Pagi hari yang terasa datang lebih cepat dari biasanya menyambutku dengan sinar matahari yang cerah. Aku pun terbangun dengan membuka mataku secara perlahan karena rasa kantuk yang masih tersisa. Seperti biasanya aku merentangkan kedua tanganku ke atas lalu menggeliat dengan melemaskan otot-otot yang tegang.
Saat itu aku belum menyadari ada keanehan dari kamarku yang tampak sangat berbeda. Aku pun melihat ke langit-langit atap kamarku lalu melihat ke kanan kiriku serta ke arah depanku.
“Apa aku masih dalam mimpiku? Kenapa kamarku terlihat mewah? Apa akhirnya aku menjadi gila karena sering berkhayal?”
Aku berdiam diri untuk beberapa saat hingga mataku sudah terbuka sepenuhnya dan merasa benar-benar sadar bahwa aku memang sudah bangun dari tidurku.
Aku pun beranjak dan duduk lalu masih melihat ke sekitar kamarku yang tampak asing.
“Apa ini? Kenapa rasanya sangat nyata” Aku pun beranjak dari tempat tidur yang sangat luas itu.
Langkahku menjadi semakin cepat untuk melihat ke cermin yang besar di dalam kamar itu karena aku sangat penasaran dengan tubuhku yang terasa asing.
Aku merasa bahwa tubuhku lebih kecil dan ramping serta kulitku yang tampak seputih salju.
“Haah! Aku benar-benar bingung” ucapku masih tidak mengerti dengan situasinya.
Sampai akhirnya aku berdiri tepat di depan cermin yang besar itu. Aku sampai terbelalak seakan tak percaya melihat wajah yang tak ku kenali.
Wajah yang sangat cantik, hidung yang mancung, bibir yang kecil namun berwarna pink alami, serta rambut panjang sepinggang berwarna pirang, bergelombang dan terurai indah, sungguh kecantikan yang natural dan sangat murni.
“Haah? Siapa ini?” ucapku seakan tak percaya dengan yang ku lihat.
Aku menyentuh wajah itu bahkan mencubitnya karena masih berfikir bahwa itu hanyalah mimpi.
“Akh!”
“Kyaa!!” teriakku sekencang mungkin saat aku merasakan sakit setelah mencubit pipiku.
Aku terduduk di lantai dengan kaki yang sangat lemas tak bertenaga dan sadar bahwa yang ku alami adalah hal yang nyata.
Drap.. Drap.. Drap..
Langkah kaki yang terdengar memburu dan semakin dekat tepat di depan kamarku.
Brak!
Pintu kamar yang ku tempati itu di buka dengan paksa.
Terlihat banyak sekali orang yang mendatangiku, aku sangat takut karena di tengah banyaknya kerumunan itu ada seorang pria tinggi bertubuh kekar mengenakan armor dengan gagahnya di kelilingi pria-pria lain yang mengenakan armor yang berbeda seperti ada pembedanya.
Sorot matanya tajam saat menatapku dengan nafasnya yang terengah-engah seperti datang ke tempatku dengan berlari.
“Hah? Siapa orang-orang ini? Kenapa mereka memakai pakaian seperti itu? Apa mereka prajurit? Dan ada apa pula dengan wanita-wanita itu yang menggunakan pakaian pelayan seperti itu? Kenapa juga mereka menatapku dengan tatapan penuh haru? Tapi ada apa dengan pria yang menonjol di tengah mereka itu? Kenapa dia mengernyit dan menyeramkan?” dalam benakku.
Mereka pun berjalan mendekat ke arahku sehingga membuatku sangat takut dengan mundur ke belakang.
“Si,siapa kalian?” tanyaku sangat takut.
Langkah mereka terhenti saat mendengar perkataanku yang menanyakan tentang siapa mereka. Raut wajah semua orang itu berubah sedih bahkan pria yang menatapku dengan tatapan tajam itu pun terlihat sedih namun masih mengernyitkan keningnya.
Tiba-tiba sekujur tubuhku terasa berat dan kepalaku sangat sakit seolah terbentur sesuatu yang sangat berat hingga aku pun pingsan dan tak sadarkan diri.
Semua orang yang melihatku panik lalu pria besar itu mengangkat dan menggendong tubuhku dengan sikap posesif yang tidak membiarkan orang lain mendekat apalagi menyentuhku.
Dia menggendongku seolah tubuhku sangat ringan lalu dia menurunkanku perlahan ke kasurku.
