"Bu, aku tak ingin di jodohkan!" ucap Tania.
Namun sayang waktu pernikahan mereka hanya tinggal menghitung jam saja. Rasanya Tania ingin kabur dari sana. Namun Tania tak tahu kemana.
"Sudahlah sayang, kau harus menurut! Pria itu sudah mapan. Kau tidak perlu bekerja lagi. Cukup mengurusnya saja!" sahut bu Rosa.
Tania terdiam. Selama ini dia lah yang menjadi tulang punggung keluarganya semenjak ayah nya meninggal.
"Tapi bu, bagaimana dengan sekolah Rania jika aku menikah nanti?" ucap Tania.
Bu Rosa menarik nafasnya pelan. "Kau tidak perlu khawatir ibu sudah mengaturnya! Kau cukup turuti ibu saja!" sahut Bu Rosa.
Sebenarnya Bu Rosa hanya ingin melihat putrinya menikah.Usia nya sudah terbilang muda lagi. Namun Tania memang tak ingin menikah karena baginya ibu dan adiknya segalanya baginya.
Tania Gunawan wanita berusia 32 tahun, seorang wanita pekerja keras. Dia terpaksa menikahi seorang tentara karena ibunya telah menjodohkannya dengan pria itu.
Sementara Andika Pratama pria berusia 38 tahun itu adalah seorang perwira TNI yang masih betah melajang. Ia juga terpaksa menuruti keinginan ayahnya untuk di jodohkan dengan wanita yang belum pernah di kenalnya.
"Kau sudah siap!" ucap Pak Haryono.
"Sudah yah!" sahut Andika.
Mereka segera berangkat ke rumah Tania. Sementara Tania sudah siap di rias.
"Kakak cantik banget! " ucap Rania
Tania hanya tersenyum singkat. Tak berapa lama keluarga Bapak Haryono tiba di kediaman mereka. Bu Rosa menyambut tamunya. Karena ini merupakan acara pernikahan yang di bilang tertutup jadi hanya di hadiri oleh keluarga inti saja.
Paman Tania, adik dari almarhum ayah Tania juga hadir sebagai perwakilan mendiang ayah Tania.
*Assalamu'alaikum "
"Wassalamu'alaikum"
Mereka mempersilahkan para tamunya masuk dan mempersilahkan mereka duduk. Sementara Tania di minta untuk memanggil Tania.
"Ran, panggil kakak mu!" titah Bu Rosa.
Tania segera bangkit dan memanggil kakak Tania.
"Ayo kak!" ucap Rania.
Tania merasa gugup, jantungnya berdesir berdentang kencang. Sementara Andika menatap wanita yang akan di nikahnya itu. Ia tampak terpesona melihat wajah cantik calon istrinya.Keduanya sama-sama gugup.
Tania duduk di samping ibunya. Sementara Andika berada tepat di hadapannya.
"Bisa kita mulai!" ucap Penghulu.
Paman Tania di persilahkan maju dan akan menikahkan ponakannya itu. Lantas Andika pun duduk di hadapan pak Hendi adik almarhum ayah Tania.
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Tania Gunawan binti Arif Gunawan dengan mas kawin 50 gram emas dan uang 100 juta rupiah di bayar tunai"
"Saya Terima nikah dan kawinnya Tania Gunawan binti Arif Gunawan denah mas kawin tersebut tunai".
" Bagaimana saudara? Sah?".
"SAH".
Kini Tania telah resmi menjadi istri dari Andika Pratama. Bulir-bulir bening luruh di pipi mulus Tania. Lantas Bu Rosa langsung memeluk putrinya.
" Jangan menangis sayang!"ucap Bu Rosa.
Tania menatap nanar kakaknya itu. Ada raut wajah sedih dan bahagia menjadi satu. Kini kakaknya tak perlu lagi banting tulang untuknya. Tania sangat senang akhirnya kakaknya punya kehidupannya sendiri.
"Selamat kak!" ucap Rania.
Lantas mereka saling berpelukan. Tania di minta mendekati suaminya dan mereka saling berhadapan.
"Ayo Dika, sematkan cincin di jari istrimu!" titah Pak Haryono.
Lantas Andika mengambil cincin itu dan menyematkan di jari manis wanita yang baru saja menjadi istrinya. Begitu juga sebaliknya. Tania di minta ibunya untuk mencium tangan suaminya. Hal itu membuat Tania tersipu. Lantas ia langsung menyalami suaminya itu.
