Rising Star
Hanya Gadis Malang
Seorang gadis sedang menaiki anak tangga dengan terburu-buru.
Hana
Mampus kalau telat, hari ini hari pertama masuk sekolah.
Kelasnya sudah dimulai 15 menit yang lalu. Dia masih mempunyai kesempatan. Setidaknya dia tidak datang lewat dari 30 menit.
Seorang murid menghampirinya. Dia mengulurkan tangan untuk membantu Hana.
Hana tidak menyambut tangan Riko. Ia memilih untuk berdiri dengan sendirinya.
Riko
Pantesan Lo ga punya temen.
Hana langsung ke kelasnya. Benar dugaannya. Seorang guru sudah memulai kelas.
Hana masuk dari pintu belakang.
Hana
Gw harus berhati-hati pas masuk. Jangan sampai guru itu tahu gw telat.
Pak Tukiman
Kamu yang ada di belakang!
Pak Tukiman
Kami kira sekolah ini punya ayahmu?! Bisa-bisanya kamu telat di hari pertama sekolah!
Pak Tukiman
Tetap berdiri di situ!
Gadis yang malang. Ia harus berdiri di belakang kelas. Semua orang menertawakan dirinya.
Tak lama, seorang siswa membuka pintu yang membuat semua orang menatapnya.
Pak Tukiman
Kamu juga yang baru datang! Berdiri di belakang!
Siswa itu berdiri di samping Hana.
Pak Tukiman melanjutkan mengabsen anak muridnya.
Pak Tukiman
Zegran Jovandav Glarenth.
Siswa yang berdiri di samping Hana mengangkat tangannya ketika namanya disebut.
Pak Tukiman
Kamu beneran Zegran?
Pak Tukiman
Waduh! Kok bisa kamu telat. Pasti macet jalannya, ya?
Ini reaksi yang berbeda. Saat Hana masuk guru itu memarahinya, tapi berbeda dengan Zegran.
Itu karena Zegran adalah murid pintar sekaligus paling kaya di sekolah itu.
Pak Tukiman
Kamu sudah bisa ke kursimu.
Pak Tukiman
Kamu yang di belakang sana?
Hana
Hana Dahlia Luna, Pak.
Pak Tukiman
Oh, itu kamu ternyata.
Pak Tukiman
Sana duduk di kursimu! Besok-besok jangan telat lagi atau saya hukum kamu!
Ternyata Hana dan Zegran duduk bersebelahan. Mereka sempat bertatapan beberapa detik sebelum kembali fokus ke papan tulis.
Pak Tukiman
Mulai hari ini, saya adalah wali kelas kalian di kelas 12. Bapak berharap kalian dapat saling membantu.
Semua murid berseru dengan semangat kecuali Hana.
Hana
Nama gw Hana Dahlia Alana. Sekarang umur gw 18 tahun. Di umur segini gw harus menghadapi betapa kerasnya dunia.
Hana
Setahun yang lalu, hari di mana hidupku benar-benar hancur. Ibu gw ninggalin gw tanpa alasan. Perusahaan bapak gw bangkrut dan dia lagi dikejar-kejar rentenir. Dia ga pernah pulang selama berbulan-bulan.
"Kenapa semua ini bisa terjadi? Sampai sekarang aku masih belum mengerti. Dari sekian banyak manusia yang ada di dunia ini. Mengapa harus aku?"
"Aku hanyalah seorang gadis remaja yang malang."
Kondisi
Semua orang tahu kondisi keluarga Hana. Karena hal itu, Hana dikucilkan oleh semua orang.
Hana duduk sendirian di meja makan. Piringnya terlihat sedikit lebih banyak dari teman-temannya. Dia sengaja mengambil banyak agar bisa dibawa pulang.
Hana mengeluarkan kotak makanan dari jas seragam sekolahnya.
Siswi itu sengaja menyenggolnya agar makanan yang ada di tempat makan itu terjadi dari tangannya.
Makanannya berhamburan di atas lantai. Mau tak mau, ia harus mengutipnya kembali.
