Seorang laki-laki tengah bersandar pada dinding sekolah sambil mengulum sebuah permen loli.
Wajahnya yang begitu tampan banyak sekali di kagumi kaum wanita,tidak sedikit yang menyatakan perasaannya terhadap remaja tersebut namun tetap berakhir dengan penolakan.
Hanya seorang wanita yang dapat meluluhkan perasaannya,dia adalah seorang remaja perempuan yang tengah berjalan kearahnya sambil memeluk buku.
Lelaki itu tersenyum ketika melihat sang pujaan hati menghampirinya.
"kirain gak datang ke sekolah",ucap Ana yang tak lain kekasih dari lelaki tampan tersebut.
"datang dong,kan sayang si cantik gak ada yang nemenin",ucap lelaki tersebut yang bernama Raka.
"kamu bisa aja",ucap Ana sambil mencubit lengan Raka.
"by the way besok kan perpisahan sekolah diadakan,om sama tante datang kan?",tanya Ana.
Raka mengangkat kedua bahunya tanda dia tidak tahu apakah orang tuanya datang atau tidak.
"gak datang juga gak apa-apa,kan ada kamu",ujar Raka.
"Raka,kamu tuh ya gombal terus deh",
Raka terkekeh,"abisnya aku suka lihat kamu merajuk tambah cantik",ucap Raka sambil mengacak rambut Ana.
"Raka....",teriak Ana sambil mengejar Raka yang sudah kabur duluan.
Masa SMA adalah masa di mana mulai merasakan tumbuhnya cinta untuk lawan jenis dan bersarang di dalam hati.
Perasaan cinta yang dialami Ana dan Raka begitu berbeda,ada rasa ingin saling memiliki satu sama lain.
Di sudut sekolah mereka berdua tengah duduk saling genggaman tangan,Ana menyandarkan kepalanya pada bahu Raka.
Di sinilah tempat mereka bertemu,dimana bunga-bunga cinta semakin tumbuh.
"setelah lulus kamu mau melanjutkan kuliah dimana?",tanya Ana.
"di sini saja biar deket-deket sama kamu",jawab Raka.
"mulai deh",ucap Ana sambil duduk tegak.
Raka tersenyum sambil memindai wajah kekasihnya yang cantik,lalu dia menyelipkan anak rambut Ana ke sela telinganya.
"aku gak bisa jauh-jauh dari kamu",
Ana berdecak,"tuh kan mulai gombal lagi".
"terserah mau anggap itu gombal tapi memang itu kenyataannya bahwa aku gak bisa jauh dari kamu".
"terus kalo di sini mau ambil jurusan apa?",
"mau ambil jurusan kedokteran",
"kenapa ambil jurusan kedokteran?,kan papa kamu seorang pengusaha".
"aku mau mengejar cita-cita aku,dan aku mau mencoba hal-hal baru".
Ana tersenyum,"apapun keputusannya aku akan tetap mendukung kamu".
Raka tersenyum,dia tak pernah mengalihkan pandangannya dari seorang wanita yang sudah menjadi kekasihnya selama satu tahun terakhir ini.
Setiap saat dia selalu menjaga sikap dari para wanita agar tak membuat wanitanya cemburu.
"aku harus kembali ke kelas,sebentar lagi masuk sekolah,ingat ya besok harus berpakaian yang rapih dan ingat jangan sampai terlambat datang",ucap Ana mengingatkan Raka karena besok adalah hari pelepasan untuk anak-anak kelas 3.
"siap",ucap Raka sambil hormat pada Ana.
Sontak Ana pun tersenyum lalu dia pergi menuju kelasnya.
Hati Raka menghangat,beruntung dia memiliki kekasih seperti Ana,karena sesungguhnya dia kurang berbaur dengan teman sebayanya,hanya Ana yang selalu menemaninya kemanapun pergi.
Ana masuk ke kelasnya,dia duduk paling depan karena di sekolah Ana termasuk siswa berprestasi.
"An,kamu dari mana?",tanya salah seorang teman wanitanya.