"Bu, sebaiknya kami segera kembali karena Andika harus segera melapor kepada atasannya! Dan kami akan membawa Tania bersama kami!" ucap Pak Haryono.
"Baiklah Pak, kalau begitu izinkan kami untuk berpamitan pada putri kami dahulu!" sahut Bu Rosa.
Pak Haryono mengangguk. Lantas mereka saling berpelukan. Tak lupa Bu Rosa meminta putrinya agar menjadi istri yang baik untuk Andika.
"Kau harus ingat pesan ibu! Kau mengerti! " ucap Bu Rosa.
"Baik Bu!".
" Rania, kau harus jaga ibu dan kabari aku jika ada apa-apa "ucap Tania pada adiknya.
Lantas Tania meninggalkan maharnya untuk ibu dan adiknya.
" Bu, Tania tinggalkan ini untuk ibu dan Rania, pergunakan sebaik mungkin! Tania tak ingin ibu bekerja!"ucap Tania.
Bu Rosa menangis, awalnya Bu Rosa menolak namun Tania memaksanya untuk menerima semua itu.
Akhirnya mereka meninggalkan kediaman Tania. Tania tak henti-henti nya menangis. Hal itu tak luput dari pandangan Andika.
"Sudahlah! ini semua atas keinginan orang tua kita. Kau tak perlu menangisinya!" ucap Andika.
Tania terdiam. Ia tak menjawab perkataan pria itu. Tania hanya menatap jalanan saja hingga akhirnya mereka sampai di rumah pribadi Andika.
"Turunlah! Atau kau tetap di sana!" ucap Andika.
Tania hanya mengikutinya saja. Andika seorang pria yang tegas dan sangat dingin. Hal itu membuat Tania tidak nyaman. Tania masuk ke rumah itu. Suasana di rumah itu sangat berbanding terbalik dengan rumahnya. Semua tertata rapih dan sangat bersih.
"Kau bisa tidur di mana saja kau mau!" ucap Andika.
"Bik, tolong bawa barang-barang nya ke kamar!" titah Andika.
"Baik tuan!" ucap Bik Ijah.
"Ayo neng!".
Lantas bik Ijah membawanya ke kamar atas namun Tania meminta agar di bolehkan di kamar bawah saja. Agar lebih mudah untuk ke dapur.
" Bik, bisakah di kamar itu saja!"ucap Tania.
"Tapi neng, itu kamar tamu, kamar neng ada di atas!" sahut bik Ijah.
Namun Tania tetap kekeh. Akhirnya bik Ijah menurutinya. Sementara Andika sudah turun dan segera pergi dari rumah itu tanpa berpamitan terlebih dahulu pada istrinya.
"Neng, istirahat saja! Jika butuh sesuatu neng bisa panggil bibi!" ucap bik Ijah.
Lantas Tania mengangguk. Tania sempat melihat Andika kembali pergi dengan mobilnya.
"Ya Tuhan pernikahan macam apa ini?" ucap Tania.
Tania segera mengambil wudhu dan segera melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Sudah hampir jam 10 malam tapi suaminya belum juga pulang.
"Bik, Kira-kira kemana Andika pergi?" tanya Tania.
Bik Ijah menoleh. "Neng belum tidur?".
Tania mengatakan jika dia belum terbiasa tidur di rumah itu. Jadi belum bisa memejamkan matanya. Bik Ijah hanya tersenyum mendengarnya.
"Neng tak perlu menunggunya! Tuan Andika jarang pulang ke sini!" sahut Bik Ijah.
Tania hanya ber"oh"ria saja. Lalu ia kembali masuk ke kamarnya.
Pagi itu Tania bangun dan seperti biasa ia akan beribadah kepada Tuhannya lalu memulai aktivitas nya. Kini Tania merasa bingung harus apa. Tania menuju dapur namun semau telah dikerjakan bik Ijah.
"Bik apa yang bisa aku kerjakan?" tanya Tania
Bik Ijah tersenyum melihat kehadiran gadis itu. Ia merasa senang melihat Andika menikah dengan gadis baik seperti Tania.
"Neng tak perlu mengerjakan apa pun! Bibi sudah terbiasa sendiri! Sebentar lagi yang membersihkan rumah ini juga datang!" sahut bik Ijah.
Selain bik Ijah ada juga 2 orang pembantu yang bekerja di sini namun tidak menginap.
"Oh ya?" sahut Tania.
