Klotak! klotak! klotak!!
Suara langkah kaki seorang wanita cantik yang mengenakan heels terdengar begitu nyaring di telinga, ia berlari terus berlari tidak mempedulikan orang-orang di sekelilingnya yang menatap penuh keheranan.
Hingga tiba di depan lift dengan tangan yang masih gemetar ia menekannya dengan tujuan lantai nomor satu. Seorang wanita paruh baya membantu menekan tombol lift karena wanita itu tampak begitu gemetar ditambah wajah paniknya yang pucat.
"Terimakasih bu."
"Hati-hati jangan buru-buru."
"Iya."
Saat lift terbuka wanita itu langsung masuk ke dalam, tanpa mempedulikan rasa sakit pada tubuhnya ia seketika terisak menangis dengan tubuhnya yang masih gemetar. "Ada apa denganku?."
Handphone yang terus berdering pada tas nya tak ia hiraukan sama sekali, hingga sampailah di lantai utama ia langsung berlari kecil menuju jalan raya keluar dari gedung bertingkat itu.
"Taksi!.."
Mobil itu datang dan ia pun langsung masuk ke dalam. "Antar saya ke alamat X pak segera!."
"Baik nona."
Taksi itu melaju dengan kecepatan tinggi melihat penumpangnya yang tampak tak sabaran.
Tak lama wanita itu tiba di apartemennya.
"Pagi mbak Jenifer.." Ramah resepsionis wanita menyapa, mereka seperti sudah kenal lama.
"Pagi Lita." Timpal Jeni yang tersenyum sekilas setelah itu langsung masuk ke dalam.
Lita mengerutkan kening. "Tumben tak seperti biasanya?."
Di dalam apartemen Jenifer langsung masuk ke dalam kamar mandi melepas kemeja putih yang melekat pada tubuhnya, ia guyur tubuhnya itu berkali-kali dengan kasar juga guyuran air hangat.
"Ahh!!.." Ringis-nya, walaupun kesakitan Jeni terus menggosok tubuh itu berusaha menghilangkan bekas merah dan aroma pria pada tubuhnya. Terlihat begitu menjijikkan.
"Sialan apa yang terjadi dengan diriku!." Pekiknya lagi dengan isak tangis seolah tak percaya apa yang terjadi.
Mengingat dirinya telah tidur dan melakukan hubungan suami istri pertama kalinya dengan pria membuat Jenifer terdiam tak menyangka.
Setelah beberapa lama menangis akhirnya Jeni sedikit tenang, ia dengan lemas merendam tubuhnya pada bathtub.
Tatapannya kosong pikirannya kemana-mana.
"Rakha jika itu bukan dirimu lalu aku melakukannya dengan siapa?.." Jenifer masih gemetar mendapati fakta semalam.
Jenifer Felicia seorang wanita cantik yang kemolekan paras dan tubuhnya dikagumi bagi setiap mata memandang, ia magang disalah satu perusahaan terbesar di negaranya sebagai sekretaris.
Kecantikan dan kecerdasannya itu berhasil mengambil hati seorang pria berprofesi dokter bedah terbaik dan ternama yaitu Rakha Arkhana Bernand putra kedua dari Damian Bernand.
Mereka saling jatuh cinta hingga tak terasa sudah 1 tahun lebih bersama menjalin hubungan, Rakha begitu menyayangi Jeni dan malam kemarin ia mengajaknya dinner yang selalu mereka lakukan disela-sela kesibukan.
Teringat dalam benak Jenifer malam tadi Rakha agresif seperti bukan kekasihnya ia meminta untuk pertama kali melakukan hubungan intim, Jeni ragu namun ia yakin kepada kekasihnya itu hingga ia berani meneguk minuman yang diberikan dan merasakan reaksi aneh pada tubuh.
Keesokan paginya Jeni terbangun dengan tubuh yang terasa begitu sakit apalagi di area kewanitaan, terpampang jelas di sampingnya sosok pria tampan dan gagah masih terlelap tampak lelah dengan adegan panas semalam.
