Cantik, modis berbalut hijab sempurna yang menutupi dengan apik, tapi sayang bibirnya sedang manyun, kesal dengan pagi yang membuatnya sedikit drama karena harus pagi-pagi buta berada disebuah bengkel mobil.
"Masih lama pak?"
"Maaf Nona, tinggal dikit lagi, habisnya banyak yang harus di servis ini, lain kali yang rutin non, biar gak sampai macet begini"
Panjang kali lebar pak bengkel mengomeli, dalam hati semakin miris, bukannya gak ingin rutin servis mobilnya pak, tapi uangnya yang nggak ada, duh membuat hati seorang wanita bernama Queensa Maika Wirakusuma makin nyut-nyutan mengingatnya.
Disaat yang sama, terdengar suara pesan masuk di ponselnya, tangannya segera meraih dan melihat, ada hati yang rasanya ingin menangis, namun tidak, Queen tak akan melakukannya.
Malu dong dengan janjinya sendiri, dimana dirinya tak akan meminta sepeserpun uang dari keluarganya asal di ijinkan untuk hidup mandiri di luaran sana.
'Aku baik Ma, jangan khawatir' pesan yang di tulis dan dikirimkan segera.
Tak lama kemudian mobilnya sudah bisa berbunyi dengan normal, bagaimana pembayarannya?, tentu saja Bon dulu ke Pak Bos yang baiknya tiada tara, dan akan terpotong gaji bulan selanjutnya.
"Makasih pak,!" Seru Queen dengan senyuman cantik yang memporak porandakan semua pria yang ada di sana.
"Hati-hati Non, jangan ngebut!" Teriak pemilik bengkel yang sudah sangat hafal dengan sepak terjang pelanggan wanita yang satu ini.
Akhirnya, Queen merasa terbebas dan senang, karena jam kerja masih menunjukkan kurang 40 menit lagi, itu artinya dia tidak jadi terlambat ke kantornya.
Mobil berjalan normal, itung-itung menyenangkan orang yang sudah berpesan untuk hati-hati, itu artinya Queen sangat santai saat ini.
Sreg!
"Shiit!" Teriak Queen seketika.
Terkejut bukan main saat salah satu mobil yang berhenti di lampu merah menyenggol mobilnya.
"Apa-apaan ini, minggir!" Teriaknya segera membuka jendela mobil dan berteriak.
Sudah keuangan setipis tissue, ada saja orang yang main seruduk sembarangan, pasti lecet lah mobilnya.
Dan kini Queen sudah berhadapan dengan laki-laki yang keluar dari tempat kemudi.
"Saya tidak punya waktu ya, dan anda ini sudah menyerempet mobil saya, lihat!" Ucap Queen berbicara dengan cepat.
"Ma maaf Nona, saya tidak sengaja, nanti biar diganti rugi, saya minta nomer ponsel anda bisa?"seorang laki-laki meminta maaf dengan wajah cemas dan bolak balik melihat ke arah mobil yang dibawanya sendiri.
Queen mengerutkan kening, melihat mobil mewah yang sudah menyerempet nya, bahkan keluarga besarnya juga ada yang punya, bisa di bilang harga mobil itu selangit.
"Anda sopir?" Tanya Queen langsung to the poin.
"Benar Nona"
"Oh, di dalam ada_"
"Hei, cepatlah!, beri apa yang dia mau!" Sebuah teriakan membuat Queen tak melanjutkan ucapannya.
"Breng-sek, gak sopan sekali" Gumam Queen bersiap protes namun lagi-lagi gagal karena sang sopir segera berlari ketakutan setelah meninggalkan kartu nama.
Entah ini hari sial atau apa, baru saja Queen keluar dari satu masalah mobilnya yang macet, kini berganti mobilnya yang diseruduk, tapi tak apalah, melihat itikad baik yang sudah ada, membuatnya bisa bernafas lega.
Kembali memasuki jalanan, kurang 15 menit lagi, dan Queen harus mengisi perutnya lebih dulu sebelum bertarung dengan kesibukan hari ini yang tidak di bisa di prediksi.
"Seperti biasa ya mbak" ucap Queen memesan makanan di depan pelayan.
"Okey mbak siap, silahkan duduk dulu, di bungkus kan?"
"Hem" jawab Queen.
Baru saja Queen akan duduk, tiba-tiba saja datang seorang laki-laki yang baru saja ditemui.
"Nona?"
