Seorang gadis tengah berlari dengan nafas yang terdengar yang tidak beraturan, ia menjinjing sepatunya yang tadi tak sempat ia pakai. Ia berniat pulang kerumahnya dan berjalan melewati sebuah gang yang biasanya ia sering lewati.
Namun malam ini ada hal yang membuatnya takut dan membuat wanita itu berlari terbirit-birit, mengeluarkan semua kemampuan yang ia miliki.
Tuhan aku mohon tolong aku. Pinta wanita itu sambil terus berlari, kakinya yang mulus itu kini telah terluka karena goresan batu dan juga hal lainnya.
Namun tiba-tiba seseorang menarik tangannya dan menghempas tubuh wanita itu ke tembok, wanita itu meringis ketakutan sambil memegang pinggangnya.
"Tolong jangan sakiti aku, aku masih punya kedua orang tua yang belum aku bahagiakan, " pinta wanita itu sambil menutup matanya, ia tak berani menatap pria yang sedari tadi mengejarnya itu.
Pria itu memegang rahang wanita itu, " Siapa nama mu? " tanya pria itu dengan suara yang amat sangat menyeramkan.
"Klara, " balas wanita yang bernama Klara dengan nada yang bergetar.
"Kau melihatnya? " tanya pria itu kembali.
"Iyah. Eh tidak-tidak aku tidak melihatnya, " Klara awalnya mengangguk namun dengan cepat wanita itu malah menggelengkan kepalanya.
"Buka matamu, wajahku tak semenakutkan hantu, " balas pria itu sambil melepaskan tangannya.
Klara langsung membuka matanya dengan perlahan lalu tiba-tiba tubuhnya semakin melemas karena melihat pria itu, "Kau benar orang yang tadi kan? " tanya Klara sambil memperhatikan wajah pria itu.
"Yah, " balas pria itu dingin, wajah mereka sangatlah dekat bahkan mereka dapat merasakan nafasnya.
"Aku tanya kau sekali lagi, apakah kau melihat apa yang ku lakukan tadi? " tanya pria itu tajam, sorot matanya sudah bagaikan iblis yang siap memakan Klara.
"Iyah aku melihatnya, tapi aku berjanji tidak akan bicara pada siapapun, " balas Klara yang tak bisa berbohong lagi.
"Bagus, aku kali ini akan melepaskan mu. Tapi kau harus ingat satu hal! jangan pernah main-main dengan ku, " ucap pria itu sambil berjalan menjauh dari hadapan Klara.
"Aku boleh pulang? " tanya Klara sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Cepatlah pulang, sebelum aku berubah pikiran, " balas pria itu dingin.
Klara langsung berlari menuju rumahnya dengan kecepatan yang ia miliki, sungguh ia berharap malam ini hanyalah mimpi buruk baginya.
Sementara pria itu hanya tersenyum miring saat melihat wanita itu berlari menjauh dari hadapannya, "Aku melepaskan mu bukan karena aku tak mau bermain dengan mu, tapi aku punya permainan yang lebih seru untuk mu, " gumam pria itu sambil berjalan dan memasukan tangannya ke saku celana.
Ia berjalan pulang ke rumahnya, sambil ia lupa ada hal yang belum ia selesaikan karena wanita tadi.
Di rumah Klara langsung masuk ke rumahnya dan menutup pintu masuknya dengan sangat rapat, ia takut pria itu masih mengikuti dirinya. Nafasnya masih tidak beraturan, mungkin kalau satu meter lagi Klara berlari ia pasti akan mati karena kehabisan nafas.
"Kau kenapa? " tanya ibunya Klara yang melihat anaknya ini seperti itu.
Klara mendudukkan tubuhnya di lantai sambil memandang ibunya yang saat ini berjalan ke arahnya, "Ibu-ibu tadi-tadi Klara di-di kejar orang gila, " balas Klara terbata-bata karena masih belum bisa bernafas dengan benar.
"Sudahlah kau cepat masuk ke kamar, makannya kalau pulang main tuh jangan kemalaman, tau rasakan kamu di kejar orang gila, " Ucap ibunya yang langsung menarik anaknya untuk masuk ke kamar.
