NovelToon NovelToon

Heartbreak Hotel

Episode 1

18 Maret 2017.

Roma, Italia.

Hari ini adalah hari yang sangat spesial untuk Issabele Caroline Rose, atau yang lebih dikenal dengan nama panggilan Isa. Tepat pada hari ini, Isa sudah resmi menjalin hubungannya dengan pacarnya selama 3 tahun. Memang, menjalani 3 tahun bersama itu bukanlah hal yang mudah. Banyak pertengkaran - pertengkaran yang Isa dan pacarnya lalui, namun mereka mampu bersikap dewasa dan mengatasi pertengkaran - pertengkaran tersebut dengan kepala yang dingin.

 

Untuk memperingati anniversary mereka yang ke-3 tahun, pacar Isa mengundang Isa untuk makan malam romantis di sebuah restaurant di Fontana di Trevi atau air mancur Trevi.

 

Fontana di Trevi atau air mancur Trevi adalah sebuah air mancur di distrik Trevi, Roma, Italia. Fontana di Trevi ini yang dirancang oleh arsitek Italia Nicola Salvi dan diselesaikan oleh Pietro Bracci. Fontana di Trevi ini memiliki tinggi 26,3 meter  dan lebar 49,15 meter.

Fontana di Trevi meruakan air mancur Baroque tertinggi di kota Trevi. Konon, katanya jika kita melemparkan koin ke dalam air mancur tersebut dan mengucapkan permintaan kita, maka permintaan kita akan dikabulkan.

 

Jarak dari pusat kota Roma ke Trevi bisa dikatakan cukup dekat. Jika menaiki mobil dapat menghabiskan waktu kurang lebih 9 menit.

 

"Isa... maaf aku tidak bisa menjemputmu"

 

Itu merupakan suara pacar Isa, Sean, yang terdengar dari ponsel milik Isa.

 

"Kenapa?" tanya Isa sambil menatap kecewa ke arah ponselnya.

 

Dia sudah menghabiskan banyak waktu untuk mempersiapkan dirinya demi malam ini, jika makan malam mereka gagal, Isa pasti akan sangat kecewa kepada Sean. Perlu kalian tau, bahkan Isa menghabiskan setengah dari tabungan pribadinya untuk mempercantik dirinya di salon.

 

"Ban mobilku bermasalah. Tapi... tak usah khawatir, aku sedang berada di bengkel saat ini. Apa kau bisa ke restaurant itu sendiri?" tanya Sean.

 

Isa mengigit bibirnya, dia kecewa.

Isa sangat ingin Sean datang menjemputnya dan membiarkan Isa menjadi seorang principessa (putri).

 

"Oh, no problem. Aku akan pergi sendiri" ucap Isa sambil tersenyum dan menyemangati hatinya bahwa semuanya akan baik - baik saja.

 

"Fine. Hati - hati dijalan"

 

Click.

Sambungan telepon diputus secara sepihak oleh Sean.

 

Isa menghela napasnya dengan kasar, raut cemberut sudah tercetak jelas di wajahnya.

 

"Aku harus semangat!" ucap Isa untuk menyemangati dirinya.

 

Setelah mengucapkan kalimat sihir itu, Isa langsung menatap pantulan dirinya di kaca. Isa tersenyum puas. Dia sangat senang melihat penampilannya saat ini.

 

Dengan menggunakan sebuah dress berwarna silver dengan panjang selutut dan lengan panjang yang dipercantik dengan aksen pita di pinggang membuat Isa terlihat seperti seorang putri yang sangat anggun. Belum lagi, rambut panjang Isa yang digulungnya ke atas yang makin menambah keanggunan Isa.

 

Isa merasa bahwa dirinya adalah wanita tercantik pada malam ini. Sekarang yang dipertanyakan oleh Isa adalah apakah Sean akan memuji kecantikannya?

Pada dasarnya, semua wanita selalu ingin dipuji, terlebih lagi soal penampilan dan kecantikan.

 

"Fiuh! Kau harus percaya diri, Isa! Kau harus percaya diri!" ucap Isa pada pantulan dirinya yang berada di cermin.

 

"Oke... aku harus pergi" ucap Isa sambil tersenyum senang.

 

Dengan perasaan berbunga - bunga, Isa keluar dari kamarnya dan berjalan menuju keluar rumahnya. Sebelum pergi, Isa memastikan bahwa rumahnya benar - benar terkunci rapat.

Isa memang sangat memperhatikan keamanan rumahnya. Tinggal di rumah sendirian tanpa ada orang yang menemani, membuat Isa selalu waspada. Apalagi di zaman sekarang, tindakan kriminal sudah sering dilakukan oleh banyak orang.

 

"Taksi!" panggil Isa saat ada sebuah mobil putih hendak melewati jalanan di depan rumahnya.

 

Isa sempat binggung dengan mobil taksi tersebut. Mobil tersebut memang memiliki lambang taksi di atas kap mobilnya, namun yang membuat Isa binggung adalah banyaknya goresan - goresan di mobil taksi tersebut lagi. Dan yang paling membuat Isa binggung adalah keadaan dimana mobil tersebut tidak memiliki kaca spion di bagian kirinya.

 

"Nona! Kau ingin naik atau tidak?" tanya supir Taksi tersebut kepada Isa.

 

Isa yang sejak tadi sibuk dengan pikirannya sendiri langsung mengerjap - ngerjapkan matanya.

 

"Hah?" tanya Isa yang tidak bisa mencerna pertanyaan sang supir taksi itu kepadanya tadi.

 

"I'm sorry, miss" ucap supir taksi tersebut.

 

Isa mengernyit mendengar ucapan supir taksi tersebut.

Dalam hati, Isa bertanya kesalahan apa yang telah diperbuat supir taksi tersebut sampai harus meminta maaf pada Isa.

 

"Ke---

 

Belum sempat Isa melanjutkan perkataannya, supir taksi tersebut langsung keluar dari mobil dan mengangkat Isa seperti menggangkat sebuah karung beras. Ya, Isa digendong di pundak supir taksi tersebut.

 

"Apa yang kau lakukan!!!" teriak Isa saat tubuhnya melayang.

 

Supir taksi tersebut tidak menghiraukan perkataan Isa. Supir taksi tersebut malahan membuka pintu mobilnya dengan kasar dan melemparkan Isa ke dalamnya dengan kasar juga.