Namun tatapan Jeni ter-buyarkan saat handphonenya berdering dengan nama kontak "Rakha" memanggil..
Jantung Jeni layaknya berhenti berdetak, tak lama dari situ sebuah pesan masuk lagi dari Rakha yang meminta maaf tidak jadi bertemu karena semalam ada jadwal operasi dadakan.
Tubuh Jenifer gemetar, ia perlahan menoleh pada pria di sampingnya, Jeni amati dengan seksama, pria itu memang mirip dengan Rakha namun di bawah telinga kirinya terdapat tato kecil berbentuk bulan saturnus.
Deg!!
"J-jika dia bukan Rakha lantas siapa?."
.
Hai! thornim kembali lagi semuanya.. Tinggalkan jejaknya awas jangan lupa ya! sebagai bentuk dukungan 🤗🥰
INGAT HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN (+)
"Mommy mommy!.."
Lamunan Jenifer ter-buyarkan saat seorang anak laki-laki tampan berumur 2,5 tahun menarik-narik jas yang dikenakannya.
"Iya Noah kenapa?."
Noah langsung merangkak naik ke atas pangkuan wanita cantik itu. "Hari ini Noah bosen main sama bibi Jara mau sama mommy."
Jara yang tiba di sana menggaruk kepala tak gatal. "Biasanya lengket sama bibi ah."
Tapi tetap Noah menggelengkan kepalanya, Jenifer mengelus lembut putranya itu. "Iya sekarang sama mommy tapi nanti sama bibi lagi ya soalnya mommy harus ke kantor pulangnya mommy banyak bawa mainan."
"Yeay!!."
Jara yang melihat sepupu dan anaknya harmonis tersenyum, ada yang ia sayangkan selama ini tapi gadis itu menepis pikirannya.
Setelah puas bermain dengan Jeni akhirnya Noah kembali lagi di asuh oleh Jara.
"Ra aku bakal pulang telat sekarang, hati-hati di rumah ya." Ucap Jenifer.
"Siap."
"Bye mommy."
"Bye Noah sayang." Sebelum berangkat Jeni mencium gemas pipi putranya.
Mobil hitam metalik itu melaju meninggalkan pelataran rumah, Jenifer menghela nafas panjang saat ingatannya flashback ke masa lalu di mana ia terlibat scandal hingga terjadi one night stand yang membuatnya hamil.
"Harusnya tak aku ingat lagi, tapi menatap anakku semuanya kembali terpampang jelas. Merepotkan!.." Decak Jenifer, ia menancap gas mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Pada malam setelah kejadian itu Jeni memilih mengurung diri di apartemennya hingga dua hari tak bisa dihubungi, Rakha yang khawatir langsung datang untuk melihat kondisi kekasihnya.
"Apa yang terjadi padamu? hey kenapa lesu begini?." Tanya Rakha meraih wajah Jeni yang kelihatan pucat.
"Hanya tidak bersemangat saja." Ujar Jeni, hatinya kalut bimbang dan merasa bersalah karena tanpa sepengetahuan kekasihnya Jeni telah melakukan hal intim dengan pria lain.
"Ck, ini makanlah walaupun beberapa suap." Rakha dengan lembut dan sabar menyuapi kekasihnya.
Jeni terisak ia tak tahan langsung menangis. "Kenapa kemarin malam kau tidak jadi datang?."
"Karena aku tak jadi datang kau sampai seperti ini sayang?." Walaupun bagi Rakha tak seberapa seperti ada yang aneh karena Jeni tak biasanya sampai seperti ini, namun ia langsung menenangkan kekasihnya.
"Maafkan aku Jee karena ada operasi darurat aku telat mengabari mu karena tak sempat." Jawab Rakha.
Jeni meremas ujung bajunya kuat. "A-aku kira kamu ada di malam pesta itu karena aku melihat seseorang yang begitu mirip denganmu." Jeni hanya bisa mengatakan sampai sana.
Rakha mengerutkan kening. "Orang yang mirip?."
"Iya."
