"Maaf Ca, aku harus mengejar cita-citaku sebagai dokter, aku tidak punya waktu untuk berpacaran, lebih baik kita sudahi saja hubungan ini. Mari bertemu dimasa mendatang dengan kondisi yang jauh lebih baik dari kita hari ini." ucap Rafli saat memutuskan hubungan pacarannya dengan Resha Alea (Eca) yang sudah berjalan 2 tahun.
Eca tersenyum, dia tahu betul orang tua Rafli sangat tidak setuju anaknya berhubungan dengannya, karena di komplek rumahnya Eca terkenal dengan keluarga yang memiliki banyak hutang dimana mana, bukan hanya di bank ... Semasa hidup dulu, kedua orang tuanya pun terlilit hutang pada lintah darat, sehingga ketika orang tuanya meninggal karena kecelakaan, Eca di wariskan banyak hutang yang harus segera dia selesaikan.
Eca bekerja menjadi kurir pengantar makanan setelah kuliahnya terputus akibat kendala biaya, dari penghasilan itulah Eca sedikit demi sedikit melunasi hutang orang tuanya, dan berjuang mempertahankan rumahnya jangan sampai ikut terjual untuk membayar hutang yang ada, karna hanya itu harta berharga satu-satunya yang dia miliki sekarang.
"Kejarlah cita-citamu Raf, berhubungan dengan wanita yang banyak hutangnya seperti aku hanya akan membuang waktu berhargamu, aku sadar itu. Semoga kamu jadi orang yang berhasil ..." sahut Eca.
"Jangan menganggap ku sebagai musuh bila bertemu, maaf tidak bisa menjaga kamu lebih lama lagi."
Eca hanya mengangguk sambil tersenyum. "Aku bisa menjaga diriku sendiri, jangan khawatir."
1 tahun berlalu,
Eca bekerja siang Sampai malam, tidak ada hasil yang dia dapat ... Melainkan hanya lelah, karena seluruh penghasilannya di sisihkan untuk membayar hutang, tubuhnya makin kurus karena Eca sering mengabaikan jam makan, asupan makanan pun tidak Eca perhatikan, asal perutnya terisi itu sudah jauh lebih baik baginya.
Suatu hari Eca harus mengambil pesanan makanan di sebuah cafe untuk di antarkan pada pelanggannya. Karena terburu-buru, tidak sengaja Eca tersandung kaki kursi di cafe itu dan tubuhnya terhuyung menabrak seorang pria yang sedang duduk santai hendak menyesap kopi nya.
*Brak ...
Kopi panas dengan latte art yang indah bukan mendarat di mulut pelanggan itu, melainkan mendarat pada jas kantornya yang terlihat ekslusif.
"Aaaaa panas," Teriaknya.
Bukan hanya menjatuhkan coffe, Eca juga menghancurkan makanan pria itu di atas meja, akibat tertindih oleh tubuhnya.
"Awww." Eca kesakitan, wanita itu berusaha bangun dari posisinya.
"Ma-maaf om, aku ga sengaja." Ucapnya dengan wajah ketakutan.
"Om?" pria itu menaikan sebelah alisnya.
Pria itu adalah Galeo Davin (Leo), di umurnya yang sudah matang 35 tahun, Leo belum juga memikirkan masa depannya untuk menikah, Kakek nya (Zalendra) selalu mengancam untuk menghapus Leo dari daftar ahli waris jika pada tahun ini Leo belum juga menikah. Sedangkan kedua orang tua Leo sibuk mengurus Bisnis mereka yang ada di negeri Jiran Malaysia. Zalendra lah yang mengurus dan mengatur kehidupan Leo di Indonesia. Leo memegang jabatan sebagai CEO di perusahaan kakeknya, jika Leo menikah dalam waktu dekat, Zalendra akan memberikan seluruh aset perusahaannya kepada Leo. Zalendra hanya ingin memastikan, cucu satu-satunya itu mempunyai wanita yang akan mengurusnya jika suatu saat dia tidak ada lagi di dunia ini, karena orang tua Leo sejak dulu hanya peduli pada bisnis, bukan anaknya. Jadilah Zalendra yang mengambil alih untuk mengatur kehidupan cucu nya itu.
"Ii-iya om, aku minta maaf."
Leo memandang wajah polos Eca yang sedang ketakutan, terbesit akal di dalam fikirannya.