"Anda?"
Keduanya hampir bersamaan menyapa, dan kemudian salah satu pelayan menyela.
"Ini mbak" ucapnya memberikan satu kotak makanan.
"Okey"
Mengingat jam yang sudah mepet, Queen tak bisa melanjutkan percakapan kembali, lalu pamit pergi dan berjanji akan segera menghubungi.
Brug!
"My God!"
Seseorang menabrak Queen tanpa sengaja, langkah kakinya yang terlalu cepat mungkin tak melihat ada wanita yang tingginya hanya sedada bidangnya.
"Sorry!"
"Anda itu kalau jalan pakai mata!" Teriak Queen kesal, mengutuk orang yang sudah membuat jidatnya sakit juga saat menabrak dada bidang di depannya.
Queen mendongak, dan terkesiap melihat lawan jenis dengan wajah yang teramat sangat sempurna dimatanya.
"Ini artis atau apa ya?" Batin Queen meronta-ronta, namun segera tersadar saat satu jari menempel di keningnya.
"Anda sehat?" Tanya nya.
'Sehat?, pertanyaan apa itu, memangnya aku sudah gila?, oh mungkin juga sih setelah memandang anda' batin Queen dan langsung menyadari sesuatu.
"Anda yang sakit, main tabrak saja" Queen segera mensucikan pandangan dengan berlalu pergi, takut jika akan bertambah dosa lagi, sambil mengusap dadanya sendiri segera masuk dalam mobilnya.
Ponsel berbunyi, diangkat dengan segera saat tertera satu nama sakti yang selama ini selalu membantu nya.
"Iya Kak?"
"Jangan langsung ke kantor, ambil berkasnya dulu di Apartemen ku"
"Berarti aku telat nih,?"
"Ck, kedatangan mu tepat di apartemen aku hitung dalam jam kerja"
"Asiap!" Teriaknya khas dan langsung memutar arah tujuannya.
Hanya butuh waktu lima menit saja sih, tidak lama, dan Queen sudah menjejakkan kaki di Apartemen sang Bos yang sudah menunggunya.
"Masuk"
Queen segera masuk kedalam apartemen mewah dengan semua perlengkapan canggih di dalamnya, sangat pas dengan tampilan penghuninya yang selalu tampan dan sempurna, ehem, tak lain adalah Atasan Queen saat ini.
"Kita berangkat barengan?" Tanya Queen.
"Tentu saja tidak, aku ada urusan, nanti kau duluan ke kantor, aku akan menyusul, semoga saja urusanku cepat selesai, ada hal penting nanti yang ingin aku sampaikan ke kamu"
"Hal penting?" Queen menautkan alisnya, tanda bahwa dirinya sangat penasaran saat ini.
"Nanti saja, sekarang kembali ke kantor, aku akan menyusul"
"Okey"
Segera melesat pergi, memasuki kawasan padat jalanan dan mendekati tempat kerja yang sudah di huni hampir tiga tahunan ini.
Sesekali melirik kaca spion samping, mengawasi mobil atasan yang kini masih membuntuti.
Namun ada hal yang aneh mulai nampak disana.
"Bukannya itu mobil yang tadi?" Hampir saja Queen ter lonjak saat menyadari, ada yang salahkan dengan hari ini?, lagi-lagi mobil mewah itu terlihat disekitarnya, entah itu disengaja atau hanya kebetulan saja.
Ponsel yang tak tau diri, membuat Queen yang masih penasaran hampir di buat jantungan karena suara panggilan yang tiba-tiba.
"Iya kak?" Queen merasa aneh, rupanya sang Atasan juga memperhatikan mobilnya, tentu sajalah wong posisinya juga tepat di depannya.
"Langsung ke kantor!"
"Iya" sahut Queen cepat.
Rupanya sang Bos melihat gelagat aneh dari Queen yang justru menurunkan kecepatan mobilnya, dan tentu hal itu menganggu laju mobilnya juga.
Perintah yang di berikan harus segera dilakukan, kakinya menginjak gas dan menambah kecepatan dengan segera, tak peduli lagi dengan mobil mewah yang juga terlihat berbelok mengikuti mobil atasnya.
Hai Readers ketemu lagi di cerita terbaru ya, jangan lupa KOMENnya, LIKE VOTE HADIAH dan tonton IKLANNYA.
Suara sepatu menggema di koridor sebuah kantor, bisa dipastikan semua pegawai disana hafal akan ciri khas langkah kakinya yang dengan pasti menjejak di bumi.
