Malam itu Ami menginap dirumah sahabatnya yang bernama Diva,karna orang tuanya pergi pulang kampung karna ada saudara yang hajatan.
Ami dan Diva sudah bersahabat semenjak mereka duduk dibangku SMP hingga sekarang. Ami merasa senang setiap diajak Diva menginap di rumahnya. Disana ia dapat bertemu dengan pujaan hatinya yaitu kakanya Diva yang bernama Wisnu.
Ia tidak tahu kapan rasa itu hadir. Walau ia sadar itu tidak akan mungkin sebab Wisnu sudah mempunyai istri. Ia hanya mencintai dalam diam tanpa berani mengungkapka.
Hari ini seperti biasa sehabis pulang sekolah Diva mengajak Ami pulang kerumah dia. Ami sudah tidak canggung berada disana kecuali kalau bertemu dengan Wisnu baru ia merasa sedikit terganggu.
"Mi,jadikan malam ini kita nonton?" tanya Diva saat mereka sedang bersiap untuk pulang.
"Terserah kamu aja Div,aku mah ngikut aja." kekeh Ami pada sahabatnya.
"Ya udah kalau gitu kamu langsung aja kerumah." ajak Diva.
"Tapi aku kan belum bawa baju ganti, Div." ujar Ami.
"Ga usah,kamu pake baju aku aja."Diva menarik tangan Ami saat supir sudah datang menjemputnya. Ami terpaksa mengikuti Diva.
Keduanya terlihat ceria,celoteh demi celoteh terdengar dari bibir mungil mereka. Dua puluh menit kemudian Mereka berdua samapi di rumah Diva yang mewah.
"Assalamualaikum, ma." ujar Diva dan Ami berbarengan pada wanita paruh baya yang tengah duduk di ruang tamu.
"Waalaikumsalam salam." jawab mama Diva.
"Ma,nanti malam aku dan Ami mau nonton. Mama mau ikut ga?" tanya Diva sambil bersandar di bahu mamanya. Ami hanya melihat interaksi kedua orang yang duduk didepanya. Ia juga ingin seperti mereka tapi kehidupan mereka sangat jauh berbeda.
Kedua orang tua Ami hanya orang miskin yang menggantungkan hidup dari berjualan warung harian. Tapi alhamdulillah mereka masih bisa menyekolahkan dirinya sampai saat ini.
"Ga ah,mama malas nonton film - film ga jelas kaya gitu. Mending mama dirumah menemani papa." tolak mama Diva.
"Ya udah kalau ga mau,tapi tambahin duit jajan buat nonton tar ya." Rayu Diva.
"Ih kok gitu,yang nonto siapa masa minta tambahan sama mama. No minta sama abangmu tuh." ujar mama.
"Emang abang udah pulang,ma? tanya Diva.
"Udah,belum lama sebelum kamu sampai." ujar mama.
"Kak Wiranata juga udah pulang,ma? tanya Diva.
"Kayanya belum deh. Udah sono buruan." usir mama pada putrinya.
Diva langsung menarik tangan Ami menuju kamar abangnya.
"Tok.....Tok...Tok...." Diva mengetuk pintu kamar abangnya.
"Bang ,abang." teriak Diva. Tak lama pintu terbuka menampakkan sosok laki - laki tampan yang membuat Ami salah tingkah.
"Ada apa,Div?" tanya Wisnu.
"Bang,minta uang doang buat nonton tar malam." Diva menegadahkan tangannya pada sang kakak.
Wisnu merogoh sakunya mengambil dompet dan memberikan uang pecahan bewarna merah beberapa lembar pada adiknya. Diva menerima uang itu dengan perasaan bahagia.
Ami menatap pria yang ada di depannya. Pria yang sudah menarik hatinya. Tapi Ami hanya mampu diam tanpa berani mengungkapkan karna iya tau itu tidak akan mungkin karna pria itu sudah beristri.
"Makasih abangku sayang." Diva langsung menarik tangan Ami meninggalkan kamar sang kakak dengan perasaan bahagia sambil mengibas - ngibaskan uang yang ada ditangannya. Ami cuma tersenyum menyaksikan kebahagian Diva,begitu mudah Diva mendapatkan apa yang ia inginkan.
Kadang Ami merasa segan karna Diva terlalu sering membantu dirinya. Ia takut dikatakan aji mumpung padahal ia tulus bertema dengan Diva.
Jam lima sore Ami dan Diva sudah bersiap - siap mau berangkat. Kebetulan semuanya sudah ada dirumah dan sedang duduk diruang keluarga. Diva mengajak Ami untuk berpamitan.
"Pa,ma kami berangkat dulu." Diva mencium tangan papa dan mamanya bergantian begitu juga dengan Ami.
