Di sebuah pesta ulang tahun seorang gadis yaitu putri dari salah satu relasi bisnis Arjuna, Pria duda dengan sejuta pesona itu hadir dan mampu menghipnotis para gadis bahkan para janda di ruangan ballroom hotel tempat pesta dirayakan.
Wajah maskulin Arjuna dipadukan dengan rahang tegas dan hidung mancung serta mata menyipit tajam. Pria berwajah red flag itu adalah keturunan Prancis campuran Indonesia bagian barat alias bersuku sunda. Pria berwajah bule campuran itu nampak berjalan dengan langkah tegas ke arah bintang utama pesta.
"Hai, Jeselyn. Be happy and be awesome. May peace be upon you. Happy Birthday!"
Arjuna menyerahkan sebuah kado pada Jeselyn, dia lantas bersalaman pada orang tua gadis itu yang adalah relasi bisnis nya.
"Thanks, Om Juna." Jeselyn tersenyum lembut, meski usianya masih 19 tahun dan Arjuna 34 tahun namun baginya usia bukan lah masalah. Gadis itu sangat menyukai Arjuna, meskipun laki-laki itu seorang duda beranak dua.
"Oke." Jawab Arjuna cuek, dia lantas berbisik di telinga Ayah Jeselyn. Kedua lelaki itu pun pergi berjalan meninggalkan Jeselyn bersama Ibunya juga teman-teman nya di ruangan.
Di salah satu kamar hotel, Arjuna menelisik ruangan kamar mewah yang ia sewa. Beberapa Cctv mini dipasang di kamar itu guna merekam aksi pembalasan dendam yang akan segera dimulai.
"Bagaimana Tuan Arjuna? Anda puas dengan kamarnya?"
"Good!" Arjuna mengangguk seraya menatap berkeliling.
"Semua sudah siap bukan? Jangan lupa obat pera_ngsaang nya dan hapus rekaman Cctv-Cctv saat nanti gadis itu dibawa kemari."
"Baik," Ayah dari Jeselyn bernama David itu begitu patuh pada Arjuna, sebab kelangsungan perusahaan nya bergantung pada investasi besar dari Arjuna. Mau tidak mau dia harus menuruti keinginan Arjuna untuk menjebak seorang gadis yang tak lain adalah teman kuliah putrinya.
Nama lengkap sang duda adalah Vincent Arjuna Irwin, perpaduan antara nama Prancis dan Indonesia.
.
.
Dua jam kemudian.
Seorang gadis sudah berada dalam gendongan seseorang, gadis itu menggeliat tak kuasa menahan rasa panas yang menjalar di tubuhnya.
BRAK!
Pintu dikunci dari dalam kamar, ketika sang gadis sudah berbaring dia atas ranjang. Dia terus menggeliatkan tubuh karena kepanasan, lantas membuka gaun pestanya dan hanya menyisakan dalaman membungkus kedua miliknya yang kenyal serta bagian sensitif nya yang masih ori.
"Lumayan juga tubuhnya," decak Arjuna mengagumi bentukan tubuh gadis itu.
Pria duda dengan sepasang anak kembar berusia lima tahun itu gegas melepas seluruh pakaian nya, dia tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang tepat untuk menggempur gadis yang ia jadikan alat untuk membalas dendam.
"Jangan salahkan aku, gadis kecil! Salahkan saja kakak mu yang berani merebut mantan istriku saat wanita itu masih berstatus istriku! Kakak mu yang lebih dulu memulai genderang perang! Bajinggaan itu...!" geram Arjuna dengan mata memerah.
Pria duda itu tak bisa menahan amarahnya mengingat pengkhianatan mantan istrinya dengan kakak lelaki si gadis. Dia mendengar laporan jika gadis yang akan segera dia tiduri adalah adik kesayangan dari lelaki perebut ibu dari kedua anaknya.
"Ughhh... panas... tolong..." lirih gadis yang bernama Denada itu, dia terus merintih memohon.
"Tentu saja aku akan menolong mu, tapi... neraka mu akan dimulai...!"