Gina
Kasian banget jadi orang.
Masih ada sedikit waktu sebelum waktu istirahat selesai. Hana menghabiskan waktunya untuk mengerjakan tugasnya.
Hana tahu panggilan tersebut untuk dirinya, tapi ia sengaja tidak menjawab panggilan tersebut.
Gina
Orang di samping lo bisu, ya? Ga pernah gw lihat dia ngomong.
Zegran
Mungkin dia pura-pura bisu biar ga diajak ngomong sama lo.
Fora
Dia memang aneh, sih.
Fora
Aneh-aneh gitu dia pintar juga. Lihatlah nilai MTK dia, sempurna.
Fora
Kau aja kalah, Zegran.
Zegran
Kalian buta, ya? Ga lihat aku lagi belajar.
Gina
Gara-gara lo anak kesayangan semua guru bukan berarti lo bisa sombong, ya.
Hana hanya menyimak pembicaraan mereka. Gina dan Fora langsung pergi.
Hana tidak menjawab. Dia tetap mengerjakan tugasnya.
Zegran
Orang manggil dijawab, dong.
Zegran
Dari mana kau belajar MTK?
Zegran
Aku nanya sama lo, tinggal jawab apa susahnya. Kau beneran tuli?
Zegran
Lo ga nyontek pas ujian, 'kan?
Hana
Maksud lo apa nuduh gw nyontek pas ujian?
Zegran
Lo aja ga punya duit buat ikut les, ga mungkin seratus nilai lo.
Hana
Apa urusan lo kalau nilai gw seratus.
Bel pulang sudah berbunyi dari tadi. Hana masih betah dengan tugasnya. Ia harus menyelesaikan saat itu juga.
Zegran pun beranjak dari tempat duduknya. Hana memerhatikan Zegran yang sedang membuang buku di tempat sampah.
Hana memutuskan untuk mengambil buku yang sudah Zegran buang itu. Ia merobek halaman yang telah tertulis nama sang pemilik.
Hana
Ga apa-apa, Hana. Ga ada yang lihat, kau ga bakalan ketahuan.
Ayah Hana sudah tidak pernah pulang sekitar 5 bulan yang lalu. Mau tidak mau, ia harus bekerja untuk mencari uang.
Ia juga memiliki adik yang masih berumur 11 tahun.
Pak Jamal
Kamu datang juga.
Pak Jamal
Ganti baju sana.
Di sela kesibukannya, Hana masih menyempatkan untuk belajar. Ia sering kali membuka catatan kecil tentang pelajarannya.
Pak Jamal
Kamu lagi butuh uang banget?
Pak Jamal
Kamu ga pusing belajar sambil kerja?
Hana
Ini resiko anak sekolah kalau mau kerja, Pak.
Pak Jamal
Dari banyaknya pekerja, kamu yang paling bagus.
Pak Jamal
Udah rajin pintar lagi.
Hana
Ada-ada saja Bapak ini.
Akhirnya shift Hana selesai juga.
Pak Jamal
Kamu udah kerja keras hari ini.
Pak Jamal
Ini saya kasih bonus buat kamu.
Pak Jamal
Besok datang lagi, ya?
Hana
Saya cuman pengganti doang, Pak.
Pak Jamal
Pekerja sebelumnya udah ngundur diri, kok.
Pak Jamal
Kamu aja yang ganti, ya. Sayang banget kalau kamu ga lanjut.
Hana
Baiklah kalau gitu, Pak.
Malam ini begitu menyenangkan. Dia mendapatkan pekerjaan tetap. Tak hanya itu, ia mendapatkan bonus yang lumayan banyak.
Uang bonus itu Hana pakai untuk membeli beras dan telur.
Haru Delila Luna, satu-satunya keluarga yang Hana punya. Mereka terpaut 7 tahun.
Hana
Kan masih ada besok. Lanjutin besok aja.
Haru memiliki bakat dalam fotografi. Seharian ia berkeliaran untuk mengambil foto yang bisa ia jual.
Haru
Aku ga mau makan. Kenyang banget ni.