Saat berpamitan dengan Wisnu Ami merasa gugup. Apalagi saat ia mencium punggung tangan Wisnu pikiran Ami melayang entah kemana.
"Hati - hati ,pulangnya jangan malam - malam." uajr Wisnu pada kedua gadis remaja itu.
Diva mengangkat kedua jempolnya keatas sambil tersenyum. Sementara Ami cuma menunduk tidak berani menatap Wisnu.
Gadis itu menaiki mobil yang sudah di siapkan oleh sopir yang setiap hari mengantar jemput Diva.
"Kita mau nonton film apa?" tanya Ami pada Diva.
"Enaknya nonton apa,ya?" Diva balik bertanya.
"Aku mah ngikut aja,kan yang ngajak kamu." jawab Ami tersenyum.
"Kita liat disana aja deh,film apa yang paling bagus." ujar Diva akhirnya.
Lima belas menit kemudian kedua hadiah itu langsung turun menuju bioskop. Mereka memilih film percintaan yang lagi naik daun. Banyak muda mudi yang antri membeli tiket,untung Ami dan Diva sudah membeli tiket online sehingga mereka tidak perlu ngantri desak - desakan.
Saat film berakhir keduanya tidak langsung pulang. Meraka mampir ke sebuah restoran siap saji untuk mengisi perut mereka yang terasa lapar.
"Film tadi seru ya." ujar Diva saat menunggu pesanan makanan mereka.
"Iya ,aku juga mau kaya gitu. Dapat cowok ganteng,tajir,perhatian dan setia lagi." Ujar Ami dengan mata berbinar membayangkan andai dirinya berada di posisi pemeran perempuan tadi.
"Semua orang juga pasti maulah." ujar Diva tertawa.
"Tapi sayang endingnya harus seperti itu." tiba - tiba Ami merasa sedih.
"Kasian yang laki baru juga ketemu yang cewek malah pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya." Diva pun ikut sedih.
Obrolan mereka berhenti saat pelayan mengantarkan pesanan makanan mereka. Keduanya langsung makan dengan lahap dengan sesekali masih mengobrol tentang film yang habis mereka tonton tadi.
"Udah malam pulang yuk." ajak Ami.
"Ga mau jalan - jalan dulu,mumpung kita masih disini." ajak Diva.
"Kita pulang aja Div. Aku ngantuk." ujar Ami yang merasa lelah pengen cepat - cepet rebahan.
Keduanya langsung menuju parkiran, nampak pak sopir sudah menunggu mereka.
"Langsung pulang,non." tanya sopir sopan.
"Iya ,pak." Diva dan Ami langsung masuk kedalam mobil. Wajah lelah tampak diwajah keduanya. Jam sembilan malam mereka sampai dirumah Diva. Rumah terlihat sepi,mungkin penghuni rumah sudah pada masuk kamar masing - masing.
Ami mengekor Diva menuju kamar Diva. Ami mencuci mukanya dan menganti bajunya dengan baju tidur lalu merebahkan tubuhnya disamping Diva.
"Capek." ujar Diva.
"Hmmm....ngantuk." sahut Ami. Tak lama keduanya tertidur pulas.
Tengah malam Ami merasa haus,ia berjalan keluar menuju dapur untuk mengambil minum. Saat melewati kamar Wisnu terdengar suara desahan karan pintu kamar mereka terbuka sedikit.
Karna penasaran Ami mengintip pada celah pintu,alangkah kagetnya ia saat melihat dua orang anak manusia sama tidak memakai baju sehelai benang pun. Keduanya saling berciuman panas.
Mata Ami beralih menatap benda panjang yang berdiri tegak di antara kedua paha Wisnu,besar dan berotot. Benda itu lantas menusuk paha sang perempuan. Keduanya menyatu dengan mengeluarkan desahan dan erangan yang membuat celana dalam Ami basah.
Ami memilih menyudahi dan bergegas menuju dapur untuk mengambil air minum. Membasahi tenggorokan yang terasa kering. Pertunjukan tadi masih menari - nari di pelupuk matanya.
Cukup lama ia terduduk di dapur dalam lamunan sehingga ia tidak menyadari kehadiran seorang laki - laki.
"Kamu ngapain di sini,Mi?" tegur laki - laki itu membuat Ami segera menoleh dan melihat Wisnu bertelanjang dada hanya memakai boxer dan masih bermandikan keringat. Mungkin keringat dari aktivitasnya yang tadi pikir Ami.
"Ini,bang ambil air minum." Ami bergegas meninggalkan Wisnu tanpa menoleh sama sekali.
"Kenapa tuh bocah, apa ia melihat permaianan kami tadi." monolog Wisnu.
Ami dibuat panas dingin,pemandangan yang tidak seharusnya ia lihat membuat matanya ternoda. Ia berusaha menepis bayang - bayang itu,tapi sangat susah ia hapus dari pelupuk matanya.