Tania membantu bik Ijah seadanya. Lantas bik Ijah menanyakan asal usul nya. sebab dari penglihatan bik Ijah Tania sosok gadis biasa saja.
"Kalau boleh bibi tahu, neng tinggal di mana?" ucap Bik Ijah.
"Tania tinggal di kampung bik" sahut Tania.
Lantas Tania menceritakan tentang seluruh keluarganya . Bik Ijah merasa terharu mendengar kisah gadis itu.
"Jadi sekarang, apa yang di lakukan ibu mu?" tanya bik Ijah.
"Entah lah!Aku sudah memberikan semua mahar ku pada ibu Semoga ibu bisa memanfaatkan itu dengan baik!'sahut Tania.
Sementara Bu Rosa kini telah membuka usaha kecil-kecilan dengan uang yang diberi oleh putrinya. Demi membiayai sekolah Rania.
" Wah, Bu Rosa kini sudah kaya! Lihat lah semenjak putrinya menikah Bu Rosa bisa buka usaha sendiri!"ucap Ibu Desi.
"Iya Bu, berkat kemurahan hati Tania, makanya saya bisa buka usaha " sahut Bu Rosa
"Semoga lancar usahanya ya Bu" ucap Bu Desi.
Namun tak banyak juga yang memandang iri pada Bu Rosa.
"Ala.. wong jual anak e ko yo sombong!" ucap Bu Inem
"Gak boleh gitu Bu! Mungkin saja mantunya yang beri uang kepada Bu Rosa" sahut Bu Dewi.
Lantas mereka menggunjingkan Bu Rosa habis -habisan hingga membuat Rania geram.
"Ibu-ibu gak usah pada nyinyir deh! urus tuh suaminya!"ucap Rania seketika.
Lantas Bu Rosa memanggil Rania yang baru saja pulang sekolah itu. Bu Rosa tak ingin anaknya menjadi bulan-bulanan mereka.
" Rania, sini! Jangan pedulikan mereka! Ayo ganti baju sana terus kamu bantuin Ibu!"ucap Bu Rosa.
Sementara Tania baru selesai menanam bunga bersama pak Dadang dan Intan. Pembantu yang biasa membersihkan rumah dan taman di rumah itu.
"Sebaiknya nona istirahat saja! Biar Intan yang meneruskannya! " ucap pak Dadang.
"Iya non, gak apa-apa kok! Intan sudah biasa melakukannya!" sahut Intan.
Lantas Tania kembali ke rumah dan segera membersihkan tubuhnya. Tak berapa lama Andika kembali ke rumah itu.
"Bik, di mana wanita itu?" ucap Andika.
"Di kamar nya tuan!" sahut bik Ijah.
Tok tok tok
Tania membuka pintu kamarnya. Ia terhenyak melihat Andika berada di depan kamarnya.
"Nanti malam atasan ku mengundang mu untuk makan malam bersama rekan-rekan ku. Atasan ku meminta ku membawa mu!" ucap Andika.
Ya! Sebagai istri seorang perwira, mereka wajib melapor dan memperkenalkan istri mereka secara resmi.
"Baiklah!" sahut Tania.
Setelah mengatakan itu Andika langsung meninggalkan Tania. Tania menjadi bingung karena dia tak memiliki pakaian resmi untuk acara formal seperti itu.
"Nona kenapa? kelihatan bingung sekali?" ucap Intan begitu melihat Tania mondar-mandir di dalam kamarnya.
"aku bingung, aku tak punya baju pesta untuk acara formal atau apapun!" sahut nya.
Lantas Intan membantu nya bersiap. "Kau tenang nona, aku ada 1 set pakaian wisuda kakakku! Kau bisa memakainya jika kau mau! Kebetulan tubuhmu hampir sama dengan kakakku" sahut Intan.
"Benarkah?".
Kini Tania sudah bersiap. Tania benar-benar memakai setelahnya yang pinjam dari Intan.
"Bagaimana bik Ijah, cantik kan?" ucap Intan.
Bik Ijah memandang Tania denah intens. Betapa cantiknya gadis itu memakai kebaya itu. Namun Tania kurang suka. Lantas ia melepas kebaya itu dan menganti dengan pakaiannya.
"Loh kenapa di buka lagi?" ucap Intan
"Baju ini membuat tubuhku sesak! " Sahut Tania.
Lantas Tania menganti pakaiannya dengan pakaian yang belikan ibunya dulu. Sebuah dres selutut dengan manik-manik di bagian pinggangnya.