“Semuanya keluar!” perintah pria itu dengan tegas.
Mereka pun keluar dan hanya menyisakan pria itu bersamaku di kamar yang luas itu.
Setelah satu jam berlalu akhirnya aku pun bangun dan saat aku membuka mata tampaknya aku masih berada di tempat yang sama dan itu membuktikan bahwa aku telah merasuki tubuh seseorang dan masuk ke dimensi lain yang belum ku ketahui.
“Sayang.. akhirnya kamu bangun juga” ucap pria itu yang sedang duduk di samping kasurku.
Air matanya mengalir dengan senyum tipis dan rasa haru yang begitu besar, tangannya terasa kasar namun besar menggenggamku dengan erat lalu menciumnya seolah aku sangat berharga baginya.
“Sayang? Kenapa pria ini memanggilku sayang?” dalam benakku masih sangat bingung dengan semua yang terjadi padaku saat itu.
Aku pun menatapnya dengan raut wajah yang bingung serta merasa kagum dengan wajah yang sangat asing itu. Wajah yang tak biasa bahkan tak pernah ku lihat dalam kehidupanku yang biasanya. Wajah yang selalu ku khayalkan saat membaca komik dan novel romansa yang menjadi penyemangat hidupku.
Tanganku dengan refleksnya menyentuh wajah pria itu lalu mengusap air matanya dengan sentuhan yang lembut seraya berkata.
“jangan menangis!” pintaku pada pria itu.
Aku sangat takut dengan tubuhku yang tak bisa dengan mudah ku kendalikan di hadapan pria tersebut seperti merasakan ikatan yang erat dengannya.
Dia pun tersenyum dan menatapku dengan tatapan penuh kasih sayang dan kehangatan serta menarik tanganku lalu mencium tanganku dan meletakkannya untuk tetap berada di pipinya dengan sesekali menggeseknya seolah sedang bermanja dengan senangnya.
“Akh!” tiba-tiba kepalaku merasa pusing kembali.
“Sayang kenapa?” kata pria itu khawatir.
Dia bediri dan berusaha membuatku tenang karena aku terus menyentuh kepalaku yang terasa sangat sakit.
Kepanikan membuatnya hilang arah hingga berlari ke depan kamar dan memerintahkan dokter untuk masuk memeriksa kondisiku.
Sepertinya dia sudah memperkirakan hal ini karena sudah ada dokter yang menunggu di depan kamar.
“Cepat masuk” ucapnya sangat panik.
Dokter pun datang untuk memeriksa kondisiku namun tangannya sedikit gemetar seakan tertekan oleh pria bertubuh kekar itu.
Aku tidak memperdulikan apapun karena kepalaku sangat sakit dan tak tertahankan hingga akhirnya aku merasa jauh lebih baik setelah beberapa saat.
Aku bahkan tidak tahu apa yang dokter itu lakukan karena pria itu terus berada di sampingku dan menggenggam tanganku dengan erat.
“Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya aku sangat sehat saat aku tertidur sebelum berada di tempat ini? Aku belum mengerti apa aku masuk dalam sebuah novel atau apapun itu. Aku sangat berharap ini hanyalah mimpi dan ketika aku terbangun lagi semuanya menjadi normal kembali” dalam benakku.
Rasa kantuk pun mulai muncul, mataku perlahan terpejam dan wajah pria itu masih terlihat sangat khawatir denganku hingga aku pun tidak tahu apa yang terjadi karena sudah tertidur.
“Kuharap semua ini hanya mimpi yang sekilas saja namun aku sudah cukup merasa berharga karena memiliki wajah cantik bak seorang putri dan juga di pedulikan oleh pria tampan yang tak pernah ku temui dalam hidupku” dalam benakku sebelum aku benar-benar larut dalam tidurku.
Aku terbangun kembali dari tidurku yang terasa sangat panjang itu. Kepalaku yang sebelumnya sakit kini sudah tidak terasa.
Namun bukannya aku bangun di kamarku di kehidupan nyata ku justru aku masih berada di tempat yang seolah itu hanyalah mimpi.
Bahkan pria tampan yang bertubuh kekar ini berada di sampingku dengan wajah yang terlihat lelah saat ia masih terlelap dalam tidurnya.
“Kyaa!” teriakku tanpa suara dalam hatiku.
Meski aku sangat merasa asing dengan keberadaan pria ini namun anehnya tubuhku bereaksi biasa saja seolah sudah terbiasa berada di dekat pria itu.