"Sial mata aku telah tergoda. " runtuk Ami sembari kembali merebahkan tubuhnya disamping Diva yang masih pulas.
Mata Ami sekan enggan untuk kembali tertutup. Pikirannya jadi kacau,entah sampai jam berapa baru ìa bisa tertidur hingga subuh.
Untung hari ini Diva dan Ami libur sehingga tidak perlu bangun pagi. Keduanya sangat menikmati tidur hingga mentari sudah naik keatas.
"Div, Diva. Bangun udah jam sepuluh lebih. Jadi ga kita berenang." Ami mengoyang tubuh Diva yang masih terlelap. Ami terus mengundang tumbuh Diva hingga ia bangun.
"Apaan sih,Mi. Aku masih mau tidur." Sungut Diva yang merasa tidurnya terganggu.
"Lah ini udah jam berapa, kemaren ngajakin renang. Ayo mumpung belum terlalu panas." ajak Ami kembali.
"Iya,Iya....Bawel." runtuk Diva perlahan bangun dari tidurnya. Berusaha tersenyum pada Ami yang sudah sedari tadi bangun menunggui dirinya.
Mereka berdua langsung menuju kolam renang yang berada di belakang rumah. Keduanya tampak enjoy bermain air sambil tertawa.
Seseorang merasa terganggu dengan teriakan kedua gadis itu. Ia membuka balkon kamarnya yang langsung menghadap kolam renang. Matanya langsung melihat dua orang gadis bermain air sambil bercanda.
Darahnya berdesir melihat tubuh putih Ami berbalut baku renang warna hitam kontras dengan warna kulitnya yang putih. Gunung kembar yang tidak kecil juga tidak besar menantang siap yang melihatnya, apalagi bibir ranum sungguh sangat menggoda.
Sesuatu di pangkal paha Wisnu menegang,minta di manja dan dituntaskan.
"Sial,kenapa hanya melihat bocah bau kencur itu aku jadi kaya gini. Lama - lama aku bisa gila ,ga boleh." Wisnu berusaha menekan pikiran - pikiran yang sedari tadi berkelana kemana - kemana.
Maklum ia jarang mendapat belaian dari istrinya yang selalu saja sibuk kerja kesana kesini. Padahal Wisnu sudah melarang istrinya bekerja dan memilih mengurus keluarga saja,tapi istrinya jelas - jelas menolak.
"Apaan sih kamu,mas. Kan sebelum nikah kalau sudah pernah katakan tolong jangan halangi karie aku. Kita jalani posisi masing - masing. Toh aku juga ga pernah lupa akan kewajibanku sebagai istri." sanggah Nia saat suaminya menuntut untuk berhenti dari pekerjaannya.
Kariernya sedang lagi bagus - bagusnya masa disuruh berhenti. Ia tidak peduli apa yang suami dan mertuanya katakan.
Setahun sudah Nia jarang ada dirumah, hari - harinya dihabiskan dengan bekerja saja. Ia hanya akan pulang saat malam atau tidak pulang sama sekali. Berkali - kali Wisnu melakukan protes yang ada hanya penolakan atas protes Wisnu.
Pernah terlintas di benak Wisnu untuk memilih mundur,tapi bagaimana dengan kedua keluarga mereka jika seandainya itu terjadi.
Wisnu yang sudah On tidak bisa menahan diri langsung bergegas kekamar mandi mau tidak mau harus main solo kembali dari pada kepalnya pusing.
Setelah pelepasan Wisnu merasa lega,lalu membersihkan diri dari sisa - sisa barusan. Jam menunjukan pukul dua belas sudah saatnya makan siang. Wisnu pun turun kebawah berkumpul dengan yang lain dieja makan.
Disana sudah ada si duo bocil paling heboh. Mama dan papa juga sudah duduk manis disana. Wisnu memilih duduk bangku kosong sebelah mama.
"Kirain mama kamu ga dirumah ?" tegur mama membuat Wisnu cengegesan.
"Istrimu mana?" kembali mama bertanya.
"Katanya sih lagi di luar kota,ma." Jawab Wisnu sambil mengambil nasi dan lauk ke piringnya. Sudut mata Wisnu memperhatikan gadis bocil yang membuatnya pusing atas bawah.
"Gimana sih istri kamu,kerja kerja terus. Terus kapan kalian akan kasih mama cucu jika kalian masih saja kaya gini."protes mama saking kesalnya.
Ami diam tanpa suarà jika tadi ia sempat cekikan sama Diva tapi saat melihat mama Diva marah semuanya terdiam termasuk dirinya.
Nia istri Wisnu berangkat keluar kota subuh buta saat semua penghuni rumah masih terbuai dalam mimpi indah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!