Maira tengah bersama dengan kekasih gelapnya di sebuah klub malam, ia sedang menikmati segelas wine sambil berpelukan dengan pria tampan yang telah beristri tersebut.
"Sayang, sampai kapan kita akan seperti ini? " tanya Maira yang sudah bosan hidup tanpa kepastian bersama dengan Arga.
Yah pria itu adalah Arga, pria yang jelas-jelas sudah punya istri. Tapi bagaimana pun ia masih mencintai gadis yang ia kenal beberapa tahun yang lalu, terlalu sulit untuk melupakan gadis itu dalam otaknya.
"Aku belum bisa memberi kepastian padamu, tapi aku akan berjanji padamu. Kalau aku tak akan benar-benar meninggalkan kamu untuk selamanya, " balas Arga sambil mengecup kening Maira hangat.
"Aku selalu percaya dengan kata-kata mu, aku pun akan selalu berada di samping mu, yah walaupun harus sembunyi-sembunyi, " ucap Maira yang semakin mengeratkan pelukannya pada Arga.
"Makasih telah mau menunggu ku dan terus menemaniku, " balas Arga yang juga semakin mengeratkan pelukannya.
"Banyak orang yang bilang sama aku, kenapa di hatiku masih ada kamu? padahal aku sudah punya istri, " sambung Arga.
"Lalu kau menjawab ucapan mereka dengan jawaban yang seperti apa? " tanya Maira sambil menatap ke wajah Arga yang berada di atas kepalanya.
"Karena tidak mudah bagiku untuk mengenal orang baru, apalagi sampai harus melupakan semua yang pernah kita lakukan dulu, biarlah mereka bicara apapun karena mereka tidak akan tau rasanya seperti apa, " balas Arga sambil membalas tatapan Maira.
"Aku pun sama, lelaki itu memang banyak. Bahkan yang lebih tampan dan baik dari kamu juga banyak kok, tapi aku maunya tetep kamu, " ucap Maira sambil tersenyum manis.
"Sudahlah kau tidur saja di sini, aku sedang tak mau pulang. Sudah beberapa hari kan kita tidak bertemu? aku masih rindu dengan wangi tubuhmu, " ujar Arga yang tak mau pulang malam ini.
"Makasih, " balas Maira yang langsung memejamkan matanya.
Mereka menyewa sebuah kamar yang memang tersedia di klub tersebut, mereka berada di lantai dua kamar nomor 26, mereka sengaja memilih nomor 26 karena itu adalah sama dengan tanggal jadian mereka dulu.
Arga pun ikut memejamkan matanya sambil masih memeluk Maira dengan erat, pria itu masih ingin mencium aroma wanitanya dengan sangat dekat, sudah beberapa hari ia tak bertemu dengan Maira.
Sedangkan saat ini di rumah Santi sedang menunggu suaminya datang, tadi Arga tak bilang apapun pas berangkat kerja. Pria itu hanya berangkat seperti biasanya, tapi aneh sampai saat ini Arga belum pulang juga ke rumah. Padahal ini sudah tengah malam, masa Arga mau lembur sampai semalam ini.
Sedari tadi Santi terus berjalan ke sana kemari sambil sesekali menatap jam tangannya, jam yang dulu pernah Arga berikan padanya saat keluarga Arga melamar perempuan itu.
"Arga kenapa belum pulang yah? padahal kalau lembur dia selalu bicara padaku, " gelisah Santi yang takut suaminya kenapa-napa.
Ia tetap menganggap Arga sebagai suaminya padahal Arga tak pernah menganggap Santi sebagai istrinya. Bahkan sampai saat ini Santi masih perawan, Arga tak mau menyetubuhi istrinya itu, karena yang ia cinta dan yang ia mau hanyalah Maira.
"Padahal aku sudah menghubungi nya sedari tadi, " Santi juga sudah menghubungi Arga namun sayangnya pria itu tak mau mengangkatnya.