Setalah semua kain terlepas dari tubuh gadis itu, Arjuna yang juga sudah polos segera menyatukan miliknya dengan gadis berusia 19 tahun itu secara kasar.
Jleb!
Miliknya yang besar sudah berhasil menembus se_laput da_ra milik Denada, gadis itu tersentak kesakitan namun karena pengaruh obat rasa sakit itu hanya terasa sekilas. Tubuh gadis itu kembali menggelapar, meminta dipuaskan.
"Kau benar-benar masih vir_giin, ahhhh..." Arjuna mulai menikmati penyatuan mereka berdua. "Let's go... kita menuju surga dunia gadis kecil!"
Arjuna mulai menggerakkan tubuh berotot nya, bagian bawah tubuhnya terus memompa tubuh mungil namun sexy milik Denada.
"Uhggg... ahhh..." bibir Denada mulai meracau menger_aanggg.
Arjuna tersenyum devil, kegiatan panas mereka malam itu sudah direkam dari setiap sudut. Pria duda itu akan membuat Denada menjerit menikmati permainan mereka, untuk membuktikan jika gadis itu pun menyukai penyatuan malam itu.
.
.
Pagi hari dengan kepala berputar, akhirnya Denada terbangun. Gadis itu merasakan tubuhnya terasa sakit dimana-mana, bahkan area intinya begitu terasa perih.
"Arghhhh..." rintih Denada, dia mulai menggerakkan tubuh untuk bangun. Matanya masih belum terbuka sepenuhnya, dia pun mencoba mengumpulkan ingatan.
Deg!
"Tubuhku!" jerit Denada saat menyadari tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun.
"Morning," suara serak seorang lelaki mengagetkan nya dari arah samping.
"Arghhhhtt! Siapa ka-kamu?! Ke-kenapa... Oh tidak! Jangan bilang kita...?!" Denada mungkin masih berusia 19 tahun dan belum pernah berpacaran namun dia bukan gadis polos yang tidak mengerti apa-apa. Dia sering menonton drakor dan film romantis lainnya, jadi dia mengerti apa yang sedang terjadi padanya.
"Bajingaaaan...!!! Kau memperkaos ku! Eh! Memper_kosa ku!" teriak Denada lantas menarik selimut menutupi tubuhnya.
Gadis itu mengerenyitkan kening nya merasakan sakit yang luar biasa di tubuhnya bagian bawah sana, dia menduga kepe_rawanan nya sudah dicuri oleh pria yang tidur di sampingnya.
Denada turun dari ranjang dengan marah, dadanya kembang kempis dengan mata menatap tajam ke arah Arjuna.
"Turun kamu dari ranjang, gue hajar baru tahu rasa lo! Bule sia_lan! Enggak punya otak!" Denada mencak-mencak menunjuk wajah Arjuna dengan berapi-api, dia adalah sabuk hitam dalam taekwondo.
Lantas apa yang terjadi pada Arjuna, duda itu terbengong-bengong. Melongo persis seperti keledai bodoh, dia kira gadis itu akan menangis histeris lantas meminta pertanggung jawaban nya. Kemudian saat itu Arjuna akan menolak menikahi gadis itu dan balas dendam pun akhirnya tercapai dengan membiarkan adik dari musuhnya itu sengsara dan menderita karena kegadisan nya terenggut namun tidak ada yang mau bertanggung jawab.
Kenapa jadi begini?
___
Yang suka cerita ini, jangan nabung bab ya dibaca per bab nya setelah UP. Maacih 😍🙏🤭
Duda gila memang sematan yang pantas bagi Arjuna, sekarang niat pria bule itu seketika berubah. Tadinya dia tidak ingin bertanggung jawab dan membiarkan gadis tengil di depannya itu menderita. Namun kini dia sangat tertarik pada karakter berani gadis itu, lebih tepatnya ia dijadikan penasaran seolah tertantang untuk menjinakkan gadis galak namun menarik yang sudah berhasil ia hisap madunya.
"Oke, aku akan bertanggung jawab padamu! So... kamu jangan menantang adu kekuatan dengan ku, itu hanya akan merugikan mu sebagai perempuan! Seharusnya kau meminta pertanggung jawaban ku untuk menikahi mu. Jadi, gimana? Kapan kita married?"
