Jam sudah menunjukan pukul satu siang, aku sudah siap dengan seragam kerja ku karena hari ini aku kebagian sif siang yaitu masuk jam setengah tiga siang. Selesai dandan dan sudah siap tinggal pergi aku keluar kamar dan berjalan menuju dapur karena akan menyiapkan bekalku untuk makan sore nanti.
"Erika, kamu sudah siap? " Tanya mama tiba-tiba, yang baru saja masuk dari halaman belakang.
"Iya ni ma, lagi siapin bekal dulu" jawab ku lalu memasukan makanan kedalam tempat bekal ku.
Nama ku Erika Zahra Amanda aku anak kedua dari tiga bersaudara. Usiaku saat ini baru saja dua puluh satu tahun. Aku bekerja di sebuah pabrik yang tidak terlalu jauh dari tempat ku tinggal. Pabrik garmen yang memproduksi baju dan celana, aku sudah bekerja hampir dua tahun. Aku tulang punggung di kelurga karena saat ini ayah ku tidak bekerja karena baru saja mengalami kecelakaan.
"Erika" panggil mama dan aku pun langsung meliriknya.
"Beras tinggal sedikit lagi" ucap mama yang sedang mengambil beras.
"Habis ya ma!,nanti pulang Erika ambil uang dulu. Kalau sekarang sudah gak ada, mama pinjam dulu sama kak Bella saja" Ucap ku yang memang saat ini tidak pegang uang, ada juga buat beli bensin.
"Untuk hari ini masih ada, paling besok gak ada" balas mama.
"Ya sudah nanti malam Erika ambil dulu di ATM" ujar ku dan mama pun mengangguk.
Setelah selesai aku langsung pamit dan pergi dengan mengendarai motor. Cuaca hari ini panas banget dan untungnya jalanan tidak macet karena belum waktunya pulang kerja. Tak butuh waktu lama aku sudah sampai di tempat kerja ku dan harus masih nunggu bel masuk jadi aku sempatkan untuk mengambil sisa uang gaji ku bulan ini.
****
Bel pulang pun berbunyi,aku pun segera bersiap untuk pulang. Namun dari magrib tiba-tiba hujan padahal tadi siang panas banget. Tapi beruntungnya saat waktunya pulang hujan sudah reda jadi aku tidak kehujanan. Namun jika sudah hujan begini jalan menuju rumah ku selalu becek karena sedang ada proyek perumahan jadi harus hati-hati. Walau sudah sering protes tapi tetep masih belum ada tanggapan.
Aku pun mengendarai motor dengan hati-hati karena takut tergelincir, namun naas aku tetap saja jatuh dan membuat baju ku kotor bahkan kaki ku tertindih motor.
"Aduh" rintihan ku karena kaki ku sakit.
Tiba-tiba ada seseorang yang datang menolongku.
"Mbak gak apa-apa? " tanya nya sambil membantuku bangun.
Namun karena kaki ku tertimpa motor membuat aku kesulitan untuk berdiri.
"Aw" rintihan ku saat mencoba untuk bangun.
"Ayo mbak saya bantu" ucapnya. Aku pun menerima bantuannya karena gak bisa berdiri. Orang itu membawa ku ke sebuah pos ronda karena aku jatuh tepat di depan pos ronda yang ada di kampung ku. Aku pun duduk dan melihat keadaan ku yang kotor namun tiba-tiba orang itu langsung berjongkok di hadapan ku dan mengangkat kaki ku membuat aku kaget.
"Kamu mau ngapain? " tanya ku.
"Kaki mbak sakit kan?,saya mau lihat siapa tau bisa bantu meredakan nya" jawab nya dan langsung mengusap kaki ku yang sakit.
"Aahh" ucapku mencoba menahan sakit.
"Mbak kayanya kaki nya keseleo"beritahu nya sambil bangun lalu menatap ku dan begitu pun aku melihatnya, aku kaget saat melihat wajahnya " ganteng banget"puji ku dalam hati.
"Mbak" panggilnya membuat ku salah tingkah karena ketahuan menatapnya.
