Cinta itu menyakitkan …
Yaa mungkin itu yang dirasakan mely, gadis berumur 21 tahun.dia hidup di dalam keluarga yang sederhana. Namun, sedikitpun ia tak pernah meratapi kesederhanaannya itu. Kalaupun ada, ia selalu meyakinkan dirinya sendiri bahwa masih banyak diluar sana bahkan ada yang jauh dari kata sederhana dari dia.
Senja berganti menjadi malam, sang surya pun perlahan mulai meninggalkan langit dan berganti dengan sinar bulan yang begitu indah. Dikelilingi oleh jutaan bintang yang siap memancarkan sinar indahnya untuk dunia. Dunia yang satu orang pun tak takkan tahu kapan akan musnah.
Mely tetap menatap langit kosong, berharap akan ada bintang yang jatuh untuk menemaninya berbagi gelisah dalam hati. Dilema.. ya mungkin kiasan itu yang lebih tepat mengisyaratkan isi hatinya saat ini. Namun, disaat ia telah terlena oleh indahnya jutaan bintang. ponsel kecil nya pun berdering. Dengan sedikit ragu ia menekan tombol hijau untuk menjawabnya.
“ Hallo.. .” Sapa Mely pada orang disebrang sana, namun tak ada jawaban. Heniing…
“ Hallo.. niat telepon ga sihh, apa Cuma mau miscall ??” Gertak Mely kesal karna merasa diacuhkan.
“ Kamu masih marah Mel .. ??” jawab orang disebrang sana, akhirnya ia pun berani membuka suaranya.
“ Mau ngomong apa ?? to the point aja, aku males basa-basi .”
“ Sampe kapan sih kamu mau marah sama aku, aku bener-bener minta maaf mel ..” Tanyanya dengan suara yang sedikit bergeming.
“ Yaudahlah Ga.. aku udah bebasin kamu, aku ga akan ngatur - ngatur kamu lagi. Terserah kamu mau ngapain, mau kamu jalan ama cewek lain, atau sama sahabat deket aku pun itu terserah sama kamu. TERSERAH KAMU…pokonya aku ga peduli lagi sekarang..” Mely pun menegaskan kata katanya, namun tanpa ia sadari hal itu malah menyakiti dirinya sendiri. Air mata pun jatuh dari pelupuk matanya. Seakan ia benar-benar tak mampu membuka ruang hati lagi untuk Yoga, walau hanya sedikit saja.
Yoga…yaa lelaki berkulit sawo matang berhidung mancung inilah yang membuat wanita cantik dan ceria seperti Mely patah hati. Sebulan yang lalu, Mely tanpa sengaja membaca inbox di akun jejaring sosial Yoga, yang berisikan bahwa selama ini ia telah backstreet dari Mely dengan menjalin hubungan bersama Tia yang tak lain adalah sahabat dekatnya. Di inbox itu menegaskan bahwa mereka mengatur semuanya serapi mungkin agar Mely tidak mengetahui hubungan mereka. Namun sayang, Tuhan masih sayang kepada Mely, hingga tanpa sadar Mely yang saat itu hanya ingin memperbaiki akun Yoga yang rusak, tertarik untuk membaca inbox kekasihnya itu. Entahh apa yang saat itu dia rasakan, seakan ada suatu dorongan kuat untuk membuka inbox yang nota bene sangat privasi bagi seseorang. Satu, dua, tiga menit Mely membacanya tidak ada hal yang sangat berarti, bahkan dia sempat tertawa kecil sendiri membacanya. Namun makin jauh ia membaca, ia menemukan hal yang ganjil dari message Tia pada kekasihnya itu, ia buka satu persatu message, ia terus menekan see older message hingga akhirnya sampai pada awal pembicaraan mereka. Awalnya Mely benar-benar tak percaya dengan apa yang dikatakan Tia. Disitu tertulis ..
Kamu jangan cemburu dong sayang, aku bilang kalo sandi itu pacarku karna aku ngga mau Mely curiga sama kita. Aku ngga mau dia tau tentang hubungan kita dibelakang dia.
