NovelToon NovelToon

Penakluk Hati

Prolog (revisi)

Juna pria yang selalu menghabiskan waktunya untuk pekerjaannya, kalau dia lagi tidak sibuk pasti dia berkumpul dengan para sahabatnya. Orang tuanya selalu mencoba untuk menjodohkannya. Karan disuruh ibunya untuk menemui seseorang di cafe Crown milik salah satu cafe sahabatnya. Saat Juna memasuki cafe, banyak para wanita yang meliriknya dan sangat mengagumi ketampanannya. Juna terus melangkahkan kakinya menuju salah satu meja yang sudah dipesankan ibunya. Setengah jam Juna sudah menunggu seseorang yang di atur kan ibunya. Dia terus memperhatikan jamnya. Sudah 2 gelas dia menghabiskan kopinya. Juna memanggil pelayan untuk minta kopi lagi.

"Ya, pak. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pelayan wanita.

"Aku minta kopi lagi" ucap Juna, wajah Juna kini sudah terpancar wajah yang sangat kesal.

"Baik, pak. Tunggu sebentar" ucap Pelayan itu. Setelah 5 menit kemudian kopi Juna datang, Saat disaat dia mau meminumnya. Seorang wanita dengan pakaian yang agak terbuka, datang menghampiri Juna.

"Maaf, apa kamu Juna? Aku sherin" ucapnya sambil senyum manis. Juna melihat kearah wanita itu dari bawah keatas dengan wajah datar. Wanita itu melihat Juna seperti memperhatikannya, langsung menyibakkan rambutnya yang panjang kebelakang telinganya. Karena tidak ada jawaban dari Juna, Wanita itu langsung duduk didepan Juna. Juna hanya diam saja, dia lebih memilih minum kopinya.

"Maaf, aku terlambat sedikit! Tadi aku, harus ke salon dulu" ucapnya dengan senyum-senyum. Karan yang mendengarnya hanya senyum kecut.

"Ck. Kenapa mama menjodohkan aku dengan wanita badut ini" gumamnya dalam hati. Selesai dia menghabiskan kopinya, Juna bangkit berdiri, dia memilih pergi. Sherin sangat kaget Juna bangkit berdiri meninggalkannya.

"Hei, kamu mau kemana?" tanyanya sambil menarik tangan Juna, sewaktu Juna berjalan disampingnya. Juna melirik Sherin karena tangannya ditarik.

"Hei, nona jangan membuat aku semakin kesal. Kamu sudah membuang waktu, ku yang berharga.!" ucap Juna dengan kesal.

"Tapi kamu belum makan" Juna langsung menghempaskan tangan Sherin dengan kasar.

"Aku tidak selera lagi makan melihat wajah badut mu itu!" ucap Juna dengan dingin. Sherin, melihat tatapan Juna yang sangat dingin padanya dan ucapan dia yang agak last menurutnya membuat dia kesal. Setelah mengatakan kasarnya pada Sherin, Juna langsung pergi saja. Sedangkan Sherin sudah sangat kesal, apalagi dia melihat sekelilingnya sudah memperhatikan mereka dari tadi. Hal itu membuat dia jadi malu. Sherin lebih memilih keluar dari cafe dari pada pengunjung cafe itu terus memperhatikannya.

***

Sepulang dari cafe Juna langsung memilih kembali ke kantornya untuk memeriksa pekerjaannya. Juna mendengar suara dering hp nya. Juna melihat nama yang memanggilnya ternyata mamanya. Juna lebih memilih mengabaikannya saja.

Jam sudah menunjukkan waktu jam 6 sore, Juna lebih memilih pulang, karena hari ini pekerjaannya sudah beres. Sesampai dia pulang, Juna langsung masuk ke kamarnya. Dia ingin membersihkan tubuhnya dari peluh yang sudah terasa sangat lengket. Sehabis Juna mandi Juna, turun kebawah. Sesampai diruang makan Juna melihat orang tuanya, Maya, suami adiknya dan keponakannya sudah duduk dimeja makan.

