NovelToon NovelToon

Istriku Tiba-tiba Berubah

Episode 01 : Bertukar Jiwa

Tokoh Utama :

Emilia Vivian (18 tahun) atau Viona (25 tahun

Istri Agam sekaligus siswi SMA Bima Sakti. Awalnya manja, bucin, dan bodoh. Kemudian berubah menjadi pribadi yang mandiri, cerdas dan cuek.

Agam Revandra Graha (30 tahun)

Suami Emilia sekaligus CEO Graha Group. Sosok dingin dan berkuasa.

***

"Di mana Aku?" lirih Emilia.

"Nona di rumah sakit," jawab dokter.

Mendengar jawaban dokter, sebuah ingatan terlintas di benaknya. Dirinya sedang berada di club malam bersama teman-temannya, saat pulang dalam keadaan mabuk, dia tertabrak mobil tidak jauh dari club.

"Untunglah Aku belum mati," kata Emilia.

"Nona Emilia Vivian, Anda sudah bisa pulang. Lain kali jangan bunuh diri lagi. Apalagi sampai menenggelamkan diri di kolam renang sampai lemas. Percuma Anda melakukan itu. Tuan Agam malah semakin jijik pada Anda," nasehat dokter Orlando. Dia sebenarnya dokter pribadi keluarga Graha.

"Apa? Emilia Vivian? Apa Aku Emilia Vivian?" sahut Emilia. "Au, kepalaku sakit sekali." Sebuah ingatan kembali terlintas di benak Emilia.

Tiga bulan yang lalu dia menikah dengan Agam Revandra Graha, CEO Graha Group yang dingin dan berkuasa. Emilia menyukai Agam sejak kecil tapi Agam tidak mencintainya. Agam terpaksa menikahinya karena perjodohan orangtua mereka. Bagi Agam, Emilia hanya bocah manja yang labil dan pengganggu.

"Ingatan siapa ini?" batin Emilia. Dirinya bangkit dari posisi berbaring, dia terkejut melihat wajahnya di pantulan cermin lebih muda, padahal dia sangat yakin kalau sebelumnya dia Viona yang sudah berusia 25 tahun.

"Apa yang terjadi? Wajahku sama tapi lebih muda. Seingatku, Aku Viona, bukan Emilia." Dengan panik, Emilia langsung bangkit, berlari keluar dari ruang rawatnya.

"Nona Emilia mau ke mana?" teriak dokter Orlando, namun dia tidak berhasil mengejar Emilia.

Emilia berlari keluar lalu memberhentikan taksi. Padahal dia masih memakai pakaian rumah sakit. Dia meminta supir taksi mengantarnya ke alamat Viona. Hanya berjarak 15 menit dari rumah sakit. Sesampai di sana, Emilia keluar dari dalam taksi, dia terkejut melihat banyak orang pulang dari rumahnya.

"Permisi, Pak, apa yang terjadi di sana?" tanya Emilia pada seorang bapak-bapak yang baru keluar dari rumahnya.

"Kami baru selesai mengubur Nona Viona. Kasihan sekali dia. Sudah yatim piatu, terus mati muda," jawab bapak-bapak itu.

Selesai menjawab pertanyaan Emilia, bapak-bapak itu pergi. Emilia terduduk lemas, menangis sejadi-jadinya.

"Jadi Aku sudah mati? Lalu kenapa jiwaku masuk ke tubuh wanita muda ini? Apa Tuhan kasihan padaku?" Emilia menangis hampir setengah jam di depan rumahnya.

"Benar, Aku tidak boleh menangis lagi. Aku wanita kuat. Aku masih hidup. Walau dalam tubuh gadis muda ini. Lalu ke mana jiwa gadis ini? Apa jiwanya masuk ke tubuhku yang sudah meninggal?" Emilia mengusap air matanya sambil bertanya-tanya. Pertanyaan itu benar-benar membuatnya bingung.

"Nasib gadis ini lebih malang dari nasibku. Ibu tirinya jahat. Kakak tirinya licik. Suaminya dingin dan tidak peduli padanya. Ayahnya sibuk. Mungkin jiwa gadis ini tidak mau hidup lagi, sementara jiwaku masih ingin hidup. Makanya Tuhan menukar jiwa Kami. Tenang saja Emilia, mulai sekarang, Aku akan menjalani hidupmu dengan baik. Akan Ku kalahkan mereka. Terutama suamimu yang jahat itu. Dia tidak mencintaimu, Aku juga tidak butuh cintanya. Lebih baik Aku fokus mengurus masa depan ku sendiri."

Emilia bangkit dan memutuskan melanjutkan hidupnya. Dia tidak ingin terpuruk dan larut dalam kesedihan lagi. Mulai sekarang, Viona sudah mati. Emilia Vivian yang dulu akan berubah menjadi Emilia Vivian yang baru. Selamat datang masa depan.