Bak disambar petir di siang bolong , Mely menangis sambil membaca terus message Tia dan Yoga. Ia tak menyangka bahwa dua orang yang sangat ia percaya itu bisa melakukan hal menyakitkan pada dirinya. Apalagi Tia, ya tuhaan .. setiap hari Mely curhat pada Tia bahwa dia sangat mencintai Yoga, bahkan dia yang meyakinkan Mely agar sabar dan terus bertahan apabila ada masalah pada hubungan mereka. Tapi, kenapa sekarang seperti ini tuhan, dalam hati Mely meraung raung akan yang terjadi pada hidupnya.
Setelah Mely membaca semua message dari Tia. Seketika ia langsung pilih sign out untuk menutup akun tersebut. Tak tanggung-tanggung ia menonaktifkan juga ponsel kecilnya, tanpa berpikir panjang untuk segalanya.
“Maafin aku Mel.. aku bener-bener menyesal. Lagian aku ga lama jadian sama si Tia, aku inget kamu aku ga mau kehilangan kamu. Makanya aku akhirin backstreetku sama dia.” Rengek Yoga menjelaskan.
“Terserah kamu, aku bilang semuanya udah berakhir. Aku dan kamu memang awal dari hubungan kita. Tapi kamu dan Tia adalah alasan mengapa hubugan kita harus berakhir. Puas kalian hehhmm .. puass buat aku kaya orang **** didepan kalian berdua ??” bentak Mely dengan air mata yang terus dan terus jatuh dari pelupuk matanya.
“Engga Mel.. pliss jangan ngomong gitu .. aku sayang sama kamu. Aku bener-bener nyesel .”
Tak ada suara dari Mely, ia tak kuasa membendung air matanya. Sungguh begitu perih hatinya kala itu, mendengar semua pengakuan Yoga. Namun bukan hanya itu, yang lebih menyayat hatinya adalah hingga saat ini pun, Sebulan berlalu Tia tetap tidak mau mengaku tentang hubungannya dengan Yoga . Mely serasa hanya patung untuk sahabatnya itu, tak dianggap, tak dihargai dan tak ada artinya sama sekali.
**********
Tak terasa pagi telah datang. Hal yang sangat tak diharapkan Mely saat ini. Untuk kesekian kalinya ia harus bertemu dengan sahabat yang sudah mengkhianatinya itu. Entah harus bagaimana lagi ia bersikap didepan Tia.
“Mellllll... ayo bangun sayang. Udah pagi, nanti kamu telat lagi kekantornya”. Teriak mamanya dari bawah.
“Iya ma... ini udah bangun kok, udah rapi juga tinggal berangkat”. Jawab Mely dari kamarnya.
Seusai rapi, Mely langsung turun kebawah untuk menikmati sarapan paginya brsama kedua orang tuanya, lalu berangkat.
Selama diperjalanan Mely merasa kosong, tak seperti hari-hari sebelumnya saat dia belum mengalami masalah ini. Ia tak tahu harus bagaimana untuk bersikap, didepan Tia, didepan sahabat-sahabatnya yang lain, didepan semuanya yang mengetahui masalahnya.
Lima belas menit pun berlalu, sampailah ia didepan gedung kantornya. Ia berharap semua akan baik-baik saja...
#hai hai hai hai..
ini novel pertamaku..😘
dukung terus ya🤗🙏
mohon maaf masih banyak kekurangan nya😁
love love love😘😘😘😘
Menyesali semua yang telah terjadi. Ya itulah yang dirasakan Yoga, ia benar benar sangat menyesal akan apa yang telah terjadi. Ia sadar bahwa semua yang terjadi pada dirinya, Mely dan Tia adalah kesalahan terbodoh baginya. Kesalahan terbodoh yang membuat hubungannya hancur dan rasa kepercayaan Mely pun musnah. Ia sangat tahu watak Mely, dia paling benci dibohongi, karna ia merasa seseorang yang berbohong adalah orang yang pengecut, karna sekalinya ia berbohong ia akan terus berbohong untuk menutupi kebohongan selanjutnya. Namun itu yang membuat Yoga begitu mencintainya, karna semasa mereka berteman, dekat hingga menjalin hubungan. Sekalipun Mely tak pernah berbohong pada dirinya, bahkan Mely yang selalu mengalah untuknya. Namun apa yang telah ia lakukan, ia tega mengkhianati gadis itu.