"Awas, si preman metropolitan sudah datang, kesayangan sang tuan Harlan" Dinda, wanita cantik yang rupanya selalu suka menganggu, bukan karena apa, tapi sebuah usaha untuk mendekati bos Harlan tercinta.
"Ck, minggir, ngapain mepet-mepet!" Garangnya wanita yang sengaja di dekati.
"Ish, bagaimana kabar bos kita Queen cantik?" Dinda masih tak kenal jera, malah semakin genit menghadang Queen yang tengah bergegas.
"Heh, dia masih hidup, noh kalau mau lihat" Queen menunjuk dengan dagunya ke depan, sebuah ruangan dengan pintu yang baru saja terbuka.
"Nanti siang bisa nggak ngajak aku makan siang bareng?" Dinda makin berulah, bagai semboyan pemadam kebakaran, pantang pulang sebelum padam.
"Udah deh din, lu sudah gak ada kesempatan, secara bos kita kak Harlan fans nya banyak, cantik-cantik, dan seperti power ranger"
"Kok?"
"Iya, ada yang putih, kuning, merah, hijau berubah sesukanya" ucap Queen asal, dimana sebenarnya menggambarkan bagaimana tingkah polah wanita yang mengejar bosnya, mulai dari yang berkulit putih, sampai yang berdandan warna warni, kadang Queen di buat bergidik ngeri.
Dinda terdiam ditempatnya, mulutnya manyun tak bersemangat lagi, di pagi buta seperti ini teman sejawatnya telah merusak usahanya.
"Dih, gak usah manyun gitu, dunia luas, laki-laki banyak, lu gak akan kekurangan, cari sana!"
"Tapi yang kayak Bos Harlan kan gak ada" sahut Dinda tak terima.
Queen hanya tertawa ringan, lalu meninggalkan Dinda dengan lambaian tangan, kali ini di pastikan teman satu kantornya itu tak kan lagi mengikuti.
Baru saja duduk di kursi yang terasa masih dingin, membuka ponsel dan tujuan utamanya adalah melihat saldo rekening, tentu saja setiap hari harus diamati sebab hidupnya sekarang bagai di ujung tanduk karena sebuah kesepakatan konyol yang terpaksa di lakukan demi terbebas dari keluarga yang tak bisa membuatnya mandiri.
"Aku harus kuat, ingat Queen, kamu bisa berdiri sendiri di atas kakimu" batin Queen lalu menghela nafas panjang saat nominal yang muncul makin menipis, nilai uang hanya tinggal satu juta di pertengahan bulan membuatnya meringis.
"Sabar-sabar, nanti kalau klien ku sudah banyak, pasti aku tak perlu pusing lagi, keuangan pasti teratasi, sekarang mesti kerja keras buat bayar Bon bulan lalu ke kak Harlan, ayo semangat Queensa!!" Begitulah cara menyemangati diri sendiri di pagi hari.
Pertemuan awal yang sudah di hebohkan dengan briefing kasus baru dari atasan yang tak lain adalah Harlan Daxton, Bos ganteng baik hati dan tidak sombong ditambah dengan elemen sedingin kutub Utara yang menjadi incaran semua kaum hawa di kantor.
Sebagai adik jurusan, Queen sangat bersyukur, karena dengan adanya Harlan membuat cita-cita agungnya yang ingin hidup mandiri tanpa campur tangan orang tua akhirnya terkabul juga.
Dari kuliah sampai sekarang banyak yang mengejar, apa Queen juga?, ya jelas, tapi cukup tau diri karena saingannya kelas berat dan Queen tak mau ambil pusing dengan dunia percintaan yang kadang membuat otak jungkir balik tidak karuan.
"Kasus apa sekarang yang kita tangani kak?" Tanya Queen yang sudah duduk tepat didepan Atasnya.
"Arron Gustavo, itu nama yang aku dapatkan"
"Seperti nama ketua Mafia" sahut Queen.
"Dengar dulu, menurut info, dia adalah orang kepercayaan kerajaan dari Swedia, konglomerat yang masuk 20 besar di negara asalnya, tapi kasus disini berbeda"
"Oh, maksudnya?"