Ana menjawab dengan senyuman,"sudah ku duga pasti pacaran lagi".
"itu kamu sudah punya jawabannya",ucap Ana.
"susah kalo punya temen lagi bucin",
"makannya punya pacar dong bos biar ada yang menyemangati".
...----------------...
Hari yang ditunggu-tunggu pun datang,yaitu acara perpisahan sekolah,namun tidak bagi Raka karena dia tidak satu sekolahan lagi dengan Ana.
Hari ini Raka terlihat lesu tak bersemangat karena Ana belum terlihat juga padahal sudah setengah acara.
Raka terus mencari wajah kekasihnya di antara adik-adik kelasnya,ya Ana baru saja menginjak kelas 2 SMA dan tahun ini dia akan naik ke kelas 3.
"kemana sih dia kok gak nongol juga",gerutu Raka.
"Ka,kamu kenapa sih mama lihat kamu kaya lagi kesel gitu",bisik sang mama yang duduk di sampingnya.
"gak kesel gimana masa sampai saat ini Ana belum juga kelihatan",ujar Raka.
Mamahnya tersenyum,"paling dia lagi sibuk,bukannya dia bagian dari panitia".
"ya tapi kan yang lain juga pada santai mam",Mama nya hanya menggelengkan kepala.
Hubungan Raka dan Ana sudah memiliki lampu hijau dari kedua orang tua Raka asalkan mereka memiliki batasan dalam berhubungan.
Acara hampir selesai Ana tak kunjung juga menampakkan wajahnya sampai Raka ingin menyusul kerumahnya.
Ketika Raka hendak berjalan ke tempat parkiran sekolah,dia melihat sosok Ana yang tengah berdiri di sudut sekolah sambil melihat ka arah Raka.
Raka pun langsung menghampirinya,"kamu jahat Ana sangat jahat",ucap Raka yang masih memeluk Ana.
"aku gak mau ganggu acara kamu".
Raka melerai pelukannya,"justru seperti ini kamu mengganggu ku,beda dengan kamu yang selalu berada dalam pengawasanku",ucap Raka.
Ana terdiam,sebenarnya dia ingin melihat bagaimana sikap Raka ketika jauh darinya,yang Ana pikirkan pasti biasa saja namun sebaliknya Raka begitu khawatir terhadapnya.
Keduanya kini telah berada di pesisir pantai,mereka menikmati deburan ombak dan hembusan angin laut.
Ana duduk sambil memeluk kedua lututnya begitu juga dengan Raka,"An..."
"ehm".
"setelah aku kuliah nanti janji ya akan selalu seperti ini",ucap Raka.
"kalo aku gak bisa janji gimana?",
"aku gak punya jawabannya maka dari itu tetap seperti ini jangan pernah tinggalin aku",ujar Raka.
Ana melihat sorot mata Raka yang seakan takut kehilangan dirinya,"ka...jangan terlalu mencintai ku seperti ini nanti kamu akan sakit".
"kenapa kamu bicara seperti itu apa kamu berniat pergi dari ku?",
"jangan punya pikiran buruk,aku hanya tidak mau kamu sakit jika aku tidak berada di sisimu,jadi mencintai sewajarnya saja".
"aku tidak bisa seperti itu,aku bukan tipe orang yang mudah mencintai tapi setelah aku menemukan cinta maka aku tak akan pernah melepaskannya,kamu ngerti kan jadi sampai kapan pun kamu akan tetap menjadi milikku sampai maut memisahkan kita",Ana tak berbicara lagi bibirnya seakan kelu.
Raka mengeluarkan dua buah liontin dengan nama mereka masing-masing,"maka dari itu aku ikat kamu dengan liontin ini supaya kamu selalu ingat aku",Raka memasangkan liontin namanya di leher Ana,sedangkan liontin nama Ana dia pasangkan di lehernya.
"ka,terima kasih kamu sudah mencintaiku sejauh ini aku berharap ini akan selamanya".
"aku juga mau berterima kasih karena kamu sudah menerima segala kekuranganku",lalu Raka mengusap pucuk kepala Ana tanda dia sayang.