Tak sadar Yoga meneteskan air matanya. Untuk pertama kalinya ia menangisi seorang gadis. Gadis yang baru ia sadari, bahwa ia sangat mencintainya. Entah cara apalagi yang harus ia lakukan untuk menggapai lagi cintanya. Jangankan untuk menggapai cintanya, untuk mendapatkan kepercayaan Mely kembali pun sangatlah sulit sekarang.
“ Kalau waktu bisa di putar, aku ngga akan pernah ngelakuin hal bodoh itu Mell.. aku sayang banget sama kamu.” Tak terasa air matanya semakin deras mengalir di pelupuk matanya.
Semalaman ia meratapi kebodohannya, ia tak perduli bahwa esok ia harus bangun pagi untuk bertemu klien di kafe. Bos perusahaan telah berkali kali mengingatkan Yoga, bahwa ia harus focus pada pekerjaanya. Dan dia harus bisa membagi antara pekerjaan dan masalah pribadinya. Namun semua itu tak digubris sama sekali oleh laki-laki berbadan jakung itu. Sungguh pikirannya hanya tertuju pada Mely, hanya pada Mely wanita yang sudah ia remukkan hatinya. Bahkan mama Yoga pun sempat bingung dengan perubahan anak laki-lakinya itu. Ia khawatir perubahan anaknya itu akan berdampak buruk pada pekerjaan nya.
Pagi pun datang. Sang Surya dengan malu-malu mulai menampakkan keindahannya. Yoga pun sudah bersiap siap untuk pergi ke kantor. Namun sesampainya disana, kekhawatiran itu pun terjadi. Yoga lagi-lagi melamun saat kliennya menerangkan sesuatu. Dan akibatnya klien tersebut marah-marah karna kinerja Yoga yang tidak professional dan langsung pergi begitu saja. adam, teman dekatnya pun begitu bingung atas perubahan teman sebangsanya itu. Ia baru kali ini melihat temannya itu begitu terpuruk karna seorang gadis.
“ Kenapa sih loe Ga, ga biasanya loe kaya gini .” Adam memberanikan diri untuk bertanya.
“ Gue juga ga tau dam.. pikiran gue kosong, ga tau lahh .” jawab Yoga dengan menutup mukanya dengan kedua tangannya.
“ Mending loe balik deh Ga, kalo besok loe masih kaya gini mending loe ga usah masuk daripada disini Cuma bikin bos marah-marah mulu. Gue tahu loe ada masalah sama cewek loe, tapi loe juga harus inget. Disini kita satu kelompok, Kalo loe salah yang dimarahin bukan Cuma loe tapi kita semua. Loe ngerti kan ??” jelas Adam pada karibnya itu.
“ Sorry Dam.. tapi sumpah pikiran gue kalut banget sekarang, tapi gue janji mulai sekarang gue bakal professional ama tugas gue. Thanks yaa .. !!” jawab Dimas.
Yoga pun meninggalkan Adam yang masih duduk diatas kursinya. Adam masih tercengang oleh sikap Yoga yang berubah tak seperti biasanya, ia merasa bahwa untuk kali ini Yoga memang benar-benar mencintai gadis pujaan hatinya itu.
Tanpa sepengetahuan Yoga, Adam mengambil handphone temannya itu. Sempat terpikir olehnya, mengapa tak dibantunya teman sebangsa sedunianya itu. Akhirnya ia mengambil handphone Yoga dan menulis sebuah SMS untuk Mely. Ia mencari nama Mely didalam kontak telepon Yoga. Tak lama ia gulir kebawah keatas kontak Yoga akhirnya, ia menemukan nama Princess ku di kontaknya. Tanpa pikir panjang ia langsung menulis SMS untuk Mely, gadis pujaan sahabatnya itu.
Ehh sorry, loe pacarnya Yoga yaa ?? gue bukannya ikut campur ama masalah kalian berdua, tapi gue Cuma mau bilang tolong loe selesaiin masalah loe sama Yoga. Sekarang dia lagi kacau banget. Semua yang dia lakuin ga ada yang bener, diotaknya Cuma ada loe. Jadi gue mohon banget ama loe selesaiin semuanya, pliss tolongin gue.