"Eh iya bang" gugup ku.
"Kakinya boleh saya coba pijat biar bisa pulang" ucapnya dan aku hanya mengangguk saja.
Karena sakit aku pun mendesis namun tiba-tiba beberapa orang muncul.
"Hayo kalian sedang apa di pos? " tanya orang itu membuat aku dan pria itu kaget.
"Jangan berbuat macam-macan di kampung sini" tuduhnya.
"Kami gak berbuat macam-macam" balas ku . "Heh, jangan sembarangan ya, kalian gak lihat apa, apa yang kami lakukan? " tanya ku kesal.
"Alah gak usah ngelak, lagian kami tadi dengar kamu kaya ke enakan gitu" tuduhnya lagi.
"Hah, ke enakan? " tanya ku dengan wajah kaget.
"Sudah gak usah dengerin mereka ayo kita bawa mereka ke balai desa saja" ujar salah satu pria yang pakai topi.
"Gak mau" tolak ku sambil menatap pria yang tadi menolong ku.
Namun dia hanya diam saja dan kami pun langsung di paksa untuk menuju balai desa dengan keadaan kaki ku yang sakit.
Sesampainya di balai desa sudah ada orang dan bahkan kepala desa pun ada.
"Ada apa ini? " tanya kepala desa. Lalu ketiga orang yang menangkap ku dengan pria asing ini memberitahu pak kades sesuai dengan apa yang mereka pikirkan tanpa bertanya pada kamu. Namun yang membuat aku bingung pria yang bersama ku diam saja.
"Abang kenapa gak kasih tau mereka" ucap ku padanya.
"Percuma gak akan di dengar" jawab nya dengan dingin dan santai.
Aku yang mendengar jawabannya ingin banget pukul kepala ni cowok.
"Neng Erika" panggil seseorang membuat aku menoleh ke sumber suara dan ternyata itu mang Udin tetangga sebelah rumah.
"Ada apa ini? " tanya mang Udin.
"Ini mang, mereka kepergok mesum di pos ronda" jawab bapak-bapak yang pakai topi.
"Apa?" kagetnya lalu melihat ke arah ku "beneran neng? " tanya nya padaku.
"Enggak mang" jawab ku.
"Jangan bohong kamu" tegur yang pakai baju merah.
"Sudah-sudah" ucap pak kades. "pak Udin kenal dengan gadis ini? " tanya pada mang Udin.
"Dia anak tetangga saya pak" jawab mang Udin.
"Kalau gitu coba panggil orang tuanya kemari karena kita harus membicarakan masalah ini" ujar kepala desa.
"Memang mau di apakan mereka pak? " tanya mang Udin dan itu mewakili ku.
"Semua warga disini pasti tahu jika ada yang berbuat tidak senonoh pasti kena hukuman atau langsung kita nikah kan" penjelasan kepala desa.
"Nikah" gumam ku lalu melirik cowok yang ada si samping ku. Dia tenang-tenang saja padahal aku udah ketar ketir.
Mang Udin pun pulang untuk manggil Ayah dan mama. Sedangkan pak kades dia mulai mengintrogasi pria yang ada di samping ku. Namun aku tidak terlalu mendengarkan karena memikirkan reaksi ayah dan mama. Tak lama mereka datang, mama langsung menghampiriku dan ayah dia langsung bicara dengan semua orang.
"Kenapa bisa seperti ini? " tanya mama.
Aku hanya menggelengkan kepala karena memang tidak tahu. Mama langsung melihat ke arah pria yang tertangkap bersama ku "Nama kamu siapa? " tanya mama.
Pria itu melihat ke arah mama lalu menjawab "saya Tara bu".
" Kamu bukan orang sini ya? "tanya mama lagi.
" Bukan bu, saya disini sedang kerja, di proyek perumahan itu"jawab nya.
Pantes saja dia ada di sekitar situ karena dia pekerja proyek. Mama pun terus bertanya dan mama percaya dengan apa yang aku ceritakan namun mama gak bisa bantu karena semua warga pasti akan tetap menyuruh aku dan pria itu menikah.
