Cahaya sinar matahari yang masuk ke dalam celah jendela, membuat tidur nyenyaknya seorang pria tampan terusik. Ia semakin mengeratkan pelukannya di bantal guling kesayangan pria itu, entah mengapa Arsenio merasa sangat nyaman hingga membuat pria itu semakin menenggelamkan wajahnya di guling empuk itu.
Harusnya pria bernama lengkap Arsenio Gerald itu langsung bangun dan menemui wanita yang sangat di cintainya, karena hari ini adalah hari bahagia pria itu.
Bagaimana tidak bahagia, selama penantian 10 tahun lebih akhirnya Arsenio mendapat kabar gembira jika Stela Anastasia akan bercerai dengan suaminya, dengan begitu Arsenio bisa menikahi Stela.
“Sayang.” Panggil Bunda Alika yang baru saja masuk ke dalam kamar putra keduanya itu setelah beberapa kali tidak mendapat jawaban dari pemilik kamar, Bunda Alika masuk lebih dalam lagi.
Namun alangkah terkejutnya wanita paruh baya itu saat melihat sosok wanita yang ada di dalam pelukan putra keduanya.
“Arsenn!!!!!” Teriak Bunda Alika dengan histeris, ia sangat terkejut saat melihat wanita yang ada di dalam pelukan putra keduanya adalah Anya gadis yang akan bertunangan dengan putra ketiganya yaitu Reyno Gerald.
Arsen terbangun dari tidurnya dan melihat Bundanya yang sedang berdiri menatapnya sambil terisak.
“Bunda ada apa? Kenapa pagi-pagi udah teriak-teriak, Bunda kenapa nangis?” Tanyanya dengan sebelah mata yang terbuka karena merasa silau dengan cahaya lampu yang sudah terang.
Bukan cuma Arsen yang terbangun, tapi teriakan Bunda Alika membuat seluruh orang yang ada di Villa itu berlarian menuju kamar Arsen.
Arsen yang kini sudah duduk langsung menutup bagian dadanya yang tidak memakai pakaian dengan selimut saat melihat orang berbondong-bondong datang ke kamarnya.
“Ada apa ini, Bun?” Tanya Arsenio yang belum sadar dengan situasinya saat ini.
Sementara orang-orang yang masuk ke dalam kamarnya melihatnya dengan wajah terkejut karena melihat sosok Anya yang masih tidur di sampingnya.
“Apa yang kamu lakukan Arsen? Kamu tau kan kalau Anya akan bertunangan dengan Reyno malam ini? Tapi kenapa kamu malah menidurinya?” Tanya Bunda Alika dengan wajah marahnya, dengan air mata yang sudah sejak tadi berjatuhan.
Bukan hanya Bunda Alika, tapi Mami Vera juga berada di sana dengan tatapan kecewanya.
“Apa yang Bunda bicarakan, Arsen gak ngerti.” Ucapnya Arsenio, ia hendak beranjak dari atas ranjang namun di urungkannya saat mendengar seseorang di sampingnya.
“Berisik, Bunda!” Keluh Anya yang masih tertidur, dia menutup bagian kepalanya dengan selimut saat tidurnya terusik, hal itu membuat Arsen yang ada di sampingnya nampak terkejut dengan mata melototnya.
Tiba-tiba Anya duduk hingga membuat selimutnya terjatuh saat merasa ada sesuatu yang janggal yang tadi sempat ia lihat sekilas.
“Aaaa!!!” Teriak Arsen maupun Anya berbarengan, mereka berdua langsung menjauh satu sama lain sambil menyilangkan kedua lenganya di dada.
“Ka-ka Arsen! Kenapa kamu ada di kamarku?” Tanya Anya yang berdiri di samping kanan ranjang, sementara Arsen berdiri di samping kiri ranjang.
“Aku? Bukannya kamu yang masuk ke dalam kamarku? Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu tidur di atas ranjangku!” Tanya Arsen dengan suara yang lebih tinggi.
Seluruh keluarga yang ada di sana sama-sama terkejut, mereka bingung dengan apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa wanita yang akan bertunangan dengan Reyno justru malah tidur bersama dengan kakak calon tunangannya sendiri.
