa Jepang.

Ya! Seorang pria yang licik dan ambisius dengan usaha yang selalu dia capai.

“Jadwal hari ini.” Tanya Koji kepada Tomi yang masih setia berjalan di belakangnya sebagai tangan kanan, asisten sekaligus sekretaris.

Tanpa melihat tab, pria pencinta cerutu itu sudah menghafalkan semuanya. “Meeting 15 menit, lalu pertemuan penting karena anak buah kita berhasil mendapatkan bongkahan batu dari emas asli. Banyak yang bilang batu itu asli dari jaman kuno.”

Koji menyeringai kecil. Keberuntungan selalu berpihak kepadanya. “Suruh mereka segera membawa emas itu ke secret gold ku seperti biasa!” pinta Koji yang langsung dituruti oleh Tomi sehingga pria itu langsung berbelok arah meninggalkan Koji bersama dua penjaga yang masih mengikutinya.

Sementara di sebuah rumah sederhana, dua adik kakak sedang beradu keputusan. Bagaimana tidak bingung, Izumi meminta izin pergi ke club' dengan alasan teman masa kecilnya baru datang berlibur dari Amerika.

“Ayolah Kakak! Aku tidak pernah meminta apapun dan selalu menurutimu kan, biarkan aku pergi hari ini, untuk pertama kalinya dan terakhir kalinya.” Gerutu Izumi yang terus mengikuti langkah kaki Akira

Wanita dengan poni itu masih berjalan membereskan meja makan. “Itu tempat yang liar Izumi, kau terlalu muda untuk pergi ke sana.” Jelas Akira tak setuju. Bahkan dia sendiri yang sudah berusia dewasa pun tak pernah sekalipun menginjakkan kakinya ke club' apalagi adik yang dia sayangi dan jaga.

Tak mendengar pergerakan Izumi, Akira menoleh ke sang adik yang kini menatapnya sendu.

Hati seorang kakak mana yang tak merasa kasihan jika melihat wajah memelas dari adiknya. Akira mencoba menenangkan dirinya, menarik napas dalam-dalam lalu menatap Izumi. “Ada berapa orang yang akan ikut?” tanya Akira.

“Empat orang termasuk aku.”

Oh, sungguh! Empat orang? Akira rasanya sangat berat hati mendengar itu. “Apa ada seorang pria yang akan ikut nanti?”

Izumi menggeleng. Layaknya pencuri yang sedang di interogasi, begitulah yang Akira lakukan saat ini.

Wanita cantik bertubuh mungil berisi itu berbalik badan mengambil piring kotor di atas meja. “Pulanglah pukul 9 malam, jika lewat aku akan menghukum mu sendiri.” ucap Akira memberikan izin walaupun berat hati.

Dari belakang Izumi langsung merangkulnya hingga mencium pipi kakaknya. “Arigatou!” bisik Izumi terlihat senang. Akira hanya membalas dengan senyuman lebar.

Selang beberapa jam berlalu, setelah kepergian Izumi, Akira menjumpai dua kawan mata-mata nya dan membicarakan soal misi selanjutnya yang akan mereka peroleh dari seorang konglomerat asal Jerman. Ya! Meski mereka mata-mata ilegal, jasanya selalu dibutuhkan bagi mereka orang-orang kaya yang ingin meruntuhkan musuh mereka.

.

.

.

“Maaf Tuan! Kita apakan bongkahan emas ini?” tanya seorang di bagian pengerajin emas yang saat ini berada di perusahaan Koji tepatnya di lantai 40. Tempat dimana emas-emas penemuan Koji dikumpulkan di sana.

Dengan dinding kaca canggih, pria pirang itu mengamati batu berukuran besar berkilat di depannya.

“Ubah dia dengan bentuk rubah ekor sembilan.” Tatapan Koji nampak serius, tentu saja serius. Tak cuman berbentuk rubah, pria itu juga memiliki rencana bagus untuk memasukkan benda terpentingnya di dalam rubah emas itu nanti.