Kini Santi duduk di sofa yang berada di ruang tamu, kakinya terasa pegal jika harus menunggu Arga sambil berdiri. Matanya pun sudah mulai mengantuk tapi Santi mencoba agar matanya tak tertutup. Namun usahanya gagal matanya tertutup dan pada akhirnya Santi tertidur di ruang tamu.
Hingga beberapa jam berlalu, hari sudah mulai pagi. Arga sudah bangun dari tidur pulas nya bersama dengan Maira, ia mendudukkan tubuh nya sambil mencoba perlahan-lahan membuka matanya.
"Pagi sayang ku, " sapa Arga sambil mengecup kening Maira yang masih terlelap dalam tidurnya.
Maira terbangun berkat ciuman yang Arga berikan padanya, " Pagi juga sayang, " Maira pun rupanya mendengar sapaan yang Arga berikan padanya.
Maira bangun dan duduk di samping Arga sambil menyenderkan kepalanya ke lengan Arga, " Kau mau pulang sekarang? " tanya Maira yang masih rindu dengan pria itu.
"Iyah, aku harus pulang. Kalau tidak wanita itu akan bicara pada ayah ku, " balas Arga sedikit sedih.
"Baiklah kau pulang saja, aku tidak papa, " ucap Maira sambil tersenyum, meyakinkan Arga kalau dirinya memang tidak apa-apa.
"Ya sudah sampai ketemu lagi nanti, " balas Arga yang langsung turun dari kamarnya dan mengambil jas yang ia taruh di meja yang berada di kamar itu.
Arga kembali memakai jas hitamnya sambil mengambil tasnya, " Sayang aku sudah kirim uang untuk mu, " ucap Arga sambil bersiap-siap pulang.
"Aku kan sudah bilang tidak usah kirim aku uang lagi, aku masih bisa cari uang untuk makan ku sendiri, " balas Maira.
Wanita itu memang tak membutuhkan uang Arga, karena ia bersama Arga bukan karena uang juga. Ia benar-benar mencintai pria itu apapun dan bagaimana pun keadaannya, begitupun dengan Arga, cinta mereka memang benar-benar tulus.
"Aku tau itu, tapi aku tak mau kamu terus bekerja di kafe itu dan Melayani pria lain selain aku, " ucap Arga sambil kembali duduk di hadapan Arga.
"Kau tenang saja, aku tidak akan jatuh cinta kok sama mereka, " balas Maira sambil mengelus pipi Arga hangat.
"Tetap saja aku tak suka hal itu, " kekeh Arga yang memang benar-benar tak suka dengan hal itu.
"Sayang dengarkan aku baik-baik, aku gak mau diem terus di rumah. Itu hanya membuatku bete saja, jadi aku kerja bukan karena terpaksa juga. Aku kerja karena memang aku ingin kerja, lagian kamu tidak bisa seharian menghibur ku kan? " tanya Maira.
"Baiklah terserah kau saja, " balas Arga agak sedikit kesal.
Yang ia mau itu Maira diam di rumah dan tak ada pria yang boleh melihat kecantikan Maira selain dirinya, tapi Maira adalah gadis yang memang tak bisa diam saja di rumah. Ia adalah wanita yang suka dengan keramaian, Maira juga baik pada orang lain.
Dulu mereka di pisahkan karena orang tua Arga tak suka dengan Maira yang tidak satu level dengan keluarganya, Maira yang hanya gadis miskin di mata mereka. Itu adalah alasan yang tak bisa masuk di akal Arga sampai kapanpun, itulah yang Arga katakan pada keluarganya.
Dulu Arga mengiyakan permintaan keluarganya karena ancaman dari ayahnya, kalau sampai ia tak mau menikahi Santi maka dengan sangat terpaksa ayahnya Arga akan melukai Maira. Akhirnya Arga pun mau menikahi Santi dengan amat sangat terpaksa.
Ada yang bilang, kenapa sih mau sama dia terus? Mereka gak tau bagaimana susahnya memulai semuanya dari awal bersama dengan orang baru.
Arga sudah sampai di rumahnya, dengan cepat ia berjalan menuju kamarnya karena pria itu sepertinya masih mengantuk. Tapi saat ia berjalan menuju tangga ia melihat istrinya sedang tertidur di sofa ruang tamu.