"Baiklah, " balas Klara yang langsung bangun berkat bantuan ibunya.
Klara masuk ke kamarnya, ia langsung menjatuhkan tubuhnya ke kasur sambil menatap langit-langit kamar, jujur saja ia masih tak bisa percaya dengan apa yang ia lihat tadi.
"Ahh kenapa ini semua bukan mimpi? " tanya Klara sambil menutup matanya.
"Klara bangun Klara, " ucapnya sambil memukul pipinya.
"Ahh sakit, " ucapnya kembali yang ternyata ini memang bukanlah mimpi.
"Sudahlah kalau ini bukan mimpi maka aku mohon jangan pertemukan aku dengan pria itu kembali, " ujarnya yang sudah mulai lelah.
"Rara kamu kenapa? " tanya ibunya. Klara memang kadang suka di panggil dengan panggilan Ara atau Rara.
"Aku tidak papa bu, " balas Klara.
"Kalau tidak kenapa-napa, kenapa kau malah teriak-teriak gak jelas kayak barusan? " tanya ibunya yang khawatir anaknya kenapa-napa.
"Aku cuman sedang kesal saja bu, ibu tenang saja aku tidak papa kok, " balas Rara yang tak mau ibunya tau.
Karena ia juga sudah berjanji pada pria itu kalau dirinya tak akan bicara pada siapapun tentang apa yang dirinya tadi lihat di perjalanan pulang.
"Baiklah kalau memang cuman itu, " ibunya Klara langsung meninggalkan kamar Klara.
Di dalam Klara malah langsung menutup wajahnya menggunakan bantal dan tertidur, rasanya ia tak mau lagi mengingat hal tadi. Ia ingin besok pagi ia mendadak hilang ingatan saja. Jadi tadi Klara melihat pria itu tengah melakukan sebuah hal yang baru pertama kali Klara lihat.
Flashback On
Klara sedang berjalan dengan santainya memasuki sebuah gang kecil ke rumahnya, sebenarnya bisa saja sih Klara tidak lewat sana. Tapi jalan itu agak lumayan jauh, apalagi saat ini Klara tak membawa mobil jadi ia memutuskan untuk masuk ke gang itu.
Saat sedang berjalan dengan santainya Klara malah mendengar suara seseorang menjerit, karena Klara adalah seorang makhluk yang amat sangatlah kepo ia malah mencari asal suara tersebut.
Sampai ia melihat sebuah rumah kosong yang kata orang-orang bilang di rumah itu sering ada orang yang berteriak tengah malam. Jadi Klara penasaran dong ingin memastikan apa yang terjadi di ruangan itu.
Saat ia membuka sedikit pintu itu ia melihat seorang pria yang sedang memukuli pria lainnya, pria yang di pukuli itu sudah benar-benar sekarat dan tak bisa melawan pria yang memukulinya itu.
Klara tak bisa melihat dengan jelas kedua pria itu, namun saat melihat senyuman di wajah si pria yang memukuli pria lain itu. Klara benar-benar beranggapan kalau pria itu bukanlah manusia, senyumnya saja sudah bagaikan iblis yang menyeramkan.
Sampai-sampai pria yang menyiksa pria itu melihat Klara yang sedang mengintip apa yang ia lakukan, dengan cepat Klara langsung berlari sampai sepatu yang ia kenakan langsung ia lepas untuk mempercepat larinya.
Pria tadi pun mengejar Klara, sedangkan pria yang tadi di siksa mungkin saat ini sudah mati karena kekurangan datar atau apapun itu yang dapat membunuhnya.
Flashback Off
Hari sudah mulai berganti menjadi pagi yang begitu indah di temani dengan suara burung-burung.
"Rara cepat bangun sekarang kau harus sekolah, " seseorang mengetuk pintu kamar Klara dengan tak sabaran.
"Bentar Mah aku lagi mimpi indah nih, " balas Klara yang malah menutup wajahnya dengan selimut.
"Hey kalau kamu tidak bangun dalam hitungan ketiga Mamah akan potong uang jajan kamu selama satu bulan, " ancam ibunya sambil berkacak pinggang di depan pintu kamar Klara.