"Om, duduk dekat Sanjay, ya!" ucap keponakannya. Juna tersenyum dan mencium pipi Juna dengan gemas.

Merekapun, mulai makan malam dengan tenang.

"Lain kali mama tidak perlu menjodohkan aku. Semua yang mama kenalkan sama aku selalu saja membuat membuang waktu, ku! Apalagi wajah mereka seperti badut!" ucap Juna dengan kesal. Semua yang pada dimeja makan ketawa mendengar ocehan Juna. Apalagi Juna bilang semua cewek yang dikenalkan padanya cewek badut.

"Baiklah, sayang! Habisnya kami tidak mau melihat anak kami yang ganteng ini jadi perjaka tua!" ucap mamanya dengan kekeh.

"Oma, apa perjaka tua?" tanya Sanjay yang masih cadal. Semua jadi ketawa mendengarnya. Juna semakin kesal jadinya, semua meledekkannya.

***

Seorang gadis dengan sepedanya berjalan menikmati suasana kota, yang baru saja keluar dari toko kue tempat dia bekerja. Jam sudah menunjukkan jam 10 malam. Dia sangat senang melihat keramaian yang dilewatinya. Setelah menempuh perjalan satu jam, gadis itu masuk ke komplek perumahan yang sangat mewah. Sesampai depan rumah yang sangat luas, seorang satpam membuka pagar untuknya dan menyapanya dengan hormat.

"Malam, nona Ica. Tumben lama pulangnya, non." ucap Satpam itu dengan lembut.

"Malam, pak. Hari ini banyak pelanggan pak" ucapnya dengan lembut juga.

"Saya, masuk dulu ya pak!" sambungnya

"Iya, non"

Ya, nama gadis itu Marisa Santoso. Nama panggilannya Ica. Saat ini umurnya sudah berumur 21 tahun. Ica tinggal bersama ibu, ayah tirinya dan adik perempuannya yang berumur 13 tahun. Ayah kandungnya meninggal dalam kecelakaan sewaktu dia berumur 7 tahun. Setelah satu tahun meninggal ayahnya ibunya menikah lagi dengan pria mantan pacar ibunya dulu. Dari pernikahan ibunya, ibunya melahirkan seorang putri yang bernama Raisa Aldiono. Nama belakang mereka berbeda. Karena Icha tetap memakai nama ayah kandungnya. Sewaktu dia berumur 15 tahun, ayah tirinya sempat melecehkannya karena ayahnya saat itu sedang mabuk. Dia memberitahu pada ibunya tapi ibunya tidak percaya padanya. Ibunya sudah cinta buta dengan ayah tirinya. Ica dan Raisa selalu saja di bedakan-bedakan oleh ibu kandungnya sendiri, kalau ayah tirinya Ica sudah memakluminya. Tapi ibu kandungnya sendiri memperlakukannya buruk. Uang jajannya selalu saja pas-pas sewaktu dia sekolah, berbeda dengan adiknya selalu lebih uang jajannya apalagi adiknya selalu dicium keningnya dengan penuh kasih sayang setiap mereka pergi sekolah. Dia tidak pernah merasakannya, bahkan semasa ayahnya masih hidup saja ibunya memang tidak pernah menyayanginya seperti itu.

Harta peninggalan ayahnya semua dikelola Rizki Aldiono ayah tiri Ica. Ibunya memberi hak, kepada ayah tirinya. Ibunya tidak tahu apa saja kegiatan Ica diluar. Semenjak pelecehan yang dibuat ayah tirinya, Ica memutuskan untuk belajar bela diri, dia juga selalu mengikuti pertandingan bela diri dan dia selalu menang. Diumurnya yang ke 19 tahun, Icha membentuk kelompok-kelompok yang diisi anak muda pria maupun wanita, semuanya pandai bela diri karena di ajari Icha. Mereka selalu membantu orang yang selalu membutuhkan bantuan mereka. Di umurnya yang 19 tahun, Icha juga mempunyai toko Kue karena hobinya yang memasak kue. Tak butuh waktu yang lama toko kuenya yang kecil-kecillan kan menjadi toko kue yang besar, karena kue buatannya sangat disukai banyak orang.