Perasaan Jeni sudah tak menentu ia sudah tak bisa berpikir positif mungkin dirinya dijebak atau apa..
Rakha tampak berpikir keras. "Bagaimana ciri-cirinya Jee?."
"Begitu mirip dirimu namun dari gaya rambut dan berpakaian berbeda." Jenifer juga sadar jika postur tubuh pria itu lebih atletis dan kekar dari Rakha.
"Sepertinya aku tahu, kau ingat beberapa bulan lalu saat kau datang ke rumah? mama mengenalkan saudara kembar ku yang di LA, walaupun sempat tak bertemu, 3 hari yang lalu dia kabarnya memang ke sini Jee." Jelas Rakha.
Deg!!
Tubuh Jenifer gemetar ia bak ditimpa batu besar mendengar itu, telah melakukan hal kotor di belakang kekasihnya kemarin sudah membuatnya begitu merasa hina dan merasa bersalah, sekarang? kemungkinan besar pria yang menghabiskan malam dengannya adalah saudara kembar dari Rakha kekasihnya sendiri.
"Jee kau kenapa? sepertinya harus dibawa ke rumah sakit!." Rakha yang panik melihat kekasihnya semakin lemas tanpa bicara lagi langsung digendong untuk diperiksa lebih lanjut.
Kembali ke masa sekarang.
Ckiiittt!...
Kini mobil hitam Jenifer tiba di parkiran perusahaan Adorn Corp, salah satu perusahaan ternama dan terbesar di negara itu.
Jeni tak langsung keluar dari dalam mobil, wanita cantik itu menghela nafas dalam-dalam mengaturnya setenang mungkin. Sangat resah baginya jika kejadian itu terus terbayang-bayang, padahal ia sudah berusaha berdamai dengan diri sendiri namun entah kenapa akhir-akhir ini sering kepikiran. "Ck sial! ayolah Jee kenapa masih mengingatnya, kejadian ini sudah lama berlalu."
"Anggap angin, lupakan!."
Jenifer keluar dari dalam mobil dengan kacamata hitamnya, ia mengembangkan senyum memberi afirmasi positif pada dirinya untuk tetap fokus dalam bekerja.
"Pagi bu Jeni." Sapa beberapa karyawan di sana saat salah satu orang terpenting dalam perusahaan itu lewat.
"Pagi."
Bentuk tubuh sempurna juga paras yang cantik jelita ditambah Jenifer sangat memperhatikan penampilan, bagi siapa saja yang melihat sangat suka dan terpesona akan kemolekan dan kepribadiannya itu.
Jeni tiba di ruangan khusus sekretaris ia langsung di sambut oleh asisten pribadinya.
"Jadwal hari ini lumayan padat bu, sebelum tuan Bram datang masih ada waktu sekitar 15 menit untuk siap-siap hingga meeting di lakukan." Jelas Luna.
Bram merupakan CEO utama perusahaan Adorn Corp.
Jenifer menguncir rambutnya. "Oke berikan jadwalnya akan saya atur."
"Baik."
Jari lentik itu sibuk mengutak-atik layar komputer menjalankan tanggungjawabnya.
Tak terasa sudah 3 tahun lebih saja Jeni menjadi sekretaris di perusahaan ternama itu, sebelumnya ia magang namun karena kinerjanya begitu bagus dan diakui banyak membawa perubahan, CEO utama Adorn Corp yaitu Bramantyo mengangkatnya sebagai sekretaris tetap.
"Bu katanya pada meeting kali ini akan ada sangkut pautnya dengan bahasan pemindahan kekuasaan." Ujar Luna yang membantu mempersiapkan map.
Jeni mengerutkan kening. "Pemindahan kekuasaan? dari mana kau tahu Lun? selama ini pak Bram belum membahas itu."
"Tadi sempat dengar sekilas bu saat jajaran direksi mengobrol."
Jenifer yang mendengarnya tak langsung menjawab, ia tampak diam beberapa saat. "Lihat saja nanti, ayo kita ke atas meeting nya sebentar lagi."