"Bawa dia ke mobil." Ucap Leo pada asistennya Oscar.
"Eh, aku mau di bawa kemana ini?" Eca bingung dan sedikit takut dengan Oscar yang sedikit mendorong bahu nya untuk berjalan ke arah parkiran mobil.
Leo berjalan di belakang mengikuti Oscar dan Eca dengan baju penuh dengan noda coffe.
Kayaknya dia masih polos, gue bakal jadiin dia kandidat, siapa tau dia setuju.
"Silahkan masuk dulu," Ucap Oscar mempersilahkan Eca masuk ke dalam kursi penumpang.
"Ini aku mau di culik atau gimana?" Eca panik ketika Oscar langsung menutup pintu mobil dan berdiri di luar seperti berjaga.
Tak lama setelah itu, pintu mobil samping terbuka, menampilkan wajah tampan Leo dengan baju kotornya, pria itu langsung duduk tepat di samping Eca. "Eh om aku mau di apain sih? Muka om ganteng, ga mungkin dong om penculik?
"Berhenti panggil gue om! Berapa umur lo?"
"25 th om."
Masih bisa gue iming-imingin skincare buat setahun kayaknya buat nurutin apa yang gue mau.
"Mau uang ga?"
Rasa ketakutan yang sedari tadi Eca rasakan sirna begitu saja, saat mendengar tawaran tentang uang.
"Ya pasti mau lah om, saya aja kerja kayak gini karna butuh uang." Ucapnya antusias.
"Nikah sama gue!" Ucap Leo spontan sambil memalingkan wajah, tidak berani melihat expresi wajah Eca.
"Hah?! Ni-nikah?"
"Mau apa engga?"
"Kenapa mendadak? Kita kan baru kenal om."
"Bukan nikah beneran, tapi cuman nikah-nikahan!"
Eca masuk kedalam Fikirannya, lalu mencerna perkataan Leo yang baru saja di katakan , Jadi selain masak-masakan, ada juga ya nikah-nikahan? Aku baru tau.
"Nanti aku di make-up kayak pengantin gitu om?"
"Yes! Nikah nya asli ... Tapi gak lama, cuman setahun aja."
"Nikahnya asli? Bb-bberarti kita tidur bareng dong om selama setahun?"
"Untuk di tempat tertentu iya, tapi di rumah pribadi gue kita pisah kamar."
"Nanti kalo aku hamil gimana om?"
Pria itu reflek menepuk kening Eca, "Pede banget, lagian siapa yang mau hamilin gantungan kunci!" Leo berkata seperti itu karena tinggi badan Eca sangat berbeda jauh dengannya.
Aku bisa manfaatin om ini untuk bayar semua hutang ibu sama bapak, biarlah aku main nikah-nikahan selama satu tahun. Dari pada rumah satu-satunya harus terjual, lebih baik aku menjual harga diriku dan aku bisa terbebas dari hutang.
"Baiklah om, berapa bayarannya?"
"Lo maunya apa? Stok skincare satu tahun? Jalan-jalan ke luar negeri? Belanja ke mall gratis selama satu tahun?" Tawar Leo.
"Bayar semua hutangku, totalnya 500jt." Eca menyunggingkan senyum cerdiknya.
"Hutang? 500jt? Usia 25 tahun sudah berani berhutang sebanyak itu? Lo gunain buat apa itu duit hasil ngutang segitu banyaknya?" Ucap Leo yang terkejut.
"Bukan aku yang berhutang, tapi almarhum kedua orang tuaku." Seketika Eca menunduk sedih.
Leo menatap iba Eca, tak menyangka jika di usianya yang masih muda harus menanggung hutang dengan jumlah yang lumayan fantastis, dengan pekerjaan yang Leo tau gajinya tak seberapa.
"Gue kasih 1 Milyar, setelah setahun menikah ... Lalu Kita bercerai."
"Serius? Cuman satu tahun? Mau mau ... " Eca sangat antusias dengan apa yang Leo tawarkan padanya.
Waaaah rejeki nomplok sih ini.
Leo tersenyum penuh kemenangan, uang 1 M tidak ada apa-apanya di banding apa yang akan dia dapatkan dari kakeknya nanti.
"Oh iya, sampe lupa ... nama gue Galeo Davin, panggil Leo." Ucap Leo tanpa mengulurkan tangan.