"Baiklah, " ucap Klara yang langsung bangun dan membuka matanya lebar-lebar.
"Bagus, " balas ibunya yang kini mulai berjalan menjauh dari kamar anaknya tersebut menuju ke ruang makan.
Klara yang baru menginjakkan kakinya di lantai langsung pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap berangkat sekolah seperti pagi biasanya.
Hari ini adalah hari senin, hari yang tak sama sekali Klara sukai. Setelah selesai mandi ia langsung berjalan sambil bersiul ke arah lemari pakaiannya, dengan tenang ia memakai pakaian sekolahnya.
Namun alangkah terkejutnya ia saat melihat seorang pria yang saat ini sedang memandang dirinya dari arah balkon kamarnya, pria itu tengah tersenyum ke arah nya.
"Wahhhhhhhh, " teriak Klara sambil mengambil handuknya, yah walaupun sebenarnya pas ia masuk ke kamarnya ia sudah menggunakan pakaian dalamnya.
Tapi tetap saja itu sangat memalukan, bukannya takut atau cemas pria itu malah semakin melebarkan senyumnya. Pria itu malah masuk ke kamar Klara sambil berjalan mendekati wanita itu.
Klara memundurkan langkahnya perlahan-lahan, sambil memegangi handuknya. Sampai punggungnya terbentur tembok, kini Klara tak bisa mundur lagi karena terhalang tembok.
"Pagi gadisku, " sapa pria itu dingin namun menakutkan.
Pagi yang dingin ini semakin dingin karena keberadaan pria itu di kamar Klara saat ini.
"Kau kenapa ada di sini? " tanya Klara memberanikan dirinya.
"Aku ingin berangkat sekolah bersama mu, memangnya tidak boleh? " tanya balik pria itu sambil mengangkat dagu Klara menggunakan jari telunjuknya.
"Bukannya seperti itu, tapi kamu bisa kan tunggu nya di luar aja, " balas Klara.
"Aku ingin menunggumu di sini, " ujar Pria itu tajam sambil melepaskan tangannya.
"Tapi aku belum pakai baju, " balas Klara.
"Ya kau pakai saja, sana! " pria itu menarik Klara untuk memakai pakaian walaupun di sana ada dirinya.
"Tapi-tapi, " Klara benar-benar tak bisa melakukan hal itu di depan pria yang bahkan baru ia kenal tadi malam.
"Aku tidak suka penolakan, kau mau tau akibatnya karena kau telah menolak ku? " tanya pria itu sambil menekankan setiap ucapannya.
"Ba-baiklah, " tengah terpaksa dan agak sedikit malu Klara pun membuka handuknya perlahan-lahan.
Dan hanya menyisakan pakaian dalamnya saja, ia membuka pakaiannya membelakangi Pria itu. Hanya ini satu-satunya cara untuk tak mati konyol, ia tak mau pria gila ini membunuhnya pagi ini.
Masih terlalu banyak hal yang belum ia lakukan selama hidupnya, jadi ia belum mau mati pagi ini. Apalagi matinya hanya karena hal sepele seperti ini, paginya ini adalah hal sepele karena ia sudah sering berpakaian minim di depan laki-laki.
Setelah selesai memakai seragam sekolah Klara langsung menatap pria itu kembali, "Kau mau tetap berada di sini? " tanya Klara.
"Tidak, aku akan menunggumu di luar. Jangan keluar terlalu lama, " balas pria itu yang datang ke kamar Klara hanya untuk melihat wanita itu memakai pakaian.
Setelah melihat Klara selesai berpakaian Pria itu langsung kembali keluar dari kamar Klara lewat jendela balkon, lalu Klara pun ikut keluar dari kamarnya, Namun bukan keluar bersama Pria itu melainkan keluar untuk makan sarapan bersama dengan keluarganya.
Setelah berada di meja makan Klara makan dengan wajah yang tidak tenang, ia tidak tau harus minta bantuan pada siapa. Jujur saja ia ingin sekali lepas dari pria itu, tapi ia juga bingung bagaimana cara melepas pria itu.
"Klara kamu kenapa? " tanya ayahnya sambil menatap wajah Klara yang kebingungan.
