NovelToon NovelToon

KELUARGA POSESSIV

BAB 1: MERYA

𝑯𝒂𝒑𝒑𝒚 𝒓𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈 !!

...----------------...

Devidara menarik tangan putrinya denga kasar menuju mobil langkahnya yang cepat membuat Meyra kesakitan dan kesulitan. Cengkraman Ayahnya begitu menyakitkan seakan ingin meremukan tulangnya.

Air matanya sedari tadi membanjiri wajahnya yang cantik berbeda dengan sang Ayah yang di kuasai amarah.

Pintu mobil di buka oleh supir tak lama ia merasakan tubuhnya di dorong kasar masuk kedalam mobil.

la sadar dirinya yang salah sudah mengacaukan acara perayaan ulang tahun Ayahnya yang di hadiri oleh rekan rekan kerja dan juga beberapa awak media di sana.

Menggit bibirnya untuk menetralkan rasa takut ketika sosok yang ia panggil sebagai Ayah duduk di sampingnya dengan sorotan tajam.

"hiks Maaf Ayah Mey-meyra menyesal tolong jangan hukum Meyra"mohonnya dengan isakan.Devidara nampak semakin tersulut emosi. Acaranya kacau karena kehadiran anak yang menurutnya pembawa Sial.

Devindara Menarik kasar rambut putrinya, jelas raut wajah Meyra saat ini begitu kesakitan dengan wajah memucat menahan rasa sakit yang menjalar perih di sekitar kepalanya. "Akkh, rambut Meyra sakit Ayah jangan di tarik hiks"Mohonnya.

Seakan tak terusik dengan teriakan kesakitan putrinya dengan entengnya Devindra bertanya "Sakit?" tanyanya mengejek yang sudah jelas pertanyaan itu hanya membuat, Meyra semakin terisak dalam tangisnya.

Devindra mengagukkan kepalanya mengerti melepas cengkraman hingga beberapa helai rambut Meyra terlepas."Ups, aku tidak sengaja"Ucapnya ketika mata

sembab putrinya menatap helaian rambut di tangannya."Salahkan rambutmu saja yang lepek seperti ini"Meyra tak menjawab dengan bibirnya yang memucat syok. jangan tunjukkan wajah menyedihkan seperti itu

padaku, dan lagi pun rambutmu akan tumbuh kembali jadi berhentilah menangis!"sentakan Devindra kembali menyadarkan Meyra lalu menutup mulutnya rapat dengan satu tangan yang bergetar.

Sedangkan tangan satunya mencengkram sesuatu. Hatinya benar benar sakit meski mulutnya di tutup tapi segukan tangisnya masih terdengar dan hal itu kembali menyulut Emosi Devindra.

"AYAHI"teriak Meyra mencoba mengejar mobil milik Ayahnya dengan sisa tenaganya.

Sungguh hanya karena isakan tangisnya ia di dorong keluar dari mobil di tengah kegelapan dan rimbunnya pepohonan. Tidak menyerah ia terus memanggil Devindra "Ayah! Ayah! Ayah!" teriaknya terus menerus sebagai harapan agar Ayahnya mau menghentikan mobil yang melaju semakin jauh meninggalkannya sendiri.

peluk matanya penuh dengan air mata isak tangisnya semakin pecah di tengah kesunyian malam.

Kilasan kilasan perlakuan buruk Ayahnya berputar dalam ingatannya, ia sudah biasa di hukum untuk kesalahan kecil atau hanya sebagai pelampiasan Ayahnya jika suasana hatinya buruk.

Bahkan ia juga mengalami kekerasan fisik di tubuhnya, pukulan yang pertama kali Ayahnya lakukan adalah ketika ia berusia delapan tahun saat itu ia tak sengaja menumpahkan susu panasnya pada berkas penting Ayahnya padahal niatnya

saat itu hanya ingin memberikan susu hangat pada sang Ayah. Tapi tak di sangka kejadian itu membuat Ayahnya murka dan memukul tangannya dengan penggaris hingga memerah.

Hukuman lain yang ia terima ketika tak sengaja memecahkan pas bunga kesayangan Ayahnya. la di kurung di gudang sehari semalam tanpa di beri makan dan minum dengan alasan lupa. Alhasil ia kelaparan seharian itu. Meyra hanya mengharapkan kasih sayang Ayahnya mengapa

begitu sulit semua yang ia lakukan selalu salah di mata Ayahnya. Langkah kakinya berhenti di tengah jalan yang sunyi tidak ada kendaraan yang berlalu lalang di sekitar sini apa lagi di jam jam rawan kejahatan.