"Baik bu."
Pada meeting ini seperti biasa Jenifer melayani dan memaparkan lebih detail lagi apa yang Bram sampai kan sesuai pembahasan tertera.
Dan benar saja di meeting itu membahas tentang pemindahan kekuasaan, pak Bram sebagai CEO menjelaskan statement dan argumentnya bersama jajaran direksi lain.
Hingga tak terasa meeting selesai.
Ruangan CEO..
"Pak ini hasil dari diskusi tadi." Jeni menyerahkannya pada Bram.
"Baik terimakasih Jee."
Pria paruh baya itu mengambilnya menatap dengan puas.
"Ah saya lupa belum menyampaikan ini kepadamu secara langsung, satu bulan juga kurang Jee saya berada di sini saya memilih untuk pensiun dan tadi kau sudah tahu isi dari rapatnya bukan?." Jelas pak Bram.
Jeni yang sudah menganggap atasannya ini seperti seorang ayah langsung duduk dengan wajah sedikit ditekuk. "Tapi kenapa harus secepat ini pak? apa kontrak saya juga akan berakhir ketika masa bapak sudah habis?."
Jujur Jeni belum siap kehilangan pekerjaannya walaupun banyak yang ingin merekrut cuma Adorn Corp yang tetap membuatnya nyaman.
"Tentu tidak, kau akan tetap di sini namun pemimpinmu yang akan ganti bukan saya lagi." Jelas Bram.
Jeni hanya diam pastinya pemimpin selanjutnya akan berbeda karakter dengan Bram, namun namanya tanggung jawab ia harus tetap bisa tenang dan profesional.
"Jangan khawatir kau akan saya titipkan nantinya." Bram menenangkan.
Wanita cantik itu hanya menghela nafas panjang. "Baiklah selamat purnabakti pak."
"Iya, lanjutkan tanggung jawabmu juga."
Pak Bram mengotak-ngatik komputernya. "Bagaimana dengan data petinggi yang akan mengambil alih kekuasaan Corp ini?."
Jeni langsung melihat data voting yang tersambung dengan jajaran direksi lain, dengan seksama ia memantau. "Ada 4 petinggi yang terus bersaing pak, selain ini apa masih ada yang lain untuk dimasukkan mungkin?."
"Tak usah, mereka pilihan saya dan saya percaya dari keempat pemimpin itu untuk perusahaan ini." Jelas Bram.
"Baiklah." Jeni terus memantau dengan teliti.
Tak lama selang 4 menit akhirnya salah satu dari keempat calon penguasa membeli saham itu lebih dari harga yang ditawarkan harganya lebih fantastis, Jenifer tentunya terkejut dan langsung memberikan laporannya pada Bram.
"Sudah ku duga dan tak salah lagi mempercayakan kepercayaan ini selain kepada dia." Bram menyunggingkan senyum tampak ia begitu puas setelah mengetahui siapa pemimpin selanjutnya Adorn Corp.
"Jadi siapa yang terpilih pak?." Penasaran Jenifer karena tadi langsung menyerahkan data untuk dibuka langsung oleh atasannya.
"Mr. Reino Arshaka Bernand."
Jeni yang sedang merapikan beberapa berkas seketika mengerutkan kening mendengar nama itu. "Bernand?."
"Ayolah kau juga pasti tahu Jee beliau putra pertama dari tuan Damian Bernand." Ucap Bram.
Deg!
Betul memang tak asing karena keluarga Bernand begitu terpandang namun di sini perasaan Jeni tiba-tiba tak karuan. "Boleh saya lihat orangnya?."
"Tentu."
Ipad itu Jeni raih dengan tangan sedikit gemetar ia menatap orang yang dimaksud.
Brukh!!
"Jen!?." Pak Bram terkejut langsung menghampiri. "Kau tidak apa-apa?."
"Tidak apa-apa pak cuma mules saja." Bohong Jeni ia terjatuh saat melihat orangnya, tubuhnya lemes saat melihat calon pemimpin baru dari Adorn Corp.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!