Setelah sent message ditekan, tak lupa ia langsung menghapus semua laporan pengiriman dalam ponsel Yoga. Semua itu dilakukannya agar Yoga tidak marah dan mengetahui apa yang telah dilakukannya.
jam istirahat pun di mulai, semua karyawan berhamburan keluar dari ruangan masing-masing untuk mengisi perut mereka yang kosong atau hanya sekedar berbincang bincang kecil dengan teman-teman yang lain nya. Namun semua itu tak ada yang menarik lagi bagi Mely. Ingin berbincang-bincang, namun apa yang harus dibicarakan. Ingin makan atau sekedar jajan, namun tak ada gairah sedikitpun untuknya. Ia masih memikirkan SMS dari ponsel Yoga tadi, apa benar Dimas begitu menyesal ?? apa salah aku, tak mempercayainya ?? Terus dan terus terngiang dibenaknya semua yang telah ia alami beberapa minggu ini. Hingga teman dekatnya pun tak kuat melihat Mely yang selalu tak pernah habis tersenyum malah menjadi gadis yang murung dan tak bergairah.
“ Melyyy sayang, galau mulu euyy” siska memulai pembincaraan sambil menepuk pelan punggung Mely.
“ Heuumm.. kamu Sis” jawab Mely sekenanya
“ Kenapa sihh Mel .. mau sampai kapan loe kaya gini terus. Loe mati-matian mikiran dia yang udah ngehianati loe, apa dia mikirin loe hehmm ??” Arin pun ikut berbicara
“ Susah guys, susah banget .. !!” jawab Mely, hingga lagi-lagi meneteskan air matanya.
“ Udah-udah gak usah di bahas sekarang, mending sekarang kamu makan dulu. Ini udah aku beliin baksonya pak Salim, cepet makan” Dea pun menengahi pembicaraan mereka bertiga.
“ Aku ga laper .. entar kalo laper juga aku makan kok”
“ Mau makan sekarang apa ngga sama sekali ?? loe ga makan, ga akan nyelesain masalah loe, malah bakalan sakit entar” Dea langsung menyodorkan bakso didepan Mely.
Dea, Arin dan Siska adalah sahabat Mely. Mereka tahu apa yang sedang dirasakan Mely saat ini. Bahkan, Dea yang saat itu sudah mencium gelagat mencurigakan dari Tia dan Yoga, sempat mengutarakan kecurigaannya pada Mely. Namun begitu besar kepercayaan Mely kepada Yoga dan Tia, hingga Mely pun tak mendengarkan peringatan dari sahabatnya yang lain. Padahal sahabat-sahabatnya sering kali memperingatkan, namun sedikitpun tak ia hiraukan. Kini begitu besar rasa bersalah dan malu Mely pada mereka, ia salah menilai seseorang. Orang yang selama ini ia anggap saudara sendiri, yang begitu dipercayainya malah mengkhianatinya hingga seperti ini. Sedangkan, sahabat-sahabatnya yang telah ia acuhkan malah selalu mendampinginya dalam keadaan apapun.
“ Ehh Sis, loe udah ngerjain tugasnya Bu Sri belom ??” Seketika Susan memulai lagi percakapan
“ Lohh iya ya, ada tugas dari dia. Hadoh mana sore ini harus serahin lagi. Gimana dong ??” Jawab Siska sambil memain-mainkan sedotan minumnya.
“ Ckckck.. kebiasaan deh kalian ini, mepet mulu kalo mau ngerjain .” Jawab Mely sambil menyunggingkan bibirnya pada kedua sohibnya itu.
“ Hehehehh Melyyy kamu kan cantik, terus baik lagi, ba …. .”
“ Iya iyaahh aku bantuin .” Tangkis Mely sebelum kedua temannya itu meneyelesaikan kata-katanya
“ Ehh aku juga, aku kan baru di Bandung jadi aku belum terlalu hafal sama Bandung , aku ga tahu tempat-tempat disini, nanti kalo weekend kita jalan jalan ya” Arin yang sedari tadi duduk diam pun akhirnya ikut berbicara.