"Kasus pribadi, dimana Tuan Arron ini mau mengambil alih sebuah tanah yang di klaim sebagai warisan miliknya, dan sekarang di kuasai oleh saudara ayahnya, pamannya sendiri"
Queen nampak manggut-manggut serius mendengarkan semua penjelasan yang di berikan, Karena dirinya tak mau kecolongan satu informasi saja, yang menurut nya itu akan sangat fatal nantinya.
Harlan memberikan Map Penting yang berisi semua informasi yang di butuhkan, dan itu artinya Queen yang akan menyelesaikan kasus itu.
"Okey kak, aku rasa cukup" ucap Queen setelah menerima berkas itu dan sedikit membuka beberapa lembar di depan Harlan yang masih menatapnya, nampak sekali kekhawatiran disana.
"Mereka mungkin orang-orang yang berada di bawah kendali dunia bawah"
"Mafia?"
"Itu hanya kemungkinan saja, dulu yang aku tau Raja Andreas mempunyai pasukan elit untuk menjaga semua anggota keluarganya dan bekerjasama dengan para Mafia, tapi semua bisnis yang di lakukan bersih" ucap Harlan sebelum menyandarkan punggungnya di kursi.
"Hem, menarik" ucap Queen tersenyum.
"Tuan Arron masih muda, paling cuma beberapa tahun di atas ku"
"Oh ya?"
"Hem, 33 tahun"
"Apa?!, masih muda sudah menjadi orang kepercayaan Raja rupanya" sahut Queen dengan pikiran semrawut penasaran akan tampangnya.
"Hei, apa yang kau bayangkan?!" Seru Harlan.
"Ti tidak kak, hehe"
"Dan dia berencana mengembangkan bisnis di Indonesia, jadi kemungkinan besar mereka belum punya Firma hukum untuk mewakilinya, buat kesan yang baik dengan tanggung jawab pekerjaan yang tidak ada satu pun kamu abaikan, siapa tau mereka akan melirik mu untuk bekerjasama dalam waktu yang lama."
"Okey Kak!" Seru Queen dengan semangat empat lima.
Menantang, tentu saja hal yang paling menyenangkan bagi wanita yang suka sekali dengan kekerasan, walaupun itu masa lalu sih, tapi bagi Queen jiwa-jiwa liarnya terkadang masih ada.
Dan semua informasi tentang Arron Gustavo sepertinya sangat membuat jiwanya penasaran, gambaran seorang pemimpin dunia bawah yang indentik dengan Mafia yang kejam dan menyeramkan, belum lagi bisnis mereka yang bisa dibilang sangat bersinggungan dengan dunia hitam.
"Ehem, kenapa, kamu gak takut kan?" Suara Harlan membuyarkan imajinasi Queen yang berkeliaran.
"Of course no, justru aku penasaran, mana bonusnya gede, dan saat ini itu yang aku butuhkan" jawab Queen sambil nyengir yang menunjukkan kritis masalah keuangannya.
"Hem, aku percaya padamu, tetap waspada, lihat siapa orang yang kamu tangani saat ini, aku siap kapanpun jika kau butuhkan"
"Thanks kak, siap!"
Harlan segera beranjak dari tempatnya, melihat senyuman Queen bisa dipastikan tak ada keberatan sama sekali, membuat hatinya lega.
Kasus yang agak mengerikan sebenarnya, apalagi bagi pengacara wanita, namun bonusnya sungguh menggiurkan, ditambah lagi kliennya terkenal dengan loyalitas yang tinggi jika kerja memuaskan.
"Tak apalah, ini sudah biasa, yang penting bonusnya" ucap Queen sambil berjalan menuju ruang kerjanya.
Queen adalah seorang pengacara yang sudah biasa dan dibilang sangat menyukai tantangan, terbukti beberapa kali menangani kasus sengketa yang melibatkan banyak preman, baku hantam?, oh itu sudah biasa, bermain kasar baginya bukan hal yang sulit, bahkan dirinya bisa berubah melebihi ketua gangster jika di perlukan.
Sikap kerasnya itulah yang membawa keadaannya bisa di bilang memprihatinkan juga saat ini, keluar dari zona nyaman kejayaan keluarganya alih-alih ingin hidup mandiri.
Yang makin penasaran yuk mana KOMENnya, LIKE, VOTE, HADIAH, dan tonton IKLANNYA.
Tak menyia-nyiakan waktu, Queen segera mengagendakan pertemuan, lebih tepatnya dirinya menginginkan segera bertemu dengan kliennya, setidaknya untuk berkenalan dan memberi kesan baik dan profesional kerjanya.