Lengannya yang besar, kokoh dan berotot itu melingkar ke tubuhku sehingga aku merasa sangat berat tertimpa dirinya.
Garis wajah yang tegas, alis yang lebat serta kulit yang sedikit gelap, benar-benar menggambarkan sosok seorang pria tampan yang kuat.
“Please, kenapa tubuhku merasa nyaman seperti ini? Haa.. aku benar-benar tidak mengerti dengan semua ini. Kenapa aku masih berada di mimpiku? Tapi kalau ini hanya mimpi, kenapa aku bisa merasakan sakit dan hal yang lain” dalam benakku.
Aku mencoba mengangkat lengan pria itu dengan tenagaku yang tak seberapa namun semua sia-sia karena tidak ada pergerakan sama sekali.
Set!
Pria itu tiba-tiba membuka matanya dan terbelalak.
Aku sangat takut melihat sorot matanya yang terkejut saat tanganku sedang menyentuh lengannya yang kuat itu.
“Haa.. ke, kenapa?” tanyaku sangat takut.
Pria itu pun tersenyum mendengarku bertanya kepadanya.
“Hmm.. sayang, kamu memang masih sama. Apa kamu sangat suka menyentuhku?” ucapnya sambil mengeratkan pelukannya.
“Kyaa! Le, lepas!” ucapku semakin takut.
Pelukan pria itu sangat kuat bahkan tubuh yang mungil ini seolah berada dalam genggaman tangannya. Dia menarikku dengan kuat dan memberikan kehangatan yang bercampur kerinduan.
“Sayang.. apa seperti ini cara barumu setelah kamu terbangun dari tidur panjangmu? Haa.. aku sangat merindukanmu sayang. Aku sangat takut jika kamu tidak bangun dan aku hanya bisa menantikan saat seperti ini datang kembali. Sayang, tolong jangan pergi lagi dan tetaplah menemaniku seperti ini” ucapnya dengan tangan yang gemetar sambil membenamkan wajahnya ke tubuhku.
Setiap apa yang dia ucapkan selalu bercampur dengan rasa takut akan kehilangan dan juga kasih sayang yang tulus.
“Maaf tapi kamu siapa? Bisa tolong lepaskan pelukanmu dariku” ucapku merasa sesak.
Bukannya melepaskan pelukannya justru pria itu semakin erat memelukku dengan tangannya yang gemetar.
Setelah itu ia mendongak dan menatapku dengan tatapan sendu hingga matanya berkaca-kaca. Sorot matanya yan tajam namun telihat hangat dan penuh cinta itu sangat sedih hingga tubuh ini bereaksi aneh seolah tidak senang melihatnya sedih.
“Sayang, tidak apa-apa” ucapnya sambil mengelus punggungku.
Dia melakukannya seolah berusaha menenangkanku.
Sungguh aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi namun pria ini tetap merengkuhku dan memberikan kehangatan yang sangat nyaman.
“Tolong lepaskan aku dan jawab pertanyaanku” pintaku karena semakin bingung.
Aku tidak tahu sedang dimana dan siapa tubuh yang kurasuki ini karena aku yang sebenarnya hanyalah seorang wanita bernama Ellena yang bekerja di sebuah perusahaan swasta, yang kini sudah memasuki usia 23 tahun.
Hidupku selalu disibukkan dengan bekerja dan jarang bersosialisasi bahkan tidak cukup mempunyai keberanian untuk memiliki seorang kekasih sehingga aku hanya bisa berkhayal lewat novel dan komik romansa yang sering ku baca.
Jika benar keadaanku sekarang sama seperti tokoh-tokoh yang transmigrasi ke sebuah cerita novel ataupun komik romansa setidaknya aku tahu salah satunya.
Namun yang kurasakan sekarang seperti tidak ada bayangan sama sekali tentang pria yang sedang memelukku ini. Meski wajahnya sangat tampan dan seperti tokoh utama pria di sebuah novel dan komik namun aku sama sekali tidak mengenalinya.
Aku selalu berkhayal akan tiba saat aku bisa merasakan kehidupan seperti dalam cerita tersebut.
“Mungkinkah ini benar? Atau aku hanya sedang larut dalam khayalanku” dalam benakku.
Pria itu menatapku dan berusaha bersikap tenang namun lagi-lagi dia mengernyit.
“Ah, iya silahkan tanyakan saja sayang” ucapnya setelah diam beberapa saat.
Kini aku harus mendapatkan informasi mengenai semua yang terjadi melalui pria ini. Kuharap jawabannya bisa menjawab rasa penasaranku.