"Resha Alea, panggil aja Eca biar lebih akrab." Eca tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk sekedar berjabat seperti orang berkenalan pada umumnya.
"Ekhem ... Turunin tangannya, ga wajib juga kan gue berjabat tangan sama lo?" Tanya Leo dengan cueknya.
Eca memandang tangannya sendiri, dan tertawa hambar, "Oh, okey."
Setelah perkenalan, kemudian Leo dan Eca bertukar nomor ponsel untuk berkabar jadwal pertemuan selanjutnya.
"Aku pamit pulang ya, bye calon suami." Eca melambaikan tangannya pada Leo sebelum keluar dari mobil.
Leo bergidik mendengar perkataan (calon suami) dari mulut Eca. "Dah sana pergi." Usir Leo.
Oscar melihat senyum sumringah yang terpancar dari wajah Eca saat keluar dari mobil.
"Hai om bodyguard."Sapa Eca pada oscar sambil berjalan masuk ke cafe untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Apa yang sudah mereka lakukan di dalam? Batin Oscar penasaran.
Leo membuka kaca mobilnya, "Mau sampai kapan lo diem di luar? " Tegur Leo pada Oscar.
Dengan segera Oscar masuk ke dalam mobil, dan menghilangkan rasa penasarannya.
Namun sebelum Oscar bertanya, Leo menceritakan tujuannya bekerjasama dengan Eca, untuk mendapatkan warisan dari kakeknya.
***
Hari hari berjalan di lalui dengan menyenangkan oleh Eca, wanita itu merasa terjamin karena tawaran menggiurkan yang di katakan oleh Leo tempo hari.
Hari ini Leo sudah mengabarkan pada Eca melalui chat bahwa mereka akan melakukan pertemuan untuk melakukan fitting baju, dan Eca di minta untuk mengirimkan alamat rumahnya, agar Leo bisa menjemputnya agar prosesnya cepat.
"Udah cantik kan ... " Eca bermonolog di depan cermin.
Style hari ini menggunakan rok selutut dengan blouse crop top, menjadikan Eca terlihat lebih dewasa agar lebih sepadan jika berjalan dengan Leo.
*Klakson mobil berbunyi
"Nah itu pasti om Leo."
Tanpa membuang waktu lama, Eca mengunci pintu dan langsung menghampiri mobil yang melipir di depan rumahnya.
Dengan percaya diri, Eca membuka pintu penumpang dan Leo ada di dalamnya yang sedang sibuk memainkan ponsel.
"Halo om bodyguard."
"Halo om Leo."
"Ck ... Jangan panggil gue om."
"Hm ... Menolak tua."
"Oh ya, harus lo tau ... Ini Oscar, asisten pribadi gue ... Dan catat, dia bukan bodyguard. Tubuhnya tidak sekeren itu untuk di sebut bodyguard."
Anda iri pak.
"Lalu kemana kita hari ini?"
"Bukannya gue udah bilang ya tadi di chat? Memori ingatan lu kayaknya 512kb doang."
"Ya maaf, namanya juga basa-basi. Eca mencebikan bibirnya.
Leo tidak menanggapi, pria itu kembali memainkan ponselnya.
Di dalam mobil tidak ada obrolan apapun ... Sampai akhirnya mobil terparkir di depan butik yang di tuju.
"Turun!" Ucap Leo pada Eca yang masih memandangi butik dari dalam mobil.
"Sabar dong!"
Bocah ini udah berani sama gue!
Eca turun, dan langsung menggandeng lengan Oscar. "Eca mau sama om Oscar aja." Ucapnya dengan nada manja.
"Mba Eca, tolong di jaga sikapnya, atau saya yang akan terkena imbas. Mohon kerjasamanya." Bisik Oscar dengan penuh penekanan.
Sedangkan Leo, dia sama sekali tidak peduli apa yang di lakukan oleh calon istrinya itu pada Oscar.
"Sudahlah Oscar, turuti saja apa yang gantungan kunci itu mau, agar prosesnya cepat selesai." Ucap Leo dengan nada sedikit memohon.
"Baik pak." Jawab Oscar patuh.
Selalu di bilang gantungan kunci sama tiang listrik satu ini no problem! Yang penting sebentar lagi hidupku akan berkualitas tanpa hutang! Ucap Eca dalam hati.