Keringat dingin membasahi wajahnya menyadari bahwa ia

benar benar di tinggal pergi. Air mata terakhir jatuh dari kedua peluk matanya, bahkan

binar matanya perlahan meredup hatinya benar benar hancur. Apa dirinya di buang? Pikirnya lalu kemana tempatnya untuk pulang? Alam seakan mengerti dengan kesedihannya hujan deras mengguyur seketika.

Tangan kecilnya menggenggam erat sebuah fladis yang tidak sengaja Ayahnya jatuhkan, niatnya datang kepesta sang Ayah

hanya untuk memberikan itu, bukan bermaksud mengacaukan. Bahkan sebelum dirinya berucap tangannya kesempatan untuk berbicara. Dengan pandangan mata mengabur karena air mata malah di tarik kasar dan tidak sedikitpun di berikan

membenung di kedua pelupuk matanya "Ayah bilang ini lebih berharga dari pada nyawa Meyra" Mengingat kembali kata kata Ayahnya beberapa hari lalu saat tak sengaja menjatuhkan fladis yang sekarang berada di tangannya.

Tubuh ringkihnya jatuh di malam hari takut menahannya dinginnya hujan yang membasahi. Tangannya mengepal melindungi hal berharga bagi ayahnya.

Matanya perlahan menutup dengan bibir bergumam "Tuhan, Meyra sayang Ayah" Menjadi Akhir dari hidup Meyra.

...----------------...

Spam nexnya√√5

Day kangen banget nulis perbocilan, ada yang sama?

Ingin cepet up Liat vote + spam nexnya sudah rame day come back.

LANJUT?!

BAB 2 : ANYA

𝑯𝒂𝒑𝒑𝒚 𝒓𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈 !!

...----------------...

Tatapan yang biasa tajam itu terlihat gemetar, mendengar penuturan sopir yang biasa mengantar gadis kecil itu pulang, pergi sekolah.

"Nona hanya ingin mengantar flasdis yang tak sengaja anda tinggalkan tuan"

"Nona juga melewatkan makan siangnya, demi mengantarkan fladis itu agar sampai dengan aman di tangan anda"

"saya takut lambungnya kambuh, apa lagi cuaca di luar sedang hujan

Gadis kecil yang ia anggap sial tidak berniat mengacau acaranya, justru sebalik ia ingin menyelamatkan martabat dari mohonan orang yang tengah menghadiri pestanya saat ini.

Kepalanya menggeleng panik dengan mata memerah, ia meniggalkan tubuh kecil itu sendirian di jalan yang cukup sepi hanya untuk melanjutkan acara ulang tahunnya ini.

Tak ingin membuang waktu lebih lama lagi kakinya yang terasa berat berlari keluar Aula, ia tak peduli apa yang di pikirkan orang orang yang hadir di pestanya saat ini.

Jantungnya berdetak hebat ketakutan mulai melanda pikirannya, sudah lama ia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini, terakhir kalinya ketika istrinya meninggal dunia.

Matanya menggelap, dengan rasa dingin membasahi seluruh tubuhnya. Hanya suara hujan yang terakhir ia dengar membuatnya terbuai ke alam mimpi, taklama sebelum sayup sayup ia mendegar suara seseorang

" Bangun... bangun.... bangunlah!" merasa terganggu tepat mata bulatnya terbuka. Pria asing itu langsung menarik tangannya dari wajah si mungil." Apa yang kau lakukan tadi hah!"teriaknya marah."kau pikir dengan menyelamatkan kucingku, bisa menebus kesalahanmu dasar bodoh" sementara Meyra menatap bingung sosok asing yang tengah memarahinya.

"kau hampir membuatku dalam masalah" ucapnya kembali.

Mata bulatnya berkedip polos tak mengerti Apa yang di maksud dari pria itu. la tidak mengenal sosok yang ada di hadapannya ini.

...----------------...

"pergilah sebelum amarahku memuncak!"Meyra mengangguk cepat karena rasa takut, bangun dari posisinya dengan baju yang basah.

la tak mengerti dengan apa yang terjadi dan linglung menatap sekitarnya. Tempat yang sama sekali belum pernah ia lihat rumah yang besar dan juga banyak tanaman bunga di sekitarnya.

Melihat kebingungan di wajah si mungil membuat pria itu jengkel" kau tak mendengar apa yang ku katakan, mulai membayangkan?" ucapnya dingin.

Meyra dengan wajah polos, yang mulai memucat menggeleng tiba tiba kepala terasa pusing, tapi ia tak ingin seseorang berwajah dingin di hadapannya kembali marah"aaf Mbang"dengan suara mencicit kemudian segera berlari menjauh dengan langkah kecilnya.

