NovelToon NovelToon

ILMU HITAM

BAGIAN 1

" Ibuuu"

Bola mata mungil bak burung merpati dengan pupil besar, terbuka. Bulu mata yang lentik nan indah tidak mampu membungkus kesedihan yang terpancar dari cahaya matanya.

Untuk kesekian kali Canaya bermimpi hal yang sama. Bagaimana sang Ibu, ( Syeila ) masuk ke dalam toilet meninggalkan nya sendiri di kamar. Dan menghilang begitu saja.

Hingga Canaya beranjak dewasa, Syeila tidak pernah kembali. Meninggalkan nya dengan sang Kakak Arjuna, berdua di Rumah besar leluhur nya.( Rumah Ilyas )

Canaya bangkit setelah menghela nafas panjang, ia berusaha menenangkan dirinya sendiri. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain dari pada itu.

Ayahnya terlalu sibuk di Negeri Jiran mengurus pemerintahan. Sehingga hampir tidak pernah mengunjungi Canaya dan Arjuna di Rumah.

Dan sang Kakak pun terlalu tenggelam dalam kesibukan mengembangkan bisnis keluarga.

Canaya meraih ponsel nya di atas Nakas, membaca beberapa pesan yang belum sempat dibacanya.

NAY... GUE KE RUMAH LO BESOK

Pesan dari Lucy membuat Canaya sedikit berpikir, untuk apa gadis primadona di kampus itu datang ke rumah. Tidak seperti biasanya.

Setiap weekend adalah hal yang mustahil bagi Lucy untuk berkumpul dengan teman-teman nya. Dia terlalu sibuk ngedate dengan cowok ganteng nan tajir. Biasalah, selain cantik Lucy sangat piawai memanjakan pria.

Dan terakhir dia bertunangan dengan cowok yang cukup terkenal di kampus.

Canaya membuka kulkas mini di samping Nakas, dia mengeluarkan sebotol minuman berwarna merah pekat.

Hal tersebut adalah kewajiban mutlak bagi Canaya. Meskipun diawal dia tidak bisa menerima dirinya berbeda dari orang biasa pada umumnya. Lambat laun dia pun sudah terbiasa, dan hal itu dijadikan kelebihan untuk dirinya sendiri.

Canaya menenggak isi dalam botol itu sampai ludes, cukuplah untuk mengganjal perut di pagi hari. Setelah itu, Canaya bersiap untuk mandi. Weekend ??? Tidak akan jauh berbeda dengan seperti hari biasanya. Sendirian !!!

Baru saja keluar dari kamar mandi, Canaya membaca notice pesan di layar monitor yang berada tepat di atas daun pintu kamar.

Salah satu pembantu di rumah ini menulis pesan jika Lucy sudah datang.

" Pagi sekali " Gumam Canaya pada dirinya sendiri.

" Pasti ada masalah "

Canaya bergerak cepat sat set sat set menggunakan pakaian nya dan secuil skincare. Kemudian ia keluar untuk menemui Lucy.

" Nay... "

Seorang gadis cantik berambut ikal bangkit dan langsung berhambur memeluk Canaya, dialah Lucy.

Menangis sambil memeluk Canaya erat-erat tanpa perduli dengan apapun.

" Ada apa Lu?" Canaya menyebut nama Panggilan akrabnya.

" Ringga.. " Lucy hanya mampu menyebut satu kata. Namun dengan satu nama yang disebut, Canaya sudah bisa menerka-nerka.

Ringga adalah pacar sekaligus tunangan Lucy, Keduanya sangat serasi, yang satu cantik dan yang satu lagi tampan. Mereka bak pinang dibelah dua.

" Kenapa dengan Ringga? Apa dia menyakiti mu?" Selidik Canaya.

Lucy mengangguk dalam pelukan Canaya , Canaya menggiring temannya itu untuk duduk.

" Coba ceritakan padaku lebih detail " Pinta Canaya .