Diumur dia yang ke 20 tahun toko kuenya sudah memiliki 3 cabang. Toko kuenya sangat laris. Tidak ada yang tahu siapa yang punya toko kue bahkan keluarganya. Karena keluarganya hanya tahu dia bekerja sebagai pelayan di toko kue. Icha sempat berpikir keluar dari rumahnya karena bisnisnya berjalan lancar, tapi diurungkannya karena rumah itu adalah rumah kenangan dia bersama ayahnya.

Icha dapat membuka toko kue dari uang jajannya semasa dia sekolah yang dia tabung dan juga dia selalu membantu temannya untuk mengerjakan tugas mereka, upahnya sangat lumayan untuknya. Karena Icha anak yang pintar membuat banyak orang meminta pertolongannya. Dia juga diam-diam membuka les privat untuk temannya hasilnya ditabungnya dan hasil hadiah tandingan beladiri semuanya ditabung. Dari situlah Ica dapat membuka toko kuenya. Untuk biaya sekolahnya dulu dari beasiswa, begitu juga biaya kuliahnya, Icha selalu mendapatkan beasiswa. Jadi dia tidak terlalu memikirkan biaya pendidikannya. Sebenarnya mama nya selalu mengirim uang untuk biaya kuliahnya, tapi dia tidak pernah memakainya.

Dari hasil toko itulah, dia mengumpul anak muda yang dijalankan. Dia memberikan mereka bekal untuk masa depan mereka, dan Icha memberikan mereka lapangan pekerjaan.

Sebenarnya sewaktu ayahnya meninggal, ayahnya ada buat surat wasiat seluruh harta kekayaannya jatuh ke tangan anak dan istrinya. Mereka punya 50% persen masing-masing saham. Icha akan mendapatkannya ketika umur Icha sudah 22 tahun. Ibunya tidak pernah memberitahu Icha isi wasiat ayahnya. Dan juga uang yang selama ini yang digunakan ibunya untuk biaya pendidikannya adalah uang yang sudah di deposit ayahnya untuk biaya pendidikan Icha. Setiap bulannya uang itu akan ditransfer ke rekening Icha. Ica berpikir itu adalah uang dikirim ibunya untuk biaya pendidikannya. Hanya ibunya saja yang tahu uang deposit untuk pendidikan Icha.

Semua pembantu yang bekerja dirumahnya sangat kasihan melihat Icha yang selalu dibedakan. Icha yang selalu naik sepeda sedangkan adiknya punya mobil dan supir pribadi. Sungguh malang nasibnya. Tapi dia tidak pernah menunjukkan wajahnya yang sedih pada siapapun.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Eps 1

Keindahan matahari telah muncul masuk kedalam kamar Icha dari celah-celah jendelanya. Icha melihat jama sudah menunjukkan jam 7 pagi. Icha langsung masuk kedalam kamar mandinya, karena dia ada jadwal kuliah pagi hari ini. Hanya butuh setengah jam Icha sudah siap-siap dengan pakai celana jeans yang robek-robek dan kaos oblong yang agak besar di badannya. Icha langsung turun kebawah, saat sampai dibawah Icha melihat keluarganya muncul.

"Hai kak Icha. Kakak mau kuliah?" tanya Raisa adik tiri Icha. Adiknya sangat baik kepada Icha. Dia tahu mama dan papanya selalu saja seperti mengasingkan kakaknya. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau dia belanja baju untuknya, Raisa tidak pernah lupa juga membeli untuk Icha.

"Iya, Rai!" jawab Icha dengan senyum. Mama dan papa tirinya hanya diam saja melihat kedatangan Icha. Icha sangat malas sarapan karena ada papa tirinya.