“Ini kamar Arsen kenapa kamu bisa tidur di kamarnya, Anya?” Tanya Mami Vera, wanita paruh baya itu berjalan mendekati putri satu-satunya.
Tubuh Anya melemas saat sadar jika ini bukan kamarnya, Anya dan keluarganya sedang berada di Villa milik keluarga Gerald untuk melangsungkan acara pertunangannya dengan Reyno malam ini. Namun bagaimana bisa ia berakhir di atas ranjang calon kakak iparnya sendiri.
“Mam, Mami Anya gak tau.” Ucap Anya sambil meremat rambutnya sendiri, ia menatap lantai dan berusaha mengingat sisa ingattannya semalam.
“Semalam, Anya bilang mau kekamar mandi karena kamar mandi di kamar kita rusak.” Jawab Irina, namun sayangnya Irina langsung tidur kembali saat mendengar jawaban Anya yang terlihat tidur sambil berjalan.
Anya menatap Irina, ya Anya jadi mengingat kejadian semalam berkat Irina. Anya kira ia sedang berada di kamarnya sendiri, sejak tiga hari lalu Anya sudah terbiasa bolak balik kamar mandi sebelah karena kamar mandi miliknya sedang dalam perbaikan.
“Ya ampun nak, ini bukan rumah kita. Kamu pasti mengira sedang tidur di kamarmu sendiri.” Ucap Mami Vera dengan hati yang lega, ia lalu menatap calon besannya sekaligus sahabat baiknya. “Alika, kamar mandi putriku sedang rusak. Dia pasti kira sedang berada di kamarnya karena sudah tiga hari ini Anya memakai kamar mandi di sebelah kamanya. Ini hanya kesalah pahaman saja.” Ucap Mami Vera.
Anya maupun Arsen menghela nafasnya dengan panjang, untunglah semuanya bisa cepat teratasi.
Namun Reyno yang sejak tadi diam melihat adegan itu tak ingin melewatkan kesempatan ini, iya tersenyum sangat tipis saat mendapatkan sebuah ide.
“Tapi aku gak terima, aku ingin Kak Arsen dan Anya menikah. Bagaimana pun kita tidak tau apa yang sudah mereka lakukan di belakang kita, lihat saja noda merah yang ada di atas sprei itu.” Ucap Reyno sambil menunjuk ke arah ranjang, seluruh orang pun langsung terkejut termasuk Anya dan Arsenio.
Seketika Anya menoleh ke belakang tubuhnya di mana ada noda merah di bagian celana tidurnya.
“Tidak itu bukan—“
“Bunda, aku gak mau punya istri yang di cap pernah tidur dengan kakakku sendiri, melakukan hubungan badan atau tidak mereka tetap harus menikah.” Ucap Reyno dengan wajah seriusnya.
“Iya, ucapan Rey ada benarnya. Papi ingin kamu bertanggung jawab atas putriku, Arsen.” Ujar Papi Roby yang sejak tadi diam menahan amarahnya.
Seketika gadis bernama lengkap Anya Alesya Juli itu langsung terisak mendekati Papinya yang terlihat menatap penuh kecewa kepada putrinya.
“Papi, Ini darah datang bulan. Bukan darah itu Papi…” lirih Anya, namun sang Papi justru malah memalingkan wajahnya. Anya pun memeluk Maminya yang sejak tadi menatapnya dengan tatapan sedih, bagaimana pun Vera tak bisa menyalahkan putrinya dalam masalah ini.
Sementara Arsenio Gerald, pria berumur 28 tahun itu sejak tadi menahan emosinya sambil menatap gadis yang umurnya terpaut delapan tahun dengannya.
“Bagaimana Alika, Adnan? Apa tidak masalah kalau kami meminta Arsen bertanggung jawab untuk kejadian ini?” Tanya Roby pada sahabatnya itu.
Adnan yang kini sedang merangkul istrinya langsung menatap istri tercintanya, ia akan mengikuti setiap keputusan yang di ambil istrinya.