“ iya iyahh.. teserah kalian dehh .”
“ oke daaaaaaaaahhh.. pokoknya tugas gue selesai. Lagian biar loe ada temennya, ga mikirin Yogaaaaaa mulu.” Gerutu dea sambil melirik sahabatnya itu.
Mely sangat beruntung memiliki sahabat seperti mereka semua. Walaupun, kadang mereka sering bertengkar kecil namun tak bisa memisahkan persahabatan mereka..
Assalamualaikum … ”
“ Wa’alaikum salam …baru pulang sayang ” Tanya mama saat Ia membuka pintu.
" Iya ma.."
“ Ya sudah cepat ganti baju, terus makan dulu.."
Mely pun bergegas ganti baju di kamarnya yang dilantai atas, lalu turun untuk makan bersama mamanya , sambil bergurau-gurau kecil.
" papa belum pulang ma..??"tanya mely
"belum sayang mungkin sebentar lagi..."jawab mama nya..
selesai makan Mely langsung masuk ke kamar dan merebahkan dirinya di kasur.
Tiba-tiba Hp Mely berdering, lagi-lagi Yoga yang menelpon. Sekuat tenaga Mely menahan untuk tidak menerimanya, namun apa daya begitu besar rasa ingin tahunya. Apa yang dikatakan Adam benar ?? bahwa dia masih sering memikirkannya setelah semua yang terjadi ??
Mely pun langsung keluar dan mengangkatnya..
“ Hallo .. kenapa ??"Mely memulai pembicaraan
“ Aku kangen sama kamu, akhirnya aku denger suara kamu lagi “. Jawab laki-laki disebrang sana terlihat senang
“ Mau kamu apa lagi sihh .. hehmm ??”
“ Aku Cuma mau denger suara kamu doang kok .” jawab Yoga sendu
“ Udahlah .. kita udah selesai, pliss jangan ganggu aku lagi. Aku mau tenang Ga .. pliss tolongin aku .” jawab Mely dengan air mata dipipinya.
“ Apa udah ngga ada kesempatan kedua buat aku ?? Sekali aja kasih aku kesempatan lagi .” pinta Yoga
“ Kamu tahu kalau aku paling ngga suka dibohongin, dan kamu lakuin itu sekarang, terus kamu masih bisa minta ke aku kesempatan kedua ??” Jawab Mely dengan nada tingginya.
“ Aku khilaf waktu itu.. tolong kasih aku sekali lagi kesempatan. Aku akan perbaiki semuanya sayang .. pliiss .” Yoga pun tak lelah terus meminta pada Mely
“ Maaf Ga.. tapi hati aku udah terlanjur sakit, dan kepercayaan aku udah ga ada buat kamu .. jadi aku mohon tolong jauhin aku dan jangan hubungin aku lagi.. Assalamualaikum .” Mely langsung menutup telponnya.
Entah benar atau salah untuk saat ini yang ia tahu benar-benar ingin jauh dari bayang-bayang Yoga. Walaupun ia sendiri tak yakin bisa hidup tanpa Yoga disampingnya. Tapi biarlah, biar waktu yang menjawab semuanya..
pagi pun tiba..seperti biasa Mely sudah rapi dan siap berangkat ke kantor..berharap pagi ini semua berjalan dengan semestinya..
Sesampainya di kantor
Ternyata pagi ini kami segenap karyawan harus menyambut kedatangan anak pemilik perusahaan tempat kami bekerja. Persis seperti Raja saja. Ada berita baru lagi yang katanya anak bosku itu seorang gay tidak suka pada perempuan yang selalu sinis pada mahluk yang bernama perempuan.
Datang sebuah mobil mewah tepat didepan pintu loby utama Dan Mely pun tidak berani mengangkat wajahnya ketika pintu mobil terbuka dan terlihat kaki dengan sepatu yang mengkilap melangkah keluar dari mobil.
Dan kepala Hrd memperkenalkan Mely sebagai sekretarisnya. Mely pun sempat kaget,kalau dia di pindah tugaskan menjadi sekertarisnya.Dengan tatapan dingin dia memandang Mely sambil menganggukan kepala..