"Rai, kakak pergi duluan ya!" ucap Icha.

"Kakak tidak sarapan dulu?"

"Tidak selera" ucap Icha sambil melangkahkan kakinya meninggalkan meja makan. Raisa tahu kenapa Icha tidak selera makan. Raisa hanya geleng kepala saja.

"Kemana sopan, kamu Icha?" ucap mamanya sebelum Icha melangkah jauh dari meja makan, karena Icha pergi tanpa minta ijin pada orang tuanya. Icha langsung berhenti dan menoleh ke mamanya.

"Ada apa lagi sih, ma!" tanya Icha dengan kesal.

"Apa kamu tidak lihat kami orang tuamu disini. Seharusnya kamu minta ijin sama mama dan papa mu!" ucap Mamanya lagi dengan suara kuat.

Icha pun datang mendekat kearah mamanya dan menyalami mamanya, saat Icha melihat kearah papa tirinya, Icha sangat kesal melihat papa tirinya senyum kecil karena dia dimarahi mamanya. Icha pun memutuskan tidak akan menyalami papa tirinya. Icha pun langsung melangkah, tapi langsung berhenti karena mamanya menegurnya lagi karena tidak menyalami papa tirinya.

"Icha salam papa, mu!"

"Maaf, ma. Papa Icha sudah tidak ada disini. Nanti Icha akan ke kuburan papa untuk memberi salam."

"Icha! Kamu sudah jadi anak tidak tau diri ya! Gimana pun dia sudah jadi papa, mu!"

"Dia bukan papa Icha, tapi dia suami mama. Nama Icha tidak memakai namanya!" ucap Icha sambil menatap tajam mamanya.

Plak

Icha sangat kaget melihat mamanya sudah menampar Icha. Raisa pun juga sangat kaget melihat mamanya menampar kakaknya. Berbeda dengan papa tirinya hanya diam, tapi disudut bibirnya terlihat senyum.

"Dasar anak tahu diri! Seharusnya kamu bersyukur kamu tidak hilang kasih sayang dari seorang papa! Papa mu sudah berusaha mengurus dan memenuhi kebutuhanmu. Kini mata Icha sudah mulai berkaca-kaca.

"Mama salah! Icha tidak pernah merasakan kasih seorang papa semenjak papa Icha meninggal. Memenuhi kebutuhan? Apa mama lupa? Perusahaan yang dijalankannya itu adalah perusahaan papa Icha. Bukan dia! Aku tidak akan melupakan perbuatan mama ini, hanya karena dia mama menampar ku! Aku benci mama!" teriak Icha. Mamanya hanya diam saja. Saat anaknya mengatakan kata benci padanya membuat rasa sakit di dadanya. Icha pun langsung pergi. Mamanya langsung jatuh di kursinya, suaminya yang tadi hanya diam saja kini mendekat padanya dan memeluknya.

"Sayang tenanglah! Sudah biarkan saja dia!" ucap suaminya. Raisa yang tadi melihatnya, sangat kesal pada papa dan mamanya. Seharusnya mamanya mengerti, kenapa kakaknya tidak menyukai papanya.

***

Icha menggayu sepeda dengan kencang, air matanya yang dari tadi ditahannya langsung kelaut saja. Icha berhenti di taman yang ada di tengah kota. Karena suasana masih pagi, jadi belum banyak orang. Di sana dia bisa menangis sepuasnya. Icha mendapat pesan dari sahabatnya.

📨"Beb, dimana? Bentar lagi dosennya datang!" Icha melihat jamnya ternyata sudah jam 8 lewat.

Icha langsung bangkit berdiri dan dia langsung menggayu sepedanya dengan cepat. Dia takut terlambat karena dosen yang masuk adalah dosen yang paling terkenal killer. Akhirnya Icha sampai dikampus ya, kemudian dia menakutkan sepedanya dan menggembok kan sepedanya. Dari isi parkiran hanya dia lah yang memakai sepeda. Teman-temannya rata-rata pakai mobil yang memakai kereta.