Kini giliran Denada yang dibikin melongo, gadis yang masih berkuliah semester dua itu merasa dirinya sedang bermimpi.
"Jangan takut kau akan kelaparan, aku banyak uang untuk kuberikan padamu. Bahkan setiap hari kau berfoya-foya, uangku nggak akan ludes! Soal usia, kita memang agak terpaut jauh... tapi sepertinya itu nggak akan menjadi soal. Kita bisa menyesuaikan sifat kita berdua," dengan percaya diri Arjuna terus saja bicara.
Wajah Denada menggelap, gadis itu merasa sedang melakukan transaksi penjualan kegadisan nya yang telah terenggut. "Om om edaannnn! Siapa yang mau sama Om-Om gila kayak kamu! Mendingan aku terus menjadi GADIS RASA JANDA... daripada harus menikah dengan tua bangka bongkotan kayak kamu!"
Dengan geram Denada memunguti satu persatu pakaiannya nya yang tergeletak berantakan di lantai. Lantas dia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari noda.
"Dasar laki-laki nggak tahu diri! Emangnya siapa yang mau nikah sama dia! Arghhtttt! Sebenarnya apa yang terjadi semalam di pesta?!" Denada mencoba mengingat kejadian semalam seraya mengguyur tubuhnya di bawah air shower. Dia merasa buruk dan jijiikk dengan tubuhnya sendiri.
Di atas ranjang Arjuna memandang ke arah pintu kamar mandi, dia benar-benar diterapi syok dengan tanggapan penolakan yang diberikan Denada padanya.
"Oh shittttt!!! Gadis songong!" gerutu nya.
Sekitar lima belas menit, Denada dengan pakaian kusut dan rambut basah keluar dari kamar mandi. Gadis itu mendekati ranjang, menatap dingin pada Arjuna membuat duda dua anak itu menelan saliva berulang kali.
"Apa?!" bentak Arjuna baik menatap dingin Denada.
"Kita sudahi situasi itu, ingat! Om jangan pernah mencari ku dan menemui ku! Atau Om akan rasakan akibatnya!" ancam Denada.
Gadis itu membalikkan tubuh menuju pintu kamar, langkahnya terhenti saat Arjuna memanggilnya.
"Hei, bocah galak! Bagaimana jika kau hamil?"
Wajah Denada berubah ketakutan, namun dia berusaha menormalkan kembali wajahnya. Tangannya meremas gaun kusutnya, giginya bergemelutuk menahan emosi.
"Jika itu terjadi, aku akan membesarkan nya sendiri. Kau nggak ada hak mencampuri hidup ku!"
Tanpa menunggu jawaban dari Arjuna, Denada melanjutkan langkah kemudian membuka kunci pintu lalu keluar dari kamar tragedi baginya itu.
Blam!
Pintu tertutup dengan kencang, sudut mulut Arjuna terangkat dia menyeringai. " Gadis berani, bahkan jawaban nya sangat bagus. Dia nggak mengatakan akan menggugurkan kehamilan nya jika benar mengandung! Nice... tantangan sempurna! Tunggu saja gadis kecil, kau akan bertekuk lutut padaku dan saat itu terjadi... aku akan meninggalkan mu!"
.
.
Sesampainya di rumah besar milik kakaknya, Denada berjalan mengendap-endap. Dia ingin menghindari kakak iparnya yang tidak pernah akur dengannya, setiap hari kakak iparnya itu selalu playing victim atau sengaja berbuat masalah agar kakak laki-laki Denada bernama Devan semakin membenci adik perempuan satu-satunya itu.
Sejak Devan menikah dan Renata hadir dalam kehidupannya, Denada begitu tersiksa.
Sejak lima tahun lalu, Denada hanya tinggal berdua dengan Devan setelah kedua orang tua mereka meninggal beberapa tahun lalu karena sebuah kecelakaan yang direncanakan oleh pesaing bisnis. Sejak itu pula Devan begitu protektif dalam menjaga Denada, sampai-sampai orang lain iri dengan kedekatan dan keharmonisan mereka berdua sebagai saudara kandung.