 

"Ouch!!!" ucap Isa saat tubuhnya terlempar dengan kasar ke atas kursi mobil yang tidak empuk itu.

 

Rasa - rasanya tubuh Isa akan remuk jika Isa dilempar sekali lagi oleh supir taksi sialan itu.

 

"Apa yang mau kau lakukan hah?" tanya Isa galak sambil bangkit dari posisinya.

 

"Tolong siapkan safe belt mu!"

 

"Why?"

 

"Pernah menonton fast & furious?" tanya Supir taksi tersebut sambil melihat ke Isa melalui kaca yang berada di depannya.

 

"Pernah"

 

"Seharusnya kau tidak perlu kaget" ucap Supir taksi tersebut sambil tersenyum misterius.

 

Melihat senyum supir taksi itu, bulu kuduk Isa langsung meremang dalam sekejap mata. Apa supir taksi itu adalah seorang hantu? Tapi... masa sih ada hantu yang pernah nonton fast & furious.

 

"Ke--

 

Bruumm!!!

 

Belum sempat Isa melanjutkan perkataannya, Isa langsung menutup mulutnya dan memengang kursi mobil dengan kuat karena dia sangat terkejut dengan mobil taxi yang sedang ditumpanginya itu tiba - tiba melaju dengan sangat kencang.

 

"Aku masih ingin hidup!!!" raung Isa saat tubuhnya terpental ke sisi lain mobil karena mobil yang ditumpangina itu melakukan tikungan tajam, yang Isa yakini jika tidak dilakukan oleh seorang profesional... pasti sekarang Isa hanya tinggal nama saja.

 

"Tuhan, lindungi aku!!!" ucap Isa lagi sambil memegang kalung rosario milik Ibunya yang diberikan oleh Ibunya saat Isa hendak berangkat ke Roma.

 

"Nona, tenanglah. Aku akan melindungimu!" ucap supir taksi tersebut sambil tertawa.

 

Isa menatap supir taksi tersebut dengan tatapan kesal. Bisa - bisanya supir taksi itu tertawa disaat genting seperti ini.

 

Tanpa memperdulikan apapun, Isa langsung merangkak ke kursi yang berada di samping pengemudi. Sepertinya, karena berada di mobil yang sama dengan supir taksi tersebut membuat Isa terkena dampak kegilaan supir taksi tersebut.

 

"Cepat hentikan mobil ini!" ucap Isa dengan kuat sambil menatap supir taksi gila itu yang kini berada disampingnya.

 

"Owh... tidak bisa" ucap supir taksi itu sambil tersenyum miring.

 

Isa sangat merasa kesal dan marah saat ini.

 

Dengan keberanian yang datang entah darimana, Isa menarik kerah supir taksi tersebut hingga wajah supir taksi tersebut dan Isa hanya tersisa beberapa centi

 

"Hentikan mobil ini!" ucap Isa sambil menatap supir taksi tersebut dengan tatapan marah.

 

"Maaf nona... anda mengucapkan kata sandi yang salah" ucap Supir taksi tersebut sambil tersenyum manis.

 

Tinnn!!!

Itu suara klakson mobil yang berada di depan mereka.

 

Tanpa memperdulikan apapun, supir taksi tersebut langsung menarik dirinya dari Isa dan melakukan belokan tajam untuk menghindari mobil yang berada di depannya itu.

 

Isa yang kehilangan keseimbanganpun langsung tersungkur tepat di paha Supir taksi tersebut.

"Apa kau berniat menggodaku?" tanya Supir taksi tersebut tanpa menatap Isa.

 

"Apa maksudmu?" tanya Isa yang tidak terima dengan pertanyaan supir taksi tersebut yang baru saja dilontarkan kepadanya.

 

"Tanganmu" ucap Supir taksi tersebut dengan hati - hati tanpa memperhatikan Isa.

 

Isa langsung menatap tangannya. Betapa terkejutnya Isa saat menemukan tangannya berada di daerah privasi lelaki tersebut. Memalukan sekali!

 

Dengan cepat Isa menarik tangannya dan kembali duduk di kursi disamping pengemudi. Kini, wajah Isa sangat memerah karena malu.

 

Untuk pertama kalinya, Isa menyentuh secara langsung bagian privasi seorang lelaki. Apakah hal ini termasuk hal yang patut disyukuri atau tidak?

 

"Sepertinya mereka tidak mengejarku lagi!" gumam Supir taksi tersebut yang masih bisa didengar oleh Isa.

 

"Siapa?" tanya Isa yang tertarik dengan gumaman supir taksi tersebut.

 

"Wanita - wanita one night standku yang mengaku bahwa mereka hamil anakku" ucap Supir taksi tersebut dengan enteng.

 

Isa yang mendengar ucapan supir taksi tersebut langsung melebarkan matanya dan menatap terkejut kearah supir taksi tersebut.

 

Yang benar saja! Wanita - wanita one night stand! Lebih dari satu?

 

"Jangan bercanda padaku... candaanmu tidak lucu" ucap Isa dengan datar.

 

Dengan cepat, supir taksi tersebut menatap Isa dengan tatapan mematikannya yang Isa yakin bahwa tatapannya itu dapat membuat semua wanita bertekuk lutut kepadanya. Termasuk Isa?

 

"Apakah wajahku terlihat seperti wajah komedian sehingga aku harus melontarkan sebuah candaan kepadamu?" tanya Supir taksi tersebut dengan dingin dan suara yang dalam.

 

Isa langsung menggelengkan kepalanya secara otomatis.

 

Isa tak tau kenapa dia bisa berbuat seperti itu, namun... Isa dapat meyakini satu hal, bahwa mata supir taksi tersebut memiliki daya tarik tersendiri yang mampu menyihir lawan bicaranya.

 

Isa langsung menggelengkan kepalanya dan memukul kepalanya untuk menghilangkan bayangan wajah suir taksi tersebut yang terpatri di pikirannya. Supir taksi tersebut yang melihat tingkah aneh Isa itu hanya bisa tersenyum.

 

"Untuk apa mereka meminta pertanggung jawaban darimu? Kau kan hanya seorang supir taksi" ucap Isa

 

Lagi - lagi, supir taksi tersebut menampilkan senyum misteriusnya.

 

"Apa aku terlihat seperti seorang supir taksi?" tanya Supir taksi tersebut.