Arga hanya menatap istrinya dengan tatapan datar lalu berjalan menaiki tangga, tak ada niatan untuk menggendong atau membangunkan Santi. Ia benar-benar tak peduli dengan wanita itu apapun yang terjadi padanya.
Tapi suara langkah kaki Arga dapat membangunkan gadis itu, ia membuka matanya perlahan-lahan sambil memandangi Arga yang saat ini tengah berjalan di tangga.
"Kamu sudah pulang? " tanya Santi sambil tersenyum.
"Kelihatannya, " balas Arga sinis tanpa berhenti atau bahkan menatap Santi untuk sekejap.
"Tumben kamu lembur gak bilang dulu sama aku? " tanya Santi kembali.
Arga terdiam sambil tersenyum kecut, "Memangnya harus yah? " tanya Arga sambil berbalik menatap Santi.
"Bukannya begitu, tapi kamu kan suami aku, " balas Santi sambil menunduk ia tak berani menatap Arga untuk saat ini.
"Tapi itu menurutmu dan menurut mereka yang memang menginginkan pernikahan itu terjadi, tapi tidak menurutku, kau bukanlah istriku. Bahkan aku tidak pernah menyentuh mu sekali pun, jangan pernah berharap kalau aku akan menganggap mu sebagai istri mu, " ucap Arga ketus sambil kembali meneruskan langkahnya.
Santi hanya bisa terdiam tanpa mau ribut dengan Arga, sudah sangat sering Arga memarahinya hanya karena Santi bertanya apakah hari ini Arga sudah mencintainya. Apakah ia salah bertanya seperti itu pada suaminya sendiri? padahal itu bukan kesalahan menurut ku.
Arga kembali menerus jalannya sampai akhirnya ia sampai di kamarnya dengan cepat Arga menidurkan tubuh nya di kasur dengan kedua tangannya ia jadikan batal, ia menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong.
Sedangkan Di ruang tamu Santi sedang meyakinkan dirinya sendiri, " Santi kau harus yakin kalau suatu hari Arga akan jatuh cinta padamu, " ucap Santi meyakinkan hatinya.
"Sudahlah mungkin Arga memang butuh waktu, " sambung gadis itu sambil berdiri dan pergi ke kamarnya. Kamar Santi berada di lantai bawah, Arga tak sudi satu kamar dengan wanita itu. Jangankan satu kamar satu lantai kamar dengannya pun ia tak mau.
Santi masuk ke kamarnya untuk mandi dan bersiap-siap membuat sarapan untuk Arga, Santi memang tau siapa nama dari wanita yang masih Arga cintai. Tapi Santi tak tau bagaimana bentuk wanita itu, sesekali ia ingin bertemu dengan wanita itu, ia hanya ingin tau wanita yang seperti apa sih yang Arga cintai sebenarnya.
Sementara itu di tempat lain Maira baru pulang dari klub itu, ia pulang ke rumahnya jalan kaki bahkan tanpa menggunakan sandal atau alas kaki lainnya untuk melindungi kakinya yang indah itu.
Ia terpaksa membuka alas kakinya karena kakinya lecek, Ia tak biasa menggunakan heels apalagi yang tinggi-tinggi. Ia lebih nyaman menggunakan sepatu sneakers saja, lebih dapat bergerak dengan bebas.
Hari ini adalah hari minggu, dan Maira harus bekerja paruh waktu di sebuah rumah makan. Di sanalah tempat dimana ia dapat menghidupi adik perempuannya, kedua orang tua Maira sudah meninggal jadi ia hanya hidup dengan adik perempuan satu-satunya.
Awalnya rumah Maira sangatlah kecil bahkan sudah tak layak di tempati, namun kali ini ia tinggal di rumah yang cukup bagus bagi dirinya. Arga memberikan sebuah rumah untuk Maira tinggali bersama dengan adik perempuan Maira.
"Assalamu'alaikum, " ucap Maira saat memasuki rumahnya.