Sementara Alika, ia menatap putranya dengan penuh harap. “Kak, Bunda berharap banyak padamu. Bunda tau kamu adalah pria yang penuh tanggung jawab. Bunda berharap kamu mau menikah dengan Anya.” Pinta Bunda Alika dengan tatapan penuh harap.
Sementara, Arsen yang sudah menahan amarahnya sejak tadi pada Reyno dan juga Anya hanya bisa menghela nafasnya kasar. “Ijinkan aku bicara berdua dengan Anya, Bun.” Pintanya, Bunda Alika pun mengangguk dan mengajak seluruh keluarganya keluar dari kamar putranya dan membiarkan mereka berdua berbicara.
Anya terlihat takut, ia hendak menyusul Maminya keluar dari kamar namun langkahnya terhenti saat Arsen berdeham.
Anya pun membalikan tubuhnya kembali hendak menatap calon kakak iparnya, namun alangkah terkejutnya saat tubuh mereka hampir bertabrakan.
“Kau sengaja kan?” Tanya Arsen dengan sorot mata tajamnya, Anya menelan salivanya susah saat melihat pria yang sudah lama ia takuti kini berbicara padanya dengan penuh amarah.
Rahang pria itu mengeras saat tak menerima jawaban dari Anya, dia memukul tembok di belakang tubuh Anya tepat di samping wajah gadis itu. “Kalau sampai aku tau kalau kamu sengaja, awas saja! Aku akan membuat hidupmu menderita!” Sentaknya sampai membuat tubuh Anya menegang.
Anya terisak lalu mendorong tubuh Arsen menjauh, ia menatap penuh benci pada sosok pria yang sangat di takutinya selama ini.
“Aku memang salah, tapi kamu gak berhak marah padaku karena aku juga korban di sini!” Teriak Anya kesal, dia langsung keluar dari kamar Arsen sambil menutup pintu itu dengan kasar.
Arsen langsung mengusap wajahnya dengan kasar, pupus sudah harapan untuk menikahi wanita yang sangat di cintainya.
Sementara Irina dan Reyno yang sejak tadi menunggu Anya keluar dari kamar, langsung berjalan mengikuti gadis yang tengah menangis itu. Anya masuk ke kamar tepat sebelah di kamar Arsen di mana dia tidur bersama dengan Irina malam itu.
“Anya, kamu kenapa nangis?” Tanya Irina dengan takut-takut, dia menyenggol Reyno yang sejak tadi hanya diam menatap sahabatnya.
Anya, Irina dan Reyno mereka bertiga bersahabat, jika Reyno dan Anya bersahabat sejak mereka lahir karena kedua orang tuannya yang sudah lama bersahabat dan bertetangga baik, lain halnya dengan Irina yang baru mereka berdua temui di sekolah menengah atas.
“Kamu di apain Kak Arsen?” Tanya Reyno hati-hati, dia takut jika sahabat kecilnya itu akan marah padanya karena sudah memprofokasi pernikahan mereka.
Seketika Anya bengun dan menarik rambut Reyno, hingga membuat pria itu terjatuh di atas danjang sambil meringis nyeri.
“Anyaaa!!! Lepasinnn!” Pekik Reyno kesal, karena lagi-lagi saat Reyno tak sengaja berbuat salah Anya selalu menarik rambutnya kuat.
“Rey!! Kamu sengaja kan buat aku nikah sama Kakakmu, agar kamu bisa bebas pacaran sama cewek-cewek nakal itu?” Tebak Anya tepat sasaran, Reyno berusaha menahan tangan Anya.
Sementara Irina justru asik menonton keduanya, dia sudah biasa dengan pemandangan seperti ini.
“Arrgh!” Kesalnya sambil melepas paksa tangan Anya dari kepalanya. “Kamu gimana sih, kamu kan yang kemarin nangis-nangisan nyuruh aku buat batalan pertunangan kita? Ini aku udah batalin kenapa masih aku yang salah?” Tanya Reyno dengan polosnya, mendengar itu Anya langsung menarik lagi rambut Reyno dengan geram hingga membuat kedua orang itu saling jambak.