 

Mendengar pertanyaan supir taksi tersebut, Isa langsung menatap supir taksi tersebut dari atas dan kebawah. Dan betapa terkejutnya Isa saat melihat pakaian supir taksi tersebut yang merupakan pakaian milik rumah mode Gucci edisi terbatas.

 

"Barang palsu ?" tanya Isa yang tidak percaya dengan pakaian yang sedang dipakai oleh supir taksi tersebut.

 

"Bukan. Ini adalah imitasi kualitas terbaik" ucap Supir taksi tersebut yang membuat Isa melongo tak percaya.

 

Isa langsung mendengus kesal dan mengahlihkan pandangannya.

 

"Yah... setidaknya aku masih punya ini" ucap Supir taksi tersebut sambil mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.

 

Isa yang penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh supir taksi tersebut. Isa menatap supir taksi tersebut yang mengeluarkan sebuah ponsel dari saku celananya.

 

Lagi, lagi, dan lagi, Isa terkejut dengan barang yang dimiliki oleh supir taksi tersebut.

 

Barang yang dikeluarkan oleh supir taksi tersebut adalah sebuah ponsel iPhone X yang baru saja dirilis!

 

Isa sangat ingin menyentuh ponsel itu karena Isa yakin dia tidak akan pernah membeli ponsel semahal itu selama dia bernapas.

Namun saat hendak menggapai ponsel itu, Isa langsung mengurungkan niatnya.

 

"Imitasi kualitas terbaik" ucap Isa dengan nada mengejek.

 

Supir taksi yang mendengar ucapan Isa langsung tersenyum dan terkekeh pelan.

 

"Kau bisa mengecek!" ucap Supir taksi tersebut sambil menyodorkan ponselnya kepada Isa.

 

Tanpa sedikitpun rasa ragu, Isa langsung mengambil ponsel itu dari tangan supir taksi itu.

 

Isa meneliti segala inchi dari ponsel tersebut. Perlu kalian tau, Isa sangat mengandrungi segala sesuatu yang dikeluarkan oleh Apple. Meskipun tidak pernah membeli satupun produk milik Apple... namun pengetahuan Isa tentang membedakan produk asli Apple dan produk palsu, tak perlu diragukan lagi.

 

"Ini... asli!!!" ucap Isa kagum sambil mengusap - usap ponsel tersebut dengan perasaan gembira yang tak tertahankan.

 

Supir taksi tersebut yang melihat hal tersebut hanya tersenyum kecil.

 

"Bagaimana kau bisa mendapatkan ini? Apa kau merampok sebuah bank?" tanya Isa sambil melempar tatapan penuh menyelidik ke arah supir taksi tersebut.

 

"Untuk apa aku merampok sebuah bank, jika ayahku sendiri adalah seorang pemilik bank" ucap Supir taksi tersebut sambil tersenyum bangga.

 

"Benarkah? Lalu kenapa kau jadi seorang supir taksi?" tanya Isa penasaran sambil kembali memusatkan fokusnya pada ponsel yang sangat dikaguminya itu.

 

"Ceritanya sangat panjang" ucap Supir taksi tersebut.

 

"Oh iya... kau mau kemana?" tanya Supir taksi tersebut lagi.

 

Mendengar pertanyaan supir taksi tersebut, Isa langsung terkejut. Tanpa dikomando, ponsel keluaran terbaru itu meluncur dengan mulus dari tangannya.

 

"Astaga! Ponselmu!" ucap Isa kaget saat melihat ponsel yang tadinya berada di tangannya itu kini sudah berada di lantai mobil.

 

"Biarkan saja! Aku bisa membeli yang baru!" ucap Supir taksi tersebut dengan sombong.

 

"Katakan kau mau kemana?"

 

"Aku ingin ke Fontana di Trevi" ucap Isa sambil menggigit bibirnya dengan pelan

 

"Untuk apa kau kesana malam - malam? Disana ada banyak hantu!" ucap Supir taksi tersebut.

 

Plak!

Sebuah pukulan mendarat dengan mulus di lengan supir taksi tersebut.

 

Bukannya merasa puas dengan apa yang baru saja dilakukannya, Isa malah mengumpat di dalam hatinya karena merasa tangannya sangat sakit. Apakah dia baru saja memukul sebuah lengan atau sebuah besi baja?

 

"Apa urusanmu!" ucap Isa yang sudah kesal dengan supir taksi tersebut.

 

"Hem... baiklah!!"

.

.

.

.

.

Holaaa!!

Episode 2

Di sepanjang perjalanan, Isa merasa sangat gugup dan takut. Isa menetralkan rasa gugup dan takutnya dengan menatap ke luar jendela kaca mobil sambil mengetuk - ngetukkan jarinya di kaca.

Isa menebak - nebak apa yang akan dilakukan oleh Sean saat mereka bertemu. Apakah Sean akan marah kepada Isa karena Isa terlambat, atau Sean akan menyemangati Isa saat tau Isa melalui kejadian yang menegangkan dan hampir membuat nyawanya melayang?

"Hentikan itu!" geram supir taksi itu yang merasa risih mendengar suara ketukan jari Isa pada kaca jendela mobil.

"Huh? Apa?" tanya Isa sambil menatap dengan wajah cengonya ke arah supir taksi itu.

"Jarimu! Aku tidak suka mendengarnya!" ucap supir taksi tersebut sambil menatap tajam ke arah Isa.

Isa yang mendengar penuturan supir taksi tersebut langsung tersenyum jahil. Rasa gugup dan takutnya sudah hilang saat mendengar penuturan supir taksi tersebut.

Sambil tersenyum senang, Isa semakin mengetuk - ngetukkan jarinya di kaca dengan kuat dan cepat sehingga menimbulkan suara yang berisik.

Supir taksi tersebut yang risih mendengar suara ketukan jari Isa langsung menatap tajam Isa.

"Hentikan!" ucap supir taksi tersebut sambil menatap Isa dengan tatapan setajam silet.

"Bleek!!! Nggak mau" ucap Isa sambil menjulurkan lidahnya untuk mengejek supir taksi tersebut.

Merasa sangat marah dan kesal, supir taksi tersebut menepikan mobil taksinya secara tiba - tiba yang membuat Isa hampir terlempar ke depan, untung saja dia menggunakan safe belt.

"Apa yang kau lakukan!" teriak Isa sambil menetralkan jantungnya yang berdegub kencang karena merasa terkejut.