Bahkan saking melindunginya, Devan selalu memantau setiap kegiatan Denada. Namun, Itu dulu...
Sejak dua tahun lalu perlakuan Devan berubah padanya, setelah tiba-tiba Devan sering berhubungan dengan Renata. Devan berubah cuek tak perduli pada Denada, terkadang pulang ke rumah terkadang tidak. Kadang menanyakan kabar Denada terkadang tidak.
Kehilangan! Itu yang dirasakan Denada saat sosok Renata hadir diantara dua bersaudara itu.
Prok
prok
"Bagus ya! Kelakuan perempuan murahaaan ya kayak gini! Katanya pergi ke pesta teman, tapi keluyuran semalaman...! Lihat penampilan mu, sudah terlihat seperti wanita panggilan malam! Pelacuuurr!" sembur Renata yang kini sudah menguasai rumah Devan, bahkan wanita itu sedang hamil 4 bulan. Semakin semena-mena Renata pada adik iparnya itu.
Denada mengepalkan kedua tangan, dia sudah sering sakit hati dengan perlakuan buruk Renata namun kata-kata kakak iparnya yang di lontarkan padanya barusan lebih menusuk harga dirinya.
Denada membalikkan tubuh menghadap Renata dengan tatapan mata dingin, "Aku memang pergi ke pesta Jeselyn, jika kamu nggak percaya itu terserah! Yang penting aku nggak merugikan kamu, toh selama kamu menikah dengan kak Devan... aku mencari uang sendiri. Kau yang sudah memotong uang sehari-hari ku dari kak Devan, bahkan uang untuk kuliah... aku membayarnya sendiri! Jadi, kau tidak berhak bicara buruk tentangku!"
"Hoho! Hahahaha.... ceritanya singa betina sedang mengaum! Hello! Kau itu jangan bangga bisa membiayai hidupmu sendiri tanpa uang suamiku! Sedangkan kau masih menjadi benalu di rumah tangga ku! Kalau kau masih punya harga diri, pergi dari rumah ini...!" usir Renata dengan wajah congkak.
"Ada apa ini?!" suara seorang lelaki mendekat.
Mendengar suara suaminya, raut wajah congkak Renata berubah. Dia kini berwajah memelas dan sedih.
"Mas, maafkan aku nggak bisa didik adikmu dengan baik." Renata berwajah lesu, dia lantas memeluk suaminya yang sudah bersiap akan pergi ke perusahaan.
"Ada apa lagi? Nada bikin ulah lagi, iya?!" geram Devan, dia menatap tajam ke arah adiknya.
Denada balik menatap tajam kakak kandung laki-laki nya, dia sudah terbiasa di fitnah bahkan Renata sering playing victim dengan menyalahkan nya dengan cara licik.
"Nada enggak salah, Mas. Aku yang salah... hiks..." kini Renata terisak.
Devan memeluk tubuh istrinya dengan lembut, "Kamu lagi mengandung anak kita, sayang. Jangan sedih-sedih, ya. Katakan apa yang terjadi sampai kamu seperti ini?"
Sementara Renata berakting, Denada mencebikkan bibir mencemooh ketololan kakaknya yang mudah sekali percaya dan terperdaya kata-kata istrinya.
“A-aku hanya bertanya baik-baik sama adikmu, darimana dia baru pulang sepagi ini. Padahal pesta ulang tahun Jeselyn selesai pukul 12 malam, adik temanku juga hadir disana jadi aku tau. Ta-tapi... Nada malah membentak ku dan bilang kalau aku bukan siapa-siapa nya, dia bilang aku jangan ikut campur dengan hidupnya. Aku merasa gagal menjadi kakak iparnya sekaligus ingin menjadi teman nya di rumah, Nada masih nggak suka sama aku. Hikssss... apa salahku Mas..."
Wajah Devan sudah mengeras, dia paling tidak tega mendengar istrinya menangis apalagi Renata sedang dengan mengandung benih-benih cinta mereka berdua. Dulu, dia juga yang merebut Renata dari mantan suaminya sebab Renata mengatakan padanya sering disiksa oleh Arjuna.