Dengan segera Irina menjadi pemisah di antara mereka berdua, jika bukan karena Reyno ketahuan berkencan dengan banyak wanita mungkin pertunangan ini tidak akan terjadi. Namun sialnya si playboy cap babi itu ketahuan membawa wanita yang berbeda-beda, hingga kini yang ikut mendapatkan sialnya adalah Anya gadis cantik dengan poni lurus dan rambut panjang bergelombang itu.
Keduanya pun terbaring di atas ranjang sambil menatap langit-langit di kamar itu.
“Kita gak ngapa-ngapain semalam, aku sepertinya datang bulan.” Lirih Anya dengan lemas, karena ia juga merasakan perutnya yang sedikit sakit.
“Ya aku percaya kalau Kak Arsen gak ngapa-nagapain kamu. Tapi aku gak percaya kalau kamu gak nyentuh Kakak ku.” Ucap Reyno dan sekali lagi ia mendapatkan jambakan dari tangan kanan Anya.
Seketika Irina menghelan nafasnya kasar, lalu berbaring di sebelah Anya saat Reyno bangun dari tidurnya.
“Pokoknya, aku udah tepatin janji aku buat batalin pertunangan kita. Sisanya kamu yang urus.” Ucap Reyno bergegas pergi.
“Reyno!!” Pekik Anya sambil melempar bantal ke arah kepala pria itu.
“Hah! Sialan aku yang kena batunya sekarang.” Gumam Anya setelah kepergian pria tidak bertanggung jawab itu.
Irina mengubah posisinya jadi tengkurep, ia mendekati wajah Anya.
“Anya, sana pake dulu pembalut tar nodanya berceceran kemana-mana.” Saran sahabatnya itu, seketika Anya meloncat bangun dari tidurnya saat teringat jika dirinya sedang datang bulan.
Sementara Arsen, diam-diam pergi untuk menemui Stela, wanita yang sangat ia cintai sejak lama. Mereka bertemu di sebuah cafe yang biasa mereka datangi, Arsen datang untuk mengajak nikah Stela dan membawa Stela kehadapan kedua ornag tuannya. Sudah lama ia ingin melakukan ini, namun saat itu Stela masih berstatus sebagai istri orang lain. Dan sekarang, Arsen akan memiliki wanita itu seutuhnya.
Arsen bahkan tak perduli dengan Anya, yang ada di pikirannya saat ini adalah wanitanya Stela.
“Arsen…” panggil Stela sambil berlari memeluk pria itu, Arsen menyambut pelukan Stela. Rasa kesalnya seketika menghilang saat memeluk wanitanya, wanita yang akan menjadi miliknya seutuhnya.
“Kenapa lama?” Tanya Arsen, Stela mendongak sambil tersenyum lebar. Calon janda itu terlihat begitu cantik di mata Arsen, tangan Arsen pun terulur untuk merapihkan anak rambut wanita itu.
“Arsen, aku punya kabar gembira. Aku sedang hamil, suamiku minta rujuk dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahannya lagi.” Ucap Stela dengan semangat, sementara itu tubuh Arsen seketika terasa lemas mendengar cerita dari wanita yang paling di cintainya itu.
Lima menit sudah berlalu, Arsenio Gerald berdiri mematung menatap wanita yang sangat ia cintai dengan tatapan kecewa. Pria 28 tahun itu tak mampu berkata-kata setelah mendengar ucapan wanita yang sudah di cintainya sejak lama.
“Arsen, maafkan aku.” Lirih Stela sambil menunduk menyentuh kedua lengan pria yang selalu ada di kala dirinya butuh sandaran, di kala dirinya butuh hiburan, di kala dirinya sedang terluka.
Yang harusnya menjadi hari paling bahagia untuk Arsenio, kini menjadi hari paling sial untuknya. Rupanya kaya dan tampan tidak bisa menjamin kebahagiaan seorang Arsenio CEO muda di perusahaan Gerald grup, buktinya uang tak bisa membuat wanita yang sudah di cintainya sejak 10 tahun lalu tak bisa menjadi miliknya.