Bukannya menjawab ucapan Isa, supir taksi tersebut langsung mengunci Isa dengan meletakkan tangannya tepat di samping kepala Isa.

Isa yang tidak bisa berbuat banyak hanya bisa menundukkan kepalanya untuk mengurangi rasa takutnya.

"Hah! Takut ya?" tanya supir taksi tersebut dengan lamat - lamat yang terdengar sangat mengerikan di telinga Isa.

"Non (tidak)!" ucap Isa tanpa menatap supir taksi tersebut.

Supir taksi tersebut yang mendengar nada bergetar dari suara Isa langsung tersenyum miring.

Tanpa aba - aba, supir taksi tersebut menarik dagu Isa sehingga wajah Isa terangkat dan menatap supir taksi tersebut.

Saat mata mereka bertemu, lagi, lagi, Isa tersihir oleh mata biru jernih itu. Mata itu seolah - olah ingin menenggelamkan Isa dalam lautan cinta.

"Mana keberanianmu, little girl, eumh?" uca supir taksi tersebut dengan nada mengejek saat dia menyebutkan bambina.

Isa yang disebut seperti itu langsung menatap tajam ke arah supir taksi tersebut.

Apakah supir taksi tersebut tidak memiliki penglihatan yang bagus? Jelas - jelas Isa adalah seorang gadis yang dewasa. Isa sudah memenuhi segala kualifikasi untuk menjadi seorang gadis dewasa. Mulai dari pay***ra sampai pinggul\, Isa termasuk seorang gadis dewasa yang ideal.

"Beraninya kau mengatakan hal itu!!!" ucap Isa sambil mendorong supir taksi tersebut dengan kuat sehingga tercipta jarak diantara mereka.

Supir taksi tersebut yang merasa tergoda untuk kembali menggangu Isa, langsung menatap Isa dengan jenaka.

"Little Girl?!?" tanya supir taksi tersebut dengan wajah kasihan yang dibuat - buat.

"Apa kau tidak memiiki penglihatan yang bagus? Jelas - jelas aku ini adalah wanita dewasa!" ucap Isa yang tidak terima dikatakan seperti itu oleh supir taksi tersebut.

"Little girl!" goda supir taksi itu lagi sambil tersenyum senang.

"Aku ini bukan gadis kecil! Apa kau ingin bukti hah?" ucap Isa yang sudah kehilangan setengah rasa sabarnya.

"Of course!" ucap supir taksi tersebut untuk menantang Isa.

Isa yang sudah naik pitam, langsung meraih tengkuk supir taksi tersebut.

Isa langsung menempelkan bibirnya pada bibir supir taksi tersebut. Ya, hanya sebatas menempelkan bibirnya saja.

Supir taksi tersebut yang mendapatkan serangan tiba - tiba dari Isa langsung terkejut. Namun, saat Isa hanya sekedar menempelkan bibirnya pada bibir supir taksi tersebut, senyum supir taksi tersebut langsung mengembang.

Dia memang seorang gadis kecil!

"Sudahkan? Aku adalah seorang gadis dewasa!" ucap Isa sambil tersenyum bangga dan menarik dirinya dari wajah supir taksi tersebut.

Supir taksi tersebut tidak menjawab ucapan Isa.

Supir taksi tersebut memegang bibirnya sambil tersenyum.

"That's not enough!" ucap supir taksi tersebut sambil mengeram.

Tak sempat Isa menghindar, supir taksi tersebut langsung meraih tengkuk Isa dan ******* bibir Isa.

Isa yang diperlakukan seperti itu hanya bisa terkejut. Saking terkejutnya, Isa lupa bagaimana caranya untuk memberontak pada supir taksi tersebut.

Bibir supir taksi tersebut terasa sangat lembut di bibir Isa. Isa sampai terbuai oleh kelembutan bibir tersebut. Isa tak menyangka bahwa ciuman pertamanya akan terasa sangat lembut, seperti film - film romantis.

Lama - kelamaan, supir taksi tersebut semakin liar.

Isa lupa diri!

Isa terbuai dengan segala kenikmatan yang didapatnya, sehingga Isa hanya bisa pasrah saat menerima segala perlakuan supir taksi tersebut.

Mereka semakin panas dan liar. Hingga Isa kembali teringat dengan Sean.

Dengan cepat\, Isa mendorong kepala supir taksi tersebut yang sedang men***upi leher jenjang Isa.

"This is wrong!" ucap Isa sambil menetralkan napasnya yang tidak teratur karena gairah yang mulai membara di dalam tubuhnya.

"Why? Bukankah kita sama - sama membutuhkan!" ucap supir taksi tersebut sambil mengangkat tubuh Isa sehingga tubuh Isa kini berada di atas tubuh supir taksi tersebut.

Entah kenapa, Isa tidak menolak segala perlakuan kurang ajar yang dilakukan oleh supir taksi tersebut kepadanya. Sepertinya, Isa sudah kehilangan seluruh akal sehatnya.

"Pacarku akan lama menungguku. Dia mungkin akan kecewa" ucap Isa sambil menundukkan kepalanya dan memilin - milin tangannya sendiri.

"Siapa yang tau apa yang sedang dilakukan oleh pacarmu saat ini" ucap supir taksi tersebut sambil tersenyum misterius dan menyelipkan anak - anak rambut Isa ke belakang telinga Isa.

"Emangnya... apa yang dilakukannya?" tanya Isa sambil menatap binggung ke arah supir taksi tersebut.

Supir taksi tersebut mendekatkan wajahnya ke arah telinga Isa.

"Mungkin saja kini dia sedang menghabiskan aktivitas panas bersama dengan selingkuhannya!" ucap supir taksi tersebut tepat di belakang telinga Isa yang membuat Isa merinding.

"Apa yang kau katakan?!?" ucap Isa tidak terima sambil mendorong tubuh supir taksi tersebut dan kembali duduk ke bangku asalnya.

"Aku hanya mengatakan kemungkinan. Untuk apa kau langsung marah? Sepertinya kau sangat tidak rela pacarmu itu selingkuh ya?" tanya supir taksi tersebut sambil tersenyum miring dan kembali menghidupkan mesin mobilnya.

"Apa ada pacar yang ingin pacarnya selingkuh?" tanya Isa sambil menatap kesal ke arah supir taksi tersebut yang sedang mengemudikan mobil mereka.

"Ada!" ucap supir taksi tersebut sambil tersenyum sumringah.