Lucy manut, dia menarik nafas dalam-dalam supaya lebih tenang. Kemudian kedua tangannya mengusap sisa air mata di wajahnya.

" Aku, Aku hamil "

Bola mata kecil Canaya melebar, dia tahu jika Lucy banyak sekali punya pacar. Tapi kalau sampai hamil ? Ahh...

" Hamil anak Ringga "

Canaya sedikit merasa lega mendengar siapa yang melakukannya. Karena Ringga sudah termasuk calon suami, jadi tidak begitu khawatir.

" Tapi tiba-tiba Ringga menolak mengakui anak ini, dan dia sekarang lagi dekat sama Intan"

Intan ??? Canaya merasa pernah mendengar nama itu. Tapi dimana ?

" Kamu ingat Intan nggak ?" Sambung Lucy .

Canaya sedikit menelengkan kepala nya ke kanan, antara dia ingin mengangguk atau menggeleng.

" Itu loh, anak Fakultas ekonomi yang selalu menjadi nilai tertinggi "

Barulah Canaya ingat, seorang bintang rupanya. Mangkanya Canaya merasa seperti pernah mendengar nama itu.

" Cuma pinter doang kelebihannya, biaya kuliah pun dapet dari beasiswa udah blagu. Akan aku pastikan tahun ini dia tidak bisa mendapatkan beasiswa lagi "

Rona dendam terpancar kuat dari sorot mata Lucy . Canaya mengusap pundak temannya itu. Berusaha menenangkan Lucy .

Jika sampai Lucy melakukan apa yang diucapkannya barusan, maka tamatlah si Intan. Keluarga Lucy termasuk tiga besar donatur di kampus. Dan tentu Canaya nomor satu.

" Nay... Kamu bisa bantu aku kan?" Tiba-tiba Lucy memohon.

" Bantu apa?"

" Bilang ke Kakak kamu untuk mau berkompromi dengan keluarga ku supaya beasiswa nya Intan digagalkan "

" Bagaimana pun Rektor pasti lebih menuruti keinginan Kakak mu "Imbuh Lucy lagi.

Canaya menarik nafas dalam-dalam kemudian membuangnya secara perlahan.

" Kak Juna sekarang ada Di Brunei "

" Kapan balik ?"

Canaya mengedikkan bahunya.

****

Siang itu Canaya pergi lunch bersama Lucy , setelah menemani Lucy keliling Mall. Si gadis cantik ini akan tetap bersedih jika tidak dibawa jalan-jalan.

" Nay"

Canaya tersentak, ia mendapati wajah Lucy yang mengeras dengan mata mengunci satu tempat. Canaya menoleh ke arah mata Lucy memandang, rupanya Ringga juga ada di restoran yang sama. Dia nampak mesra bersama dengan seorang gadis.

Lucy mengepalkan tangannya, ia cemburu dan marah menyaksikan kemesraan pasangan itu. Canaya pun jengkel, kok bisa Ringga jatuh cinta kepada sosok Intan.

Dinilai dari segi apapun, Intan kalah jauh dengan Lucy . Gadis itu tidak sampai di angka lima, nilai plusnya dia pintar.

" Yuk kita pindah " Ajak Canaya , tapi Lucy menggeleng. Dia justru bangkit dari duduknya, datang menghampiri Ringga .

Canaya tidak bisa mencegah, karena tidak mungkin dia berteriak sedangkan suasana di restoran cukup ramai.

Terpaksa Canaya menyusul, ia tidak bisa membiarkan Lucy menghadapi semuanya sendiri.

" Ga.. "

Suara Lucy sangat pelan, mungkin dia sudah bersusah payah untuk menyebut nama pria itu. Ringga menoleh, ia kaget melihat ada Lucy dan juga Canaya di sana.

" Lu,, "

Ringga berdiri, ia hendak meraih tangan Lucy namun ditepis oleh Lucy .

" Aku sudah tahu kok"

Lucy melirik Intan, gadis itu terlihat santai sekali.