"Bagaimana bik?" tanya Tania.
"Wah, kalau ini kau terlihat lebih muda! Benarkan Intan?" ucap Bik Ijah.
Lantas Intan tersenyum dan mengangguk. Tak berapa lama Andika turun dari kamarnya.
"Kau sudah siap!" tanya Andika.
Tentu saja mereka semua terkejut mendengar Andika sudah berada di sana.
"Sudah!" ucap Tania gugup.
Andika menatap sebentar istrinya. Namun ia tak memuji istrinya. Adrian lantas mengajaknya masuk ke mobil. Di tengah perjalanan Tania hanya berdiam diri sambil menatap ke jalan. Begitu juga dengan Andika. Tak berapa lama akhirnya mereka tiba di sebuah restoran yang terkesan mewah.
Tania merasa gugup. Namun Andika tak mempedulikannya. Tania hanya mengekor nya dari belakang.
"Cepatlah! Kau lelet sekali!" ucap Andika.
***
"Selamat malam tuan dan nyonya Andika! " ucap Anton atasan Andika.
Tania membungkukkan badannya untuk menyapa mereka semua. Dirinya semakin gugup saja. Namun istri Anton mendekatinya.
"Halo nyonya Andika, Kenalkan saya Mira, istri bapak Anton, atasan Andika!" ucap Buk Mira.
"Saya Tania, Bu" sahutnya.
Dan semua istri dari rekan-rekan Andika pun saling memperkenalkan diri mereka masing-masing.
"Wah, kau cantik sekali! Aku denah kau dari kampung!" tanya Siska istri sahabat Andika yaitu Dani.
"Iya, anda benar!" sahut Tania.
Namun menurut mereka Tania gadis yang modern. Walaupun dari kampung tapi selera berpakaiannya tidak kampungan. Setelah lama berbincang-bincang kini mereka akan menikmati hidangan makan malam yang sudah tersaji di meja.
Tania gugup, ia tak pandai makan seperti itu. Lantas ia melihat cara mereka menggunakan sendok dan garpu. Hal itu tak luput dari pandangan Mira. Lantas Mira bangkit dan berpura-pura melihat dress Tania yang kotor .
"Nona Tania ke marilah!Ada noda di baju mu!" ucap Mira.
Lantas Mira membawanya ke toilet. Tania yang masih bingung dan mencari noda itu namun tidak menemukannya.
"Kau tidak bisa menggunakan sendoknya bukan?" ucap Mira.
Tania gugup. Bagaimana wanita itu bisa tahu. "Apakah itu terlihat jelas?" ucap Tania.
Mira tersenyum. "Datanglah besok ke rumah ku! Aku akan mengajari mu! ".
Tania mengangguk. Malam ini mereka melewatkan makan malam bersama.
" Kalian dari mana? Kenapa lama sekali?"ucap Anton.
"Gaun Tania kotor, jadi aku membantunya membersihkan gaun itu!" sahut Mira.
Tania hanya tersenyum memandang mereka. Lantas semua berpamitan begitu juga dengan Andika dan Tania. Mira mengingatkan kembali agar datang ke rumahnya.
"Jangan lupa besok, ok!" ucap Mira. Tania hanya mengangguk.
Andika melirik Tania. "Ada apa besok?" .
"Nyonya Mira mengundangku untuk datang ke rumahnya!" sahut Tania.
Lalu Andika hanya ber"oh"ria saja. Dan Andika mengantar pulang Tania tanpa mengucapkan apa-apa lantas ia kembali meninggalkan rumah itu.
"Neng sudah pulang?" ucap bik Ijah.
"Sudah bik" sahut nya lantas Tania masuk ke kamar.
Sementara Andika datang ke apartemen kekasihnya. Ia sangat merindukan kekasihnya itu.
"Kenapa kau lama sekali?" ucap Natalia.
"Aku tadi membawa gadis itu bertemu dengan komandan" sahut nya.
Natalia tampak kesal. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Natalia membujuk Andika agar menikahinya. Dirinya sudah tak kuat menjalani kehidupan seperti ini. Selalu bersembunyi dan tidak jelas ini.
"Kapan kau akan menikahi ku?" desak Natalia.
"Segera mungkin! Namun aku tak bisa mendaftarkan pernikahan kita!" sahut Andika.
Bagi Natalia itu tidak masalah yang penting dia dinikahin pria itu.
"Tak apa-apa yang terpenting bagiku kau menikahi aku!" sahut Natalia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!