Ayah dan pak Kades keluar setelah mengintrogasi pria itu dan aneh nya tuh cowok setuju saja saat di suruh nikah sama aku.
"Kalau begitu kita tunggu penghulunya dulu, baru nanti kita langsung nikah kan" ucap pak kades membuat aku syok karena harus menikah dengan pria yang gak aku kenal.
"Saya nikah kan engkau dengan Putri saya yang bernama Erika Zahra Amanda dengan uang sebesar Satu juta rupiah di bayar tunai" ucap ayah sambil menjabat tangan pria asing itu.
"Saya Terima nikah dan kawinnya Erika Zahra Amanda binti Alam sanjaya dengan mas kawin uang satu juta rupiah di bayar tunai"balas Pria asing itu dengan lancar.
" Sah"sahut semua warga yang hadir.
Aku dan pria itu langsung menandatangani kertas yang membuktikan jika kami sudah menikah.
"Sekarang kalian sudah sah menjadi suami istri" ucap pak kades dan aku hanya diam saja.
Lalu aku melirik pria di sampingku yang sekarang sudah menjadi suamiku. Pria asing yang baru berapa jam aku temui bahkan aku tidak mengenalnya sama sekali.
Aku langsung melirik mama dengan wajah sedih.
"Ma" panggil ku dengan wajah sedih.
"Sabar sayang, kejadian ini pasti akan ada hikmahnya"ucap mama menenangkan ku sambil mengusap punggungku.
" Ayo kita pulang"Ajak ayah. Aku pun mencoba bangun namun kaki ku sakit dan aku tidak bisa berdiri.
"Kaki kamu kenapa? " tanya Ayah.
Aku dan pria asing itu saling pandang. "Dia keseleo pak" jawab nya.
"Kok bisa? " tanya bapak.
"Nanti saja di rumah cerita nya" ujar mama dan langsung mengajak ayah pulang.
"Tara, bantu Erika pulang" titah mama dan pria itu hanya mengangguk.
"Abang mau ngapain? " tanya ku saat dia membungkuk.
"Gendong kamu" jawabnya santai lalu benar-benar gendong aku membuat aku langsung pegangan di lehernya karena takut jatuh.
Setelah sampai di luar dia menurunkan aku dan menyuruh aku naik ke motor ku dan dia yang membawa motor ku. Sampainya di rumah,aku kali ini gak di gendong melainkan di papahnya sampai masuk rumah.
"Baju kamu kenapa pada kotor Erika? " tanya mama yang melihat keadaan baju ku yang kotor terkena tanah saat jatuh tadi.
"Aku kan sudah cerita sama mama kalau aku jatuh bukan habis mesum" jawab ku dengan nada kesal.
"Mama gak nuduh kamu kaya gitu Erika" tegas mama.
"Ya terus kenapa kalian gak bantu aku buat jelasin ke semua orang? " tanya ku masih kesal.
Namun sekarang yang jawab bukan mama melainkan ayah "Keadaannya sudah tidak memungkinkan untuk menjelaskan apa yang terjadi karena yang mereka tahu kalian itu sudah mau berbuat tidak senonoh" dengan suara sedikit keras karena membuat adik ku bangun.
"Sudah kalian tidur sana sudah malam juga" titah ayah dengan nada tinggi dan aku pun langsung bangkit dan berjalan masuk kamar. Namun pria itu tidak mengikuti ku jika ayah tidak menyuruhnya ikut aku.
Saat di kamar dia hanya berdiri saja tidak bicara apa-apa.
"Mau abang dulu apa aku yang ke kamar mandi? " tanya ku.
"Kamu saja dulu" jawab nya. Aku pun langsung mengambil handuk dan baju karena gak mungkin aku di baju di kamar.
Saat keluar dari kamar mandi aku terkejut saat melihat mama berdiri di depan kamar mandi.
"Mama ngagetin saja" ucap ku sambil menyentuh dada.
"Kasih ini sama pria itu" titah ibu sambil memberikan sarung dan kaos oblong punya ayah. "Gak mungkin dia tidur dengan pakai baju kotor" lanjut mama.