Sebenarnya teman-temannya sangat kaget kenapa Icha bisa kuliah dikalangan elit. Tidak ada yang tahu kalau Icha anak orang kaya, karena Icha tidak pernah memakai nama belakangnya. Hanya dua sahabatnya saja yang tahu, dan mengenal pribadi Icha. Apa saja yang dilakukan Icha, sahabatnya juga tahu. Padahal keluarganya sendiri saja tidak ada yang tahu. Tapi, tidak ada yang berani mengganggu Icha, karena mereka tidak mau terkapar dirumah sakit.

Awal dia masuk kuliah, Icha dulu sering di-bully karena Icha selalu naik sepeda ke kampus. Mereka tidak suka, melihat orang miskin kuliah ditempat mereka. Karena sering di-bully apalagi sepedanya sampai di rusakkan membuat dia sangat marah. Dia memutuskan, akan membalas kepada orang-orang yang mengusiknya lagi.

Jadi sewaktu dia mau pulang, dia diganggu dengan teman kampusnya yang pria apalagi merebut sepedanya, Icha langsung memberi pelajaran kepada mereka. Akhirnya mereka sampai masuk rumah sakit. Dia sempat mau diskors, tapi ada dua teman satu kuliahnya yang memberitahu kebenarannya, akhirnya Icha tidak jadi diskors. Dari sejak itu teman kampusnya takut melawannya. Akhirnya, baru mereka ketahui kalau Icha adalah sering juara dalam bela diri.

Icha sangat terkenal dikampus nya. Kalau ada yang di bully Icha lah yang selalu membantu mereka.

Untung saja Icha tidak terlambat, saat dia baru duduk dosennya baru datang.

"Kenapa lama sekali?" tanya Isabel sahabat Icha, yang duduk disebelah Icha.

"Maaf, tadi ada masalah!" ucap Icha dengan pelan. Romi yang duduk dibelakang Icha, melihat pipi Icha disebelah kiri Icha.

"Itu pipi kenapa?" tanya Romi penasaran.

"Nanti aku ceritakan. Fokus ke depan aja, nanti kena semprot pula kita sama itu dosen" ucap Icha pelan. Mereka pun langsung fokus ke depan.

Setelah pelajaran mata kuliah mereka selesai, mereka langsung duduk di kantin kampus mereka. Icha pun menceritakan apa yang terjadi padanya, kedua sahabatnya sangat kesal mendengar cerita dari Icha.

Sepulang dari kampus, Icha pergi ke taman. Dia ingin menenangkan pikirannya. Karena sudah kebiasaannya, setiap dia gelisah dan sedih dia pasti pergi ke taman. Taman yang selalu di bawa papanya untuk bermain bersamanya dulu.

☘️☘️☘️☘️☘️

Eps 2

Icha yang kini lagi di taman yang penuh kenangan dirinya dan papanya, dia ingin menghilangkan kesedihannya dengan melihat anak-anak yang bahagia bermain bersama keluarganya. Dulu dia sangat iri melihat anak-anak yang bisa bermain bersama mamanya. Tapi, dia bisa tetap bersyukur papanya selalu ada bersamanya. Dia tidak tahu kenapa mamanya sangat jarang memperhatikannya. Saat dia melihat jamnya sudah menunjukkan jam 3 sore membuat dia ingat kalau dia harus ke toko kuenya, karena ada pesanan yang harus diantarnya.

Meskipun dia yang punya, dia tidak mau hanya mau memerintahkan pegawainya saja, dia juga ingin mengerjakan apa yang bisa dikerjakannya. Saat dia mau naik sepedanya, Icha melihat anak kecil ditengah jalan yang sedang mengambil bolanya, dan dari arah yang lain sebuah mobil melaju dengan cepat.

Icha langsung berlari untuk menyelamatkan anak itu. Icha sangat bersyukur anak itu berhasil diselamatkannya.