Eca mencoba beberapa gaun pengantin, semua yang Eca pilih selalu terlihat cantik saat di gunakan pada tubuhnya. "Bagaimana? Cantik kan?"
Pelayan butik mengangguk ramah, "Cantik nona."
"Aaah ... Aku tau itu." Sahut Eca yang terlampau percaya diri.
"Hhuh ... Baru mencoba gaun saja sudah merasa menjadi princess." Gumam Leo yang masih bisa di dengar oleh Eca.
"Emang kenyataannya seperti itu!" Jawabnya dengan nada kesal.
"Menurut gue, lo lebih pantes pake baju hansip sih."
"Hah?!" raut muka Eca berubah menjadi kesal saat Leo tak henti meledeknya.
Oscar datang ke tengah-tengah antara Leo dan Eca berusaha menengahi.
"Sst ... Mba Eca, sudahlah. Biar cepat selesai ayo selesaikan fitting bajunya.
"Ngeselin banget nih dia! Tunjuk Eca pada Leo.
Oscar menunduk sebagai permintaan maaf kepada pelayan butik, karena Eca dan Leo sudah membuat sedikit keributan dengan berdebat di hadapannya.
Sepulang dari butik, Eca tidak langsung di antar pulang, mobil Leo terus menjauh dari jalanan menuju arah pulang rumah Eca.
"Eh, ini kemana lagi?"
"Ke rumah kakek gue! Oscar tolong sebutkan poin-poin penting yang harus gantungan kunci ini tau."
Oscar menepikan mobilnya sesaat, pria itu mengeluarkan secarik kertas kecil.
"1. Mbak Eca dan Pak Leo berkenalan lewat sosial media, 2.Tidak boleh ada siapapun yang mengetahui tentang perjanjian pra nikah yang sudah kalian sepakati 3.Mba Eca di larang banyak bicara saat pertemuan nanti." Ucap Oscar yang melipat kembali kertasnya dan melanjutkan perjalanan ke mansion utama Zalendra, kakek Leo.
Sesampainya di luar mansion Eca ternganga melihat rumah yang sangat besar, dengan arsitektur yang luar biasa mewah.
"Wah ... Ini rumah kakek Om Leo."
Leo menahan geram saat lagi lagi Eva menyebutnya dengan sebutan om.
"Panggil gue sayang setiap di depan anggota keluarga gue dan sanak saudara yang lain, jangan buat mereka mencurigai settingan yang sudah kita buat.
"Oke sayang." Jawab Eca patuh.
"Nanti panggil sayangnya kalau udah di dalem rumah kakek gue!" Tegur Leo sedikit emosi.
Oscar melihat ekspresi Eca pada kaca spion mobil, dan Eca menyadari itu.
"Apaan om Oscar ngintip-ngintip?" Ucap Eca dengan sedikit emosi karena malu sudah di permalukan Leo.
Oscar langsung berpura pura membenarkan posisi kaca spionnya, "Saya hanya membetulkan kaca spionnya mbak." Sahut Oscar santai.
"Huh! Alasan pasti." omel Eca.
"Hei gantungan kunci bisa diam tidak?! aku pusing dengan semua tingkahmu." Leo kembali menegur Eca.
Eca tertunduk diam, khawatir Leo akan mencari wanita lain untuk tawaran ini kalau Eca tidak jadi wanita penurut.
Sedangkan di balik kursi kemudi, Oscar menahan tawanya sekuat mungkin. Wajah Eca jika sudah di marahi Leo sangatlah lucu menurutnya.
Mobil sampai di mansion Zalendra.
Beberapa pegawai berlalu lalang di sekitar, ada tukang kebun, security di gerbang masuk, dan dua orang seperti bodyguard sungguhan yang berjaga di depan pintu utama.
"Sudah seperti istana saja, banyak penjaga nya."
"Maksimalkan acting lo bocah! Jika lo tidak membuat onar kali ini ... Gue akan kasih uang saku 200rb cash hari ini."
"Tapi tidak di potong dari uang yang 1 milyar itu kan?" Tanya Eca polos.
"Tutup mulutmu gantungan kunci!" Sentak Leo dengan suara berbisik.
Zalendra sedang duduk di ruang keluarga, pria tua itu memang mengetahui kedatangan Leo yang akan membawa seseorang, karena semalam Leo sudah mengatakan bahwa akan memperkenalkan wanitanya pada sang kakek.