" Apa sih Ga yang buat kamu memilih dia? Setidaknya kau mencari yang lebih baik daripada aku"

Ringga diam, dia melirik tak nyaman ke arah Intan.

" Memang nya aku kenapa ?" Tiba-tiba Intan menyahut, dia bangkit dari duduknya.

" Tuh!" Lucy menunjuk cermin besar dalam restoran yang dijadikan aksesoris tempat itu.

" Ngaca!! Aku dan kamu beda.. Jauh malah"

" Setidaknya Ringga adalah cinta pertamaku, bukan kayak kamu. Entah Ringga sudah menjadi yang ke nomor berapa "

PLAK!!

Sebuah tamparan menjadi jawaban atas hinaan Intan terhadap Lucy . Ringga terperangah, ia sigap mendekati Intan.

" Kamu nggak apa-apa ?"

Intan menggeleng sembari memegang pipinya yang memerah. Sorot matanya tajam ke arah Lucy .

Lucy tersenyum sinis...

" Itu belum seberapa, lihat aja besok ! Akan ku pastikan kau akan dipanggil oleh Rektor, dan beasiswa mu akan dicabut " Ancam Lucy sangat yakin.

Ringga tersentak, begitu pula dengan Intan. Mereka saling bertukar pandangan.

BAGIAN 2

" Lu, masalah kita jangan kau bawa kemana-mana " Ringga sadar jika sampai Intan kehilangan beasiswa nya bisa jadi akan putus kuliah. Karena Intan memang dari keluarga yang kurang mampu.

Lucy semakin pongah, dagunya terangkat sambil melipat kedua tangannya di dada.

" Aku nggak perduli " Cetusnya.

" Ya udah nggak apa-apa" Intan menepuk punggung tangan Ringga yang merangkul pundak nya.

" Tapi dia udah keterlaluan sama kamu Tan"

" Terserah dia mau ngapain aja, kalau emang nanti benar beasiswa aku dicabut. Aku yakin masih banyak cara untuk melanjutkan kuliah"

Intan terlihat tidak terprovokasi oleh ancaman Lucy , membuat Lucy berang.

" Sombong sekali kau, liat aja ya!" Lucy menunjuk wajah Intan , wajahnya memerah menahan amarah.

Canaya menarik lengan Lucy , sudah cukup tindakan Lucy menjadi tontonan semua orang.

" Lepasin !!" Lucy menepis tangan Canaya .

" Lu, Kita udah jadi tontonan gratis " Bisik Canaya .

" Biarin saja, biar semua orang tahu bahwa perempuan jelek ini telah merebut tunangan aku. Dia ingin selevel dengan kita, mangkanya dia mempergunakan Ringga sebagai batu loncatan"

Lucy tidak perduli dengan rasa malu, ia memandang ke sekeliling.

" Kalian lihat kan? apa masuk akal tunangan aku selingkuh sama perempuan ini ?" Lucy menunjuk Intan tanpa sedikitpun melihat wajah nya.

Dari sekian banyak orang, mereka lebih menggelengkan kepalanya. Karena hal tersebut benar-benar tidak masuk akal.

" Jangan-jangan... Kau pakai pelet ya" Lucy semakin menjurus ke ranah lain.

" Pelet ??" Intan tersenyum mengejek " Kalau sudah nggak laku, nggak usah main fitnah. Lagian juga siapa sih yang mau sama cewek bekas piala bergilir " Intan pun tak kalah sengit mengejek Lucy .

" Apa?!"

Sekali lagi Lucy mengangkat tangan nya, namun kali ini tidak berhasil menyakiti Intan. Sebab Ringga sigap menahan.

" Hentikan Lu ! Kau sedang mempermalukan diri kamu sendiri. Kita sudah putus jadi jangan ganggu aku dan Intan "

" Tapi aku sudah hamil anak kamu " Ucapan Lucy penuh penekanan, rasa sakit hati membuat nya lupa akan rasa malu.