Badannya bergetar dingin dengan ingatan ingatan yang tiba tiba masuk di kepalanya.

menatap kaki kecil itu berlari menjauh membuat hatinya tersentil rasa bersalah. terlihat sekali tatapan polos bingung dan takut menjadi satu di wajahnya yang memucat.

Laki laki berusia 24 tahun dengan garis rahang tegas, halus

lancip memiliki tatapan mata yang tajam.

Alaska Damian Digantara

Mengelap kucing hitam yang basah kuyup di pelukannya, gadis kecil yang sangat ia benci itu menyelamatkan kucing miliknya yang tenggelam. Beruntung ia datang di waktu yang tepat jika tidak sudah pasti gadis kecil itu mati tenggelam.

...----------------...

"selalu saja membuat masalah"ucapnya meninggalkan tempat.

Maid, mengganti pakaian Meyra yang basah dengan wajah khawatirnya. Tak lupa memberikan minyak telon di tubuh mungilnya." sayang lain kali jika bermain jangan jauh jauh. bibi mencari mu tadi" beruntung Seravina menemukan nonanya di belakang Mansion.

Meyra hanya mengangguk ia masih bingung sebenarnya apa yang terjadi. wajah yang di pantulkan di cermin bukan miliknya tapi milik dari figuran sampingan yang pernah ia baca.

Anya Quenzy 4 thn.

"jangan bermain lagi air ya, sayang? nanti Anya bisa sakit" mengusap surai Anya dan membubukan bertubi tubi kecupan di jari mungil nonanya terlampau gemas.

Bagaimana tidak gemas, jari Jemari nonanya begitu mungil dan gempal malah ia ingin mengigitnya atau bahkan melahap pipi gembul yang menggodanya setiap saat. Beruntungnya ia bisa menahan diri.

Sedangkan Meyra tertegun ketika tangan mungilnya di kecup. berkali kali oleh Maid.

Apakah ini yang di namakan kasih sayang?... Dulu ia begitu berharap Ayahnyalah yang melakukannya kehangatan seperti ini.

Mata bulatnya kembali berlinang mengingat Ayahnya dengan bibir kecil yang bergetar, dadanya terasa sesak.

Apa? malam itu adalah akhir dari hidupnya, Meyra mulai menyadari kejanggalan yang terjadi.

Tangannya mungilnya meremas tangan Seravina yang masih asik menciumi tangan gempalnya" Hiks....."

Anya, Meyra bukankah nasibnya sama sepertinya di dalam novel. Anya di benci seluruh kelurganya sedangkan dirinya hanya sang Ayah tanpa ada keluarga lainnya.

Meyra tidak tau apakah ia punya keluarga selain dari Ayahnya yang ia tau Ayahnyalah satu satunya kelurga yang ia punya di dunia.

"hiks cakit...."

hatinya berdenyut ngilu ketika bayang bayang bentakkan yang selalu ia terima sama dengan si pemilik tubuh.

Sampai ia tiada pun dirinya tetap sendiri tanpa ada siapapun, bahkan sosok Ayah yang ia sayang sepenuh hati begitu tega meniggalkannya.

Seravina terkejut mendegar suara isakan tangis Nonanya.

Mobil hitam milik Devindara melesat di tengah derasnya hujan yang mengguyur.

Menyusuri setiap jalan tempat ia meniggalkan gadis kecil itu sendirian tanpa ada rasa bersalah.

Hatinya mencelos seketika membayangkan betapa ketakutannya dia. Badan mungilnya pasti mengigil kedinginan, air matanya menetes tanpa di sadari olehnya.

Matanya mengedar memperhatikan setiap jalan yang di laluinya dengan perasaan khawatir. Laju mobilnya perlahan melambat ketika lampu mobil menyorot sesuatu tergeletak di tengah jalan.

Jantungnya berdetak kencang membuka pintu mobil tak sabaran, air hujan lansung menyambutnya, melangkah lebar menyadari sesuatu,

"Tidak!"teriaknya menggapai tubuh mungil itu dalam dekapannya, tangan kasarnya menyingkirkan setiap helaian

rambut yang menghalangi wajah dalam dekapannya. Terlihat wajah imutnya yang sudah memucat dengan bibir membiru, membuat pria itu terdiam dunianya seakan

berhenti berputar tak lama rahangnya mengeras tidak mungkin apa yang di pikirkannya terjadi bukan? mendekap semakin erat tubuh mungilnya.