"Siapa?" tanya Isa binggung mendengar ucapan supir taksi tersebut.

"Of course, me" ucap supir taksi tersebut sambil tersenyum

"Crazy!" ucap Isa sambil mengahlihkan pandangannya dari supir taksi tersebut.

Kemudian, keadaan di mobil menjadi sunyi.

Isa sibuk dengan pemikirannya, supir taksi itu juga begitu.

Hingga tak terasa mereka sudah sampai.

"Terima kasih! Aku tidak perlu membayarkan?" tanya Isa sambil membuka safe beltnya.

"Ehm.." gumam supir taksi tersebut.

Isa langsung menggangkat bahunya dengan acuh. Toh, supir taksi itu berkata bahwa dia adalah orang kaya, anak seorang pemilik bank pula. Pasti, uang Isa tidak ada apa - apanya dibanding dengan uang anak orang kaya itu.

Tanpa memperdulikan apapun, Isa langsung keluar dari mobilnya.

Isa melangkahkan kakinya menuju restoran yang berada di dekat Fontana di Trevi. Sampai akhirnya, Isa menemukan sebuah restoran yang sangat kental bergaya Prancis, tempat lahir Isa.

Isa tersenyum. Sean tidak pernah mengecewakannya.

"Nona Issabelle Caroline Rose?" seorang pelayan berpakaian putih menyapa Isa saat Isa menjejalkan kakinya untuk masuk ke dalam restoran itu.

"Ya. Aku" ucap Isa sambil tersenyum.

"Tuan Sean menyuruh anda untuk menunggu di dalam" ucap pelayan tersebut dengan sopan sambil tersenyum.

Isa mengernyit binggung.

Dia sudah menghabiskan banyak waktu di perjalanan tadi, apakah sampai saat ini Sean belum datang juga?

"Apakah Sean belum datang?" tanya Isa sambil mengikuti pelayan tersebut yang sedang berjalan di deapnnya.

"Tuan Sean sudah datang sejak lama... Namun beliau tadi pergi karena ada urusan" ucap pelayan tersebut sambil menarik sebuah kursi untuk Isa.

"Eumh... baiklah" ucap Isa sambil tersenyum dan duduk di kursi yang sudah dipersiapkan oleh pelayan tersebut.

Isa meneliti keadaaan restoran itu. Restoran itu bergaya Prancis yang berhasil membuat Isa rindu dengan rumahnya.

Restoran itu berwarna dasar putih dengan kombinasi emas dan silver yang membuat kesan mewah pada restoran tersebut, eh bukan... restoran tersebut memang mewah. Lampu gantung besar berwarna emas semakin menabah kesan mewah pada restoran ini.

Isa tidak pernah menyangkah bahwa dirinya dapat masuk dan menikmati hidangan makan malam di restoran yang sangat mewah dan mahal seperti ini. Biasanya, Isa hanya membeli makanan dari rumah makan sederhana yang berada di jalanan.

Hari ini akan jadi hari yang sangat berkesan bagi Isa.

Saat Isa mengedarkan pandangannya untuk menggagumi restoran itu, kedua bola matanya tanpa sengaja menatap Sean yang sedang berada di area luar restoran.

Isa mengernyit binggung.

Bukankah Sean sedang pergi?

Apa Isa salah lihat?

Dengan rasa penasaran yang sangat besar, Isa melangkahkan kakinya menuju ke area luar restoran.

Saat sampai di luar restoran, mata Isa mencari - cari keberadaan Sean. Hingga matanya menangkap tubuh Sean yang sedang membelakangi dirinya.

Senyum Isa terbit dengan sendirinya. Meski membelakangi Isa, namun Isa yakin bahwa itu adalah Sean.

"Se---

Baru saja Isa hendak memanggil Sean\, sampai matanya menangkap Sean sedang me***um seorang perempuan yang berada di hadapannya.

"Sean?!" panggil Isa dengan suara yang kuat sehingga Sean membalikkan dirinya.

Sean menatap Isa dengan tatapan terkejutnya, sedangkan perempuan yang berada dengan Sean hanya tersenyu puas. Emosi Isa semakin memuncak saat melihat perempuan yang berada dengan Sean adalah musuh bebuyutan Isa, Adela Slosar.

"Isa?" panggil Sean yang seolah - olah tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya saat ini.

Sean langsung berlari kecil untuk menemui Isa. Sedangkan Isa hanya bisa berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis.

"Isa.. aku bisa jelasin semua ini!" ucap Sean sambil memegang kedua lengan Isa.

"Jelasin apa?" tanya Isa dengan suara yang bergetar karena dia sedang menahan tangisannya.

"Jelasin kalau kau sudah selingkuh, hah?" teriak Isa lagi sambil memukul kuat dada Sean sehingga tercipta jarak diantara mereka.

Sean yang binggung hendak melakukan apa, langsung menyugar rambutnya dengan kesal.

"Babe... diluar ini sangat dingin" ucap Adela dengan manja sambil menyelipkan tangannya di tangan Sean.

"Dasar penipu!" ucap Isa dengan kesal dan marah sambil meremas tangannya sendiri dengan kuat.

"Apa? Kau mengatakan bahwa aku penipu? Lalu kau apa?" tanya Sean dengan amarah menggebu - gebu.

"Apa hah? Setidaknya aku tidak pernah berselingkuh!" ucap Isa marah sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah Sean.

Sean yang marah dengan apa yang dilakukan Isa langsung menghempas jari Isa yang menunjuk ke arah dirinya.

"Lalu ini apa hah?!" ucap Sean sambil menyentuh leher dan tengkuk Isa.

"Apa?!" tanya Isa marah kepada Sean.

Dengan perasaan marah yang tidak terbendung lagi, Isa menatap ke arah lehernya.

Betapa terkejutnya Isa saat menatap sebuah tanda merah yang sangat banyak di leher dan tengkuknya.

Sial!

Isa memaki dirinya sendiri di dalam hatinya.

Semua tanda - tanda merah itu pastilah bekas cupangan yang diberikan oleh supir taksi tadi. Isa mengepalkan tangannya dengan kesal.

"All right! Kita akhiri saja!" ucap Isa sambil menarik dirinya dari Sean.

Isa langsung melempar tatapan tajamnya ke arah Sean dan Adela. Sean dan Adela memang pasangan yang serasi. Sama - sama penipu!

Dengan langkah lebar, Isa meninggalkan restoran itu.