“Hmph.. siapa kamu sebenarnya dan kenapa kamu memanggilku sayang?” tanyaku sedikit menjauh darinya.
Aku dan pria itu duduk dalam suasana yang hening dan serius sedangkan dia menatapku dengan tatapan sedih.
“Sayang, apa kamu tidak ingat denganku? Aku ini suamimu” katanya tak terlihat adanya kebohongan.
“Suami? Apa maksudmu?” Aku sangat terkejut dengan pernyataannya.
Dia pun menjelaskan semua tentang aku dan dirinya yang ternyata sudah menjadi sepasang suami istri selama 2 tahun.
Pria itu bernama Ivander Kendrik Lance yang biasa di panggil Duke Lance salah satu orang yang sangat berpengaruh dan juga merupakan seorang sword master, sedangkan aku adalah Casandra El Ninda atau Duchess Lance.
Kami menikah karena perjodohan namun kami sudah saling mengenal sejak kami kecil tumbuh bersama di lingkungan yang tak telalu jauh. Keluarga kami sangat dekat sehingga kami di satukan dalam ikatan pernikahan.
Awalnya kami merasa canggung karena kami sudah menganggap seperti keluarga sendiri namun semua itu berangsur berubah menjadi cinta. Ivander sangat mencintai Casandra sebagai istrinya yang sangat cantik itu bahkan sangat posesif terhadapnya.
Sampai suatu saat di usia pernikahan yang memasuki 1 tahun, Ivander mengajak Casandra untuk pergi ke wilayah yang berada di sudut kota yang termasuk dalam lingkup wilayah miliknya.
Di dalam kereta kuda yang mewah, Ivander dan Casandra duduk berdampingan dan saling menyentuh tangan masing-masing dan saat itu juga Ivander menyandarkan istrinya ke pundaknya.
“Sayang, apa kamu senang akhirnya kita bisa pergi berdua seperti ini?” tanya Ivander sambil merangkulnya.
“Aku sangat senang sayang. Kamu sangat sibuk dengan pekerjaanmu, bukankah ini seperti kita sedang pergi untuk berbulan madu” jawab Casandra mendongak untuk menatap suaminya.
Tangan Ivander menyentuh dagu istrinya lalu mendekatkan bibirnya hingga hampir bersentuhan namun tiba-tiba kereta kuda itu tergoncang dan bergoyang sangat cepat.
“Kyaa! Sayang, ada apa ini?” teriaknya sangat takut.
“Tetap berada dalam pelukanku sayang, apapun keadaannya pegang aku dengan kuat” ucapnya mencoba melihat ke arah luar kereta kuda.
Ada hal aneh yang terjadi karena kusirnya tidak ada sehingga tidak ada yang mengendalikan kereta kuda tersebut namun semakin Ivander bergerak kereta kuda itu semakin bergoyang.
Kemudian di saat keadaan sedang sangat panik, di depan jalan itu ada jurang yang curam.
Ivander sangat panik namun berusaha tenang demi keselamatan istrinya.
Ia memeluk Casandra dengan sangat erat lalu melompat keluar dari kereta kuda yang sudah di ujung tebing.
Brak!
Brukkk!...
Kereta kuda itu pun terjatuh dan hancur di bawah tebing sedangkan mereka berdua selamat.
Ivander memeluk istrinya dan berada di bawah istrinya sebagai tumpua agar tidak terluka namun siapa sangka bahwa di samping kepala istrinya terdapat sebuah baru besar dan mengenai kepalanya hingga ia berdar*h dan tidak sadarkan diri.
“Sayang!!! Istriku!!! Tidak.. tidak.. kumohon!” ucapnya sangat takut.
Rasa takut dan rasa bersalah muncul bercampur menjadi satu saat melihat istrinya tak sadarkan diri dengan kondisi yang sangat buruk.
Ia dengan cepat menggendongnya lalu mencari pertolongan di daerah tersebut. Ia berjalan dengan sangat cepat bahkan berlari demi mendapatkan penanganan untuk istrinya.
Saat itu ada sebuah pondok di sekitar sana dan Ivander pun membawa istrinya kesana, air matanya tak berhenti keluar dengan sesekali memperhatikan istrinya dalam langkahnya yang memburu itu.
Tok.. Tok..
“Apa ada orang? Tolong bantu kami” Ivander tampak putus asa saat mengetuk pintu pondok kecil itu.
Ceklek!