Pagi-pagi begini adiknya itu sudah bangun dan saat mendengar ucapan salam Maira, adiknya langsung datang ke hadapan Maira sambil memeluk Maira dengan erat.
"Kakak kemana saja? aku kan sudah rindu sama kakak, " tanya adik kecilnya itu.
"Sayang kakak ada urusan semalam, jadi maafin kakak yah, " balas Maira.
Adiknya Maira memang tidak terpaut jauh umurnya dengan Maira, tapi Maira tetap menganggap adiknya ini masih anak-anak, bahkan tak jarang Maira selalu memanjakan adiknya ini.
Adiknya Maira bernama Naura, ia sudah sekolah SMA dan saat ini duduk di kelas 2 SMA, Naura adalah anak yang sangat pintar. Jadi ia masuk ke salah satu sekolah yang bergengsi di jakarta berkat kepintarannya.
Berbeda dengan Maira yang sangat bodoh bila berurusan dengan materi sekolah, kerjaannya dulu di sekolah hanya bolos dan kabur. Tak ada benarnya memang kakak yang satu ini, makannya sampai sekarang Maira tetap bodoh dalam hal itu.
"Kak besok aku harus beli seragam sekolah, kakak punya uang gak? tapi kalau kakak gak punya uang gak papa kok, seragam aku yang dulu masih bagus, " tanya Naura sedikit takut.
Sebelum menjawab ucapan Naura, Maira mengajak adiknya untuk duduk di sofa.
Setelah duduk di sofa barulah Maira menjawab ucapan Naura, " Kakak ada uang kok, besok kamu boleh beli seragam yang baru. Sama sepatu kamu juga kan udah rusak yah, besok kita beli, " balas Maira, ia memang selalu ada uang di rekeningnya.
Karena dari dulu semua uang yang Arga berikan tak pernah ia ambil sedikit pun, tapi untuk kali ini ia benar-benar membutuhkan uang itu, kasihan jika sampai adiknya harus di bully karena pakaiannya yang sudah rusak.
"Beneran kak? tapi kalau gak ada gak apa-apa kok beneran deh, aku cuman mau bilang aja sama kakak, " ucap Naura yang benar-benar tak mau merepotkan Maira.
"Kau tenang saja kakak ada uang kok, banyak lagi, " balas Maira sambil tersenyum.
"Ahhh terimakasih kakak, " ucap Naura kegirangan sambil memeluk Maira.
"Bagaimana kalau nanti setelah pulang kerja kakak kita pergi ke mall untuk membeli sepatu kamu, " ujar Maira.
"Beneran kak? " tanya Naura.
"Iyah beneran, " balas Maira.
"Boleh kak, tapikan kak kalau di mall pasti mahal sepatunya, gimana kalau belinya di pasar saja, " ucap Naura.
"Kau tidak usah khawatir kakak sekarang punya uang kok buat beli sepatu kamu, " balas Maira yang meyakinkan adiknya kalau misalkan dirinya memang punya uang.
"Baiklah kak kalau begitu, hari ini biarkan aku yang masak untuk sarapan kita, kakak mandi dan istirahat saja, " Naura meminta Maira untuk mandi dan istirahat saja.
"Siap adikku, " balas Maira sambil mengecup kening Naura sebelum pergi ke kamarnya.
Naura memang orang yang tak pernah gengsi dengan keadaanya, dulu ibunya pernah mengajar banyak pelajaran hidup pada mereka berdua. Naura bahkan tak segan-segan memperkenalkan kakaknya pada semua teman-teman yang berada di sekolahnya.
Walaupun terkadang Maira menolak untuk berkenalan dengan teman Naura, mereka takut Naura nanti di hina di sekolahnya karena mempunyai kakak yang miskin seperti dirinya.
Tapi Naura juga sering mengingatkan satu hal pada Maira, mengingatkan kalau Naura tak pernah gengsi punya kakak seperti Maira. Naura malah bangga dengan kakaknya satu ini, bahkan ia ingin membuat Maira bahagia dan ingin segera Maira menikah agar tidak kerja lagi.