Isa hanya terus berjalan tak tentu arah sampai dia berhenti di Fontana di Trevi.

"Aaarhg!!!" Isa berteriak kesal untuk meluapkan segala rasa amarahnya. Untung saja, daerah itu sepi pengunjung, sehingga Isa tidak harus menanggung malu yang sangat mendalam.

Isa menatap ke arah pancuran itu yang dipercaya dapat mengabulkan sebuah permohonan. Dengan cepat, Isa mengambil sebuah koin yang berada di tasnya.

Sebenarnya... Isa tidak pernah percaya dengan mitos itu. Selama dia tinggal di Roma, Isa tidak pernah melemparkan koin ke pancuran itu. Isa selalu menggangap bahwa hal itu adalah hal yang sia - sia.

"Aku tidak pernah meminta permintaan darimu. Jadi, tolong kabulkan permintaanku ini" ucap Isa sambil mencium koinnya dan melemparkan koinnya ke kolam air pancuran itu.

Saat koinnya sudah mendarat mulus ke dalam kolam air pancuran itu, Isa langsung melipat tangannya dan menutup matanya.

"Aku mohon... berikan aku lelaki yang lebih buruk dari Sean! Lelaki yang bisa membuatku melupakan Sean!" ucap Isa dengan suara yang nyaring dan lumayan keras.

Isa tidak tau, kalau ada seorang lelaki yang sedang menatapnya dari kejauhan dan tersenyum miring kepada Isa.

Episode 3

2 Tahun Kemudian.

Paris, Prancis.

Sejak kejadian 2 tahun yang lalu, Issabele Caroline Rose memutuskan untuk kembali pulang ke kampung halamannya, Paris.

Isa bahkan rela meninggalkan studinya yang sudah dijalaninya setengah jalan.

Jangan katakan bahwa alasan Isa kembali ke kampung halamannya karena Sean, tidak… itu bukan alasan Isa kembali pulang.

Isa kembali pulang ke Paris karena kondisi ekonomi keluarganya yang semakin menurun. Ternyata, kedua orangtuanya rela berhutang kepada orang lain agar Isa dapat melakukan studi di Roma. Tentu, hal yang dilakukan oleh orang tuanya ini tidak diketahui oleh Isa.

Isa sempat kecewa dengan kedua orang tuanya karena menyembunyikan masalah sebesar itu dari Isa. Namun nasi sudah menjadi bubur. Tak ada lagi gunanya kecewa dan menyesal.

Kini, berkat keterampilan Isa dalam mendesain dan menggambar, akhirnya Isa memutuskan untuk menjadi seorang desainer di rumah mode milik temannya, Debbie Marshal. Dengan pendapatannya menjadi seorang desainer, Isa dapat menyicil sedikit demi sedikit hutang orang tuanya.

“Boo!!” panggil Debbie sambil menepuk pelan bahu Isa yang membuat Isa terkejut.

“Crazy!!!” maki Isa saat gambarnya tidak sengaja tercoret.

Debbie yang melihat hal tersebut langsung tertawa bahagia.

Sebenarnya, Isa sangat ingin memaki Debbie lebih kasar lagi… namun, saat Isa mengingat bahwa Debbie adalah bosnya, Isa menahan rasa amarahnya.

“Sorry… Isa, ayo main yuk!” ucap Debbie sambil menunjukkan senyum paling manisnya pada Isa.

“Aku masih memiliki banyak pekerjaan. Hush, hush, pergilah!” ucap Isa tanpa menatap Debbie dan kembali mengambil kertas baru untuk memperbaiki desainnya.

“Aish, Isa!!! Ayolah! Aku sangat bosan!” rengek Debbie sambil duduk di sebuah bangku kosong yang berada di samping Isa.

“Kau bosan tapi aku tidak bosan” ucap Isa sambil tersenyum kecil.

Debbie memayunkan bibirnya dengan kesal.

Tak hilang akal, Debbie kemudian menggoyang – goyang lengan Isa untuk menggangu konsentrasi Isa.

“Ayolah, ayolah. Apa kau tidak bosan hanya berteman dengan kertas – kertas putih ini!” ucap Debbie kesal sambil mengacak – acak kasar seluruh kertas yang sedang berada di atas meja Isa.

Isa yang melihat hal itu hanya menggelengkan kepalanya dengan kesal.

Dengan cepat, Isa memungut semua kertas yang sudah berantakan itu dan menyusunnya ke tempat yang aman dari jangkauan Debbie.

“Kita baru kesana kemarin malam. Apa kau tidak bosan?” tanya Isa sambil memberi tatapan prihatinnya pada Debbie.

“Tidak. Ayolah kesana! Ini perintah bos mu! Jika tidak kau akan kupecat!” ancam Debbie.

Isa yang mendengar ancaman tak berdasar milik Debbie hanya tersenyum miris dan mengangguk pasrah.

“Yeah!!” teriak Debbie senang saat Isa menyetujui akan pergi bersamanya.

Isa hanya bisa pasrah saat Debbie berteriak senang.

Selama tinggal di Paris, Isa memang selalu mengikuti Debbie kemanapun Debbie pergi. Alasannya simple, karena Isa adalah asisten kepercayaan Debbie. Selain itu, Debbie mengatakan bahwa dia sangat ingin mengenalkan Isa kepada teman – teman Desainernya yang lain agar pergaulan Isa semakin meluas.

Namun, bukannya membawa Isa ke pesta atau pertemuan yang dihadiri oleh sejumlah desainer kelas kakap, Debbie malah lebih tertarik membawa Isa ke Club.

Awalnya, Isa sangat tidak menyetujui keinginan Debbie yang membawanya ke Club. Namun, Debbie dengan segala rayuannya berhasil membuat Isa terjerumus ke dalam nikmatnya dunia malam.

Meskipun hanya sebatas duduk dan minum wine satu gelas saja, Isa merasa bahwa dirinya sudah sangat berbeda dengan Isa 2 tahun lalu yang bahkan tidak pernah menyentuh lantai Club.

Isa menghela napasnya dengan kasar saat melihat pantulan dirinya di cermin yang berada dihadapannya itu. Saat ini, Isa mengenakan gaun berwarna ungu dengan hiasan glitter yang terlihat sangat ramai. Sungguh... Isa tidak nyaman menggunakan gaun berpotongan pendek itu, gaun itu hanya bisa menutupi setengah pahanya, belum lagi gaun itu memiliki potongan yang rendah di dadanya sehingga gaun itu memperlihatkan pangkal payudara Isa. Ingin rasanya Isa mengganti gaun itu, jika Debbie yang tidak memerintahkannya mengenakan gaun itu.