Aku pun mengangguk lalu masuk dan menyerahkan baju dan sarung. "abang ganti baju karena gak mungkin tidur pakai baju kotor begitu" ujar ku.
Dia pun mengambilnya lalu pergi ke kamar mandi. Aku pun duduk di tepi tempat tidur sambil melihat kaki ku yang sakit. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan membuat kepalaku melihat ke arah pintu dan betapa kagetnya saat melihat sosok pria asing yang sekarang menjadi suami ku Kian Nara Dirgantara atau disebut Tara terlihat ganteng dengan memakai kaos oblong dan sarung.
"Ada yang salah? " tanya nya karena aku terus menatapnya
"Gak ada" jawab ku sambil memalingkan tatapan ku.
Dia berjalan mendekati ku "Aku tidur dimana? " tanya nya.
Aku langsung menunjuk di sampingku membuat dia terkejut.
"Sementara abang tidur di sini tapi abang jangan macam-macam" ucap ku.
Dia pun mengangguk dan langsung naik ke tempat tidur. Tempat tidurku memang sedikit besar jadi cukup untuk berdua malah masih bisa di sekat sama guling namun aku tidak mau takut dia berpikiran jika aku benci dia.
Saat aku akan mengajaknya bicara dan melihat ke arahnya eh ternyata tuh orang sudah tidur saja.
"Gampang banget tidurnya " pikirku.
Aku pun langsung membaringkan tubuhku namun aku tidak bisa tidur karena mengingat kejadian barusan karena hanya ke salah pahaman aku harus berujung menjadi istri orang.
"Tapi kenapa namanya tidak asing ya! " pikirku "Tapi dimana aku mendengarnya".Aku terus bergumam.
" Tau ah,mending tidur sudah hampir jam dua pagi aku masih belum tidur"gumam ku lalu menutup mata.
Pagi nya aku bangun saat mendengar kumandang adzan. Karena sudah biasa jadi aku langsung bangun dan pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu lalu sholat. Selesai sholat biasanya aku tidur lagi bahkan aku lupa jika saat ini aku sudah menjadi seorang istri dan bahkan aku lupa jika di sampingku ada seorang pria.
Baru saja menutup mata tiba-tiba pintu kamar di ketuk.
"Siapa sih" kesal ku sambil membuka pintu.
"Bangun jangan tidur lagi" ucap mama sambil memukul jidat ku.
"Sakit ma" keluh ku.
"Bangun bikin sarapan, lihat tuh suami kamu sudah bangun" ujarnya dan aku langsung melihat ke belakang ternyata benar dia sudah gak di tempat tidur.
"Cepat bangun" peringatan mama.
"Iya ma" jawab ku sambil menutup pintu dan berjalan ke kamar mandi masih dengan kaki yang sakit. Keluar dari kamar mandi aku langsung membantu sang mama untuk menyiapkan sarapan. Setelah selesai Aku memanggil ayah dan Tara untuk sarapan.
"Abang mau kemana sudah rapi? " tanya ku yang memang selalu kepo.
"Ke proyek karena hari ini banyak kerjaan sekalian ambil baju" jawab nya dan membuat aku langsung diam karena selalu kepo dengan urusan orang.
Mama sama Ayah cuman tersenyum karena memang udah tahu sifat anaknya. Setelah sarapan benar saja bang Tara langsung pergi dan aku minta ayah untuk mengantarkan aku ke tukang pijat untuk mengobati kaki ku yang sakit.
Setelah pulang dari tukang pijat dan masih duduk di luar tiba-tiba ada ibu-ibu yang lewat yang langsung membicarakan aku tentang kejadian semalam.
"Makanya punya anak gadis tuh di jaga bukannya di izinkan keluyuran malam" ucapnya.
Aku hanya diam saja karena masih bisa di maklum.
"Iya ya, terus kasihan ya gak bisa dapetin si Rusli anaknya juragan sayur dia malah cari kuli bangunan" timpal ibu yang satunya.