Klara langsung menatap ayahnya, dengan tatapan kosong, " Aku gak papa kok, " balas Klara yang langsung bangun.
"Aku pamit sekolah dulu yah, udah mau telat nih, " pamit Klara sambil bersalaman dengan kedua orang tuanya.
"Hey kunci mobil mu, " teriak ibunya sambil mengacungkan kunci mobil Klara yang tertinggal di meja.
"Aku hari ini gak bawa mobil, udah ada yang jemput, " balas Klara sambil berjalan keluar rumah.
Setelah Klara berada di Halaman rumah ia langsung melihat mobil sport berwarna hitam, seseorang yang berada di dalam mobil itu langsung membuka kaca mobilnya.
"Naik! " titah pria itu.
"Baiklah, " balas Klara sambil naik ke mobil itu.
Setelah naik mobil pria itu langsung memajukan mobilnya dan pergi menuju ke sekolah.
"Kau memang satu sekolah dengan ku? " tanya Klara.
"Iyah, " balas pria itu dingin tanpa menatap Klara.
Klara langsung menatap bajunya lalu menampakkan sebuah nama di dada kiri kemeja yang pria itu gunakan, " Alfian J, " gumam Klara yang membaca nama pria itu.
"Nama mu Alfian? " tanya Klara.
"Iyah, " balas Alfian yang tau kalau Klara tau namanya karena melihat tulisan di pakaian.
"Sebenarnya aku sepertinya mengingat mu, " Klara mencoba mengingat pria itu, karena sepertinya pria itu tak asing lagi bagi hidupnya.
Sampai akhir dia ingat tentang siapa pria ini, dengan wajah yang amat sangat kaget ia menatap pria itu, " Kau adalah anggota Tim A4 kan? " tanya Klara yang akhirnya sedikit mengingat tentang pria itu.
"Kau baru mengingatnya? lucu, " balas Pria itu sambil tersenyum tipis.
"Benarkah? aku tidak percaya dengan hal itu, nanti pas udah mau sampai di sekolah kau turunkan aku di jalan yang sepi yah, " pinta Klara.
"Kenapa? " tanya Alfi.
"Aku tidak mau para fans mu nanti memarahi ku karena satu mobil dengan mu, " balas Klara.
"Kalau itu terjadi aku akan membunuh mereka saja, " ucap Alfi dingin.
"Hey, kau ini gila apa gimana sih? memangnya membunuh itu mudah bagimu? " tanya Klara yang tidak habis pikir dengan ucapan Alfi.
"Kau mau melihat bagaimana aku bisa dengan mudahnya membunuh mereka? aku akan tunjukan padamu kalau memang kau mau bukti, " balas Alfi dingin dan menakutkan.
"Tidak usah tidak usah, aku percaya kau bisa lakukan itu, jadi aku turun di parkiran saja, " ucap Klara yang tak mau ambil resiko.
Ia harus ingat kalau ia berurusan dengan siapa kali ini, jangan sampai ia salah tingkah sedikit pun. Kalau Iyah maka ia akan mati konyol, oleh pria yang berada di sampingnya ini.
Beberapa menit kemudian mereka pun sampai di sekolah, Alfi sudah turun duluan dari mobilnya. Saat Alfi turun para wanita yang sedang berada di parkiran langsung menatap pujaan hati mereka yang sudah bagaimana pangeran di mata mereka.
Klara belum turun dari mobil, ia masih melihat ke arah para penggemar Alfi, " Mati ini mah gue, " gumam Klara sambil memukul jidatnya.
"Hey kau mau keluar atau tidak? " tanya Alfi.
Dengan perlahan-lahan Klara membuka pintu mobilnya, setelah itu semua wanita di sana langsung terdiam karena melihat seorang Alfi memberikan tumpangan pada wanita lain selain sahabat.
Klara keluar dari mobil Alfi sambil menutup wajahnya menggunakan tas, tapi pada kenyataannya semua orang masih bisa menebak kalau itu adalah Klara.
Alfi yang telah melihat Klara keluar dari mobilnya langsung merangkul pundak gadis itu dan membawanya untuk masuk ke sekolah. Semua semakin bertanya-tanya tentang kedekatan mereka berdua.