Jangan malu jika kamu miskin, tapi malu lah ketika kamu kaya tapi tak pernah mau memberikan sedikit hartamu pada mereka yang lebih membutuhkan.
Di rumah Arga saat ini mereka sedang sarapan, Iyah mereka. Arga dan juga Santi, Santi membuat nasi goreng untuk sarapan mereka pagi ini.
Kerjaan Arga sedari tadi hanya diam sambil makan nasi goreng itu, ia tak mau bicara apapun pada Santi untuk kali ini. Suasana di sana menjadi sangat sepi dan canggung.
"Arga, " panggil Santi memecahkan keheningan.
"HM, " balas Arga singkat tanpa mau menatap wajah Santi, pria itu malah terus memfokuskan dirinya pada sarapannya pagi ini.
"Hari ini kamu libur? " tanya Santi.
"Iyah, " balas Arga yang kembali singkat.
"Bisa antar kan aku ke supermarket? " tanya Santi.
"Di luar kan ada supir kamu suruh dia aja yang nganterin kamu, kasian supir itu gak guna kalau gak di pakai, " balas Arga malas.
"Oh baiklah, aku akan pergi sama supir, " ucap Santi sambil bernafas kasar.
"Kamu akan kemana? makanan kamu belum habis loh? " tanya Santi yang melihat Arga malah pergi dari meja makan, padahal makannya belum habis.
"Gak nafsu makan, " balas Arga sambil terus berjalan menuju lantai atas.
"Arga tadi ibumu bilang katanya ia mau datang ke sini, " ucap Santi.
"HM, " balas Arga yang terus berjalan menuju lantai dua, di sana ia selalu menghabiskan waktunya jika libur kerja.
Santi hanya dapat menatap kepergian Arga dengan tatapan sedih dan kesal, terkadang ia selalu bingung berada di posisi yang membuatnya tak dapat melakukan pilihan apapun. Ia bingung dengan keadaan yang terus memaksanya bersama Arga, tapi pria itu juga selalu memaksa untuk pergi menjauh darinya.
Ia mengaku salah karena dulu telah menghalalkan segala cara untuk mendapatkan Arga, kalau ia tau akan seperti ini pada akhirnya mungkin ia juga tidak mau bersama Arga. Andai waktu dapat ia putar kembali, mungkin ia ingin kembali ke waktu ia melakukan hal itu untuk mendapatkan Arga.
Kalau pun saat ini bicara apa yang sebenarnya terjadi pada hari itu, ini akan sangat terlambat atau bahkan mungkin akan memperburuk keadaan dan situasinya.
Untuk saat ini ia hanya berharap sesuatu terjadi saja pada rumah tangganya, ia berharap Arga akan jatuh cinta padanya.
Di atas Arga sedang menonton sebuah acara televisi yang dulu sempat ia tonton berdua dengan Maira di rumah ini, tepat di tempat ini juga. Maira dulu pun sering datang ke rumah ini, wanita itu sering menghabiskan waktunya bersama-sama di sini.
Sebelum akhirnya Santi datang dan menghancurkan semua kebahagian mereka berdua pada saat itu.
Di tempat lain Maira sudah berada di tempat kerjanya, ia sedang melayani beberapa pengunjung yang datang ke restoran milik seorang pengusaha muda yang tampan dan juga masih muda loh.
"Hey, bagaimana hari mu saat ini? " tanya kania, teman kerja Maira.
"Sangat menyenangkan, " balas Maira sambil tersenyum, saat ini Maira sedang memberikan beberapa pesanan pengunjung pada chef di restoran ini.
"Pantas saja kau sedari tadi tersenyum mulu, " Sedari tadi Maira memang tak pernah melepaskan senyumnya du wajah.
"Kan kalau jadi pelayan kita harus tersenyum, " balas Maira.
"Hey, senyummu hari ini tuh sangat berbeda dari biasanya, " ucap Kania sambil menggoda Maira.
"Sudah ah, ada pengunjung baru lagi tuh, " balas Maira yang pergi untuk melayani pengunjung yang baru datang ke kafe itu.
"Dasar, Maira-Maira, " ucap Kania sambil kembali melanjutkan kerjanya.