Mereka saling menatap satu sama lain,ada rasa takut kehilangan diantara mereka hingga Raka tak ingin melepas tatapannya terhadap Ana.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari semakin sore ke dua anak manusia itu tengah menikmati kebahagiaan mereka,Ana berdiri sambil merentangkan tangannya,matanya mulai di pejamkan menikmati hembusan angin.
Raka yang menyadari angin begitu kencang langsung memasangkan jaket miliknya ke tubuh Ana.
"udaranya sangat dingin nanti kamu sakit",ucap Raka.
Ana menoleh,"aku suka udara pantai",ujar Ana sambil tersenyum.
"kita akan sering datang ke sini",ucap Raka sambil mengacak rambut Ana.
Tiba-tiba suara ponsel Raka berbunyi menandakan satu panggilan untuknya,Raka melihat layar ponselnya satu no yang tidak dia kenal,lalu Raka menggeser layarnya.
"hallo..."
"...."
"Mika mana ya...?"
"...."
"oh ya aku tahu hai mika apa kabar, maaf ya aku gak kenal suara kamu",
"...."
"maaf ya Mi,aku lagi ada di luar mungkin sebentar lagi pulang kamu tunggu saja di rumah".
"...."
"dah..."
Raka memutuskan sambungannya,"siapa?",tanya Ana dengan raut muka sedikit kesal.
"Mika temanku saat masih sekolah taman kanak-kanak,dia salah satu siswi yang dekat dengan aku apalagi mamanya teman mama ku",jelas Raka.
"ehm",Ana hanya mengatupkan bibirnya sambil menganggukkan kepalanya.
"kamu jangan cemburu ya Mika sudah aku anggap saudara perempuan ku".
"gak apa-apa kok itu kan hanya sekedar teman lagian aku percaya kalo ucapan kamu tadi gak hanya gombalan belaka",ujar Ana sengaja menekan kata gombalan.
Raka tersenyum,walaupun Ana tak jujur kalo dia cemburu namun sikap dan nada bicaranya menunjukkan kalo dia cemburu dan semua itu membuat Raka senang.
"pulang yuk ini sudah sore nanti mama kamu nyariin",ajak Raka.
"ya udah yuk",mereka berdua pun pulang.
Di tengah jalan Raka menghentikan motornya,mereka sedang berada di depan toko aksesoris.
"ka mau apa?",tanya Ana.
"masuk dulu ada sesuatu yang harus aku beli",ajak Raka sambil menggenggam tangan Ana dan mereka pun masuk kedalam toko tersebut.
Raka memilih salah satu bando berwarna merah di atasnya ada vita kecil,"kamu suka gak?",tanya Raka sama Ana.
Ana hanya melihatnya sambil bingung,"seharusnya aku gak tanya pendapat kamu,suka atau tidak suka kamu harus pakai",ucap Raka sambil memakaikan bandu itu di atas kepala Ana.
"kamu makin cantik",puji Raka.
"kak,aku bukan anak SD yang harus pakai bandu vita",ujar Ana.
"gak apa-apa kamu cocok pakai ini makin cantik jadi aku makin suka",
"mulai deh kak",ucap Ana sambil tersipu malu.
Raka dan Ana langsung ke tempat kasir dan membayarnya,"kamu harus pakai ya",ucap Raka yang sudah naik motornya.
"sayang kalo terus di pake nanti rusak".
"ya gak apa-apa nanti aku beli lagi",
"gak kak aku malu tahu kamu beliin barang kesannya aku tuh kaya cewek matre".
"ya gak apa-apa hitung-hitung belajar buat nyenengin calon istri".
Ana semakin tersipu malu,saking malunya dia mencubit perut Raka,"sakit An".
"biarin abisnya tu mulut bikin orang melayang mulu",Raka pun terkekeh saat melihat pipi Ana merah merona.
...----------------...
Ana dan Raka sudah sampai di depan halaman rumah milik ibu Ana,"makasih ya udah ajak aku jalan-jalan dan udah beliin bando yang lucu ini",ucap Ana.