Aku yang hendak membalas ibu-ibu itu tiba-tiba mama menyiramkan air dan membuat kedua ibu-ibu itu pergi karena takut kena siram. Aku yang melihat tingkah mama hanya bisa tertawa puas karena kekonyolan mama. Mama santai saja sudah bikin orang jantungan juga.
Malamnya setelah melaksanakan sholat magrib aku langsung ke luar kamar karena akan menyiapkan makan malam. Saat sedang menata makanan tiba-tiba terdengar suara pintu di ketuk.
"Coba buka sana! " titah mama sambil menepuk pundak ku.
Aku pun melangkah menuju pintu dan saat membuka pintu aku kaget melihat sosok pria yang semalam baru saja menikah dengan ku.
"Assalamu'alaikum" ucapnya memberi salam membuat lamunanku buyar.
"Wa'alaikumssalam" jawab ku dan langsung menyuruh nya masuk.
"Siapa Erika? " tanya mama menghampiri. "Oh nak Tara. ayo sekalian makan" ajak mama.
Kami pun melangkah menuju meja makan dan di sana sudah ada Ayah dan sang adik Alma.
Tara pun duduk di samping ku dan mama langsung menyuruh aku untuk melayani suami dadakan ku ini.
Di sela-sela makan tiba-tiba Tara berkata "Bu pak, ada yang ingin saya katakan" semua orang melihat ke arahnya.
"Silahkan nak Tara" ayah mempersilahkannya.
"Untuk pernikahan ini, apa boleh saya daftarkan secara resmi?" tanya membuat aku melirik ke arahnya.
"Bagus itu nak Tara, berarti kamu serius dengan anak bapak" balas ayah dengan senang hati. Aku hanya bisa pasrah jika ayah sudah berkata seperti itu.
Selesai makan Tara pamit untuk istirahat dan aku membantu mama membereskan bekas makan. Namun tiba-tiba kak Bella datang dan langsung berteriak membuat semua orang kaget.
"Erika, kamu bikin malu saja" teriaknya. Tara saja yang akan hendak masuk kamar langsung diam.
"Ada apa Bella? " tanya ayah yang memang ada di ruang tengah.
"Yah, apa benar yang di katakan semua warga tentang Erika? " tanya.
"Apa yang mereka bicarakan? " tanya ayah bertanya balik.
"Dia nikah dengan seorang kuli bangunan dan itu juga karena kepergok mesum" jawab nya.
Ayah melirik ke arah Tara dan langsung mengajak kak Bella duduk.
"Jawab dulu ayah" tolaknya.
"Duduk dulu nanti ayah ceritakan" ucapnya dengan lembut dan membuat kak Bella nurut.
Mama menatapku memberi isyarat untuk menyuruh suami dadakan ku untuk masuk. Aku pun menghampiri Tara.
"Bang" panggil ku, dia pun melirik ku "kita masuk" ajak ku sambil mendorongnya.
Saat di kamar aku memberitahunya jika wanita tadi itu kakak ku dan dia pun mengerti.
"Abang mau mandi kan? " tanya ku.
"Iya" jawabnya. Aku pun segera mengambil handuk dan menyerahkannya lalu keluar lagi. Namun Aku malah berpapasan dengan kak Bella.
"Kamu tuh ya, cari suami yang kerja tetap lah, minimal kerja pabrik kaya kamu" ucapnya.
"Kak, aku gak tau kalau bakal seperti ini" balas ku.
"Alah kamu, cari pacar tuh asal ganteng saja" ucapnya ngatain aku.
Ganteng, Tara memang ganteng.
"Sudah kalian ini" tegur ayah.
Kak Bella pun langsung pulang lagi ke rumahnya yang tak jauh dari rumah kami.
Aku pun kembali ke dapur membantu mama karena tadi belum selesai. Setelah selesai aku kembali ke kamar dan saat masuk aku melihat bang Tara sudah tertidur di tempat tidurku. Aku pun melangkah mendekati tempat tidur dan aku sempat terdiam karena aku tidak berpikir akan secepat ini aku menikah, apa lagi usia ku yang masih muda. Aku pun lalu berbaring di sampingnya.
Besoknya seperti biasa setelah sarapan hari ini aku masuk kerja karena kakiku sudah baikan.