Pemilik pondok itu membuka pintunya lalu terkejut dengan apa yang ia lihat.
Tanpa banyak bertanya pemilik pondok itu membiarkan mereka masuk dan membantunya. Meski pun dalam kondisi yang sulit namun Ivander masih beruntung karena pemilik pondok itu merupakan seseorang yang mengetahui tentang medis bahkan sering mengobati orang-orang kecil yang tidak mampu di daerah tersebut.
Setelah itu Casandra di bawa kembali ke mansion yang berada di sudut kota tersebut karena jika kembali ke ibukota justru memakan waktu lebih lama.
Kondisi Casandra dalam keadaan koma dan sulit baginya bertahan jika hanya mendapatkan penanganan dari pemilik pondok itu sehingga ia menyarankan untuk segera membawanya ke dokter yang lebih hebat di banding dirinya.
Ivander mengutus dokter hebat dari segala penjuru namun Casandra masih belum sadarkan diri hingga akhirnya sudah satu tahun berlalu.
Banyak orang yang menyarankan Ivander untuk menikah lagi dengan wanita lain karena tidak ada harapan untuk menunggu Casandra bangun dari koma yang sudah cukup lama namun Ivander menolaknya.
Rasa cintanya sangat besar dan tak akan mudah baginya untuk berpaling meskipun kondisi istrinya masih belum sadarkan diri. Dia bertahan dan berusaha terus melakukan yang terbaik untuk bisa menyembuhkan istrinya.
Hingga akhirnya keajaiban pun datang dimana sekarang Casandra bangun dari tidur panjangnya.
Kisah yang sangat mengharukan hingga akupun menangis mendengarnya. Mengetahui pria yang seperti Ivander ternyata benar-benar sosok pria sejati yang hanya memiliki satu cinta yang murni dan setia hanya kepada istrinya.
“Hiks.. hiks” tangisku semakin menjadi.
“Sayang, jangan menangis” pintanya sembari mengusap air mataku.
Dia memelukku, menghiburku dengan penuh kehangatan dan kasih sayang.
“Aku merasa tidak pantas berada dalam situasi ini, seharusnya jiwa Casandra yang ada dalam tubuh ini bukan diriku. Dialah yang berhak mendapatkan cinta yang hebat dari Ivander”
“Apa jadinya jika Ivander tahu bahwa aku bukanlah istrinya? Dimana jiwa Casandra? Apakah kami bertukar tubuh ataukah dia sudah mati dan aku menggantikan jiwanya? Dan bagaimana dengan tubuhku yang berada di dunia itu?”
Bayak sekali pertanyaan yang muncul dalam pikiranku namun aku hanya bisa menangis dan tidak tahu harus berbuat apa kepada diriku dan juga kepada Ivander.
“Aku minta maaf karena tidak mengingatmu?” ucapku sambil mengusap mataku.
“Seharusnya aku yang minta maaf sayang, kamu jadi seperti ini karena aku tidak bisa melindungimu” katanya sambil menyentuh tanganku.
Aku menggelengkan kepala dan sangat tidak setuju dengan ucapannya yang menyalahkan dirinya tas apa yang terjadi kepada Casandra.
“Semua itu bukan salahmu! Aku seperti ini karena musibah dan aku tahu kamu pasti sudah berusaha semampumu untuk melindungiku”
“Sayang, terimakasih untuk semuanya. Aku janji akan berusaha untuk membahagianmu dan membantumu untuk bisa mengingat semuanya. Terimakasih telah kembali” Ivander memelukku dengan sangat erat.
Rasa bersalah muncul kembali saat kata-kata penuh harap itu tampaknya hanya akan sia-sia saja karena aku tidak akan pernah bisa mengingat semuanya karena aku bukanlah Casandra.
Aku adalah Ellena yang masuk dalam tubuh Casandra yang paling ia cintai.
“Apa langkah yang akan ku ambil untuk menghadapi semua ini terutama Ivander. Aku tidak bisa hanya menerima semua kebaikannya karena aku bukan istrinya yang sesungguhnya” dalam benakku.
Ivander terlihat sangat senang namun ia terus mendekapku seolah tak ingin jauh dariku.
“Bi, bisakah lepas sebentar saja!” aku merasa sesak.
“Ah, maaf sayang kamu pasti masih merasa lemas kan. Kamu mau makan apa? Aku akan bawakan untukmu” ucapnya sangat antusias turun dari ranjang.
Bagaimana mungkin orang berbadan kekar itu tampak sangat lembut dan penuh kasih sayang. Dia bahkan mau melakukan apapun untukku.