Sore hari di saat Weekend tidak peduli, Queen segera menyusun rencana bertemu setelah mendapatkan pesan jika kliennya yang sangat sibuk itu bisa ditemui di sore hari, maklum seorang Arron Gustavo memang begitu padat jadwal kerjanya.
Memasuki kawasan rumah elite, Queen mengagumi tatanan taman depan yang sungguh apik dengan desain minimalis yang memukau dan enak di pandang mata, lalu segera berhenti saat ada beberapa orang yang menyambut kedatangannya.
Rupanya banyak pengawal di dalam kediamannya, mereka semua berseragam jas hitam yang mirip sekali pengawal orang-orang penting di sebuah kerajaan, Queen langsung tersadar, bukankah memang kliennya kali ini mempunyai hubungan erat dengan sebuah kerajaan di negara Swedia?
Dengan pakaian rapi dan hijab yang hampir senada, tampilan Queen nampak resmi dengan balutan jas warna marun yang membuat dirinya nampak segar dan fresh, sengaja di lakukan agar tak memberi kesan sore yang melelahkan.
Kakinya berjalan sesuai arahan, namun baru saja akan memasuki sebuah ruangan, Queen terkesiap dengan seorang wanita dengan pakaian se-ksi nya, melenggang menggoda membuat dadanya yang berbuah dua seolah pontang panting mengikuti langkahnya, alamak!, batin Queen saat terpaku melihatnya.
"Maaf Nona, mari ikuti saya"
"Oh, iya, maaf, saya hanya merasa sesak untuk sesaat" jawab Queen sekenanya.
Pengawal itu segera menoleh dan memastikan jika tamunya baik-baik saja.
Kini Queen memasuki sebuah lorong, rupanya hunian mewah ini juga di buat untuk bekerja, ada beberapa ruangan di lantai bawah yang di buat untuk beberapa pegawai yang sibuk di depan komputer, memang mereka kerja apa?, banyak sekali pertanyaan dalam benak Queen saat ini.
"Banyak sekali cctv yang terpasang di sini" batin Queen saat berjalan dan mengamati semua, itu adalah hal yang biasa dilakukannya untuk waspada di setiap langkahnya.
Akhirnya Memasuki satu ruangan cukup besar, lalu disambut dengan wanita dengan menggunakan blazer dan celana panjang, ini dalam kategori normal.
"Silahkan duduk dan saya akan memanggil Tuan Arron Nona" ucapnya ramah.
"Baik, Terimakasih" jawab Queen.
"Oh iya, kenalkan saya Elsa"
"Saya_"
"Nona Queensa Maika Wirakusuma kan?" Sahut wanita berperawakan manis.
Queen tersenyum, rupanya dirinya sudah dikenali oleh orang kepercayaan Arron sang klien yang akan di temui.
Ternyata bukan hanya Queen yang menunggu di ruang itu, tak lama datang juga dua orang laki-laki dengan model borjuis namun matanya yang jelalatan kemana-mana, apalagi perbincangannya sebatas pa-ha wanita dan sekitarnya, benar-benar membuatku gerah.
"Maaf Nona Queen, mari ikut saya, Tuan Arron memerintahkan untuk membawa anda ke ruang dalam saja, mungkin setengah jam lagi Tuan baru bisa menemui anda" Elsa tersenyum sambil mengarahkan Queen ke ruangan lain.
"Oh syukurlah, disini lebih tenang dan nyaman" batin Queen saat memasuki sebuah ruangan dan duduk santai sambil melihat sekeliling.
Area yang sangat luas, tertata apik dengan beberapa taman kecil di dalam sana, gemericik air kolam ikan mini juga menambah suasana semakin istimewa, dan satu ruangan menarik perhatian Queen saat ini.
"Seperti dugaanku, dia pasti orang yang kuat dengan latihan yang tepat" ucapnya lirih, tepat dihadapannya kini nampak arena latihan yang cukup luas, mulai dari ring pertarungan dan beberapa alat berat olah raga untuk menjaga fisik ada lengkap di dalam sana.
"Selamat datang Nona Queen" sebuah suara mengejutkan Queen yang sedang asik memperhatikan keadaan sekitar.
"Selamat datang Tuan_" Queen sangat terkejut melihat sosok laki-laki di depannya, jelas sekali kalau kemaren baru saja bertemu.