Hari ini harusnya menjadi hari bahagia untuk Arsenio, karena seminggu yang lalu Stela bilang jika dia akan bercerai dengan suaminya. Namun kabar bahagia itu hanya sesaat, buktinya Stela datang lagi bukan dengan kabar perceraiannya namun kabar yang membuat Arsen semakin hancur.
Sudah bertahun-tahun Arsenio menunggu jandanya Stela anastasya, namun harapannya kini hancur setelah Stela memilih mempertahankan rumah tangganya karena kini wanita itu tengah mengandung anak dari suaminya.
“Arsen, tolong bicaralah. Jangan diemin aku kaya gini.” Ucap Stela sambil terisak. “Jangan kecewa padaku, aku mohon di dunia ini hanya kamu yang aku miliki Arsen.” Ucap Stela.
Lagi-lagi hal itu membuat Arsenio merasa tidak tega, ia menarik leher Stela dan memeluk wanita itu.
“Aku mengerti, tapi sudah dua tahun pria itu tidak pernah berubah. Aku takut—“
Dengan cepat Stela mendongak menatap Arsenio dan menggelengkan kepalanya cepat. “Dia sudah janji tidak akan selingkuh, dia juga tidak akan mabuk-mabukan lagi. Aku harap kamu mengerti Arsen, aku tidak mungkin membiarkan anak ini jauh dari Ayahnya.” Ucap Stela sambil menyentuh perutnya.
Arsen menatap perut Stela yang masih rata itu, seketika dadanya terasa sakit menerima fakta jika mereka masih sering melakukan hubungan intim sampai wanita ini hamil. Selingkuh, mabuk, judi dan kekerasan dalam rumah tangga tak membuat hasrat keduanya luntur, rupannya apa yang di pikirkan Arsenio selama ini salah total.
“Baiklah aku mengerti, kalau sekali lagi dia memukulmu. Aku akan membawamu pergi dari pria itu.” Ucap Arsenio akhirnya.
Stela pun mengangguk. “Aku yakin kali ini dia serius. Terimakasih Arsen, sudah hadir di hidupku dan menjadi penolong untukku.” Ucap Stela sambil memeluk pria tampan itu, rasa sakit begitu dalam di diri Arsenio ketika rasa cintanya tak di anggap.
Arsen tak membalas pelukan Stela, kepalanya terasa sangat nyeri.
“Kalau begitu aku pulang dulu, aku takut dia mencariku Arsen.” Ucap Stela sambil tersenyum dan menyeka air matanya.
Arsenio pun mengangguk dan membalas senyuman wanita itu, Stela langsung keluar dari cafe itu dan meninggalkan pria yang sudah ia anggap lebih dari keluarganya sendiri. Biasanya Stela di antar pulang oleh supir yang biasa Arsen suruh untuk mengantar jemput Stela ketika mereka bertemu.
“Siall!!” Pekik Arsenio sambil menendang sofa yang ada di depannya.
Lagi-lagi Arsenio harus kecewa pada wanita yang sangat di cintainya, Arsenio dan Stela sudah lama bersahabat sejak mereka kuliah hingga saat ini. Dua tahun lalu Arsen tak menyangka jika Stela menikah dengan pria lain, ia kira selama ini Stela memiliki perasaan yang sama dengannya namun nyatanya tidak karena buktinya Stela menikah dengan suaminya karena ia mengandung anak pertamanya.
Arsenio yang sudah merasa pusing dengan nasibnya hari ini, dia langsung menyuruh Jimi sahabatnya untuk menjemput dirinya pulang. Alangkah terkejutnya Jimi saat mendengar semua kejadian yang menimpa sahabatnya hari ini, pria malang yang sudah menunggu jandanya Stela harus berakhir dengan kekecewaan lagi, dan seolah Tuhan belum puas menyiksa sahabatnya kini pria itu harus menikah dengan wanita yang tidak di cintainya.