Pertama Kali masuk mansion, lagi lagi Eca takjub dengan semua interior dan barang-barang yang ada disekitarnya...
"Waaaah, Ck.. Ck ... Kapan ya aku bisa punya rumah kayak gini." Ucapnya sambil mendongak ke atas.
"Sekali lagi lo berperilaku norak kayak gini, gue bakal cari kandidat lain." Ancam Leo.
"Hah? Jangan ... jangan, maaf ya."
Mata Leo menangkap keberadaan kakeknya yang sedang duduk santai beberapa meter dari dirinya berdiri dengan Eca.
"Kakek." Panggil Leo.
"Leo, kemarilah ... Mana calon istrimu?" Tanya Zalendra langsung pada intinya.
Leo menggandeng Eca sambil tersenyum ramah, berjalan berdua mendekat pada Zalendra.
"Perkenalan ini —" belum sempat Leo memperkenalkan, tapi Eca sudah mulai terlebih dahulu.
"Hai kakek, aku Resha Alea ... Panggil aja Eca." Ucapnya yang mengambil tangan kanan Zalendra dan mencium nya sebagai bentuk kesopanan.
"Sopan sekali, kamu masih sekolah?" Tanya nya.
Sungguh ini tidak ada di briefing, lalu apa kegiatanku? jika aku jujur sebagai kurir makanan pasti Leo marah dan akan membatalkan penawaran ini.
"Aku masih Kuliah kek." Jawab Eca dengan senyum terpaksa.
Kuliah? Kenapa mulutku berkata seperti itu? Bagaimana kalau kakek bertanya Universitas yang mana dan mengambil jurusan apa? Argh!!! Racau Eca dalam batinnya.
beruntungnya Zalendra tidak banyak menanyakan hal detail, Eca kali ini selamat.
"Mahasiswa ya, silahkan duduk Eca." Zalendra mempersilahkan Eca duduk di sebelah Leo.
"Terimakasih kek."
"Kamu nemu dimana cewe imut kayak Eca gini? Ucap Zalendra menggoda Leo.
"Di sosial media kek, dia unik ... Karena itu Leo tertarik."
Zalendra mengangguk, "Eca hobinya apa nak?"
"Hm ... Hobi aku memasak kek." Jawab Eca asal.
"Wah, tidak salah Leo memilih calon istri, Leo suka sekali masakan rumahan. Kakek yakin sudah menikah nanti , Leo akan gemuk seperti pria lainnya jika sudah menikah, karena istrinya pintar memasak."
Leo tertawa hambar untuk menghargai kakeknya, "Bener kata kakek yank, masakin aku yang banyak ya nanti kalau kita udah nikah." Ucap Leo sambil merangkul bahu Eca.
"Hah? ... Oh iyaa sssssaaaayang." Sahut Eca yang terasa berat saat mengatakan sayang, padahal tadi saat latihan di mobil dia sangat fasih mengatakan kata 'sayang', kenapa sekarang jadi berat sekali rasanya.
"Leo bagaimana ca menurut kamu?"
"Bagaimana apa maksudnya kek? Tanya Eca bingung.
"Sikapnya, sifat nya, perlakuannya." Jelas Zalendra.
"Kak Leo baik, selalu manjain aku dan turutin semua yang aku mau, dia benar-benar pria idaman wanita kek." Ucap Eca yang membuat Leo salting, walaupun pernyataan itu bohong.
"Syukurlah, kakek tenang."
"Jaga Leo ya, pokoknya kalian harus saling menjaga, Leo ini manja ... makan harus di sediakan, pakaian pun harus di siapkan, jadi sebaiknya sesudah menikah nanti kalian harus menggunakan jasa Art agar Eca tidak terlalu kecapean."
"Aku senang melakukan itu, dan aku akan mengurus Kak Leo dengan tanganku sendiri kek."
Belajar kata-kata dari mana tuh si gantungan kunci, bisa banget. Batin Leo.
"Wah jawaban yang memuaskan, nanti kakek akan ceritakan good attitude kamu pada orang tua Leo yang berada di Malaysia, mereka juga pasti bangga.
Eca hanya tersipu malu mendengar perkataan Zalendra.
Cih ... Besar kepala pasti. Batin Leo.
Zalendra mengajak Leo dan juga Eca untuk makan siang bersama, dan lanjut berbincang agar mengenal lebih dekat satu sama lain.