" Kau yakin itu anakku?" Balas Ringga mencemooh.

" Ga.. "

Mata Lucy melotot besar, Namun dalam beberapa detik ekspresi wajahnya berubah kaget. Tiba-tiba Ringga terhuyung dan ambruk.

Semua mata langsung mengarah kepada Canaya , tidak ada yang mengira jika perempuan yang sejak tadi diam saja melayang kan tinjunya ke wajah Ringga .

" Ga?? Ga?"

Teriak Intan, dia menggoyang tubuh Ringga . Pria itu tidak bergerak. Dengan tangan gemetar Intan memeriksa ujung hidung Ringga , Intan lega karena Ringga masih bernafas meskipun lemah.

" Tolong !!! Tolong !! Ringga pingsan "

Semua orang berkumpul, ada beberapa dari mereka tidak percaya. Hanya sekali tumbuk sudah KO, pingsan lagi? Sekuat apa pukulan seorang perempuan ?

***

Kaget??? Tentu.. Tapi masih tidak percaya. Ringga didiagnosa mengalami gegar otak ringan . Dan sampai sekarang masih belum sadar juga.

Lucy setia menemani Ringga di Rumah Sakit, Sedangkan Intan sendiri diusir oleh orang tua Ringga . Karena meskipun Ringga mengatakan putus, dia dan Lucy masih berstatus sebagai tunangan.

" Nay.. Kamu dimana ?"

Lucy menghubungi Canaya melalui via telepon.

" Di Kampus, gimana keadaan Ringga ?"

Loli dan Dian turut penasaran ingin tahu mengenai perkembangan Ringga .

" Dia coma "

Lucy melirik Ringga yang masih terbujur. Canaya menelan Saliva, rasa bersalah menyesakkan dada.

" Gimana kabar perempuan si*l itu?"

Tujuan Lucy menghubungi Canaya memang ingin tahu tentang Intan.

" Beasiswa nya dicabut " Jawab Canaya , dengan terpaksa Canaya menemui Rektor sendiri. Karena rasa bersalah nya kepada Lucy telah menumbuk wajah Ringga.

Senyuman lebar terkulum, akhirnya Intan tahu siapa yang dia hadapi saat ini.

" Makasih ya, makasih juga buat Kak Juna "

" Hem"

Hanya itu tanggapan Canaya , Lucy tidak mengetahui jika Canaya sendiri yang menemui Rektor.

" Gimana ?" Loli bertanya, sedari tadi dia dan Dian berusaha menguping pembicaraan Canaya dan Lucy . Tapi tetap saja tidak bisa mendengar apapun.

" Ringga coma"

Jawaban singkat namun membuat kedua gadis itu terkejut.

" Kamu pukul pakek apa sih Nay?" Dian cukup histeris.

Canaya mengangkat satu kepalan tangan dengan ragu. Dia. Meraih tangan Canaya , ia memeriksa nya dari segala sudut kemudian mengetuk nya.

" Lembut " Gumam Dian, apa yang dilakukan adalah reaksi yang cukup normal bagi orang yang sanksi atas kejadian dan kenyataan.

" Ah sudahlah.. Aku lapar "

Canaya menarik tangan nya lalu pergi. Dia berusaha menghindar dari masalah. Padahal sebisa mungkin Canaya menyembunyikan kemampuan nya termasuk apa yang dia konsumsi.

Entah kenapa? saat itu dia tidak mampu mengendalikan diri ketika Ringga menghina Lucy .

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Intan memperhatikan pintu kamar tempat Ringga dirawat. Dia berdiri di kejauhan, dengan segenggam bunga di tangan. Sedangkan tangan yang lain saling menghitung ke Lima jarinya.

Sesaat kemudian kegiatan aneh tersebut berhenti, Intan mendongak ke atas. Melawan cahaya Matahari yang terik. Kemudian ia melangkah mantap lurus ke arah pintu itu.