"Sayang kamu tidak apa-apa kan?" tanya Icha dengan cemas. Anak kecil itu melihat kearah Icha dengan tersenyum.

"Tidak apa-apa, Tan. Maachi sudah bantu tadi!" ucap anak itu dengan kata-kata yang sedikit cadel. Icha tersenyum pada anak itu sambil mencubit pipinya dengan gemas.

"Namanya siapa? Kamu datang kemari sama siapa?" tanya Icha lagi.

"Sanjay, Tante. Tadi Sanjay kemari sama mama"

"Baiklah, Tante akan antar ke sama mama kamu ya sekarang. Ayuk!" Icha membawa Sanjay untuk mencari mamanya. Icha mendengar seorang wanita memanggil nama anak itu dengan berteriak. Icha mengikuti sumber suara.

"Itu mama. Mama!" ucap Sanjay sewaktu dia melihat mamanya berjalan mencarinya sambil memanggil nama Sanjay, Icha langsung melepaskan tangannya dari Sanjay. Icha mengikuti kearah Sanjay berlari.

"Sayang, kamu ini kemana saja? Tadi, mama bilang Jagan bermain jauh-jauh, Mama dan Oma sudah dari tadi nyari kamu" ucap wanita itu yang kini sudah memeluk Sanjay dengan erat sambil menangis. Sanjay langsung melepaskan dirinya dari pelukan mamanya. Dia melihat wajah mamanya sudah menangis.

"Maaf, ma. Sanjay salah. Jangan nangis!" ucap Sanjay sambil menghapus air mata mamanya. Icha yang melihatnya, sangat tersentuh.

"Tadi cucu Oma kemana, sayang?" ucap wanita paru Bayah yang berdiri disamping ibunya Sanjay.

"Tadi Sanjay ngejar bola Sanjay. Tadi, Sanjay mau kena tablak, Oma!" oceh Sanjay. Mamanya dan Omanya sangat terkejut mendengarnya.

"Jadi cucu Oma tidak apa-apa kan sayang?" tanya Omanya sambil melihat keadaan Sanjay. Mereka sangat mengkuatirkan Sanjay.

"Dia tidak apa-apa, tante!" ucap Icha untuk menenangkan keluarga Sanjay. Mereka baru sadar ada seorang wanita yang dari tadi memperhatikan mereka.

"Kamu siapa?" tanya ibunya Sanjay yang kini sudah berdiri.

"Tante ini tadi yang selamatkan Sanjay, ma!" ucap Sanjay menerangkan. Mereka langsung tersenyum kepada Icha.

"Terimakasih sudah menyelamatkan anak saya!" ucap mamanya Sanjay.

"Nak, siapa namamu?" tanya Oma Sanjay dengan tersenyum.

"Nama saya Marisa Santoso, Tan. Tapi panggil saja Icha" jawabnya dengan tersenyum

"Saya Maya dan ini mama saya. Sekali lagi terimakasih banyak" ucap Maya. Tenyata yang ditolong Icha adalah anak dari Maya, cucu dari Rani dan Ray.

"Sama-sama mbak. Lagian kita sesama manusia harus bisa saling tolong menolong. Saya permisi dulu ya mbak, tante, karena saya ada pekerjaan!" ucap Icha dengan tersenyum. Lalu Icha mensejajarkan tubuhnya dengan Sanjay.

"Hai ganteng, lain kali mainnya hati-hati ya. Bye" ucap Icha dengan mencubit pipi Sanjay.

"Baik, Tante." jawab Sanjay dengan senyum

"Hati ya, nak!" ucap Rani sambil memeluk Icha. Icha sangat kaget dapat dipeluk dengan seorang ibu. Dia saja tidak pernah merasakan pelukan seorang ibu. Icha langsung mengedalakin dirinya supaya tidak menangis. Icha langsung meninggalkan mereka dengan langkah yang cepat.