"Lu bisa lepasin gak? " tanya Klara sambil menatap Alfi.
Alfi terdiam sejenak, " Kau tau kan apa yang akan kau dapatkan kalau kau menolak permintaan ku? " tanya balik Alfi sambil menatap Klara dengan tatapan tajam.
"Baiklah terserah kau saja, " balas Klara pasrah.
Kemudian Alfi kembali menarik Klara lalu membawa wanita itu ke depan kelasnya, setelah berada di depan kelas Klara, Alfi langsung melepaskan rangkulan tangannya yang berada di pundak Klara.
"Jam istirahat nanti aku tunggu di kantin, " ucap Alfi sambil berjalan meninggalkan Klara yang masih mematung seperti batu es di sana.
Klara berniat menolak ucapan pria itu tapi ia jujur saja tak bisa melakukannya, ia takut pria itu akan marah dan kemudian membunuhnya. Akhirnya Klara menarik nafas beratnya lalu berbalik dan masuk ke kelasnya, ia berjalan sambil menunduk menuju mejanya.
"Ara lu baik-baik aja kan? " tanya Wilona, teman sekaligus sahabat Klara. Sahabat Klara memang selalu memanggil gadis itu dengan panggilan Ara, karena itu lebih gampang menurut mereka.
Ara atau Klara tak menjawab ucapan Wilona, wanita itu malah duduk sambil menidurkan kepalanya di atas meja menatap kosong ke arah sahabatnya.
Segerombolan wanita pun datang dan langsung berkumpul di depan meja Klara, ada beberapa hal yang ingin mereka ketahui dari wanita ini.
"Hey bangun, " seorang wanita memukul meja Klara dengan sangat keras.
Bukannya takut Klara malah bangun sambil menatap wajah mereka dengan tatapan malas, rasanya tak ada yang lebih menakutkan dari Alfi di matanya saat ini. Dalam kategori manusia yah kalau yang bukan manusia itu beda lagi.
"Mau lu apa sih? Tiba-tiba datang dan buat heboh satu sekolah? " tanya wanita lainnya.
Wilona yang tidak tau apa-apa hanya bisa diam sambil menatap sahabatnya.
"Kalian semua mending tanya langsung aja sama Alfi, maksudnya dia ngelakuin semua ini apa? " balas Klara yang malas berdebat dengan mereka semua.
"Hey kita tuh maunya kamu yang jawab, bukan Alfi, " ucap wanita tadi sambil memukul meja kembali.
"Kalau menurut gue kalian mending bubar aja yah? jangan bikin gue yang pusing ini tambah pusing, " balas Klara yang tak mau pusing.
Suara pintu kelas yang di buka dengan paksa, mereka yang mendengarnya langsung menatap ke asal suara tersebut. Pria itu berjalan mendekati Klara dan berdiri di hadapan Klara sambil menatap wanita yang sedang bicara pada Klara.
"Dia pacar ku, kalian paham kan? " ucap Pria itu yang membuat mereka yang berada di sana semakin kaget dan kebingungan.
Ternyata Klara pun sama kebingungannya dengan mereka, sejak kapan ia pacaran dengan manusia setengah devil ini?
"Apa? lu pacaran sama dia? " tanya wanita lainnya sambil tersenyum kecut, tak percaya pada apa yang Alfi katakan.
Yah orang itu adalah Alfi, tadi ia mendengar keributan di jalan menuju kelasnya. Untuk memastikan semuanya ia langsung berjala kembali menuju kelas Klara.
Klara membulatkan matanya sambil menelan ludahnya sendiri dengan susah payah, ia tak percaya dengan apa yang pria itu katakan barusan.
"Kalau kalian ada yang mengganggu pacarku, aku akan membuat sebuah perhitungan untuk kalian, " Ancam Alfi sambil berbalik ke arah Klara.
"Benarkan Beby? Mulai hari ini kau adalah milikku, " tanya Alfi sambil mengelus rambut Klara dengan lembut.