Di dalam ruangan, suasana haru baru saja tercipta. Ringga siuman, rasa syukur berkali-kali dipanjatkan oleh Ibunya Ringga dan Bapaknya. Lucy juga menghela nafas lega, sebab Ringga tidak kenapa-kenapa.

" Makasih ya Lu, kamu udah senantiasa merawat Ringga disini. Kalau tidak ada kamu, pasti Tante akan repot sendiri "

Ibunya Ringga cukup manis memperlakukan Lucy , karena dia tidak memiliki seorang anak perempuan. Ketiga anaknya semua laki-laki, dan Ringga adalah si sulung.

" Nggak apa-apa Tante, udah seharusnya kok" Balas Lucy tersipu, ia melirik Ringga . Pria itu sejak siuman seperti orang linglung.

Tiba-tiba pintu terbuka pelan, Intan muncul. Dan anehnya Ringga seperti mendapatkan angin segar. Wajahnya ceria penuh semangat.

" Hey!!! Ngapain kamu disini ?!!" Seru Lucy.

" Aku datang untuk Ringga " Jawab Intan tenang, dia sama sekali tidak terlihat sungkan karena sudah pernah diusir oleh kedua orang tua Ringga .

Senyuman Intan begitu lembut, dan Ringga membalas nya . Lucy dapat melihat semua itu, hatinya sakit.

" Kau benar-benar tidak tahu malu!! Pergi!!"

Lucy mendorong Intan, tapi Intan tak bergeming sedikitpun. Sekali lagi Lucy mendorong nya lebih kuat, hasilnya sama saja.

" Lucy !!! Hentikan !!!"

Lucy terkesiap kaget, bentakan itu bukan suara Ringga melainkan Ayahnya Ringga . Beliau menghampiri Lucy dan menyeretnya keluar.

" Pergi kau dari sini kalau hanya ingin membuat keributan "

Bola mata Lucy melebar, dia bingung dengan perubahan sikap Ayahnya Ringga . Beliau bukan jenis orang yang pemarah, tapi kali ini kenapa sikapnya sangat kasar. Bahkan Ibunya Ringga tidak membelanya.

Lucy hendak memaksa kembali masuk, namun daun pintu sudah tertutup rapat.

" Ada apa ini? Kenapa aku yang diusir ?"

Lucy bingung, air matanya menetes perlahan. Tungkai kakinya lemas, tak mampu untuk melangkah pergi.

Kedua tangan Lucy gemetar, ponsel yang diambilnya dari tas sampai terjatuh ke lantai.

Tangisan Lucy semakin pecah, ia terus berusaha untuk menghubungi teman-temannya. Hanya mereka yang bisa menolongnya pada saat seperti ini.

BAGIAN 3

Begitu mendengar tangisan Lucy diujung talian, Canaya , Dian dan Loli langsung tancap gas. Mereka mendapati Lucy meringkuk di teras rumah sakit sambil memeluk kedua lututnya.

Tangisan Lucy pecah saat teman-temannya datang berhamburan memeluk nya. Lucy menangis seperti anak kecil yang ingin minta mainan.

" Tenang Lu tenang " Dian mengusap lembut punggung Lucy , sementara kepala Lucy terbenam dalam pelukan Canaya .

" Apa? Kok bisa ?"

Pertanyaan itu terlontar dari bibir Dian dan Loli hampir bersamaan setelah mendengar cerita Lucy .

" Aku juga nggak tahu, fix Intan pakai guna-guna. Papanya Ringga bukan orang yang kasar, aku tahu itu " Jelas Lucy berapi-api.

Dian dan Loli saling berpandangan satu sama lain, mereka menyenggol lengan Canaya yang diam mematung.

" Hem?"

Canaya tersentak, ia bingung dengan sikap Dian dan Loli.

" Ngomong dong, dari tadi kamu diem aja " Tukas Loli.

" Tadi aku liat seorang Ibu-ibu paruh baya di gerbang kampus, aku dengar dia mencari keberadaan Intan "

Canaya yang merupakan keturunan vampir, selain memiliki kelebihan dalam kekuatan. Indra pendengaran nya pun tajam. Seperti seekor kelelawar.