"sama-sama ini gak seberapa nanti ada surprise lagi yang gak kalah menarik",
"kamu ini,ya udah cepat pulang nanti mama kamu khawatir anaknya belum pulang".
"udah ijin tadi sama mama kalo aku mau hukum kamu karena tadi bikin aku khawatir".
"ya udah sana pulang".
"gak ngajak aku masuk dulu buat ketemu calon mertua".
"gak ah ini udah sore banget,udah kapan-kapan aja ya mampirnya".
Raka menghela nafasnya,"oke-oke aku pulang".
"hati-hati di jalan ya".
Raka melajukan motornya tak lupa dia melambaikan tangannya,begitu juga Ana.
Setelah Raka semakin menjauh Ana baru masuk ke dalam rumahnya,dan dia melihat isi rumah yang sangat berantakan.
"bu...ibu...",panggil Ana sambil mencari keberadaan ibunya.
Ana mencari ke kamar ibunya tidak ada lalu dia mencari ke dapur namun tetap tidak ada,tapi ada satu pintu yang Ana curigai yaitu pintu yang menuju ke belakang rumah.
Ana perlahan melangkah karena dia mencium bau amis yang di timbulkan dari darah,Ana perlahan membuka pintu yang sedikit terbuka.
Seketika matanya membulat saat apa yang dia lihat,"ibu...",teriak Ana histeris melihat ibunya terkapar di lantai yang sudah bersimbah darah.
"bangun bu...apa yang sudah terjadi bu...",ucap Ana sambil menggoyangkan tubuh ibunya.
Seragamnya sudah berlumuran darah ibunya namun Ana tak menghiraukannya.
Ana teringat dengan ponselnya lalu dia mengambilnya di dalam tas ransel yang masih di pakainya.
ketika dia membuka layar ponsel,ada satu pesan Wa dari sang ibu lalu dia membukanya.
Jangan pulang ke rumah nak,pergi sejauh mungkin
Begitulah isi pesan tersebut,dan Ana berasumsi kalo ibunya telah di bunuh,kini dia merasa bersalah karena mengabaikan pesan ibunya.
Ana mencari kontak Raka dengan tangan gemetar lalu dia melalukan panggilan.
"angkat kak",ucap Ana.
Seketika Ana mendengar suara mobil berhenti di depan rumahnya,lalu dengan perlahan dia melihat ke depan,beruntung lampu rumah belum menyala jadi pergerakannya tidak bisa dilihat dari luar.
Ana dengan cepat mengunci pintu,karena dia melihat tiga orang laki-laki dengan memakai baju hitam mereka sangat mencurigakan.
Ana kembali ke dapur,kali ini panggilannya sudah diangkat oleh Raka.
"..."
"ka..tolong aku kak...ibu kak",bisik Ana sambil menahan tangis.
"..."
"ibu di bunuh orang dan di rumah ku ada tiga orang laki-laki yang mencurigakan".
"..."
Ana melihat kearah belakang dapur di sana ada semak-semak dan Ana berlari ke sana untuk bersembunyi karena semua itu atas perintah Raka.
Tangan Ana bergetar hebat,ketakutan sedang melandanya,jantungnya berdegup kencang,keringat terus bercucuran.
Seorang lelaki berhasil masuk dan menemukan mayat ibu Ana,mereka membawa ibunya pergi.
Dan Ana pun tak melepaskan pandangan dari para lelaki itu,dan dia pun merekam apa yang di lakukan mereka.
Ana sempat ingin berteriak agar ibu nya tak di bawa pergi namun dia teringat dengan pesan sang ibu agar Ana pergi jauh,berarti bukan hanya ibunya yang jadi incaran pembunuh tapi dirinya pun ikut di incar.
"bu...maafkan Ana",lirihnya sambil menahan tangis.
Raka berlari ke arah rumah Ana lewat belakang rumah,dia tak melihat siapa-siapa di sana namun hanya darah yang dia lihat dan dia cukup terkejut.
"Ana...",ucap Raka dengan tubuh gemetar.
"Raka",panggil Ana yang sudah berdiri di belakangnya.