"Jangan seperti itu Isa! Kau sangat cantik dengan gaun itu! Too beauty!!!" ucap Debbie sambil tersenyum senang melihat wajah pasrah milik Isa.

"Kau membuatku seolah - olah menjadi salah satu wanita pemuas disana. Bagaimana nanti jika ada yang mengganguku hah?" tanya Isa kesal sambil mencoba menarik gaunnya agar tidak terlalu mengekspos pangkal payu***anya\, namun saat Isa menarik gaunnya untuk menutupi pangkal payudaranya\, gaun itu malahan mengekspos bokong bagian bawahnya. Ugh... sungguh tidak nyaman.

"Bukannya itu bagus? Kau tidak akan melajang lagi seumur hidupmu" ejek Debbie sambil memakai heels 5 cmnya.

"What the hell! Kau kira hidup hanya tentang pasangan saja? Suster saja bisa hidup sampai masa tua tanpa seorang pasangan"

"Jadi... kau menyamakan dirimu dengan seorang suster yang suci? Jangan bercanda denganku Isa... seorang suster tidak akan mengenakan gaun seperti yang sedang kau kenakan itu" ucap Debbie sambil tersenyum senang.

Isa memutar bola matanya dengan malas. Percuma saja jika dia harus berdebat dengan atasannya itu.

"Let's go!" ucap Debbie senang sambil merangkul bahu Isa. Ekspresi senang Debbie berbanding terbalik dengan ekspresi pasrah milik Isa.

Selama perjalanan menuju club, Debbie mengendarai mobilnya dengan sangat bahagia. Sesekali, wanita itu bersiul mengikuti alunan lagu yang diputarnya melalui ponselnya. Sedangkan Isa? Wanita itu hanya sibuk menghitung uang tabungannya yang akan digunakannya sepenuhnya untuk biaya kuliah adiknya, Minnie Lisaly.

"Selamat datang" ucap salah satu bodyguard club tersebut yang sedang bertugas menjaga club tersebut.

Saat ini mereka sedang berada di Club Vendome & Fauborg atau biasa sering disebut sebagai Club V & F. Club ini sangat terkenal dengan slogan where you can spend all your treasure. Bukan tanpa sebab, club itu mendapatkan slogan seperti itu karena rata - rata harga minuman yang dijajahkan di sana dimulai dari 80 Euro (setara dengan Rp.1.287.804) sampai 1.600 Euro (setara dengan Rp. 25.756.090). Memang, club ini selalu dihuni oleh orang - orang dari kelas atas, seperti pebisnis, artis, dan kalangan sosialita lainnya.

Selain itu, Club V & F itu memiliki kelebihan lain yang membuat banyak kalangan orang kelas atas sangat menikmati waktu mereka saat berada di club itu. Hal itu adalah kenyamanan yang mereka dapat. Club V & F itu memang terkenal dengan sistem keamanan mereka yang luar biasa. Bahkan, polisi Prancis pun tidak pernah mengendus adanya jaringan - jaringan tertentu di club itu, padahal... club itu sering dijadikan sebagai tempat pertemuan jaringan - jaringan tertentu, seperti jaringan mafia, jaringan narkoba, jaringan penjualan manusia dan sebagainya.

"Ikut tidak ke dance floor?" tanya Debbie saat mereka sudah masuk ke dalam club tersebut.

"Tidak usah. Aku duduk disini saja" tolak Isa sambil duduk di salah satu kursi di depan bartender.

"Fine! Minum saja minuman yang ingin kau minum, remember... aku akan mentraktirmu!" ucap Debbie sambil tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya dengan jenaka.

"Iya, iya... I know. Cepatlah kau pergi, nanti kau tidak memiliki tempat untuk menari" ucap Isa sambil mendorong Debbie menjauhinya.

Tak perlu waktu lama, kini Isa sudah menatap Debbie yang tengah asyik meliuk - liukkan tubuhnya mengikuti lagu yang sedang diputar oleh disk jokey yang berada di club itu. Isa hanya tersenyum melihatnya, andaikan saja Isa dapat dengan mudah melupakan masalahnya dengan cara sama yang dilakukan oleh Debbie, mungkin kini beban Isa sudah terangkat.

"Tolong berikan aku segelas margarita dengan kadar alkohol yang paling rendah" ucap Isa sambil tersenyum kepada seorang bartender yang sedang berada di depannya.

"Baiklah, miss"

Kali ini, Isa memantapkan hatinya agar tidak mabuk, karena Isa sudah melihat sosok Debbie yang tadinya menari dengan lincah di dance floor kini sedang menggoda seorang pria yang sedang duduk di dekat dance floor. Isa yakin bahwa saat ini, Debbie sudah 100% mabuk.

"Ini, miss. Silakan dinikmati" ucap bartender tersebut sambil menyodorkan segelas margarita kepada Isa.

"Thank you" ucap Isa yang dibalas dengan sebuah anggukan samar dari bartender tersebut.

Isa meneguk margaritanya. Ugh... rasanya sungguh segar.

Bagi kalian yang belum mengenal margarita, margarita adalah salah satu minuman alkohol yang sekelas dengan cocktail, tequila dan sampanye. Hal spesifik dari margarita yang membuat Isa sangat menyukai minuman alkohol tersebut adalah karena margarita terdiri atas campuran jeruk liqueuer dan jeruk nipis yang disempurnakan dengan es batu, yang membuat margarita akan mendinginkan tenggorokanmu saat kau meneguknya. Yah, dari penjelasan itu saja kalian sudah bisa menebak bahwa margarita tidak sama dengan minuman alkohol lain yang dapat memberikan sensasi panas di tenggorokan saat kalian meneguknya.

"Jauh - jauh kesini hanya untuk segelas margarita dengan kadar alkohol yang paling rendah? Are you still sane?" tanya seorang pria yang sedang duduk disamping Isa.

Isa mencoba mengabaikan pria itu. Bukan sekali dua kali Isa sering diajak berbicara oleh para pria yang berada di club itu, namun Isa selalu mengabaikan mereka. Toh, mereka juga akhirnya akan meninggalkan Isa karena Isa bukanlah tipe wanita yang suka dengan pria agresif di club mahal.