Setelah perceraian Renata dan Arjuna, tiga bulan kemudian dia melangsungkan pernikahan dengan Renata.
Prok
Prok
Kini giliran Denada bertepuk tangan, dia tersenyum sinis menatap Renata dengan segala sandiwara wanita ular itu.
"Selamat semakin terjerat oleh kelicikan istri mu ini, kak! Kau akan menyesal saat mengetahui siapa sebenarnya wanita berbisa ini! Dia tak lebih dari wanita manipulatif dan pembohong besar! Selalu playing victim seolah dia yang sedih dan tersakiti! Disini... aku yang terluka di perlakukan bak seorang pengemis di rumah ini! Aku benci kau wanita munafik...!"
PLAKKKK
Satu tamparan Devan berhasil mendarat di pipi Denada, dada lelaki itu naik turun menahan emosi yang membuncah mendengar adiknya menjelek-jelekkan istri yang sangat dicintainya.
"KAU adik tidak tahu diri! Seharusnya kau bersyukur, kakak iparmu masih menyayangi mu! Semalaman dia cemas kau nggak pulang ke rumah dengan selamat! Dia terus mengkhawatirkan mu, sampai dia menelepon ponsel mu berkali-kali. Tapi apa? Semalaman kau nggak bisa dihubungi! Kemana kau pergi, hah! Kenapa kau pulang pagi!" Devan mencekal lengan adiknya dengan kasar.
Rasa sakit mengoyak hati Denada diperlakukan seperti itu oleh kakak yang selalu melindungi nya dan menyayanginya selama ini, bukan sakit fisik karena tamparan namun kini Denada sudah yakin tak ada lagi yang bisa dia lakukan untuk membawa kembali kewarasan kakaknya dari pengaruh Renata.
"A-aku... akan pergi dari rumah ini sekarang. Terima kasih atas segala kasih sayang kak Devan untukku sampai saat ini, meski aku sangat merasakan... perhatian dan kasih sayang kakak padaku sudah mulai menghilang sejak kakak mengenal istrimu. Aku mencoba bertahan di rumah ini dari segala fitnah keji dan hinaan Renata karena ingin kak Devan yang dulu kembali. Kakak yang begitu protektif padaku dalam melindungi ku, kakak yang selalu mendengarkan keluh kesah ku sejak orang tua kita nggak ada. Tapi sekarang, aku menyerah. Aku akan meninggalkan kak Devan, jangan pernah mencariku..."
Denada pergi berlalu dari hadapan keduanya menuju kamar, dia mengunci pintu dan Devan yang menyusul terus menggedor pintu namun Denada tetap tidak membuka pintu.
"Mas, sudah. Kamu akan telat ke perusahaan, biar aku membujuk Nada. Aku yakin dia hanya merajuk, dia nggak akan kemana-mana."
Devan menghela nafas berat, "Anak itu makin enggak bisa diatur! Aku percayakan dia padamu, jangan terlalu lembek dalam menghadapi nya. Kalo ada apa-apa, segera telepon aku sayang."
Devan mengecup kening Renata lembut, tanpa sarapan dia pergi ke perusahaan. Dia tidak mood untuk memasukan makanan ke dalam perut, melihat pemberontakan adiknya.
Di dalam sana Denada gegas berganti pakaian. Setelahnya dia membereskan semua pakaian serta barang-barang penting pribadi lalu memasukkan nya ke dalam koper.
Denada menyeret koper keluar dari kamar, dia melewati ruangan depan. Disana Renata sedang duduk manis memainkan ponsel seraya tertawa-tawa bahagia.
Saat melihat Denada, wanita ular itu menghentikan aktivitas nya lantas bangkit dari duduknya.
"Bagus, jangan pernah berubah pikiran. Pergi sejauh mungkin dari kami, dari kakakmu! Jangan terus menempel, dia adalah milikku bukan milik siapapun termasuk kamu... adiknya sendiri! Cam kan itu!" Renata bersedekap dengan wajah angkuh.
"Kau akan menyesali setiap perlakuan dan fitnah mu padaku, Renata! Suatu hari nanti jika balasan Tuhan masih belum datang padamu, mungkin Tuhan sedang merancang balasan teramat pedih untukmu!"