Raka pun berbalik,"Ana..."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Raka memeluk Ana setelah mengetahui wanitanya baik-baik saja,"apa yang terjadi An?",tanya Raka setelah melerai pelukannya.
"i...ibu...",ucap Ana sambil terisak menangis.
Raka memeluk Ana lagi dia tau kalo Ana sedang terpuruk,"jangan lanjutkan,sebaiknya kita pergi dari sini aku sudah hubungi mama dan papa supaya mengirimkan mobil ke sini".
Ana pun mengikuti apa yang di katakan Raka,karena dia tidak punya siapa-siapa lagi selain Raka.
Sebuah mobil sudah terparkir di halaman rumah yang luas,Raka keluar dari mobil itu lalu menggendong Ana yang tak sadarkan diri saking syoknya.
Mama Feni yang melihat kondisi Ana yang penuh dengan noda darah sangat terkejut,"Ka...apa yang terjadi pada kalian?",tanya Mama Feni yaitu mama Raka.
"nanti Raka ceritakan tapi Raka mohon untuk membawa Ana masuk",
"ya udah bawa masuk dulu".
Raka pun membawa Ana ke kamar tamu,lalu dia membaringkannya di atas kasur,"sebaiknya kamu mandi dulu biar mama yang urus Ana".
"ma...terjadi sesuatu pada ibunya Ana",ucap Raka.
"kita bicara di luar,biar bibi yang mengurus Ana",Raka pun menganggukkan kepalanya.
Kini Raka dan Mama Feni duduk di ruang keluarga,"apa yang terjadi pada keluarga Ana?",
"Raka juga gak tahu percis tapi saat Raka mengantarkan Ana pulang suasana rumah sangat sepi,biasanya saat aku datang mamanya Ana selalu keluar hanya sekedar menyapa tapi tadi tidak".
"setengah perjalan pulang ke rumah Ana menelpon namun Raka tak mengangkatnya karena sedang berkendara,tapi Raka pikir takut Ana perlu sesuatu,benar saja Ana mengatakan kalo terjadi sesuatu pada ibunya ",
Mama Feni menutup mulutnya,"apa itu pembunuhan?",
"Raka memang tidak melihatnya tapi saat Raka kembali ke rumah Ana,banyak sekali darah di lantai dan Raka belum tahu apa yang terjadi sebelumnya".
"Ka,nanti mama bicara sama papa tentang kejadian ini mungkin sebentar lagi papa datang,tapi kamu pergi mandi dulu setelah itu kita bicarakan hal ini pada papa".
"makasih ma",Raka pun lekas pergi ke kamarnya.
Di dalam kamar yang cukup luas,Ana mulai membuka matanya,"dia berharap apa yang dia lihat tadi itu hanya mimpi".
"bu...ibu...",ucap Ana lemah.
Mama Feni menghampiri Ana,"sayang kamu sudah bangun nak?".
"tante sedang apa di sini?",
"tante menemani kamu di sini,dua jam kamu tidak sadarkan diri",jawab Mama Feni.
Ana mengedarkan pandangannya,dia tak mengenali tempatnya berada,"ini dimana tante?,ini bukan kamar ku".
"kamu di rumah tante,di sini kamu aman,sebaiknya kamu istirahat saja".
"ibu...",ucap Ana kini dia sadar kalo semua ini nyata,"tante aku ingin ibu".
Mama Feni terdiam dia sedih melihat Ana yang menanyakan ibunya,dia bisa merasakan perasaan Ana yang merindukan ibunya.
Raka masuk kedalam kamar dimana ada mama Feni dan Ana,"An...",ucap Raka.
"ka...ibu...",ucap Ana sambil mata berkaca-kaca,"setelah bangun ku harap semua yang ku lihat hanya mimpi tapi ini benar-benar nyata",lanjut Ana sambil menangis di pelukan mama Feni.
"aku tidak punya siapa-siapa selain ibu,dan kini ibu pergi bahkan jasadnya pun aku tidak tahu",isak Ana yang membuat perasaan Raka ikut hancur.