" Kapan?"

Dian yang tidak menyadari hal itu bingung.

" Pas keluar yang mau kesini " Jelas Canaya .

Dian mengernyit heran, dia mencoba mengingat. Pada saat itu Canaya melajukan mobilnya cukup kencang, mana bisa dengar orang ngomong apalagi tahu pembicaraan orang di pintu gerbang.

" Terus ?" Loli lebih penasaran lagi.

" Aku pikir mungkin dia Ibunya "

" Kalau benar dia itu Ibu Intan, dan sampai nyari Intan ke Kampus. Berarti Intan sudah lama nggak pulang dong " Imbuh Lucy , otaknya memang pintar untuk menganalisis keadaan.

Ketiga temannya mengangguk kompak.

" Hemm "

Otak Lucy bekerja lebih keras untuk tahu alasan kenapa Intan tidak pulang ke rumah.

" Kita temui Suki sekarang " Tapi tiba-tiba Canaya memberikan ide yang aneh.

" Siapa Suki?" Tanya Dian. Benar-benar random nih isi otak si Canaya .

" Anak fakultas kedokteran, Aku ingin membuktikan dengan cepat kalau Lucy benar hamil anak Ringga "

" Emang bisa ? Ini masih embrio loh" Timpal Lucy cepat sembari mengusap perutnya.

" Mangkanya kita tanya orang yang ngerti tentang ilmu kedokteran "

Akhirnya mereka paham maksud dari perkataan Canaya .

***

Suki memperhatikan wajah para gadis di depannya satu persatu. Dia kenal mereka, tapi dia sama sekali tidak tahu jika mereka mengenal nya.

Secara keempatnya adalah dari keluarga terpandang yang disegani. Terutama Canaya , Mata Suki bertumpu kepada gadis bermata merpati itu.

" Kenapa mencari ku?" Tanya Suki gugup, Sesekali dia membenarkan letak kaca mata lima inci nya.

" Kamu ada waktu untuk bicara ?" Canaya memulai dengan sopan, Suki mengiyakan.

" Tolong ikut kami" Pinta Canaya , ini sangat sopan sehingga tidak ada alasan untuk menolak.

Canaya dan kawan-kawan membawa Suki ke mobil mereka. Hanya itu tempat terdekat dan aman.

" Aku mau tanya, ummm apa ada cara untuk melakukan tes DNA pada embrio ?" Canaya mengucapkan kalimat itu dengan hati-hati.

Suki cukup kaget, dia menatap Canaya penuh. Kekagumannya pada gadis itu sedikit terluka. Dia mengira Canaya hamil duluan.

" Eh.. Ummm ini bukan aku atau teman-teman ku yang hamil " Canaya dapat mengartikan sorot mata Suki kepadanya.

Ketiga temannya mengiyakan pembelaan Canaya .

" Tapi ini tugas kuliah " Imbuh Canaya berbohong, ia melirik yang lain. Ketiganya mengangguk lagi, supaya meyakinkan Suki.

" Baiklah " Akhirnya Suki percaya, Canaya dan yang lain menghela nafas lega.

" Bisa saja dilakukan tes DNA ketika masih janin, yaitu menggunakan air ketuban. Tapi resikonya cukup besar, bisa mengakibatkan keguguran " Jelas Suki detail.

Canaya dan yang lainnya saling berpandangan satu sama lain.

" Nggak apa-apa "

Tiba-tiba Lucy menyahut, semua sontak kaget. Loli dan Dian melebarkan matanya sebagai kode kepada Lucy . Akhirnya Lucy sadar jika dirinya sudah keceplosan.

" Ah, nggak apa-apa kita coba yuk. Ini kan tugas " Jawab Lucy cepat dengan sedikit kegugupan.

Suki manggut-manggut, barulah Canaya Dian dan Loli menghela nafas lega.