"Kau menyumpahi ku! Kurang ajar!" tangan Renata terangkat untuk menampar, namun ditahan oleh Nada.
"Jangan pernah menyakiti ku dengan tangan kotor mu itu! Aku bisa saja memukuli mu sampai mati, tapi aku sangat menyayangi kakakku. Demi dia, aku mengalah! Hanya demi kakak ku!"
Nada menyentak tangan Renata, gadis itu pun segera pergi dari rumah besar yang dia tinggali sejak dia lahir ke dunia dengan perasan pedih harus meninggalkan kakaknya dengan wanita buruk seperti Renata.
Tak jauh dari rumah mewah milik Devan, seseorang berada di dalam mobil. Orang itu segera menelpon sang Bos yang memerintahkan dirinya untuk mengikuti dan memata-matai Denada.
"Halo, Tuan? Target sepertinya akan berpergian, dia menyeret koper keluar dari rumah nya."
"......."
Orang itu mendengarkan perintah dari sang Bos, lantas menjawab. "Siap, Tuan."
Sambungan telepon dimatikan, orang itu menoleh pada teman-teman nya yang berada di dalam mobil. "Bos menyuruh kita menculik perempuan itu, tapi jangan sampai gadis itu terluka. Bos juga bilang, jangan sampai kita menyentuh tubuhnya berlebihan. Dia adalah milik Bos!"
Mereka saling melirik, bagaimana caranya menculik tanpa harus menyentuh berlebihan?
Sementara gadis yang sedang di targetkan berjalan mencari taxi kosong, dia masih berjalan di tepi jalan.
.
.
Di rumah tak kalah mewah nya dari rumah Devan, sosok Arjuna baru saja menutup panggilan. Pria duda itu menyelipkan sebatang rokok di bibir, menikmati nikotin yang sejenak bisa menghalau rasa pahit di hatinya karena pengkhianatan.
Baru beberapa bulan ini, Arjuna sembuh dari lumpuh akibat kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya dua tahun lalu disaat dia mengejar mobil Renata yang sedang bersama Devan.
Arjuna membawa mobilnya dengan ugal-ugalan demi mengejar wanita yang kini sudah menjadi mantan istrinya itu, sayangnya dia berakhir dengan kecelakaan tragis yang mengakibatkan dirinya mengalami kerusakan saraf sementara, dia berakhir kehilangan sensasi pada otot-otot.
Setelah kecelakaan Arjuna dinyatakan koma selama lima bulan, selama itu pula persidangan perceraian tetap berlanjut antara pria itu dan Renata. Wanita itu menggugat dengan alasan KDRT, padahal selama Arjuna dan Renata menikah tidak pernah sekalipun Arjuna menyakiti tubuh Renata.
Hanya beberapa kali Arjuna terpancing menampar Renata, itu pun karena Renata terus meminta bercerai karena ingin bebas dari belenggu Arjuna dan ingin kembali pada Devan mantan kekasih nya sebelum menikah dengan Arjuna.
Pria mana yang tidak ingin membalas dendam, ketika dirinya dalam keadaan tidak berdaya dinyatakan koma. Pengadilan mengabulkan gugatan cerai Renata, padahal Arjuna sedang berjuang di antara hidup dan mati. Akhirnya Arjuna dan Renata resmi bercerai di saat Arjuna dalam keadaan kritis di rumah sakit dikarenakan anfal.
"Wanita iblisss!"
Rokok di jari tangan Arjuna kini sudah berpindah tempat ke tong sampah setelah diremas kuat oleh pria duda itu.
.
.
Di Perusahaan, Devan merasakan perasaan gelisah. Sejak tadi pikirannya tidak bisa fokus bekerja, dia membanting map laporan dari sekertaris nya beberapa kali ke atas meja.
"Laporan seperti apa ini!" bentaknya pada sang sekretaris, padahal biasanya sikap Devan selalu tenang.
Assisten nya melirik ke arah sekertaris, "Mei pergilah, biar aku yang mengurus laporan ini."