Maira saat ini terus melayani pengunjung yang datang dengan tak lepasnya tersenyum, wajah manisnya itu tambah manis saat ia tersenyum tanpa adanya paksaan. Senyuman yang benar-benar tulus dari hatinya, bahkan sampai sip nya habis pun Maira masih saja tersenyum.
Hari sudah mulai sore dan kerjaan Maira sudah selesai, karena gadis itu hanya bekerja sampai Sore saja.
"Sampai jumpa kalian, " Maira melambaikan tangannya pada pekerja lainnya.
"Sampai jumpa juga, " balas mereka yang juga membalas lambaian tangan Maira.
"Semangat yahh, " ucap Maira sambil mengangkat tangan kanannya untuk memberikan semangat pada mereka.
Setelah keluar dari tempat kerjanya ia langsung berjalan menghampiri sebuah kursi jalan, ia duduk di kursi panjang itu sambil mengeluarkan ponselnya, wanita itu menelpon adiknya.
"Halo kak ada apa? " tanya Naura yang sudah mengangkat telpon dari Maira.
"Kau pergi ke jalan yang akan ku kirimkan nanti, aku menunggumu di sini untuk pergi ke mall, " balas Maira.
"Baik kak aku akan pergi ke tempat itu, " ucap Naura kegirangan.
"Ya sudah kakak tunggu yah, " balas Maira sambil mematikan ponselnya dan memasukannya kembali ke dalam tas yang ia bawa.
Setelah waktu menunggu yang lumayan lama akhirnya Naura datang dan berlari menghampiri Maira.
"Yuk kak, " ajak Naura yang sudah tidak sabar ingin pergi ke mall.
Mereka berdua pun langsung berjalan menuju mall, setelah sampai Maira mengajak Naura untuk melihat berapa uang yang berada di rekeningnya saat ini. Takutnya uang yang di berikan Arga itu tak cukup untuk membeli sepatu yang berada di mall.
Saat Maira mengecek berapa saldo ATM-nya ia benar-benar tak percaya dengan apa yang ia lihatnya saat ini, " Ini beneran uang ku? " tanya Maira tak percaya.
"Memangnya kenapa kak? kurang yah uangnya? " tanya Naura.
"Bukan itu, tapi ini uangnya banyak sekali, " balas Maira masih tak percaya, selama ini ia memang tak pernah melihat rekeningnya.
Ini pun yang ia gunakan adalah ATM milik Arga yang waktu itu Arga berikan padanya.
"Ya sudahlah jangan di pikirkan, pokoknya kamu sekarang boleh belanja apapun, " ucap Maira sambil merangkul Naura dan berjalan menuju toko sepatu.
Di Sana Naura dan Maira mencari sebuah sepatu yang cocok untuk mereka dengan di temani seorang pakaian tokonya, setelah beberapa kali melihat-lihat sepatu itu akhirnya Naura dapat menemukan sepatu yang ia inginkan sejak dulu.
"Kak gak papa kan kalau aku beli sepatu ini? " tanya Naura yang takut uangnya kurang.
"Boleh kok sayang, " balas Maira sambil tersenyum.
Setelah selesai memilih mereka langsung berjalan ke toko pakaian, mereka juga membeli beberapa pakaian, setelah itu mereka beristirahat di kopi shop yang berada di mall itu.
Mereka membeli dua cangkir kopi dan juga makanan ringan, " Nih uang untukmu, " Maira memberikan uang pecahan seratus ribu pada Naura.
"Untuk apa uang sebanyak ini? " tanya Naura heran.
"Untuk pegangan kamu, kamu pasti mau jajan kan sama kayak yang lainnya. Kamu juga boleh traktir teman kamu di sekolah, kali-kali kita berbagi sama mereka, " balas Maira sambil tersenyum.
"Tapi kak, " ucap Naura yang merasa terlalu gimana gitu.
"Sudah lah dan ini uang untuk beli seragam sekolah, " Maira kembali memberikan uang pada Naura kali ini uang itu untuk membeli seragam sekolah adiknya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!