"Saya Arron Gustavo, jadi kita sudah pernah bertemu rupanya"
"Oh iya, maaf, saya terkejut, perkenalkan saya Queensa Maika Wirakusuma"
"Hem, jadi anda yang dikirim oleh Tuan Harlan?"
"Benar sekali Tuan" jawab Queen cepat.
Lalu laki-laki dengan kharisma yang tinggi itu mendekat, nampak mengamati wajah Queen dengan sangat teliti, seolah mencari sesuatu disana.
"Sepertinya kita pernah bertemu?" Ucap Arron dengan wajah seriusnya.
"Kan kemaren kita bertemu Tuan" Queen jadi bingung sendiri dengan maksud orang yang berada tepat di depannya.
"Bukan, tapi sebelum-sebelumnya" kembali Arron menajamkan tatapannya.
Sontak Queen semakin tak bisa bernafas, saat wajah tampan nan rupawan itu begitu lekat dan dekat di depan matanya.
"Ehem, maaf Tuan Arron, mungkin anda salah lihat saja" Queen lalu berusaha menghindari, takut khilaf.
"No, sebentar, namamu Queen_, Em Queensa _" Arron masih berusaha mengingat sendiri dan hal itu semakin membuat Queen merasa tak nyaman.
"Apa iya Tuan Arron pernah bertemu denganku?" Batin Queen semakin heran karena dirinya merasa baru pertama kali bertemu dengannya, itupun tidak sengaja.
"Kau Queensa yang waktu itu_, iya, itu benar kau rupanya" sahut Arron makin membuat Queen bingung sendiri.
"Apa kita pernah bertemu Tuan, atau mengenal,tapi kok saya tidak ingat apapun soal anda ya?"
Arron tersenyum penuh arti, lalu berlanjut tertawa kecil "Sudahlah itu tidak penting, kita bicara soal pekerjaan mu saja" suasana kini kembali normal dan resmi.
"Silahkan duduk nona Queen" Arron lalu mempersilahkan.
"Iya Tuan terimakasih" Queen pun mengikuti alurnya, serius mendengarkan apa yang kemudian di jelaskan oleh Arron padanya.
"Jadi tanah yang ingin kau ambil adalah milik mendiang kakekku, dimana tanah itu sudah diwariskan ke almarhum ayahku, karena waktu itu aku masih kecil dan di bawa oleh ibuku kembali ke negaranya Swedia, entah bagaimana ceritanya Tanah itu berada ditangan Pamanku, lebih tepatnya paman tiri ku, dan aku ingin mengambil kembali, aku malas untuk terlibat dengan orang congkak itu, jadi usahakan kalian kerjakan sendiri, aku percayakan hal itu"
Seperti yang di jelaskan sebelumnya oleh Harlan, rupanya kliennya kali ini benar-benar ingin bermain bersih tanpa campur tangannya, sepertinya memang ada perang keluarga yang serius.
"Baik Tuan Arron, saya akan melakukan dengan semaksimal mungkin, mungkin anda akan tetap bersinggungan nantinya, tapi saya usahakan seminimal mungkin hal itu terjadi"
"Hem, bagus"
"Langkah awal yang harus saya lakukan adalah memegang surat wasiat, apa Tuan Arron memegang surat itu?"
Nampak Arron berpikir dan mengingat.
"Itu jelas ada, dan aku sangat ingat betul, tapi dimana aku menaruhnya ya?"
What!, tentu jawaban yang membuat Queen shock, bisa di pastikan dia harus mengikuti jejak petualang dalam mencari keberadaan surat wasiat itu,
"Aku mengingat betul surat itu, tapi lupa dimana aku menaruhnya, aku sudah meninggalkan Indonesian cukup lama, jadi tak lagi mengurusi hal itu"
"Em, jadi begitu, apa anda tak bisa mengingat sama sekali?" Tanya Queen berharap sebuah keajaiban terjadi.
"Tunggu, ayo ikuti aku" Arron pun berjalan diikuti oleh Queen di belakangnya.
Sungguh tubuh yang sempurna, punggung yang lebar dan nampak begitu berotot walaupun di balut dengan kemeja yang dipakainya, sungguh sangat_"
Plak, Queen menampar pelan wajahnya "ya Tuhan Queen, apa sih yang ada dalam otakmu, konsentrasi lah bekerja!" Teriaknya dalam hati.
Bersambung.
Jangan lupa KOMENnya, LIKE, HADIAH, VOTE, dan TONTON IKLANnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!