"Baik, Pak Jon." Sekertaris itu pun keluar dengan nafas lega.
Sepeninggal si sekertaris, Asisten Devan bernama Jonny mendekati sang Bos.
"Pak, ada apa? Kenapa Anda gelisah hari ini? Apa terjadi sesuatu pada Nyonya Renata?"
Devan menggelengkan kepala, dia memijit pelipisnya yang berdenyut nyeri. "Hanya masalah Nada, semakin hari kelakuan adikku itu semakin liar. Tadi malam dia dihubungi oleh istriku saat adikku itu di pesta, tetapi baru tadi pagi dia pulang ke rumah... padahal pesta semalam selesai pukul 12 malam kata Renata. Aku pusing mikirin Nada, apa aku nikahkan saja dia sama temen ku yang lagi mencari istri?"
Jonny sang Assisten nampak diam, dia ingin memberi pendapat namun tidak berani sebelum ditanya sang Bos.
"Menurut mu gimana, Jon?"
"Apa Anda sudah bertanya pada Nona Nada darimana dia semalam sampai tidak pulang setelah pesta selesai?"
Devan kembali menggeleng, "Aku hanya menebak dia keluyuran."
"Kenapa Anda tidak bertanya saja pada teman nya yang semalam berulang tahun... tentang kebenaran nya?"
Devan memikirkan saran dari sang Assisten, dia sebenarnya masih sangat menyayangi adiknya namun tingkah laku buruk adiknya yang sering dikatakan Renata padanya membuatnya kesal dan tidak ingin memikirkan kelakuan adiknya lagi.
"Perintahkan Rendi untuk menyelidiki pesta semalam," ujar Devan.
"Sudah lama sekali Anda tidak memerintahkan Rendi melindungi Nona Nada, pasti dia kaget."
"Hm." Devan hanya mengangguk, dia juga baru tersadar seberapa lama dia tidak memperdulikan adiknya itu dan hanya percaya pada istrinya.
"Oh iya, Pak. Kabarnya Tuan Arjuna sudah datang ke Indonesia sejak dua bulan lalu, dia sembuh dari lumpuhnya setelah kecelakaan itu beberapa bulan lalu dan datang kesini. Perusahaan yang ada disini, kini sudah semakin berkembang di tangan nya. Perusahaan nya salah satu pesaing kita selama dua bulan ini, tender di Kalimantan pun... Tuan Arjuna yang berhasil mendapatkan nya dan berhasil mengalahkan kita."
Brakkkk
"Kenapa kau baru mengatakan nya sekarang?! Kalau dia menemui istriku dan menyakiti nya, kau mau tanggung jawab!"
Jonny ingin mengatakan sesuatu, namun ia urungkan. Ia tahu cinta sang Bos untuk istrinya terlalu buta, hingga Devan tak akan percaya siapapun yang menjelek-jelekkan Renata.
"Maaf, Pak."
.
.
Di Rumah mewah Devan, seorang gadis berkacak pinggang dengan tatapan mata memburu.
Satu jam lalu saat Denada menunggu taxi, sebuah mobil berhenti di depannya dan keluar beberapa orang dengan tampang seram.
Orang-orang itu mengancam nya agar ikut ke dalam mobil dengan patuh, dia sebagai sabuk hitam taekwondo mana bisa menurut begitu saja.
Akhirnya aksi adu jotos pun terjadi, Denada melawan 5 orang pria dengan tubuh kekar dan mampu mengalahkan kelima orang itu.
Jadi, disini lah Denada berada sekarang. Dia mengancam balik kelima orang itu agar memberitahukan siapa yang menyuruh mereka menc_uliik nya.
"Bos, maafkan kami..." kelima orang itu tertunduk malu dengan wajah babak belur di hadapan Arjuna.
Sementara atensi Arjuna tertuju pada sosok Denada yang bersedekap menantang nya dengan wajah galak.
"Ini rumah kamu, Om?" senyum seringai terlihat menakutkan di bibir Denada, gadis itu sedang mode garang dalam tahap ekstrim. Dia sudah memperingati Arjuna untuk tidak menggangunya atau mencarinya, namun pria duda itu malah berniat menculik nya.