####

Untuk para pembaca tercinta, untuk mendukung karya Aku, biar Author semangat up cerita yang menarik, boleh dong Author minta karya ini di like setiap episode, di subscribe dan kalau bisa juga di komen🙏 Terima kasih untuk para pembaca semua atas pengertiannya🥰🙏

Episode 02 : Menjadi Orang Kaya

"Cari Emilia sampai dapat, jika kalian tidak ingin di pecat!" Suara bariton Agam membuat semua dokter di rumah sakit menunduk takut. Tidak ada yang berani membantah apalagi menjawab perintahnya. Rumah sakit ini milik Graha Group.

Setelah memarahi semua orang di rumah sakit, Agam pun menuju mobilnya lagi, ingin ke kantor. Saat hendak masuk ke mobil, Agam melihat sebuah taksi datang. Dari dalam taksi keluarlah Emilia. Agam tidak jadi masuk ke mobil, dia langsung menghampiri Emilia.

"Tidak cukup pura-pura bunuh diri, sekarang mau pura-pura kabur. Itulah alasan Aku benci memiliki istri sepertimu," kata Agam, menatap Emilia dengan tatapan tajam.

"Dia suami Emilia. Dasar Jahat," batin Emilia. "Tuan Agam, maaf kalau Saya membuat Anda marah. Saya berjanji tidak mengulanginya lagi," kata Emilia.

Emilia memilih tidak berselisih dengan Agam agar hidupnya tenang. Lebih baik Agam tidak peduli padanya seperti biasa, agar dia menjalani hidup sebagai Emilia kedepannya lebih mudah.

"Apa dia bermain trik baru. Waktu itu Aku sudah melarangnya memanggilku dengan sebutan 'Sayang', tapi dia ngotot. Sekarang dia malah memanggil Aku 'Tuan'. Baiklah Emilia, Kita lihat permainan apa lagi yang sedang Kamu mainkan. Apapun trikmu, tidak akan membuatku luluh. Kamu hanya anak manja yang tidak berguna. Menikahimu adalah bencana untukku," batin Agam.

"Tepati janjimu. Aku tidak ada waktu meladenimu dengan semua masalahmu. Urusan bisnis ku saja sudah banyak," jawab Agam dingin.

Emilia mengangguk.

"Pulanglah! Jangan tunggu Aku. Aku lembur," lanjut Agam.

"Iya," jawab Emilia dengan singkat.

Agam kembali heran, biasanya Emilia akan merengek dan terus menghubungi Agam kalau Agam pulang telat. Emilia bahkan pernah menjemput Agam ke kantor jika sampai tengah malam Agam tidak pulang, sampai membuat Agam marah. Tapi sekarang, Emilia tidak keberatan sama sekali di tinggal Agam lembur.

"Trik sampah," batin Agam, pada sikap Emilia, yang tiba-tiba berubah.

Agam pun pergi ke kantor, meninggalkan Emilia.

Sebelum pulang ke rumah, Emilia mengganti pakaiannya dulu. Emilia pulang diantar oleh supir pribadinya. Rumah Agam dan Emilia berada di komplek Cempaka, komplek rumah termahal dan termewah di kota.

Kepulangan Emilia disambut oleh banyak pelayan. "Apa Agam dan Emilia sangat kaya? Rumah mereka mewah, pelayan mereka banyak," batin Emilia.

"Nona Emilia, Saya senang Anda keluar dari rumah sakit, Saya sangat khawatir," ucap kepala pelayan, seorang wanita paruh baya yang ucapannya terdengar tulus.

Walau di dalam tubuh Emilia ada jiwa Viona, namun semua ingatan Emilia menjadi milik jiwa Viona. Jadi dia tau kepala pelayan itu sangat dekat dengan Emilia.

"Bi Maya, terima kasih sudah mengkhawatirkan Saya," ucap Emilia.

"Nona istirahat dulu, nanti malam akan Saya masakan makanan kesukaan Nona."

"Terima kasih Bi Maya," jawab Emilia. Emilia langsung masuk ke kamarnya.

Sejak menikah, Agam dan Emilia pisah kamar. Walau Emilia sangat ingin sekamar dengan Agam, tapi Agam tidak ingin sekamar dengan Emilia, terpaksa Emilia menurut. Bahkan Agam dan Emilia belum pernah malam pertama.

"Untung Si Beruang Kutub itu tidak sekamar dengan Emilia, jadi Aku bisa bebas," kata Emilia lega.

Emilia rebahan dengan senang di atas ranjangnya. Hatinya bersorak. Dia tidak menyangka mulai sekarang akan menjadi Emilia yang sempurna. Walau punya orangtua dan suami yang acuh padanya, setidaknya Emilia punya uang banyak, sesuatu yang tidak pernah Viona miliki dulu.

Dulu Viona harus hidup mandiri, kerja keras dan hemat setiap hari. Dia juga harus rajin belajar agar beasiswa sekolahnya tidak di putus. Sekarang, sebagai Emilia dia mampu membeli segalanya.

"Aku ingin liburan keluar negeri, membeli banyak perhiasan, makan makanan enak, membeli barang bermerek, mentraktir semua temanku makanan mahal, Aku suka jadi Emilia," kata Emilia senang.