***
Di dalam mobil.
Eca dan Leo sudah selesai berakting di depan Zalendra.
"Mana hm?" Eca menadahkan sebelah tangannya.
"Mata duitan!" Leo merogoh dompetnya dan meletakan 2 lembar uang seratus ribuan di atas telapak tangan Eca.
"Good boy! thanks calon suami."
"Berhenti bilang kayak gitu, atau gue cari kandidat lain?"
"Eh ... Eh iya maaf, maaf Om Leo."
Leo memicingkan matanya tajam pada Eca.
"Eh , Kak Leo."
Kalau bukan karena uang, malas sekali harus baik-baikin dia kayak gini, sabar Eca ... 1 tahun doang kok. Batinnya.
"Oscar, lo jangan lamban nyetirnya, atau lo tukeran posisi sama gue nih. Gue udah gak tahan lama lama deket dia."
"Sini om oscar, Deket Eca ... Kita ngobrol." Ucapnya manja.
"Baik pak, saya percepat." sahut Oscar tanpa memperdulikan kata-kata Eca.
Sebentar lagi juga anda satu rumah dengan mbak Eca Pak, apa saya juga harus tinggal bersama kalian juga hah?! Umpat Oscar dalam hati.
***
Saat sampai di depan rumah Eca, ternyata sudah ada beberapa orang pria bertubuh besar sedang melempar barang-barang dari dalam rumah Eca.
Dari dalam mobil jantung Eca sudah berdegup kencang, wanita itu sudah tau ... pasti itu ulah rentenir yang menagih hutang orang tuanya.
Tanpa berkata apapun pada Leo maupun Oscar, Eca segera turun dari mobil.
Wanita itu bergegas melihat ke dalam rumah, dengan niatan menghentikan pelaku yang melemparkan barang-barangnya keluar rumah.
"Hey ... Stop, stop, stoppppp!!!!!!" Teriak Eca.
Terlihat wanita paruh baya memakai accesories dengan warna mencolok, datang mendekati Eca dari dalam rumah, dialah rentenir yang meminjamkan sejumlah uang pada orang tua Eca dulu. "Sang penghuni sudah datang rupanya."
"Bu, tolong jangan seperti ini, nanti saya akan bayar semua hutang ibu saya, tolong kasih waktu saya satu tahun, saya akan melunasi semua termasuk bunga nya."
"Cuihhh" Rentenir itu meludah di lantai dan hampir mengenai sepatu Eca. " Aku sudah muak memberi tempo, cepat serahkan surat rumah ini, kalau tidak aku akan bakar malam ini juga rumah peninggalan orang tuamu."
Eca bersimpuh, "Tolong beri saya waktu —."
Suara bariton Leo terdengar dari belakang tubuh Eca.
"Berapa hutangnya?!" Teriak Leo dengan gaya angkuhnya.
Rentenir itu tersenyum meremehkan, "Jika aku sebut nominalnya apakah kamu tidak akan pingsan? dan jika benar kau pingsan, itu akan sangat merepotkan, lebih baik kau pulang sana!" Hardik Rentenir itu.
Bedebah!
Leo merasa di remehkan oleh sang rentenir yang bertubuh bulat itu.
"Kasih tau gue berapa totalnya! Gue calon suaminya Resha, lo jangan khawatir, pasti gue bayar semua hutangnya." Bentak Leo.
Eca yang mendengar itu, sedikit kagum ... karena Leo bersikap seperti seorang calon suami sungguhan dan yang kedua, Leo menyebut nama Eca dengan benar, lalu membela nya dan menjaganya dari orang yang membahayakan seperti Rentenir itu.
"250juta, bunga 125juta total 375juta!" Jelas rentenir itu membuka catatannya.
Leo membisikan sesuatu pada Oscar yang sedari tadi ada di belakangnya. "Transfer sejumlah uang yang dia minta."
Oscar kemudian mendekati rentenir itu dan segera melakukan transaksi.
Sedangkan Leo menghampiri Eca yang masih bersimpuh, pria itu memegang kedua bahu Eca dan membantunya untuk berdiri.
"Jangan rendahkan dirimu seperti ini." Eca hanya bisa diam dan menatap wajah Leo lekat.
*Ctaakkk!
Leo menyentil kening Eca.
''Ini tidak gratis," Bisik Leo.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!