“Jadi keputusan apa yang akan kamu ambil sekarang?” Tanya Jimi, tidak mungkin Arsenio menyuruh dirinya mengantarkan pria itu kembali ke Vila jika Arsenio belum memiliki keputusan.
“Aku akan menikah.” Jawabnya dengan rahang mengeras dan kedua tangan yang mengepal kuat.
“Kamu serius? Pernikahan bukan buat main-main Arsen.” Ucap Jimi kembali mengingatkan, sejujurnya Jimi senang karena Arsenio bukan menikah dengan Stela namun tidak dengan cara seperti ini pikirnya.
Sahabatnya harus mendapatkan cinta dari seorang wanita, karena Jimi merasa kasihan pada Arsenio yang sudah lama cintanya bertepuk sebelah tangan. Karena itulah, kali ini Jimi berharap jika sahabatnya menikah dengan wanita yang tepat yang juga mencintainya.
Arsenio tak menjawab, dia hanya menatap tajam keluar jendela mobil. Keputusannya di ambil memang karena Arsenio merasa kecewa dan marah pada Stela, selain itu dia tidak mau membuat kedua orang tuannya kecewa padanya. Melihat Bunda Alika yang berharap penuh padanya, Arsenio jadi tidak bisa berkutik.
Jimi menatap ponselnya yang sejak tadi bergetar, ia tau jika keluarga Gerald sedang mencari keberadaan pria ini. Pria yang menghilang tiba-tiba tanpa keputusan, Jimi pun menghela nafasnya panjang.
“Baiklah, kamu memang harus menikah.” Ujar Jimi akhirnya, ya ketimbang Arsen terus menerus menunggu jandanya Stela yang lebih mencintai suaminya. Jimi lebih senang jika Arsen memiliki hidup yang baru dengan wanita baru, Jimi pun menambah kecepatan agar segera sampai di Vila milik keluarga besar Gerald.
“Ngomong-ngomong, kalau kamu belum siap aku rela menggantikanmu menikah dengan Anya. Dia kan cantik.” Gumam Jimi, seketika Arsen menoleh dengan tatapan tajamnya.
Mereka berdua sampai di Vila keluarga Gerald, Bunda Alika dan Mami Vera langsung menyambut kedatangan Arsen yang sejak tadi di tunggunya. Mereka cukup tegang dengan keputusan yang akan di buat Arsenio.
“Sayang, dari mana saja. Bunda hawatir…” ucap Bunda Alika dengan tatapan sendunya, ia kira putranya akan kabur demi menghindari pernikahan ini.
“Apa kamu sudah mengambil keputusan?” Tanya Mami Vera, dia lebih hawatir dengan nasib putrinya.
Arsenio mengangguk. “Ya, siapkanlah acaranya. Aku akan menikah dengan Anya malam ini.” Ucap Arsenio sambil menatap dua wanita yang paling dia cintai.
Arsenio juga salah satu kebanggaan Mami Vera, dia selalu salut dengan berbagai prestasi yang di raih anak sahabatnya yang sudah Vera anggap sebagai anaknya sendiri.
Arsenio berjalan meninggalkan kedua wanita yang sedang berbicara dengan raut wajah bahagia itu, dia berjalan mencari keberadaan Anya.
“Aku cari suamiku dulu.” Ucap Bunda Alika untuk memberi kabar bahagian ini, Vera mengangguk lalu ia juga pergi menemui suaminya yang ada di dalam kamar.
“Sayang, Arsen memutuskan untuk menikah dengan Anya.” Ucap Mami Vera dengan bahagia saat memasuki kamarnya. Roby memeluk istrinya, ia senang mendengar kabar bahagia ini, karena sejujurnya Roby tidak suka jika anaknya menikah dengan Reyno yang terkenal playboy itu, mana mau seorang Ayah memberikan putrinya pada pria brengsek seperti Reyno, dia hanya tidak enak pada janji mereka yang akan menikahkan kedua anak mereka dulu saat masih kecil.
“Syukurlah, Papi tau kalau Arsen tidak mungkin mengecewakan kita.”
Sementara itu di dalam kamar lain, Anya terkejut saat mendengar mereka akan menikah dari mulut Arsen langsung.