Pukul 21.45 WIB. Suasana sudah sepi dan lengang, hampir semua karyawan dan karyawati bersiap untuk pulang. Setelah memastikan semua pekerjaan beres Mely memantau absensi sidik jari di layar monitor untuk karyawan..Mely langsung berbenah dan bergegas menuju jalan utama untuk menyetop angkot. Sebenarnya ini terlalu melelahkan buatnya,karna tiba tiba dia dipindah kan menjadi sekertaris bos..
" Aduuh lama banget nih hujan berhentinya,mana dingin lagi”
Dalam keadaan hujan lebat seperti ini ga mungkin rasanya Mely menyerobot pulang naik motor,akan sangat berbahaya apa lagi ia tak memiliki jas hujan.
“Belum pulang?”
Sebuah suara mengejutkan Mely yang sedang berdiri dipelataran kantor
“Ahh eeh pak bos be belum pak,hujannya ga mau berhenti”
“Hujan seperti ini akan lama berhentinya”
Wajah Mely mulai terlihat cemas mendengar perkataan Nathan,entah bermaksud menggodanya atau memang benar demikian keadaan cuacanya.
Nathan melirik wajah cemas Mely
“Ikut saya..”
“Ke kemana?”
“Kamu ingin pulang bukan?”
Mely mengangguk
“Jadi jangan banyak nanya ikuti saya”
Nathan menjawab dengan suara ketus sambil melangkahkan kakinya Mely mengekor dari belakang.
Pemuda itu memasuki basemen tempat mobilnya terparkir,lalu membukakan pintu untuk Mely..
“Masuklah”
Perintahnya dengan suara dingin tanpa melihat ke arah Mely
“Ta tapi pak..!”
“Kamu mau bermalam ditempat ini sampai hujan berhenti”
Mely menggelengkan kepala dengan cepat memasuki mobil bosnya,Nathan menutup pintu mobil cukup keras membuat Mely sedikit terlonjak,tangannya mengusap dada.
“Astaghfirullah aladzim pelan-pelan kenapa sih,”
Gumam Mely.
“Pasang sealbethnya”
Perintah Nathan setelah duduk dibelakang stir.
“A apa,,?”
Tanpa menunggu lama Nathan mengambil sabuk pengaman yang berada di sebelah kiri bahu Mely, otomatis badan keduanya hampir bersentuhan, Mely merapatkan tubuhnya kesandaran jok agar tubuhnya tak beradu.
Nathan merasakan nafas lembut Mely menyentuh pipinya.
Getaran halus menyapa relung hati Nathan saat nafas Mely menerpa lembut pipinya selama dirinya memasang sealtbeth.
Hati Mely ikut bergemuruh, jantungnya berdetak lebih dari normal, Mely sempat berfikir harus memeriksakan jantungnya yang dirasa berfungsi tidak baik.Karna dia baru saja putus sama yoga,tapi kenapa hatinya berdegup kencang pada orang yang baru beberapa hari ini menjadi bosnya.
“Siall….” Umpat Nathan dalam hati.
Suasana hening menyelimuti perjalanan mereka, sesekali Nathan melirik ke arah Mely yang duduk kaku menegang, bibir gadis itu terlihat bergetar kedinginan.
Nathan mematikan ac mobilnya.
“Ke arah mana rumahmu?”
“Didepan ada belokan ke arah kanan.” jawab Mely sedikit gugup.
Tak lama mobil Nathan membelok mengikuti intruksi dari Mely.
“Tolong berhenti didepan rumah yang bercat biru itu.”
Mely menunjuk sebuah bangunan sederhana tempat tinggalnya.
Nathan segera menghentikan mobilnya tepat didepan pintu pagar rumah Mely.
“Te-terima kasih pak sudah mengantar saya pulang.”
Nathan menganggukkan kepalanya, dan menolehkan kepalanya sekilas..
Setelah Mely turun Nathan melajukan mobilnya dengan cepat. Mely berlari ke arah rumah nya menghindari hujan yang tinggal menyisakan gerimis.
***
Nathan melemparkan jas kerjanya diatas kasur king sizenya, melepas sepatu serta kaus kaki, lalu berjalan memasuki kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air shower tanpa membuka kemeja dan celana kerjanya.