"Mencoba mengabaikanku? Perlu kau tau, tidak ada wanita yang pernah mengabaikanku. Yah... kecuali wanita itu buta" ucap pria tersebut yang disertai dengan kekehan.

Kedua telinga Isa terasa sangat panas saat mendengar ucapan pria tersebut. Baru kali ini Isa bertemu dengan seorang pria yang langsung merendahkannya pada pertemuan pertama mereka. Dihitung - hitung, sudah dua kali pria itu merendahkan Isa. Pertama, dia mempertanyakan kewarasan Isa, kedua, dia mengatakan Isa buta... walaupun secara tidak langsung.

Isa yang merasa kenyamanannya terusik langsung bangkit dari duduknya, dia hendak pergi dari tempat itu.

"Mau kemana miss?" tanya pria itu sambil menahan tangan Isa.

"None of your business" ucap Isa tampa menatap pria itu sambil mencoba melepaskan tangannya yang sedang dipegang oleh tangan pria itu.

Bugh.

Dengan cekatan, pria itu mengangkat tubuh Isa ke pangkuannya sehingga Isa kini berada di atasnya.

Isa merasa detak jantungnya berdetak 10x lebih cepat. Seumur hidupnya, Isa tidak pernah duduk di atas lelaki. Dan ugh.. apa itu? Isa dapat merasakan sesuatu yang sangat keras di bawah bokongnya.

"Lepaskan aku!" ucap Isa sambil menggerak - gerakkan badannya agar tercipta jarak di antara mereka.

Bukannya melepaskan Isa, pria itu malah semakin menarik Isa ke dekapannya. Satu tangan pria itu digunakannya untuk mengunci pergerakan tubuh Isa, sedangkan tangannya yang lain bergerak tidak tentu arah di punggung Isa yang membuat Isa merasa tidak nyaman.

"Lepaskan aku!" ucap Isa sambil memukul dada keras milik pria itu. Isa cukup sadar bahwa pukulannya itu tidak berarti apa - apa untuk pria itu, tapi setidaknya Isa harus mempertahankan martabatnya sebagai seorang wanita.

Pria itu tersenyum melihat tingkah laku gadis kecilnya itu. Sedangkan Isa yang melihat samar senyum pria itu langsung merasa merinding.

"Jangan banyak bergerak little girl. Apa kau tidak tau kalau dia sangat tersiksa di bawah?" tanya pria itu dengan sensual di dekat telinga Isa. Sesekali, pria itu menyapukan lidahnya di sekitar telinga Isa.

Tubuh Isa langsung membeku seketika. Semuanya terasa sangat aneh bagi Isa sekarang.

"Ternyata kau adalah tipe wanita yang baru bisa diam saat diberikan kenikmatan ya?" tanya pria itu lagi sambil meremas kuat bokong Isa yang membuat Isa langsung merasa terkejut.

"Hentikan itu!" ucap Isa yang kesadarannya sudah kembali dengan sepenuhnya.

Isa kemudian mendongakkan wajahnya untuk melihat wajah pria kurang ajar tersebut. Meskipun lampu di club tersebut remang - remang, namun Isa dapat menangkap wajah kokoh milik pria tersebut yang melambangkan kewibawaan yang dimiliki oleh pria tersebut.

Tapi, wait a second... Isa sepertinya pernah melihat wajah itu. Tapi dimana?

"Ugh..." sebuah de***an berhasil lolos keluar dari mulut mungil milik Isa.

Isa merutuki dirinya yang tidak bisa mengontrol gairahnya, namun dia lebih merutuki tangan pria itu.

Isa mengigit bibir bawahnya dengan kuat agar mulutnya tidak mengeluarkan suara menjijikan itu lagi. Kini, Isa bahkan tengah meremas kuat kemeja pria yang ada di depannya itu. Mungkin Isa tidak sepenuhnya sadar, bahwa kini sedang ada sepasang mata yang memancarkan gairah tertahan di depannya.

"Aku akan memberikanmu surganya dunia fana ini" bisik pria itu sambil memberikan sebuah kiss mark di leher jenjang putih nan mulus milik Isa.

Pria itu semakin menjadi kepada Isa. Perilakunya itu membuat Isa seperti sedang berada di awang - awang. Baru kali ini Isa merasakan hal seperti itu.

"Fast!" keluh Isa sambil membenamkan wajahnya di dada bidang milik pria itu.

Persetan dengan martabat yang sedari tadi dijaganya. Kali ini Isa hanya ingin fokus untuk mengeluarkan sesuatu dalam dirinya yang sedari tadi menggelora.

"Like you say, little girl" ucap pria itu.

Pria itu semakin mempercepat ritmenya. Pria itu sangat suka dengan ekspresi Isa saat ini, wajah Isa terlalu polos untuk melakukan ekspresi erotis seperti itu. Dan hal itu semakin membuat pria itu mengeras. Sepertinya, setelah memuaskan gadis kecilnya itu, pria itu harus cepat - cepat menyewa 5 orang perempuan untuk menuntaskan hasrat binatangnya itu.

"Ugh... I am out" desah Isa saat Isa merasakan sebuah ombak gelombang menerpanya.

Pria itu tersenyum saat melihat wajah menikmati milik Isa.

"Apa kau puas?" tanya pria itu sambil menarik jarinya dari taman rahasia Isa.

Isa mendongakkan kepalanya yang terasa sangat berat. Apa yang baru saja dilakukannya? Tubunya mengkhianatinya.

Kini, Isa menatapi pria itu yang sedang menghisap jarinya yang digunakannya untuk memuaskan Isa dengan ekspresi menggoda. Ugh... Isa merasa bahwa bagian bawah sudah mulai berair lagi.

"Ini adalah milkmu. Kau harus mencobanya" ucap pria itu sambil tersenyum miring.

Sekejap kemudian, pria itu memasukkan jarinya yang sedari tadi dihisapnya kedalam mulut Isa. Pria itu mencekoki Isa dengan jari bekas cairan Isa sendiri. Isa yang sudah termakan oleh gabut gairah langsung mengulum jari tersebut.

"Good girl" puji pria itu sambil mengelus lembut puncak kepala Isa.

 

Author note : Ada yang tau pria itu siapa? Kalau tau, komen ya... Jangan lupa like cerita ini sama share ke teman - teman kamu, supaya author makin semangat upnya.

 

 

 

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!