“Apa kakak bilang? Kita akan menikah?” Tanya Anya dengan wajah syoknya, ia kira setelah menghilangnya Arsen tadi pagi mereka tidak akan menikah namun apa ini dia datang membawa kabar buruk, pikir Anya.
“Iya sesuai tujuanmu, kita akan menikah.” Jawab Arsen datar.
Seketika mata Anya membelalak, dia menggelengkan kepalanya sambil melangkah mundur tidak percaya dengan apa yang terjadi saat ini. Bagaimana mungkin dia menikah dengan pria yang paling di bencinya, Anya sangat membenci Arsen karena pria itu selalu menatapnya dengan tatapan tidak suka dan tatapan emosi hanya dengan melihat dirinya.
“Gak, aku gak mau Kak. Ayo kita bicara dan bujuk mereka agar kita tidak jadi menikah.” Pinta Anya, hal itu membuat kening Arsen mengernyit.
Penolakan yang di lakukan Anya saat ini membuat dirinya merasa tersinggung, kedua kalinya ia mendapat penolakan. Apakah setidak menarik itu dirinya di mata para wanita?
Arsen melangkah dan mendekat pada gadis yang kini terlihat gelisah dengan keputusannya, ia menarik dagu Anya dengan kasar agar menatap ke arahnya.
“Aku tidak pernah membatalkan keputusan yang sudah ku buat.” Ucap Arsen dengan rahang yang mengeras, wajah mereka begitu dekat hingga hembusan nafas pria itu menerpa wajah Anya. “Dan kamu tidak bisa lari dari kesalahanmu yang membuat semua orang salah paham, kamu harus bertanggung jawab Anya.”
Bruk!
“Aww!!” Ringis Arsen yang mendadak mendapat tendangan di bagian selangkangnya, Anya berlari hendak pergi dari kamar itu tepat saat Bunda Alika dan Maminya Vera masuk ke dalam kamarnya.
“Anya? Ayo kita persiapkan dirimu.” Ajak Bunda Alika, Anya yang bingung hanya bisa ikut dengan kedua wanita itu tanpa ada yang perduli pada Arsen yang kini sedang meringis kesakitan di tepi ranjang.
“Sial! Awas saja kau Anya, akan ku buat hidupmu menderita.” Pekiknya kesal sambil memukul keras ranjang di hadapannya.
Malam pun datang, Arsen tersenyum puas saat melihat Anya yang tidak bisa berkutik. Wanita yang dengan terang-terangan menolak menikah dengannya, kini akan menderita di tangannya.
Acara malam itu cukup tertutup karena sejak awal, acara pertunangan yang kini berubah menjadi acara pernikahan hanya mengundang dua keluarga besar saja.
“Anya jangan lupa senyum, setidaknya pura-pura kasian kedua orang tuamu.” Bisik Irina saat kedua orang itu hendak mengucapkan janji di depan tuhan dan di depan semua keluarganya.
Acarapun berlangsung dengan lancar, seluruh keluarga merasa tenang setelah kedua orang itu sah menjadi pasangan suami istri.
Berbeda dengan Anya yang semakin terlihat sedih, namun ia berusaha menutup kesedihannya dengan pura-pura tersenyum.
“Bagaimana? Kamu bahagia?” Tanya Arsen, pria itu tidak benar-benar bertanya perasaan wanita itu, yang ada Arsenio sedang mengejek wanita yang sudah berani menolaknya.
Anya menatap tajam pada sosok pria yang dulu paling ia takuti dan paling ia benci, Anya pikir dirinya tidak perlu takut lagi pada pria kurang ajar seperti Arsen setelah tau sikap asli pria yang selalu di puji Maminya itu.
“Kau pikir aku akan bahagia menikah denganmu?” Gerutu Anya kesal, dia langsung melangkah pergi meninggalkan Arsen.
Pria itu hendak mengejar istrinya, namun para sepupunya datang untuk mengucapkan selamat padanya sehingga dia mengurungkan niatnya untuk membuat Anya kesal.
.
To be continued…
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!