Bayangan wajah cantik Mely bermain di kelopak matanya, nafas gadis itu masih terasa hangat di pipinya membuat hati Nathan kembali berdesir...
Pagi pun datang Mely sudah rapi dan siap berangkat kerja..dan tiba-tiba..
Tiit… tiiit suara klason seolah memanggil si pemilik rumah untuk segera keluar.
“Iya sebentaaar…!” Teriak Mely.
Gadis itu menyambar tas selempangnya dan
Setelah merasa yakin sudah rapih Mely bergegas keluar dan mengunci pintu rumahnya,karna mama dan papanya pergi menginap ke rumah nenek nya yang lagi sakit..
Deg… Jantung Mely berdegup, “Pak bos!”
Nampak Nathan sudah berdiri sambil bersender ke badan mobil dengan kaki disilangkan, tangan dilipat didepan dada.
Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Sesaat Mely terkesima, lalu menepiskan fikiran yang tiba-tiba mengusiknya.
“Astaghfirullah sadar kamu Mell.”
***
Mely berjalan pelan, menghampiri Nathan, fikirannya sempat berkelana, “Pak bos kadang terlihat baik dan manis sikapnya, kadang jutek dan menyebalkan, tapi lebih banyak menyebalkannya.”
“Apa yang kau fikirkan?”
Suara Nathan mengejutkan Mely, tanpa sadar langkahnya telah sampai di tempat bosnya berdiri.
“Eehh bukan apa-apa pak!”
Nathan mengedikkan bahunya, lalu membuka pintu mobil.
Nathan segera melajukan mobilnya berpacu dengan kendaraan yang lain membelah kemacetan.
“Pak bos!” Suara Mely memecahkan keheningan didalam mobil.
“Hhmmm.”
“Terima kasih untuk hari ini dan tadi malam.”
Nathan menganggukkan kepala dengan mata fokus ke arah jalan.
“Dan….”
“Dan apa?” Potong Nathan
“Maaf atas sikap saya dulu yang menyebalkan dan mengatai pak bos be-****.”
“Trus…!”
“Sombong dan sok kegantengan.”
“Bukannya benar aku ganteng…?” cetus Nathan, melirik sejenak ke arah gadis yang duduk disampingnya.
“A-apa…?” Mely membulatkan matanya.
Nathan terkekeh pelan menanggapinya ekspresi Mely.
“Menyebalkan juga.” batin Mely.
“Satu lagi,” ujar Nathan.
“Apa?”
“Kamu ingat ingin meremasku hingga bubuk?”
Ucapan Nathan sukses membuat wajah Mely berubah panas, Mely segera memalingkan wajahnya yang merah merona ke arah kaca pintu sambil menggigit jari telunjuknya.
Nathan tertawa lepas membuat hati Mely semakin menciut malu.
“Apa kau masih betah didalam mobil bersamaku?”
“Eehh… ma-maksud pak bos?”
“Kita sudah sampai.”
“Astaghfirullah, maaf.”
Mely segera membuka pintu mobil dan berlari memasuki Kantor dengan perasaan berkecamuk, rasa bodoh dan malunya sudah tidak bisa diajak toleransi.
Nathan melanjutkan tawanya sambil membawa kuda besi beroda empatnya menuju parkiran diatas...
"Hai Mel kok buru-buru amat sih kaya ngejar maling?” tanya siska heran.
“Kamu kenapa tadi ga nungguin aku sih sis? Kan aku malem dah chat berangkat pagi bareng”
“Sorry Mel, abis tadi aku lihat pak bos udah stand bye didepan rumahmu, tau sendiri kalo disamperin dia suka jutek, ya udah aku tinggalin kamu bareng sama pak bos.”
“Uuh menyebalkan tau ga?” gerutu Mely.
“Tapi kamu senangkan dijemput pak bos?” goda Siska.
“Senang apanya, dia bikin aku illfeel, sebel.”
Siska tertawa melihat wajah cemberut sahabatnya.
" Kan kalo kamu seneng kita sebagai sahabat ikutan seneng Mell...jangan mikirin si brengsek Yoga terus mel.."
" Siapa juga yang mikirin dia..orang aku udah move on ko.."..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!