Mencoba mendekatkan telinganya tepat di dada putrinya,

Detak jantung bahkan tidak ia dengar," Tidak! tidak!" Bayang bayang ingatan tentang putrinya melintas begitu saja.

"Ayah selamat ulang tahun!"

"Meyra membuatkan Ayah bekal"

"good morning, Meyra sayang Ayah"

Tak lama ingatan, ingatan lain muncul seperti kaset rusak

bagaimana ia menyakiti putrinya, tangisan, jeritan, permohonan bahkan tidak ia hiraukan.

"hiks Ayah meyra takut gelap!" di saat putrinya ia kurung di gudang.

"sakit Ayah hiks kulit meyra perih!" raungnya pilu, ketika menghukum putrinya dengan cara mencabut 50 kali cambukan.

"Akhhhh, Ayah! panas" saat dirinya menyiram putrinya dengan air teh panas tepat di kakinya.

"Meyra lapar Ayah! tolong Meyra salah Maaf" ketika putrinya di kurung di kamarnya seharian tanpa di beri makan.

Dan terakhir menjambak rambut putrinya.

"Maafkan Ayah Meyra. bangun, bangun sayang!" menguncang sedkit badan putrinya hingga sebuah benda jatuh tepat di sampingnya.

Devindra yang menyadari benda apa itu, Meraung pilu atas kata kata kejam yang ia pernah katakan selama ini pada putrinya.

"MEYRA!"

...----------------...

Spam nexnyaন

Masih awal, harap bersabar dengan tingkah dan ke imutan

Anya Nanti.

BAB 3: FAMLIY POSSSESSIV ⋆ ˚。⋆୨ ୧⋆ ˚。⋆

𝑯𝒂𝒑𝒑𝒚 𝒓𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈 !!

...----------------...

Seravina salah satu Maid yang di percaya menjaga si bungsu di keluarga Digantara.

Baru sebulan ia bekerja mulai memahami sifat keluarga Digantara oteriter, disiplin, tegas, dan bahkan sikap mereka semua terkesan dingin, kaku, cuek, kejam dan terakhir bisa di bilang gila dalam bekerja. Bahkan pernah seminggu mereka

tidak pulang ke rumah. untuk si mungil di hadapnnya ini, gadis kecil yang terbuang di tengah Keluarga yang terlihat begitu tidak meginginkannya bahkan namaya hanya Anya Quinzy tanpa

di beri marga di belakang namanya.

Lihatlah jejak Liquid bening itu membasahi pipi gembulnya, hidungnya yang memerah dengan bibir kecil yang tengah asik memakan coklat manis pemberiannya.

Satu kata "gemas", ia bersyukur bisa menenangkan nona mudanya.

Tangisan Anya membuat hatinya tersayat begitu pilu entah apa yang membuat si mungil menangis seperti tadi.

Sedangkan si mungil menahan rasa kantuk, lelah menangis membuat matanya memberat ingin segera tertidur tapi lain dengan yang terus memakan coklat di tangannya ini.

Sementara Seravina tertawa lucu, mengangkat tubuh mungil Anya gendongannya mencium gemas pipi itu"kita tidur dulu sayang, nanti lanjut makan coklatnya"

Tentunya mendapat penolakan dari si mungil dengan gelengan kecilnya tapi lihatlah matanya yang sudah menutup"nou...." membuat Seravina ingin melahap wajah imutnya itu.

Coklat yang di pegang si mungil jatuh dari tangannya, Seravina membiarkan nantipun jika nonanya mau ia bisa

membelinya lagi.

"mimpi indah sayang~"ketika Anya terusik di gendongannya.

...----------------...

Pintu gerbang terbuka lebar ketika mobil berjenis BMW 521i memasuki halaman Mansion.

Bodyguard yang tengah berjaga langsung sigap menghampiri membuka pintu mobil, meski memiliki rasa takut jika melakukan kesalahan sedikit saja.

Keluar dari sosok yang mereka takuti kini sudah ada di depan mata.

Netra hitamnya menatap tajam setiap bodyguard, memastikan tak ada satupun penyusup masuk dalam wilayahnya.

Agasta Reynad Digantara 43 thn.

Dialah kepala keluarga Digantara, memasuki usianya kepala empat tidak melunturka karismanya sebagai seorang pemimpin Mafia.

Di samping itu ia juga seorang pengusaha sukses, bahkan namanya peringkat teratas dalam hal kekayaan.

Semua bodyguard hormat ketika Agasta memasuki Mansion, suasana hening semakin mencekam ketika suara langkah kakinya menggema membuat siapapun yang mendegarnya merinding.