"kamu masih punya aku...mama dan papaku",ujar Raka.
"kami akan membantumu, aku akan bicara sama papa",
Ana menggelengkan kepalanya,"tidak Ka,aku tidak mau merepotkan kalian".
"jangan berkata seperti itu sayang,anggap kami keluarga mu",timpal mama Feni.
...----------------...
Keadaan Ana mulai tenang,Raka sangat setia menemani Ana,dia tidak pernah meninggalkan Ana sedetik pun karena Raka tahu Ana butuh teman dalam kondisinya yang terpuruk.
"ka...",bisik mama Feni yang membangunkan Raka karena posisinya Raka tidur di sofa yang berada di kamar tamu sedangkan Ana di ranjang.
Raka terbangun dari tidurnya,"papa sudah pulang dan dia ingin membicarakan soal Ana",
"iya ma",Raka bangkit lalu dia pergi menemui papanya.
Sedangkan mama Feni dia membenarkan selimut yang dipakai Ana dengan perlahan agar tidak membangunkan Ana.
"ya tuhan malang sekali nasibmu ini nak",ucap mama Feni lalu dia menyusul Raka.
Di sebuah ruangan Raka tengah duduk bersama papa nya,tidak lama kemudian mama Feni datang sambil membawa nampan yang berisikan tiga gelas teh hangat.
"Ka...mama sudah cerita semuanya sama papa tentang kejadian yang menimpa Ana,dan papa akan berusaha membantunya namun soal dia tinggal maaf papa tak ijinkan satu rumah bersama kita".
"kenapa pa?",
"Ka,kamu dan Ana memiliki hubungan yang lebih dari teman,papa tidak mau terjadi sesuatu pada kalian dan apa kata orang nanti tentang keluarga kita".
"itu bisa di atur pa,Ana tinggal di sini dan aku akan mengalah aku akan cari kosan".
"tidak bisa begitu nak kamu juga harus tetap pada pengawasan mama dan papa".
"tapi Raka juga gak bisa membiarkan Ana sendiri pa,dia sudah gak punya siapa-siapa lagi,dia sebatang kara".
Papa Raka menghela nafasnya,"papa tahu kamu sangat mengkhawatirkan dia tapi jika dia terus berada di sini bahaya sedang mengancamnya".
Raka mengernyitkan keningnya,"maksud papa?".
"yang papa dengar dari penjelasan mama dan kamu,papa simpulkan kalo mereka juga mengintai Ana bukan hanya mama nya".
Deg jantung Raka berdegup kencang,kekhawatiran pada Ana kian bertambah.
"papa yakin kalo mereka memiliki tujuan tertentu,dan itu bukan perampokan atau yang lainnya".
Raka menggelengkan kepalanya,"ibu Ana orang baik-baik pa dia tak memiliki musuh atau apapun itu".
"papa tak mengatakan kalo ibu Ana orang yang jahat dan memiliki banyak musuh tapi bisa saja ada orang yang tak suka dengan kebaikannya atau yang lainnya,kita tidak tahu hati seseorang".
Raka terdiam dia mencerna semua ucapan papanya,"untuk sementara waktu papa biarkan Ana tinggal di sini tapi setelah itu papa akan pikirkan lagi".
Raka masih terdiam,pikirannya melayang pada satu ikatan yaitu pernikahan.
"kalo alasan papa adalah hubungan aku dan Ana,maka dari itu lebih baik aku menikahi Ana saja".
"Raka apa kamu sudah gila,kamu baru lulus sekolah sedangkan Ana dia masih sekolah,apa kata orang nanti".
"masa bodo dengan perkataan orang kalo tidak ada jalan lain maka itu jalan keluar satu-satunya".
Papa Raka menggelengkan kepala,dia tidak habis pikir dengan sikap putranya.
"Ka,jangan ambil keputusan dulu papa akan memikirkan jalan keluarnya mudah-mudahan masalah Ana cepat selesai dan kematian ibunya cepat terungkap".
Raka terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu,"kenapa kita tidak lapor polisi saja?",papanya menatap Raka sangat dalam.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!