Mata Denada menatap ke arah tongkat golf, dia melangkah dengan pasti ke tempat tongkat golf itu berada.
Lalu.... satu dua tiga...
Prankkk
Prankkk
Prankkk
Denada mengayunkan tongkat golf ke beberapa guci seukuran orang dewasa hingga pecah, lantas memukulkan tongkat golf ke arah almari kaca. Gadis gahar itu juga memukulkan tongkat golf ke meja besar sofa, lantas memukul benda-benda lainnya dengan emosi. Semua barang-barang mahal di ruangan itu hancur berkeping-keping.
"STOP!" Arjuna mencekal lengan Denada, dia melihat tangan wanita itu berdarah terkena pecahan kaca, ada rasa khawatir menyelusup dalam hatinya, "Kau ingin menghancurkan rumah ini, memangnya kau bisa mengganti semua kerusakan nya! Saya akan melaporkan mu ke polisi atas pengrusakan barang pribadi!"
"Sana laporkan! Saya juga akan laporkan kamu atas penculikan...!" tantang Denada tanpa takut sedikitpun. "Jauhkan tangan kotor mu dari tangan ku!"
Arjuna melepaskan cekalan tangannya, kenapa rencana nya tidak pernah sesuai ekspektasi jika bersangkutan dengan Denada? Kenapa gadis di depannya ini selalu bisa memutar balikkan keadaan?
"Aku akan memaafkan perbuatan mu, Om. Asal kamu memberikanku tempat tinggal... aku harus menghidupi diriku sendiri. Kamu bilang tak masalah aku menghamburkan uang mu, aku hanya minta tempat tinggal padamu... tak masalah kan?"
"Bukankah kau punya rumah."
"Kau pasti mengikuti sampai para anak buah mu ini tau alamat rumahku, kan?"
"Iya." Jawab Arjuna jujur.
"Rumah itu bukan rumah ku, itu rumah kakak ku. Aku nggak punya rumah, jadi..."
Apa terjadi sesuatu padanya?
Arjuna hanya bisa menduga-duga, dia harus lebih menyelidiki tentang gadis di depannya. Saat melihat data Devan, dia hanya fokus jika Devan sangat menyayangi adik perempuan nya tanpa menyelidiki lebih lanjut tentang kehidupan Denada.
"Gimana?" tanya Denada.
"Oke, kau bisa tinggal disini."
"What, disini?! Tunggu! Aku nggak mau tinggal sama kamu Om!"
"Kalau begitu silahkan pergi! Tetapi, kalau kamu tinggal disini... segala kebutuhan mu akan aku penuhi. Hanya saja, kita harus meresmikan hubungan terlebih dulu. Tidak mungkin kita tinggal satu atap tanpa ikatan resmi, bukan? Lagipula saat di kamar hotel tadi... aku bilang kamu bisa menghabiskan uangku tapi dengan syarat kita sudah menikah."
"Dasar gila!" desis Denada, namun memikirkan tentang dirinya yang selama ini kesulitan mencari uang untuk kuliah dan untuk hidup sehari-hari nya karena hanya bekerja sebagai freelance yang gajinya tidak menentu. Bahkan kini dia harus mencari uang untuk menyewa kontrakan atau kost-an yang kemungkinan membutuhkan uang setiap bulan untuk membayar nya. "Sial!"
Sebelah alis Arjuna terangkat, dia sangat penasaran dan menunggu keputusan gadis itu.
"Om nggak punya istri, kan? Aku nggak mau jadi istri simpanan!"
Arjuna terkekeh geli, "Selamat, gadis galak! Aku single parent! Duda beranak dua, duda cerai!"
Wow! Mata Denada sedikit terbelalak.
"Aku akan memperkenalkan diriku padamu. Namaku, Vincent Arjuna Irwin. Duda dengan sepasang anak kembar berusia lima tahun, usiaku 34 tahun. Aku tidak setua bangka bongkotan... seperti yang kamu bilang saat mencemooh ku."
Denada mendengus kasar, tetap saja usia mereka begitu terpaut jauh.
Bagaimana ini, apa aku harus menerima Om-om Duda?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!