Hana
Kapan lo makan? Tadi siang?
Haru
Aku makan langsung tiga porsi biar ga usah makan lagi.
Hana
Aneh banget. Perut lo ga apa-apa? Jangan sampe perut lo kenapa-kenapa, ya.
Haru
Ga mungkin, kok. Udah terbiasa juga.
Seperti inikah orang dewasa menyelesaikan masalah. Menelantarkan mereka begitu saja.
"Begitukah cara orang dewasa menyelesaikan masalah?"
Siapa Pria Itu
Di kamar. Hana sedang siap-siap untuk kembali belajar.
Hana
Kau belum bilang, masa aku ngamuk.
Haru
Tadi Bu Tania datang buat nagih uang sewa.
Hana
Terus, kau jawabnya apa?
Haru
Kak, aku mau jual kamera ini.
Haru
Mayan buat bayar uang sewa.
Haru
Kita udah ga bayar 4 bulan lho, Kak.
Hana
Kakak ga suka kamu bahas ini lagi. Kakak ga bakalan jual kamera itu.
Haru
Kita jual kamera ini terus bayar utang kita. Masalah kita selesai, Kak.
Hana
Jual kamera itu sama aja kayak jual impian kamu.
Haru
Aku cuman mau bantu kakak.
Hana
Kakak ga butuh uang itu. Kakak cuman butuh kamu.
Hana
Kamu yang bikin aku kuat selama ini. Jangan ngomong sembarangan kamu.
Hana sedang siap-siap ke sekolah. Haru pula sedang menyantap sarapan pagi.
Hana
Apa lidah gw yang masalah, ya.
Haru
Perasaan kakak aja itu.
Haru
Buktinya enak-enak aja.
Hana
Hati-hati kalau di jalan. Jalan mau kalau diajak ke mana-mana.
Hana
Jangan asal bergaul sama orang lain.
Hana baru pulang dari kamar mandi. Saat dia duduk di kursinya, ia melihat sehelai uang tepat di samping mejanya.
Dia melihat sekitar. Orang-orang sibuk dengan urusan mereka.
Hana
Apa, sih. Kok aku mikirnya kek gitu. Uang orang itu, Hana.
Hana masih menatap uang tersebut. Namun, Zegran datang secara tiba-tiba. Mau tidak mau Hana harus mengambil uang tersebut.
Wajah Hana sedikit panik.
Gina datang sambil mengeluh jika uangnya hilang.
Hana
Sial. Duit Gina ternyata.
Gina
Duitku ke mana, ya. Perasaan jatuhnya di sini, deh.
Zegran
Gw ga lihat apa-apa.
Gina
Keknya duit gw dicuri, deh.
Sebenarnya duit itu adalah rencana Gina yang ingin mempermalukan Hana. Dia juga tahu kalau uang tersebut memang ada di tangan Hana.
Gina
Ya sudah. Gw anggap sedekah.
Jika Hana mengembalikan uang tersebut, harga dirinya akan direndahkan oleh Gina.
Hana
Anggap aja kau yang kotor bukan duit ini.
Inilah tempat yang sering ia kunjungi. Bukan perputaran atau semacamnya, tapi ke atap sebuah gedung.
Siapa saja bisa meloncat dari tempat itu.
Hana
Orang-orang pada sibuk semua.
Hana
Aku bisa lihat dari atas sini.
Hana berdiri di atas pembatas. Ia memejamkan mata sambil merasakan angin sepoi-sepoi.
Hana
Kalau gw loncat, sakit ga ya?
Hana
Terus, apa yang terjadi sama gw?
Hana
Bodoh! Aku belum gila buat loncat dari sini!
Hana tersadar dari lamunannya. Ia berdiam sejenak sebelum kembali untuk bekerja.
Tubuh Hana ditarik ke belakang.
Hana
Anjir, ada yang tarik gw.
Angin bukan tersangkanya. Seorang pria adalah dalangnya. Tangan kanannya ditarik, membuat tubuhnya terjatuh di atas tubuh pria itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!