Klara masih menatap Alfi dengan tatapan kaget dan takut, kalau dulu sebelum ia tau siapa pria ini yang sebenarnya ia mau sekali pacaran dengan dia. Tapi setelah tau ia bahkan tak mau melihatnya sama sekali.
Tanpa pikir panjang Klara pun mengangguk, ia mengangguk hanya karena tak mau membuat pria ini marah saja.
"Ya sudah kalau begitu aku kembali ke kelas dulu yah, " pamit Alfi sambil berjalan keluar kelas Klara dengan gaya cool nya.
"Dasar wanita tidak tau diri, " sindir salah satu wanita yang tadi datang untuk mengancam Klara agar tidak dekat-dekat lagi dengan pangerannya.
"Aku masih mendengarnya, " timpa Alfi yang rupanya masih mendengar ucapan orang itu.
"Kita pergi saja dari sini, " wanita lainnya langsung mengajak mereka untuk pergi dari hadapan Klara, walaupun jelas-jelas mereka tidak Terima dengan keputusan Alfi.
Klara yang sudah melihat mereka keluar dari kelasnya langsung duduk kembali di kursi sambil bernafas lega, tadi saat Alfi datang ke hadapannya. Rasanya nafas Klara seperti ada yang menghalangi, ia jadi tidak bisa bernafas dengan leluasa.
"Lu bendera pacaran sama Alfi? " tanya Wilona sambil menarik lengan Klara agar menatap ke arahnya.
Klara langsung menatap malas wajahnya Wilona, " Iyah, " balas Klara malas.
"Beneran? gue gak nyangka cewek kayak lu bisa dapetin orang kayak Alfi, " ucap Wilona sambil melepaskan kembali tangannya.
Kalau di lihat dari penampilan sih Klara memang bukan orang yang paling cantik di sekolah ini, melainkan yah seperti murid wanita pada umumnya. Mungkin karena Klara tidak mau mengurus tubuhnya, ia termasuk orang yang tidak peduli akan penampilan.
Berbeda dengan Aurel, sahabat dari Alfi. Aurel memiliki wajah yang cantik, terurus, putih dan pokoknya ia adalah wanita tercantik dan terpopuler di sekolah ini. Ia satu geng dengan Alfi yaitu di geng A4, tapi sayangnya mereka tidak tau siapa Alfi yang sebenarnya.
Alfi saat ini sudah duduk di mejanya, di samping Alfi ada Aurel yang sedang baca buku Novel sedangkan di belakang meja mereka ada Adul dan juga Agil, sahabat Alfi juga yang tergabung di A4.
Saat Aurel tau kalau Alfi saat ini sudah berada di sampingnya ia langsung menutup bukunya lalu menatap Alfi dengan tatapan selidik, "Kau benar pacaran sama cewek dari kelas 11? " tanya Aurel sedikit sinis.
Alfi langsung menatap balik Aurel, " Iyah memangnya ada yang salah? " tanya balik Alfi sambil mengangkat alis kanannya.
"Gak salah denger Fi? " timpa Adul yang tiba-tiba nyambung.
Alfi langsung menatap Adul, " Gue tanya lagi sama kalian, emangnya kenapa kalau gue pacaran sama dia? " tanya Alfi kembali.
"Yah gue pikir selera lu tinggi gitu, eh ternyata sama yang model kayak gitu, " balas Agil sambil tertawa meremehkan Alfi.
"Selera gue tuh tinggi, makannya gue suka sama dia, kalian gak bakalan ngerti sama apa yang gue maksud jadi mending kalian diem aja deh, " ucap Alfi yang sudah mulai malas mendengarkan omongan mereka tentang Klara.
"Cantikan juga gue, " Sindir Aurel sambil memalingkan tatapannya.
"Nih dengerin gue yah, kalau pacaran sama cewek cantik tuh udah biasa. Makannya sekarang gue pacaran sama cewek tuh bukan karena wajahnya aja, tapi ada suatu hal yang dapat membuat dia tuh sangat berbeda di mata gue, " balas Alfi sambil menyenderkan tubuhnya ke senderan kursi dengan mata menatap kosong ke depan.
Aurel merasa sedikit kesal dengan pernyataan Alfi barusan mengenai kenapa dirinya mencintai wanita itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!