" Huff hampir saja "

Dian menyender ke kursi mobil, dia mengelus dada.

" Ngapain sih Lu pakek keceplosan segala " Sungut Loli yang duduk di sebelah Dian.

" Sorry "

Lucy mengakui kesalahannya.

" Eh, itu.. Itu kayaknya Ibu-ibu yang nyari Intan "

Tiba-tiba Canaya melihat Ibu yang diceritakan tadi kepada teman-temannya. Dian dan Loli langsung mencondongkan tubuhnya ke depan, disela-sela kursi.

" Yuk kita samperin "

Canaya keluar lebih dulu kemudian diikuti oleh yang lain.

" Permisi Bu "

Canaya menyapa santun, sesosok wanita yang sebagian rambutnya sudah beruban mengangkat wajahnya.

" Saya dengar Ibu tadi cari Intan ya"

Raut wajah yang sebelumnya sendu langsung berubah.

" Kalian teman Intan ?" Sorot mata penuh harap terpancar.

Canaya tersenyum disertai anggukan kepala.

" Apa Intan bersama kalian ?" Tanya Ibu itu lagi.

" Ibu siapanya Intan?" Giliran Lucy yang bertanya.

" Aku ... Aku ibunya " Wanita itu menepuk dadanya sendiri.

" Sudah seminggu ini Intan tidak pulang ke rumah, Ibu sangat mengkhawatirkannya. Apa Intan tidur di rumah kalian ?"

Canaya dan kawan-kawan saling berpandangan satu sama lain. Kemudian mereka mengangguk kompak.

" Syukurlah.. Ibu sangat khawatir sekali takut dia kenapa-napa. Karena sudah empat malam berturut-turut Ibu bermimpi buruk tentang Intan "

Canaya dan yang lainnya tidak bisa mengatakan apapun.

Mereka membawa Ibunya Intan ke rumah Lucy , Sebelum mempertemukan mereka, Lucy memiliki rencana untuk membalas Intan. Dia akan menjadi kan Ibunya Intan sebagai ancaman untuk Intan sendiri.

Tapi diluar dugaan, Justru Intan selangkah lebih cepat. Dia menemui kedua orang tua Lucy dan mengatakan tentang keadaan Lucy yang sedang hamil.

Aksara kaget bukan main, begitu juga dengan Alya istrinya.

Belum sempat mengatakan apapun, tiba-tiba orang yang dibicarakan telah datang. Dia datang bersama teman-temannya.

Lucy berlari dengan semangat masuk ke dalam rumah, ia melihat mobil Papanya terparkir rapi. Berarti mereka sudah pulang dari Bali.

" Papa... Mama "

Senyuman Lucy hilang seketika itu juga, melihat Intan duduk bersama kedua orang tuanya.

" Ngapain kamu disini ?" Tanya Lucy , perasaannya mendadak tidak nyaman.

Alya menyentuh lengan suaminya, sebagai kode agar bisa menahan amarah.

" Dari mana saja kamu Lu?" Tanya Aksara, suaranya sangat mendalam.

" Dari kampus Pa" Jawab Lucy , ia menoleh ke belakang sebab teman-temannya datang bersama dengan Ibunya Intan.

" Intan ??"

Wanita tua itu berjalan tergopoh-gopoh mendekati putri nya yang sejak beberapa terakhir dicarinya.

Ia memeluk Intan, gadis itu biasa saja. Diam tanpa merespon pelukan Ibunya.

" Intan, kamu kemana saja Nak? Kenapa tidak pulang-pulang "

" Putri mu tidak akan pulang Bu, karena dia sekarang sibuk merebut tunangan ku" Cetus Lucy sengit, Ibunya Intan kaget. Dia tidak begitu mengerti dengan ucapan Lucy .

" Apa maksud nya?"

Intan tetap diam tanpa ekspresi.

" Jawab Intan ! Atau perlu aku yang harus menjelaskan " Imbuh Lucy .

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!