"Ayo aku antar" ucapnya setelah duduk di motornya.
Namun belum sempat naik tiba-tiba beberapa ibu-ibu lewat dan langsung menyindir ku.
"Kalau anak saya seperti itu sudah saya usir dari rumah bikin malu saja"ucapnya nyindir ku.
"Iya ya, udah gak ada muka di kampung ini" timpal yang lain.
Tiba-tiba bang Tara menepuk tangan ku dan membuat aku melirik nya "Udah jangan di dengerin, cepat naik keburu siang" ujarnya dan aku pun langsung mengangguk dan naik ke boncengannya.
Selama di jalan aku hanya bisa nunduk karena semua tatapan orang yang berpapasan dengan ku menatap rendah. Sesampainya di tempat kerja ku aku turun dan langsung pamit untuk bekerja. Bang Tara pun langsung pergi setelah aku masuk. Di dalam dan selama bekerja aku baik-naik saja karena tempat kerja ku tidak ada yang satu kampung dengan ku.
Seharian bekerja akhirnya jam pulang pun tiba dan aku pun keluar menuju gerbang namun aku kaget saat tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan ku lalu keluar dua orang yang tak aku kenal.
"Maaf, mbak yang bernama Erika? " tanya orang itu.
"Iya nama saya Erika" jawab ku dengan sedikit bingung.
"Ada titipan dari tuan" ucapnya sambil menyerahkan sebuah amplop dan entah apa isinya.
"Ini apa? " tanya ku bingung.
"Nanti mbak buka saja, kami hanya bertugas mengantarkan saja" jawabnya dan langsung pergi membuat aku bingung.
"Apaan tuh? " tanya Indah membuat ku kaget.
"Kamu ini ngagetin saja" tegur ku. Indah hanya tersenyum.
"Gak tau aku" jawab ku sambil di bolak-balikan amplopnya.
"Duit deh kayanya" tebaknya.
Aku terdiam sambil menatap amplop itu.
"Gue duluan ya! udah ada yang jemput tuh"ucapnya lalu pergi ninggalin aku sendiri.
Tak lama Elma datang " ayo kak"ajaknya.
"Kamu tumben jemput kakak? " tanya ku heran karena biasanya dia paling gak mau jika aku suruh jemput.
"Kan ada ongkos jalannya" jawabnya sambil nunjukin giginya yang putih.
Aku pun tak banyak bertanya langsung naik saja. Namun saat di jalan dia malah membelokan motornya ke sebuah resto entah mau beli apa.
"Ngapain kita kesini? " tanya ku setelah turun.
"Beli makan lah, tadi bang Tara suruh aku beli makan enak buat mama sama ayah" jawabnya sambil melepas helem. "Ayo masuk" ajaknya.
Aku pun ikut masuk dan aku di buat kaget lagi dengan pesanan Elma yang banyak.
"Dek jangan banyak-banyak nanti uang nya gak cukup" ucapku memberitahunya.
"Lah kata bang Tara uangnya sudah di kasih sama kakak" balasnya.
Aku di buat bingung lagi kenapa jadi aku yang bayar.
"Pokonya aku gak mau tau harus kakak yang bayar" ucapnya lalu memanggil pelayan.
Akhirnya aku terpaksa membuka amplop yang tadi aku terima dan ternyata benar itu isinya uang dan ada sebuah surat.
"Ini uang buat kebutuhan kamu dan rumah" isinya.
Aku di buat terkejut karena isi uangnya menurutku lebih dari cukup. "Banyak banget" gumam ku.
"Kak cepat bayar" ucap Elma membuyarkan lamunan ku.
Aku pun beranjak dan langsung membayarnya dan aku di buat kaget lagi aku harus bayar hampir lima ratus ribu.
"Dek kamu gak salah, beli apa saja kamu? " tanya ku karena mahal banget.
"Pokoknya bang Tara cuman bilang beli yang menurut aku enak, terus jangan lupa kasih Kak Bella juga" jawabnya lalu berlalu ke luar begitu saja.Aku hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan Alma.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!