"Dia wanita yang baik, ya ma!" ucap Maya.

"Iya, May. Kalau dia jadi jodoh kakak mu gimana ya, May?" ucap Rani sambil melihat punggung Icha.

"Maya setuju, ma. Dia melihat sangat cantik, ma. Padahal dia tidak ada pakai riasan. Cocok untuk kak Juna. Kakak kan tidak suka lihat wanita yang suka pakai make up, katanya mereka seperti badut!" ucap Maya dengan tertawa karena mengingat perkataan Juna wanita yang selalu dikenalkan mamanya adalah wanita badut karena pakai make up. Rani yang mendengar kata-kata Maya ketawa.

"Baiklah, mama akan cari info tentangnya." ucap Rani dengan senyum.

***

Kini Icha sudah berada di toko kuenya. Dia mengecek pesanan yang akan diantarnya.

"Ben, apa semua kuenya sudah dibungkus kan?" tanya Icha pada Beni anak buahnya dalam komunitas beladiri yang dibentuknya. Beni yang dari anak muda gelandangan dibawa Icha masuk kedalam komunitasnya, Semua anak buahnya berasal dari anak gelandangan dan preman, mereka diajarkan keterampilan yang dapat mengubah mereka jadi lebih baik. Salah satunya Beni dia mengajarkan Beni jadi koki kue di toko kuenya.

Sebenarnya Icha juga memiliki beberapa bengkel mobil dan motor, tapi semua diserahkannya pada anak buahnya yang mengelola. Anak buahnya sangat berhutang Budi kepada Icha, karena Icha mengubah mereka yang dari sampah masyarakat jadi orang yang berguna.

"Sudah, bos! Tinggal diantar saja bos!" ucap Beni.

"Baiklah, beritahu sama Ririn dan Rudi memasukkan semuanya kedalam kereta box kita" ucap Icha.

"Baik, bos" ucap Beni. Icha langsung masuk kedalam ruangan kerja yang dilantai atas gedung toko kuenya. Di sana dia mengganti bajunya dengan seragam toko kuenya. Setelah 10 menit, Icha turun kebawah.

"Apa sudah dimasukkan?" tanya Icha pada Ririn

"Sudah, bos. Saya yang temani bos kesana ya!" ucapnya.

"Oke. Tapi ingat jangan panggil aku..."

"Jangan panggil bos. Iya, aku tau bos!" ucap Ririn dengan ketawa. Semua pegawai yang ada didekat mereka ketawa. Memang Icha selalu mengingatkan anak buahnya kalau ada orang maupun diluar jangan memanggilnya Bos. Dia tidak ingin ada yang tahu siapa dia.

Mereka pun melajukan kendaraannya dengan Icha yang membawa. Dia sangat kencang membawanya.

Setengah jam perjalanan, mereka sampai membawa makanan mereka ke gedung yang sangat tinggi. Tapi karena itu adalah perusahaan besar, Icha minta ijin kepada satpam gedung kantor itu.

"Maaf, pak kami dai toko Cha-cha mau mengantar pesanan. Apa kami boleh masuk, pak?"

"Maaf, nona atas nama siapa yang pesan ya?" tanya satpam itu, Icha langsung mengambil bon yang dibuatnya karena disana ada nama yang memesannya.

"Atas nama Boni, pak!"

"Oh, pak Boni Rayas asisten CEO ya. Sebentar ya mbak, saya akan kabari dulu." Satpam itu langsung menghubungi pihak sekretaris dari Boni Rayas.

"Mbak silahkan naik kelantai 20 ya. Di sana mbak sudah ditunggu!" ucap Satpam itu setelah mendengar jawaban dari yang dia telepon. Icha dan Ririn langsung memikirkan kendaraan mereka, lalu mereka membawa makanan mereka yang ada didalam kota kue. Mereka langsung naik kedalam lift. Dan Icha melihat ternyata gedung ini memiliki 21 lantai.

☘️☘️☘️☘️☘️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!