Setiap tindakannya membuatku merasakan rasa tergelitik dan berdebar yang mungkin ini adalah reaksi alami yang di rasakan oleh tubuh ini yang menandakan bahwa Casandra pun sangat mencintai Ivander.
“Tunggu!”
Aku menahannya untuk tidak pergi karena masih banyak pertanyaan yang ingin ku tanyakan.
Dia terlihat semakin senang saat aku bersikap seolah tidak rela membiarkannya pergi sehingga diapun duduk kembali di sampingku.
“Iya sayang, kenapa?” tanya Ivander mendekat.
“Biasanya aku memanggilmu dengan sebutan apa?”
“Sayang atau suamiku, begitulah biasanya sayang” jawabnya antusias.
Rasanya seperti terjebak dalam keadaan yang sulit karena tidak mungkin aku bersikap seperti orang lain dengan tubuh ini sehingga aku tidak mempunyai pilihan selain memanggilnya seperti itu.
Aku yang di kehidupanku tak pernah menjalin hubungan kini tiba-tiba mempunyai suami dan sangat sulit untukku membiasakan diri apalagi memanggilnya dengan sebutan tersebut.
“Sayang? Haha.. untuk mengatakannya saja sangat sulit. Bibirku terasa kaku, mungkin lebih baik aku memanggilnya suamiku? Sepertinya itu jauh lebih aman” dalam benakku.
Namun meskipun sudah kucoba pikirkan ulang rasanya sulit untuk mengatakannya terlebih kepada pria tampan seperti dia.
“Pria yang sesuai dengan tipe idealku yang belum pernah ku temui di kehidupanku bukankah ini seperti hadiah dari tuhan untukku”
Aku terdiam untuk beberapa saat untuk mencerna semua pikiranku yang kacau dan tak siap untuk hal baru yang ku alami sebagai istri dari seorang Duke yang hebat.
“Sayang.. kenapa diam?” Ivander mengibas tangan di depanku karena aku melamun.
“Ah, iya maaf su,suamiku” ucapku sangat kaku dan ragu.
Senyum melebar terlihat dari wajahnya yang tampan bahkan aku baru sadar bahwa saat ia tersenyum terlihat lesung pipi yang semakin membuatnya terlihat manis.
Ketampanan yang sulit untuk di deskripsikan hanya dengan mengatakan bahwa ia sangat tampan namun sungguh luar biasa itulah yang bisa menjelaskan seberapa tampannya pria di hadapanku iini.
“Akhirnya aku bisa mendengarnya lagi..cup” Ivander mencium keningku.
Betapa terkejutnya diriku mendapatkan ciuman untuk pertama kalinya dalam hidupku.
“Kyaa!! Apa ini? Aku takut! Bagaimana nanti dengan bagian yang lain. Oh,tidak! Bibirku? Atau tubuhku? Ah, bukan ini kan bukan tubuhku tapi aku yang merasakan semua perasaan ini. Omg, apa nantinya jugaaku harus tidur dengannya?” dalam benakku yang kacau.
Aku merasa mual setelah mendapatkan sentuhan lembut dari bibirnya yang mendarat di dahiku dan sekarang aku semakin takut karena Ivander menatap ke arah bawah tepat di bibirku.
Aku sangat memahami maksud dari tatapannya itu, meski belum pernah mengalaminya sendiri namun akusudah sering melihatnya dari film yang pernah ku lihat.
Dia pun mendekatkan bibirnya hampir menempel dengan bibirku namun tanganku dengan refleks menutup bibirnya itu.
“Haa.. suamiku, aku belum siap” ucapku tanpa pikir panjang.
Tanganku terasa geli karena dia meraihnya lalu mencium telapak tanganku lalu dia menatapku dengan seringai di wajahnya.
“Iya sayang tidak masalah, aku bisa menunggumu kapanpun itu tapi kuharap tidak terlalu lama karena aku sangat merindukan sentuhanmu… cup” Ivander mencium kembali tanganku.
“Ugh” gumamku merasa tergelitik.
Dia sepertinya sangat pintar menggoda karena sekarang aku menjadi tidak tenang dan berdebar sebab tatapannya yang menggoda serta caranya memberikan sentuhan lembut dari bibirnya.
“Apa yang harus kulakukan kedepannya? sepertinya ini akan rumit. Aku tidak bisa terus membuat alasan untuk menolaknya lagi. Arrgghh!!” dalam benakku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!