“Anda yakin akan menyimpannya sendiri? Bagaimana jika para spy itu datang?” tanya Tomi membuat Koji berdiri tegap dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana.

“Mereka tidak akan bisa mengambilnya.” Balas Koji dengan santai dan percaya akan kekuasaannya yang lebih besar dan lebih cekatan.

.

.

.

Sebuah hologram menunjukkan gambaran sebuah perusahaan yang tak asing di mata Akira, Ino dan Ryuu saat ini. Mereka memperhatikannya dengan seksama saat seorang wanita berambut pendek dengan warna silver dan stelan jas biru tua menerangkan semuanya.

“Kami ingin kalian mengambil bongkahan emas itu bagaimana pun caranya. Dan kami akan membayar 2 kali lipat jika berhasil.” Jelas wanita asal Jerman itu teruntuk bosnya yang duduk di kursi roda canggih.

Keduanya saling memandang dan teraneh licik menunggu jawaban dari para spy tadi.

“Tunggu, tapi ini perusahaan Ji'Ez Goldmine.” Tebak Ino saat memperhatikan hologram tersebut dengan teliti.

“Kau ingin kami mengambilnya di sana?!” tanya Ryuu tak percaya bahwa masih ada seseorang yang berani ingin mencuri milik pria angkuh dan kejam seperti Koji Rodriguez.

Akira hanya diam mengamatinya dengan seksama. Di saat dia temannya masih berdebat dengan orang Jerman tadi, wanita cantik berponi dengan masker untuk menutupi identitas mereka, tiba-tiba angkat bicara.

“Siapkan uangnya, kami akan mengambilnya hari ini juga.” Ucap Akira tanpa rasa takut.

Ino dan Ryuu terkejut mendengarnya, pasalnya siapapun yang sudah masuk ke perusahaan canggih milik Koji tidak akan bisa keluar apalagi bila seorang musuh.

Tak ada pilihan lain, ketiga orang tadi menerima tawaran itu dengan iming-iming bayaran 2 kali lipat.

...***...

Tepat di jam sore. Akira dan dua temannya mulai beraksi dengan penyamaran mereka sebagai seorang bersih-bersih yang selalu melakukannya setiap jam pulang.

Akira dan Ryuu berpenampilan layaknya seorang bersih-bersih dengan seragam khusus milik perusahaan Ji'Ez. Darimana mereka mendapatkannya? Tentu saja dari dua orang pekerja yang saat ini mereka buat pingsan.

[“Kita hanya punya waktu 7 jam selama sampai mereka bangun dari pingsannya dan... Pemeriksaan jam malam yang Koji buat.”] Jelas Ino dengan sangat teliti lewat Earpiece.

Ya! Wanita itu menjaga di bagian luar dengan alat-alat canggih, sedangkan Ryuu dan Akira yang akan mengambil bongkahan emas berukuran besar itu.

Penampilan yang cukup baik, tak ada seorang pun yang mengenali ataupun curiga kepada mereka karena semua karyawan sibuk akan jam pulang mereka sehingga keadaan menjadi ricuh di dalam perusahaan yang sangat besar dan mewah itu.

“Aku yakin mereka akan datang!” gumam Koji tersenyum miring sambil menyenderkan kepalanya di punggung kursi mobil. Sementara Tomi bagian menyetir.

“Bagaimana jika mereka berhasil?” tanya Tomi cukup khawatir akan barang-barang yang akan hancur nantinya.

“Jika ingin menangkap mangsa, sebaiknya kita membuat perangkap nya.” Ujar Koji masih terlihat tenang.

Sekilas bayangan akan mata dari spy ilegal itu membuat Koji terus membayangkannya bahkan penasaran akan wajahnya. Wajah Akira Nakano!

Mobil melaju dengan kecepatan normal, malam ini Koji akan menemui seseorang kliennya di salah satu club' ternama yang akhir-akhir ini banyak dikunjungi. Meksi dia seorang pengusaha, di balik semua itu Koji juga terkenal akan usaha gelapnya yang selalu membuatnya berurusan dengan para mafia dan gangster bahkan sekelompok Yakuza sekaligus.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!