"laporkan mengenai cabang perusahaan di kota Z Selama saya tidak mengawasinya" suara dingin mulai terdengar.

Sedikit mempercepat langkah kakinya mencoba menyeimbangkan diri dengan langkah Tuannya" Semua laporan yang masuk aman tidak ada kendala--"

Tersenyum menyeringai" Termasuk para karyawan yang korupsi?" potongnya, sedangkan tangan kanannya mengagguk kaku" Korupsi, tidak Tuan"ucapnya yakin.

"hmm, kau bisa kembali, Aku ingin beristirahat"

"baik Tuan"

Hanya tikus bodoh yang ingin bermain main dengan pria itu kekusaannya di dunia gelap bahkan sudah ia pegang sepnuhnya.

Berpikirlah dua kali jika ingin menghianatinya.

"berbahagialah sayang lupakan masalalumu bangunlah raih kebahagianmu sebagai Anya Quinzy.

...----------------...

Sebelum suara suara lain memasuki pendengarannya.

"Tuan biarkan saya pindahkan nona terlebih dulu. Maaf ini kesalahan saya, Nona tidak ingin di kamarnya dan sempat menangis....."

"Baiklah biarkan selagi dia tidak menggangguku, aku sudah cukup lelah saat ini pergilah"

Melihat kepergian Maid dari hadapannya dengan wajah

memucat membuatnya berdecih sinis.

menatap seonggok buntalan kecil tepat di tempat tidurnya yang bernuasa gelap.

Memperhatikan setiap detail wajah yang terpahat dalam

wajah makhluk kecil itu, yang tak lain putrinya sendiri. Langkahnya mendekat, hingga duduk di pinggir kasur, begitu mungil pikirnya.

Bulu matanya begitu lentik, hidung mancung sama

sepertinya, bibirnya yang kecil mengingatkan pada mendiang sang istri.

Si mungil terlihat terganggu dari tidurnya, tangannya mengepal atau mungkin bermimipi tak lama bibir mungilnya bergerak seperti sedang mengunyah, membuat pria berwajah dingin itu menatap lamat Makhluk kecil di hadapannya ini.

Entahlah ia seperti tersihir untuk sejenak sebelum rasa benci

mengusainya kembali mengalihkan pandangannya dengan rahang mengeras.

Andai saja istrinya mau menggugurkan bayi dalam kandungannya pasti saat ini ia bahagia ketiga putranya.

Sedangkan si mungil mulai terbagun dari tidurnya mata

bulatnya mengerjap beberapa kali, sebelum pandangannya memusat pada orang di sampingnya bertepatan saat netra gelap itu kembali memusatkan tatapannya pada si mungil.

Anya hanya menatap polos pria di hadapannya penuh raut wajah Agasta hanya melihatnya dengan wajah datar tanpa ekpresi entah apa yang di pikirkannya saat ini.

Tangan mungilnya menurunkan selimut dari badannya, ia tau sosok di hadapannya ini sama seperti sang Ayah.

Bibirnya bergetar dengan mata berkaca kaca dan hal itu tak luput dari pandangan Agasta" aaf yayah~" panggilnya mengalun begitu menggemaskan di telinga Agasta.

Buru buru si mungil tertatih tatih mencoba turun dari kasur pria dingin itu sebelum amarahnya meledak sama seperti sang Ayah dulu.

Tak peduli dengan tempatnya akan berpijak begitu jauh, karena kasur Agasta menggunakan ranjang membuatnya mau tak mau mengerahkan usahanya.

berusaha untuk turun dari kasurnya.

Agasta menarik sudut bibirnya ketika badan mungil itu

Meskipun ada yang membuatnya aneh tatapan mata dengan liqiuid tidak seperti biasa menyambutnya jika pulang dengan rengekan.

Entah mengapa sesutu dalam dirinya sedikit terusik.

Aidan Caesar Dirgantara 17 tahun.

"jangan buat ulah bokap gue udah pulang" Geramnya.

Sementara temanya hanya menyengir" uh bukannya bilang dari awal tau gini gue gak jadi main" ujarnya merinding.

Sementara yang lain memutar bola matanya malas.

Terutama pria di samping perusuh.

Xavier Agasta Dirgantara 21 tahun.

...----------------...

Kemarin niat up, malah ketiduran

Belum bisa doble up karena? Buat prolog Anya day ngedadak waktu di draf, Day ubah Alurnya juga.

Tentang isi novel mungkin di chapter selanjutnya akan di bahas.

150 vote + spam nexnya 100 target lanjut.

127

Votenya

See you next time

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!