Episode 03 : Berubah Drastis

Tokoh Pendamping :

Panji Yaksa (30 tahun)

Sekretaris Pribadi CEO, asisten pribadi CEO, orang kepercayaan CEO. Panji selalu bersikap sesuai perintah Agam. Kehidupan pribadinya sangat rahasia.

***

Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Pekerjaan Agam baru saja selesai. Agam pun mengecek ponselnya. "Satu pun panggilan darinya tidak ada. Sungguh aneh. Biasanya kalau Aku lembur banyak pesan masuk dan telepon masuk darinya, sampai ponsel ini harus ku matikan agar tidak mengganggu," ucap Agam heran, kemudian beranjak dari kursi kerjanya.

"Tuan Agam, Anda ingin pulang sekarang?" tanya Panji, sekretaris pribadinya.

"Panji, bagaimana kondisi Emilia setelah siuman? Apa dokter Orlando ada melaporkannya padamu?" tanya Agam.

Panji tersenyum sesaat sebelum menjawab pertanyaan Agam. Bagaimana tidak, kondisi istrinya sendiri Agam tidak tahu. "Nona Emilia sangat sehat, Tuan. Dia hanya pingsan sesaat karena lemas di dalam air," jawab Panji.

"Mungkin perasaanku saja. Aku merasa ada yang aneh dengan sikapnya. Padahal kepalanya tidak terbentur sampai lantai bawah kolam."

"Benar juga. Biasanya Nona Emilia akan meneror Anda dengan banyak panggilan, atau datang ke sini jika Anda lembur," jawab Panji. Selain Agam, Panji juga tahu pasti betapa Emilia posesif dan bucin pada Agam dulu, hingga membuat Agam membenci Emilia.

Karena hari sudah larut, Agam akhirnya pulang, di antar oleh Panji. Sesampai di rumah, semuanya terlihat damai, termasuk kamar Emilia yang sepi tanpa drama apapun. Agam penasaran dengan kondisi Emilia, dia pun pergi ke kamar Emilia.

"Di kunci?" Agam tidak habis pikir. Pintu kamar Emilia selama tiga bulan ini tidak pernah terkunci. Emilia sengaja tidak menguncinya agar suatu saat Agam ingin masuk, tinggal masuk. Malam ini untuk pertama kalinya kamar Emilia terkunci. Padahal yang biasanya terkunci adalah kamar Agam.

"Tuan Agam? Anda sudah pulang?" Kepala pelayan tiba-tiba datang menghampiri Agam.

"Hhmm," jawab Agam singkat.

"Ada yang bisa Saya bantu, Tuan?" tawar kepala pelayan.

"Emilia sudah tidur? Apa dia membuat keributan di rumah?" tanya Agam.

"Sejak tiba tadi siang hingga malam tampak sepi Tuan. Nona Emilia baik-baik saja. Bahkan saat makan malam dia makan dengan lahap. Padahal biasanya dia tidak ingin makan kalau Tuan Agam tidak duduk bersamanya di meja makan," lapor kepala pelayan.

"Oh ya? Baguslah kalau begitu," sahut Agam, wajahnya tampak kesal. Agam pun langsung masuk ke kamarnya.

Keesokan harinya Emilia bangun pagi sekali. Dia mandi lalu berdandan secantik mungkin. Hari ini dia pergi sekolah.

"Ternyata Emilia lebih cantik dari Aku. Tapi kok bisa ya wajah Kami mirip?" Emilia memutar-mutar tubuhnya di depan cermin besar kamarnya. Membandingkan penampilannya sekarang dan dulu.

"Emilia dulu hanya remaja bucin yang bodoh. Dia tidak memikirkan apapun karena sudah punya segalanya. Tapi Aku berbeda, tahun ini Aku harus peringkat pertama kelulusan. Aku harus mengejar impianku yaitu menjadi CEO perusahaan besar. Pokoknya perusahaan ayahnya Emilia harus Aku yang memimpin, jangan sampai jatuh ke tangan kakak tiri Emilia yang jahat itu."

Dulu saat menjadi Viona, mewujudkan cita-cita menjadi CEO perusahaan besar tampak mustahil. Sekarang setelah menjadi Emilia, Viona percaya diri bisa menggapai impiannya. Viona akan menganggap ini kehidupan kedua baginya. Kesempatan yang di berikan Tuhan, agar dirinya bisa melakukan apapun yang tidak pernah bisa dia lakukan dulu.

Emilia keluar dari kamarnya, menuju meja makan.

"Bi Maya, kenapa hanya ada roti dan susu? Aku mana bisa sarapan seperti ini?" protes Emilia.

"Maaf Nona, biasanya Anda sarapan seperti ini karena Tuan Agam suka sarapan dengan roti dan susu," jawab kepala pelayan.

"Aku bukan Emilia, bisa kambuh maag ku kalau sarapan roti dan susu saja," batin Emilia. "Bi Maya, buatkan Aku nasi goreng ayam, Aku hanya ingin makan itu!" titah Emilia.

"Baik Nona," jawab kepala pelayan. Kepala pelayan segera ke dapur, memerintah koki untuk memasakan pesanan Emilia.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!